SATU
SEPASANG mata Pendekar 212 sesaat membesar tak berkesip. Dadanya
berdebarkeras.“DewiPayung Tujuh!Akhirnya kutemuikau!”kata Wiro
menggeram dalam hati Kalau dituruti amarahnya, rasanya mau dia menyerbu si
gadis saat itu juga. Sambil mengepalkan tinju murid Sinto Gendeng berusaha
menekan gejolak dendam yang bersarang dalam dirinya sejak beberapa waktu.
Orang tua pemilik rumah makan menyambut kedatangan Wiro lalu dengan
ramah mempersilahkan tamunya ini memilih tempat duduk. Namun sang tamu
sama sekali tidak mengacuhkan. Terus saja memandang melotot ke arah gadis
berpakaian biru berkembang-kembang kuning yang duduk di sudut rumah
makan, asyik menyantap makanan.
“Kalau kuhajar sekarang rasanya kurang pantas. Biarkan dia meneruskan
makan dulu. Mungkin ini makan yang terakhir baginya. Akan kutunggu dia di
luar!”Wirokeluardarirumah makan itu. Dengan cepat dia menyelinap ke balik
sebuah bangunan kayu, mendekam di bawah sebatang pohon. Dari sini dia
dapat melihat pintu rumah makan hingga orang yang ditunggu tak bakal luput
dari pengawasannya.
“Heran...Masukkerumahmakanlalukeluar lagi. Jangan-jangan tak punya
uang. Pemuda geblek Orang tua pemilik rumah makan mengumpat lalu
berpaling pada gadis baju biru berbunga-bunga. Dia ingat bagaimana tadi
pemuda tak dikenal itu memandang menyorot seolah marah besar.
“Tidakmustahilpemudatadi punya niat jahat terhadap gadis cantik itu...
Lebih baik aku beritahu padanya agar berlaku hati-hati...”Lalu orang ini
mendatangi gadis yang tengah bersantap. Setelah membungkuk dia
memberitahu kejadian barusan.
“Mungkincumaseorangpemudamatakeranjang!”kata si gadis dan terus
saja menyantap makanannya.
“Bapaksudahtua.Cukupberpengalamanmengartikan pandangan seorang
lelaki terhadap perempuan. Pemuda yang Bapak katakan tadi bukan
memandang kagum akan kecantikanmu, Nak. Dan kelihatannya bukan seorang
pemuda mata keranjang. Dia memandang anak seolah melihat seorang yang
dibencinya. Cuping hidungnya mengembang, pelipisnya bergerak-gerak.
Rahangnya menggembung dan dua matanya tidak berkesip. Urat besar di
lehernya kelihatan bergerak-gerak Dia seolah menahan satu dendam besar
terhadapmu.”
“Hemm…”Gadis cantik beralis tebal dan berbulu mata lentik itu bergumam
lalu tenang saja meneguk minumannya. Tanpa memandang pada pemilik
rumahmakandiaberkata.“Bapak,keteranganmucukuplengkap.Bisakah
Bapak menceritakan ciri-ciriorangitu?”
“Masihmuda.Rambutpanjangsebegini...”Siorangtuameletakkantangan
kirinyadibahu.Lalumeneruskan.“Diamengenakanpakaianserbahitam.Ikat
kepalaputih...“Kulitnyahit
amatauputih...?”tanya si gadis sambil mengunyah makanannya
pelan-pelan.
“Tidakputih.Kuninglangsatsepertikulitperempuan. Tapi tubuhnya kekar.
Tampangnyasepertiorangtololtapiberbahaya...!”
“Tololtapiberbahaya!Aneh juga!”kata sigadis.Lalu dalam hatidia
membatin. “Setahuku dia tidak pernah mengenakan pakaian hitam. Sulit
kudugasiapadiaadanya.”Gadisitumenyelesaikanmakannyadengancepat.
Tak lama kemudian dia tampak muncul di ambang pintu rumah makan. Sesaat
dia memperhatikan seputar halaman lalu melangkah ke tempat di mana dia
menambatkan kudanya. Begitu berada di atas punggung tunggangannya,
sebelum bergerak pergi terlebih dulu diperiksanya bungkusan besar yang
tergantung di leher kuda. Parasnya berubah tanda terkejut. Sekali lihat saja dia
sudah maklum sesuatu telah terjadi dengan bungkusannya.
Di dalam bungkusan itu dia menyimpan tujuh buah payung tujuh warna.
Setelah diperiksa ternyata hanya ada enam payung.
“Seharusnya bungkusan ini kubawa masuk ke dalam. Heran, mengapa aku
terlalu tolol! Kini payung merahku lenyap!”kata si gadis dalam hati menyesali
diri.Diaberpikirkeras.“Seorangpencuritidakakanmengambilcumasatu
payung! Manusia jahat macam mana yang berani main-main terhadapku!”
Gadis ini memandang berkeliling. Ada beberapa orang lalu-lalang di sekitar situ
namun tidak terlihat hal-halyangmencurigakan.“Akutidakakanmeninggalkan
tempat ini sebelum menemukan payung merahku kembali!”Si gadis segera
hendak turun dari kudanya.
Saat itulah dari atas sebatang pohon melayang turun satu sosok tubuh
berpakaian hitam.
“Dewi Payung Tujuh! Apakah kau mencari ini?”Orang yang melompat dari
atas pohon menegur dengan pertanyaan. Terdengar suara clep! Lalu
serangkum angin bergulung-gulung menerpa ke arah gadis di atas kuda.
Gerakan gadis berbaju biru tertahan. Sambil mendorongkan tangan kirinya
untuk menangkis serangan angin dia berpaling. Matanya membentur sosok
seorang pemuda berpakaian hitam. Di tangan kanannya dia memegang sebuah
payung berwarna merah.
“Dugaankutidaksalah.Memangdiarupanya.”katasigadisyangmemang
adalah Dewi Payung Tujuh alias Puti Andini. Gadis berkepandaian tinggi dari
Pulau Andalas yang muncul di tanah Jawa untuk mencari Kitab Putih Wasiat
Dewa.
“Pendekar212!”seruAndinilalumelompatturundariataskuda.Wajahnya
membentuk perubahan yang sulit diartikan. Dia melangkah maju. Begitu sampai
dihadapanPendekar212diaberkata.Jadikaurupanyasipencuripayungitu!”
Sekuntum senyum menyeruak hingga wajahnya yang cantik tanpa dihias itu
tampak tambah jelita. Sesaat murid Sinto Gendeng jadi salah tingkah.
Kebenciannya terhadap gadis itu selangit tembus. Tapi wajah yang begitu
cantik mau tak mau membuat rasa terpesona terselip juga di hatinya.
“Kau mau mengembalikan payung itu atau benar-benar hendak
mencurinya?”tanyaPutiAndinisetengah bergurau.
Wiro masih diam. Sesaat kemudian perlahan-lahan dia ulurkan tangannya
menyerahkan payung setelah lebih dulu menguncupkannya.erimakasih.”kataDewiPayungTujuhbegitumenerimakembalipayung
merahnya.“Lamakitatidakbertemu,apakabarmu?”
Seharusnya kau bertanya apakah aku sudah mendapatkan Kitab Putih
WasiatDewa.BukankahitutujuanmusejakberangkatdaripulauAndalas?”
Sesaat si gadis menatap tajam. Dari cara orang bertanya serta nada
suaranya gadis ini segera maklum ada sesuatu. Masih sambil tersenyum,
sambil mempermainkan ujung payung merah dia berkata. Kau sudah tahu hal
itu sejak lama. Kalaupun aku bertanya kau pasti tak akan memberitahu. Biar
akumenyelidikterus...”
“Dewi Payung Tujuh, aku datang untuk menghukummu!”
Dua bola mata Andini membesar, alisnya yang hitam naik sesaat lalu dari
mulutnya yang berbibir merah keluar suara tawa berderai.
“Menghukumku? Ini adalah aneh! Apa dosa dan kesalahanku? Coba kau
beritahu. Kalau aku sudah mendengar lalu hukuman apa yang hendak kau
jatuhkan atas diriku?!”
“Hukuman mati!”jawabPendekar212tandas
DUA
SEPASANG mata Andini terbelalak. Senyum di wajahnya yang cantik serta
merta pupus. “Tak percaya aku akan pendengaranku! Pendekar 212 Wiro
Sableng muncul hendak menjatuhkan hukuman mati terhadapku! Hemm…”Si
gadismelintangkanpayungmerahnyadidepandadalalumenyambung.“Aku
tidak mengungkit cerita lama. Tapi setelah aku menyelamatkan nyawamu dan
kematianditanganTigaBayanganSetan,apakahinibalasbudimu?”
“Dosamu jauh lebih besar dari hutang nyawa dan budi yang kau tanam
terhadapku!”
“Ohbegitu?Cobakausebutkanapadosaku!”jawabsigadis.Suaranya
keras meradang. Parasnya yang jelita tampak mengeras tapi di mata Pendekar
212 justru membuatnya tambah cantik.
“Gila
! Gadis ini benar-benarcantik!”
Mau tak mau dalam hatinya murid Sinto Gandeng ini jadi kembali bimbang.
Namun kalau ingat kematian mengenaskan yang dialami Raja Obat Delapan
Penjuru Angin, orang tua yang telah berjasa besar dalam mendapatkan Kitab
Putih Wasiat Dewa serta Bidadari Angin Timur yang hampir menemui ajal mati
digantung kaki ke atas kepala ke bawah maka darah Pendekar 212 kembali
menggelegak.
“Gadis cantik, jauh-jauh datang dari Andalas kau bukan cuma memburu kitab
sakti tapi juga menebar maut secara keji. Sekarang di hadapanku malah
berpura-pura! Jangan mengira aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan!
Beberapa waktu lalu kau membunuh orang tua bergelar Raja Obat Delapan
penjuru Angin dalam sebuah rumah kayu di satu bukit tak jauh dari Kutogede!
Lalu kau juga berusaha membunuh seorang gadis berjuluk Bidadari Angin timur
dengan cara menggantungnya kaki ke atas kepala ke bawah... !”
Wajah cantik Dewi Payung Tujuh berubah sebentar putih memucat sebentar
memerah saga. Mulutnya ternganga.
“Ini cerita paling hebat yang pernah aku dengar dalam hidupku! Guruku
pernah berpesan agar jangan ragu-ragu membunuh setiap orang jahat yang tak
bisa dibuat sadar. Mengenai dua orang yang kau sebutkan itu aku pernah
mendengar siapa mereka tapi bertemupun belum! Kau mengarang dusta
agaknya Pendekar 212?!”
“Inibukanceritakosongataudusta!Tapikenyataan! Jangan kau berani
berdalih dan pengecut mengakui kejahatanmu!”bentak Pendekar 212.
“Eh, melihat tampangmu bicara dan nada suaramu agaknya kau tidak main
main!”tukas Andini.
“Sialan! Siapa bilang aku main-main!”
“Hemmm...begitu?”sangdaratampaktenangsajamembuatmuridSinto
Gendeng menjadi tambah naik darah. “Kalau aku boleh bertanya apa
hubunganmu dengan orang tua berjuluk Raja Obat Delapan Penjuru Anginitu?”
“Diasudahkuanggapkakeksendiri!”LalugadisyangpunyajulukanhebatsiBidadariAngin Timur itu punya
sangkut paut apa kau dengan dirinya? Kekasihmu?!”
“Apahubungankudengandiabukanurusanmu!”
Dewi Payung Tujuh menghela nafas dalam. Payung merah dimasukkannya
kedalam bungkusanbesardileherkoda.“Akumasihadaurusanlainyang
lebih penting! Kau salah alamat menuduhku! Kau harus memutar otak dan
bekerja keras untuk mencari siapa pembunuh Raja Obat Delapan Penjuru
Angin dan bidadarimu itu... ! Aku harus pergi sekarang… !”Enak saja si gadis
lantas putar tubuhnya, siap melompat ke atas punggung kuda.
“Perempuan jahat!Kau kira bisa melarikan diribegitu saja?!”bentak
Pendekar 212.
Mendengar bentakan itu si gadis urungkan niat naik ke atas kuda. Dia
membalik dan balas membentak. “Siapa mau melarikan diri! Aku cuma tidak
mau berurusan dengan orang gila yang tidak tahu juntrungan menuduhku
membunuh orang!”
Dari balik pakaian hitamnya Wiro mengeluarkan secarik robekan kain merah.
Benda itu dilemparkannya ke hadapan Dewi Payung Tujuh.
“Apaini?!”tanyasigadissambilmemperhatikanrobekankainitudengan
pandangan setengah acuh.
“Iturobekanpakaianmuyangberhasildigigithinggarobeksewaktuhendak
membunuhBidadariAnginTimur!”
“Hebat!Menuduh lengkap dengan bukti!Tapibuktipalsu!”teriakDewi
Payung Tujuh. Dari dalam bungkusan yang tergantung di leher kuda
dikeluarkannya sehelai pakaian berwarna merah. Pakaian itu dicampakkannya
ke depan kaki Wiro seraya berkata setengah berteriak.
“Itu pakaian merahku yang kau sebut-sebut. Silahkan buka matamu lebarlebar.Lihatapaadabagianyangrobek?!”
Perluapaakumelihatpakaianbututitu!”jawabWiro“Kaubisasajapunya
selusinpakaiansepertiIni!”
“Pendekar 212! Aku kira kau memang sengaja membuat-buat alasan! Apa
maumu sebenarnya aku tidak tahu! Tapi kalau kau terus menuduh mungkin aku
akanlebihdulumembunuhmudaripadakaumemintanyawaku!”
Wiromenyeringai.“Siapayangbakalanmatiduluan di antara kita hanya
malaikat maut yang tahu! Tapi aku harus menegakkan kebenaran! Menghukum
manusia jahat, keji dan penuh dosa sepertimu!
Habis berkata begitu Pendekar 212 segera melompat kirimkan serangan.
Tinju kanannya melesat ke arah pelipis kiri Dewi Payung Tujuh!
“Hemmm... Pemuda gila ini benar-benar hendak membunuhku! Dia
mengarahsalahsatutitikkematiandikepalaku!”membatinDewiPayungTujuh.
Didahului satu teriakan keras Andini berkelebat ke samping. Dengan satu
gerakan kilat dia menyambar pakaian merahnya yang tercampak di tanah lalu
wut!
Pendekar 212 Wiro Sambleng terkejut ketika tiba-tiba di hadapannya
menyambar sinar merah disertai dorongan angin yang keras sekali. Kalau dia
tidak cepat menarik pulang tangannya dan melompat ke belakang niscaya
sekujur tubuhnya akan terjebak dalam pakaian merah yang dipergunakan
sebagai senjata oleh Andini. Selagi Wiro terhuyung-huyung mengimbangi diri si
gadis cepat melompat ke atas punggung kudanya. Namun sebelum dia sempat menarik tali kekang menggebrak tunggangannya dari samping menderu selarik
angin, menggemuruh laksana batu raksasa menggelinding. Ternyata Pendekar
212 telah lepaskan pukulan sakti bernama “Kunyukmelemparbuah.”
Andini yang tahu bahaya cepat menyambar kantong perbekalannya berisi
tujuh payung. Sebelum melompat setinggi satu setengah tombak ke udara
gadis ini tendangkan tumit kaki kirinya ke pinggul. Binatang ini melompat ke
depan. Meski bagian belakangnya sempat tersambar angin pukulan yang
menyebabkan kuda itu terbanting dan roboh ke kiri namun dia selamat dari
hantaman telak yang bisa membuat hancur setengah dari tubuhnya. Setelah
meringkik keras kuda ini menghambur ke balik sebuah bangunan dan meringkik
lagi beberapa kali.
Pendekar 212 cepat berpaling ketika tiba-tiba terdengar suara clep... clep
beberapa kali. Delapan langkah di hadapannya Dewi Payung Tujuh tegak
dengan kaki terkembang. Di atas kepalanya dua buah payung yakni payung
warna biru dan kuning terkembang melayang dan berputar mengeluarkan suara
bersiuran. Di sebelah kirinya payung hijau dan putih mengambang di udara,
berputar kencang. Lalu di sisi kanan dua payung lagi yaitu hitam dan ungu
berputar naik turun ke atas. Andini sendiri memegang payung merah dalam
keadaan terkembang dengan ujungnya yang runcing menghadap ke arah Wiro.
Sepasang matanya yang berbulu lentik memandang tak berkesip ke arah
lawan. Rupanya gadis ini sudah siap untuk menghadapi Pendekar 212 dalam
satu perkelahian hidup mati.
“Bagus! Kau sudah siap menerima hukuman! Kau akan mati bertabur
kembang tujuh payungmu!”
Andini keluarkan suara mendengus. “Kesombongan dan otak tolol membawa
manusia ke liang kubur! Majulah kalau kau ingin segera mencari mati!”
Dewi Payung Tujuh goyangkan kepalanya. Set... set... Enam buah payung
yang melayang di udara menukik ke depan. Bagian runcingnya kini menghadap
ke arah Wiro dan putarannya bertambah kencang hingga enam payung itu
mengeluarkan suara seperti angin prahara yang bertiup membabat dari enam
titik kematian!
“Cumapayungkertassiapatakut!”
Baru saja Wiro mengejek enam buah payung melayang di udara, menebar
membentuk lingkaran mengurungnya. Di sebelah tengah mengapung di udara
tampak Puti Andini bergantung pada payung merah. Tiba-tiba gadis ini
jentikkan jari-jari tangannya. Enam buah payung mendadak sontak melesat ke
arah Pendekar 212. Tiga membuat gerakan menusuk dengan bagian runcing.
Tiga lainnya membabat seperti gergaji berputar yang siap untuk membuat
tubuh Wiro terkutung-kutung!
TIGA
PENDEKAR 212 terbelalak melihat datangnya hujan serangan itu. Sesaat
tubuhnya masih terhuyung ke depan. Di lain kejap dia jatuhkan diri di tanah.
Dua kaki membagi serangan berupa tendangan. Tangan kiri kanan serentak
melepasduapukulansakti.Yaitu“BentengTopanMelandaSamudera”dengan
tangankiridan“SinarMatahari”dengan tangan kanan.
“Wusss!Wusss!”
Dua angin sakti menerpa dahsyat. Satu mengeluarkan sinar panas
berkilauan. Satunya tidak terlihat oleh mata!
Puti Andini berteriak nyaring. Tangan kanannya diputar dengan cepat.
Terdengar suara clep-clep berulang kali. Enam payung yang terkembang
secara aneh serta merta menguncup. Walau payung-payung itu berpelantingan
kian kemarinamun lolosdarihantamandahsyatpukulan“BentengTopan
Melanda Samudera”.Kinitinggalpukulan“SinarMatahari”yang oleh Wiro
sengaja diarahkan pada Puti Andini.
Untuk kedua kalinya gadis berjuluk Dewi Payung Tujuh itu keluarkan teriakan
keras. Sepasang kakinya ditendangkan ke belakang. Tubuhnya menukik ke
bawah. Serentak dengan itu gadis ini putar payung merahnya. Sinar merah
berkiblat laksana lingkaran setan langsung menggulung sinar putih pukulan
sakti“SinarMatahari”
“Dess...dess...dessBum!”
Tempat itu laksana dihantam gelegar petir dihunjam gempa. Di dalam rumah
makan orang berteriak dan berlarian keluar!
Payung merah hancur berantakan. Setiap hancuran berubah menjadi
kepingan-kepingan api yang bertaburan di udara. Dewi Payung Tujuh menjerit
keras. Sosoknya mencelat sampai enam tombak. Lengan bajunya tampak
terbakar. Mukanya sepucat kain kafan. Hebatnya dalam keadaan seperti itu
gadis ini tidak kehilangan akal. Setelah membuat jungkiran dua kali berturutturut, dengan sigap dia menyambar payung hitam yang mental ke arah. Dia
menekan tombol pembuka payung. Begitu payung mengembang gadis ini
perlahan-lahan melayang turun ke tanah. Lima payung lainnya, dengan
jentikan-jentikan jari tangan segera mengembang lalu bersusun di sebelah
bawah, melindunginya jika ada serangan dari bawah.
Paras Puti Andini tampak pucat pasi. Di sela bibirnya ada genangan darah
tanda dia menderita luka dalam yang cukup parah. Lima payung menancap di
tanah lalu clep-clep ke enamnya menguncup.
Di tengah-tengah lingkaran payung itu Puti Andini mendarat. Begitu
sepasang kakinya menginjak tanah, Dewi Payung Tujuh alias Puti Andini
segera mengatur jalan darah dan tenaga dalam Dadanya mendenyut sakit. Dia
melirik pada tangan kanannya. Lengan pakaiannya hangus tersambar pukulan
“SinarMatahari”.Masihuntungtangannyahanyamenderitalukabakarringan.
Untuk beberapa saat lamanya gadis ini tegak dengan tubuh tergontai-gontai,
memandang ke arah Wiro dengan bola mata laksana menyala!.
Sepuluh langkah di hadapan Puti Andini, Pendekar 212 terkapar di tanah.
Muka dan sebagian pakaian hitamnya tampak kemerahan. Ini akibat hantaman
hawa yang keluar dari payung merah yang dipergunakan Puti Andini untuk
menyerangnya. Muka dan lehernya terasa panas dan seolah ada puluhan
jarum menusuk-nusuk. Walaupun sakit Wiro tidak perduli. Tekadnya sudah
bulat untuk membunuh gadis di depannya itu saat itu juga. Sekali bergerak dia
sudah melompat.
“Pukulan Benteng Topan Melanda Samudera tidak menghancurkannya.
Pukulan Sinar Matahari tidak membunuhnya! Ini saatnya aku menjajal pukulan
Harimau Dewa!”Wiro dekatkan tangan kanannya ke mulut lalu meniup.
Pada saat itulah berkelebat satu bayangan biru disertai suara perempuan
keras menegur.
“Lawanmu seorang perempuan!Berada dalam keadaan cidera Apakah
sudahpantasmengeluarkanilmukepandaianuntukmelakukanpembunuhan?!”
Murid Sinto Gendeng berpaling ke kiri.
“BidadariAnginTimur!”serunyaketikamelihatsiapayangtegakhanya
beberapalangkahdarihadapannya.“Kautahumengapaakumembunuhnya!
Semuademikau!”
Di tempat itu kini berdiri seorang gadis berambut pirang panjang
sepunggung, mengenakan pakaian biru tipis. Bagaimanapun cantiknya Dewi
Payung Tujuh Puti Andini namun yang satu ini benar-benar memiliki kecantikan
luar biasa.
Sepasang mata si gadis naik ke atas, keningnya mengernyit. Dari mulutnya
yang bagus keluar ucapan heran.
“Kau membunuhnya demi aku? Ah! Inilah satu keanehan yang tidak pernah
kuduga!”kata gadis berbaju biru yang bukan lain memang Bidadari Angin Timur
adanya.
“Bidadari! Kau ini bagaimana?!”Kini Pendekar 212 yang jadi heran.
Ketika kedua orang itu bicara, Dewi Payung Tujuh pergunakan kesempatan.
Tangannya kiri kanan digerakkan. Lima payung yang menancap di tanah tibatiba melesat ke atas lalu melesat ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng! Lima
ujung payung yang runcing menusuk ke arah lima bagian tubuh sang pendekar,
dua di kepala, dua di bagian dada dan satu lagi di perut!
“Pembokonglicik!”teriakWiromarahsekali. Dia cepat menyingkir sambil
siapmenghantamdenganpukulan“SinarMatahari”.
Pada saat itulah Bidadari Angin Timur berkelebat. Tubuh kasarnya lenyap,
berubah menjadi bayang-bayang. Tangannya bergerak sulit untuk dilihat. Ketika
dia berhenti berkelebat dan tegak dua langkah di hadapan Dewi Payung Tujuh,
lima buah payung yang tadi dipakai menyerang kini tersusun melintang di atas
ke dua lengannya yang saat itu tampak diangsurkan pada si gadis berbaju biru
berkembang kuning. Selagi Puti Andini melongo heran. Bidadari Angin Timur
berkata.
“Ambilpayungmudanpergilahdarisini!”
Untuk beberapa saat lamanya Puti Andini tegak dengan memandang
tercengang pada BidadariAngin Timur.“Bagaimana ini...”dia membatin.
“Katanyaakuyangmenggantungdia...”
“Kau mendengar apa yang aku ucapkan! Mau menunggu apa lagi?!”Bidadari
Angin Timur menegur.Dewi Payung Tujuh ulurkan tangannya untuk mengambil payung. Namun
matanya diarahkan pada Pendekar 212.
“HemmmKaubimbang.Agaknyakaumencintaipemudaitu?”
Paras Dewi Payung Tujuh menjadi sangat merah. Dia menggumamkan
sesuatu yang tidak jelas. Lalu secepat dia mengambil ke lima payung itu,
secepat itu pula dia meninggalkan tempat itu.
“Pembunuhkeji!Kaumaularikemana?!”teriakWiromengejar.Namun
gerakannya dihalangi Bidadari Angin Timur. Kalau saja bukan gadis yang
dicintainya ini yang menghalangi pasti Wiro sudah menerjang bahkan
menggebuk.
“Aku tidak mengerti
! Betul-betul tidak mengerti!” kata Wiro sambil
menggeleng-geleng dan garuk-garuk kepala.
“Apayangtidakkaumengerti?!”tanyaBidadariAnginTimur.
Wiro memandang berkeliling. Saat itu tempat tersebut telah penuh dengan
kerumunan orang yang menyaksikan apa yang terjadi di situ.
“Dengar, kita tak bisa bicara di sini. Kita perlu bicara di tempat lain... Ikuti
aku!”
Wiro segera tinggalkan tempat itu. Sesaat Bidadari Angin Timur hanya
memandangi.“Heran...Adaapadengandirinya?”Setelahberpikir
-pikir sejenak
akhirnya dia berkelebat mengejar Wiro.
Di satu tempat sepi Wiro hentikan larinya. Begitu Bidadari Angin Timur
sampai si gadis langsung bertanya.
“Nah sekarang coba katakan apa yang tidak kau mengerti?!”
“Pertama!”jawab Wiro. “Waktu di air terjun tempo hari mengapa kau pergi
meninggalkan aku begitu saja? Seolah-olah setelah mendapatkan kitab itu
diriku tak adaharganyalagidimatamu!”
Gadis di depan Wiro tampak tercengang pertanda heran mendengar ucapan
sipemuda.“Kiniakuyangtidakmengerti.Kaubicaratentangairterjun.Air
terjundimana?Kaumenyebuttentangkitab.Kitabapa?”
“JanganbergurauBidadariAnginTimur...”
“KurasakaulahyangtengahbergurauPendekar212WiroSableng...”
Air muka murid Sinto Gendeng jadi kelam membesi. Dia hendak marah tapi
yang keluar justru tawa bergelak.
“Dunia
inisudahgilarupanya!”kataWirokemudiansetengahberteriak.
“Waktu itu kau bahkan memberitahu bahwa kau hendak dibunuh oleh gadis itu.
Aku menemukan dirimu digantung kaki ke atas kepala ke bawah. Di sebatang
pohon di dalam hutan! Tadi malah kau yang melarang aku membunuhnya!
Padahal demi dirimu dan pembunuhan yang dilakukannya terhadap Raja Obat
akubersumpahuntukmembunuhnya!Apaduniatidakgilamenurutmu?!”
BidadariAnginTimurmenggeleng.“Duniatidakgila.Mungkinotakmusendiri
yangtidakwaras!”
“Apakatamu?!’teriakWirodenganmatamelotot.
“Wiro,kautidakdalamkeadaansakitingatanbukan?!”
“Gila!Mengapakausampaiberkatabegitu?!”
“Karenasemuaucapanmusangatanehbagiku!”
“Apayanganeh?!Akumenyesalmenyerahkankitabitupadamu!Tapiaku
tidak malu untuk memintanya kembali! Harap kau kembalikan kitab yang aku
serahkantempohari!”Pendekar212ulurkantangannya Sepasang mata gadis jelita itu memandangi Wiro mulai dari ujung rambut
sampaikekaki.“Adayangtidakwajardengandirimu!Kapanakudankau
berada di air terjun! Kitab apa yang pernah kau berikan padaku?! Lalu siapa
bilang aku pernah mengatakan bahwa gadis tadi pernah menggantungku di
atas pohon! Padahalsetelahsekianlamabarukaliinikitabertemulagi!”
Wiro garuk kepalanya habis-habisan hingga rambutnya yang gondrong acakacakan tak karuan.
“BidadariAnginTimur,marikitabicarasebagaiorangwaras.Bukanbicara
sepertioranggila!”
Sigadistertawacekikikan.“SiapayangwarasdansiapayanggilaWiro?Aku
bilang baru sekarang bertemu denganmu. Dan kau bicara yang aku tidak
mengerti...!”
“Taruh kata kau lupa semua itu. Lalu apakah kau juga lupa bagaimana kita
mandi berdua di telaga dulu? Bagaimana kita berulang kali bercumbu mesra!
Bahwaakumengatakancintapadamudankau...!”
“Kau memang sudah gila!”teriakBidadariAnginTimur.
“Kau yang gila!”balasberteriakWiro.“Kaumungkinlupatapiapakaulupa
apa yang kau katakan setelah aku memberikan kitab itu padamu?! Dengar! Aku
masih ingat dan akan aku ulang di depanmu saat ini juga. Kau bilang bahwa
kau ingin menyerahkan tubuh dan kehormatanmu padaku! Lalu kau merobek
pakaianmuhinggaberadadalamkeadaansetengahtelanjangdan...”
Plaaakk!
Tamparan keras yang dilayangkan Bidadari Angin Timur mendarat di pipi kiri
Pendekar 212 membuat sang pendekar tergagau menahan sakit disertai rasa
tidak percaya. Berulang kali diusapnya pipinya yang kena tampar sementara
matanya membeliak tidak berkedip memandangi gadis di depannya.
“Kalau kau tidak mau mengembalikan kitab itu takjadiapa...”kataWiro
dengan suara perlahan. “Tapi aku sangat sedih dan tidak pernah mengira
dirimuseculasini.Kaumengatakancintapadaku...”
“DemiTuhan!Akutidakpernahmengatakanhalitupadamu
! Tidak ada orang
yang menggantungku. Aku belum pernah melihat gadis tadi. Aku tidak mau
tahu ada urusan atau silang sengketa apa di antara kalian. Tapi aku menyuruh
gadis berbaju kembang-kembang itu pergi karena kasihan! Karena dia terluka
di dalam! Aku juga tidak tahu kitab apa yang kau maksudkan! Dan ini yang
penting! Sejak peristiwa Guci Setan dan terbukanya kedok Ki Ageng Lentut
alias Sangkolo Bumi yang bukan lain adalah Pangeran Matahari, aku tak
pernahlagibertemudenganmu.Baruhariini...!”(BacaserialWiroSableng
berjudul“GuciSetan”)
“Kau berdusta!”hardik Wiro memotong.
“Apa untungnya aku berdusta?!”
“Manaaku tahu”jawabWiro.Tubuhnyabergetarmenahanamarah.“Kalau
saja aku tidak mencintaimu, saat ini juga sudah kuhajar kau habis-habisan...”
Wiro termangu sejenak sementara Bidadari Angin Timur memandanginya
dengan wajah merah. Dia seolah tak percaya mendengar ucapan Wiro yang
terakhir. “Diamencintaiku...?”katasigadisdalamhati.
“Sudahlah...” terdengar Wiro berucap perlahan. Nadanya penuh
keputusasaan. Anggap saja aku yang salah. Aku yang memang sudah gila
gila!”
Habis berkata begitu Wiro putar tubuhnya siap untuk melangkah pergi.
“Wirotunggu!”seruBidadariAnginTimur.
Wiro melangkah terus malah kini mulai berlari.
Si gadis cepat berkelebat. Sekejapan saja dia sudah menghadang di depan
Wiro.
“Apa maumu...?”tanya Pendekar 212.
“Persoalan di antara kita harus diselesaikan dulu sampai jernih!”
Wiro menggeleng. “Aku orang gila! Otakku tidak waras! Aku tidak pernah
menyerahkan kitab sakti itu padamu! Kita tidak pernah berkasih sayang. Aku
oranggila!Gilaaaa...!”
“Wiro! Dengar dan jangan pergi dulu! Ada sesuatu yang tidak beres dibalik
semuaapayangkauucapkandankausangkakan!”
“Betul! Memang ada yang tidak beres! Aku orang gila inilah yang tidak beres!
Nah, kuharap kau puas! Janganmenghalangilangkahku!Atau...”Wirokepalkan
tinjunya, siap untuk dipukulkan ke muka Bidadari Angin Timur.
Si gadis diam tak bergerak. Caranya memandang terasa aneh di mata Wiro.
“Wiro, pertama sekali aku ingin kau menceritakan ciri-ciri gadis itu!
Rambutnya,pakaiannya,kulitnya...Apasajayangkauingat!”
Mendengar kata-kataBidadariAnginTimurWiromembukamulut.“Rasanya
aku ingin berteriak sampai ke langit! Perlu apa aku memberikan keterangan
panjang lebar! Orang yang ingin kau tanyakan itu ia di hadapanku saat ini! Kau
sendiri!”
“Apakah dia mempunyai lesung pipit di kedua pipinya? Seperti yang aku
miliki?”bertanyaBidadariAnginTimurtanpamenghiraukankemarahanWiro.
“Aku sudah lupa karena otakku kurang waras. Mungkin dia punya sepuluh
lesung pipitdisetiappipinya!”
Si gadis sesaat terdiam. Tampaknya dia tengah berpikir keras. Lalu
terdengar suaranya berucap perlahan. “Jangan-jangan dia. Tapi bagaimana dia
bisaterlepas...?”
Wiro yang hendak melangkah pergi, sesaat tertahan gerakannya. Namun
kemudian dia cepat-cepat membalikkan tubuh.
“Wiro...!”BidadariAnginTimurberseru.“Akuyakingadisyangkautemuidan
kauanggapdirikuituadalahsaudarakembarku!”
Sepasang kaki Pendekar 212 seperti dipantek ke tanah. Langkahnya
tertahan. Tubuhnya diputar kembali ke arah si gadis. Matanya membesar
penuh selidik namun mulutnya terkancing. Satu senyum aneh kemudian
menyeruakdibibirnya.“Kalausaja
, aku juga punya saudara kembar tentu akan
lebih hebat segala kejadian di dunia ini!”Habis berkata begitu Wiro segera
berkelebat. Tapi bagaimanapun cepat gerakannya, dia tak bisa menandingi
kecepatan gerakan si gadis yang sampai membuat dia memberi nama Bidadari
Angin Timur itu.
“Kalau kau mau pergi silakan! Tapi aku ingin kau mendengar dulu
keteranganku!”katasigadispula.“Akudilahirkankeduniabersamaadik
kembarku. Sejak kecil kami dititipkan pada seorang perempuan yang tinggal
bersama seorang pandai di kaki gunung Bromo. Dari orang tua inilah kami
mendapat segala ilmu kepandaian. Walau kami kembar namun sejak kecil adikku memiliki sifat sangat berlainan. Setelah dewasa kelainan ini berubah
menjadi satu hal yang menakutkan. Karena dia memiliki kesaktian dan ilmu silat
yang sangat tinggi dan telah beberapa kali mempergunakannya secara sesat
maka guru menghukumnya. Sampai waktu yang tidak ditentukan dia tidak
diperkenankan meninggalkan tempat kediaman guru. Dia setengah dipenjara
dalam sebuah lembah batu. Kalau kau mengatakan telah bertemu dengan
seorang yang sangat sama dengan diriku, pasti dia adalah adik kembarku.
Kurasadiatelahmelarikandiridarilembahbatuitu...”
Wiro tetap tegak tak bergerak.
“Aku tidak menyalahkanmu kalau kau tidak mempercayai. Hanya saja aku
khawatir seseorang telah memperalatnya. Kau mengatakan telah menyerahkan
sebuah kitab padanya. Kalau aku boleh bertanya kitab apakah?”
Wiro tetap tidak menjawab.
“Kalaukautidakmaumenerangkantidakjadi
apa! Namun aku sudah bisa
mengira-ngira. Aku menyirap kabar bahwa sebuah kitab sakti bernama Kitab
Putih Wasiat Dewa telah muncul dalam dunia persilatan. Sangat santar
terdengar bahwa kitab itu berada di tanganmu. Karena kau cuma punya satu
nyawa rasanya tidak perlu mengingatkan bahwa tiap kejapan mata nyawamu
terancam oleh orang yangmenginginkankitabsaktiitu...”
“Mereka boleh membunuhku sampai seribu kali. Mereka tidak bakal
mendapatkan apa-apa. Seperti kuterangkan kitab itu kuberikan pada Bidadari
Angin Timur. Entah engkau orangnya entah benar ada yang lain! Aku merasa
benar-benartertipu...!”
BidadariAnginTimurtersenyum sinis.“Bukanorang yang menipu tapi kau
sendiri yang telah berlaku bodoh. Cinta bisa saja buta, tapi otak jernih tidak
perludigadaikanpadaoranglain!”Wiroterdiam namunsigadistahubahwa
pemuda ini memaki panjang pendek dalam hatinya. Maka diapun segera
menyambungucapannya.“Maafkan,akutidakbisabicaralebihlama.Aku
harus mencari adikku. Aku yakin dia berada dalam satu bahaya besar...
Bagaimanapun jahatnya dirinya, dia adalah saudaraku sedarah sedaging. Aku
wajib menolong menyelamatkannya... Sebelum pergi ada satu hal yang ingin
aku tanyakan. Kau boleh menjawab boleh tidak. Di luaran tersiar kabar ada
satu pertemuan besar para tokoh persilatan pada hari sepuluh bulan sepuluh di
Pangandaran. Berarti kurang satu bulan dari sekarang. Kau tahu pertemuan
macam apa adanya?”
“Aku tak bisa mengatakan. Jika kau merasa sebagai orang persilatan
mengapatidakmencaritahudandatangsendirikesana?”
“Hemm Begitu? Kalau umurmu masih panjang mudah-mudahan aku bisa
melihatmulagidiPangandaran!”
“Urusanumurmanusiaditangan Tuhan. Bukan di tangan manusia ataupun
setan!”jawabWirosakingkesalnyadanmerasaterhinaolehucapanBidadari
Angin Timur itu.
Tanpa berkata apa-apa lagi si gadis putar tubuhnya.
“Tunggu!”ujarWiro.“Kautakbisamembuktikanucapanmu.Akutidakbisa
memastikan bahwa kau memang punya adik kembar. Tapi satu hal harus kau
ketahui. Jika memang ada dua Bidadari Angin Timur di dunia ini, maka Bidadari
Angin Timur yang kucintai itu adalah dirimu. Karena kaulah yang pertama sekali
kukenal...Ucapan itu membuat gadis di hadapan Wiro diselimuti berbagai perasaan.
Sebetulnya dia ingin pertemuan itu berlangsung lebih lama. Tanpa berkata apaapa Bidadari Angin Timur tinggalkan tempat itu.
Begitu si gadis pergi Wiro kelihatan mengangkat kepala dan mengendusendusbeberapakali.“Bagaimanaakubisapercayaucapannya.Bagaimana
aku yakin dia punya saudara kembar. Bau harum tubuh dan pakaiannya tidak
berbedadenganBidadariAnginTimuryangkutemuibeberapawaktulalu...”
***
EMPAT
PANGERAN Matahari menjambak rambut pirang gadis itu. Dia menggeram
beberapakalibaruberkata.“Akumasihmaumemberipengampunanpadamu
!
Yang pertama dan yang terakhir! Lain kali nyawamu tak akan tertolong! Tapi
agar kau tahu pengampunan ini bukantanpasyarat!Kaudengarucapanku?!”
“Aku mendengar Pangeran. Harap kau katakan apa syarat
pengampunanmu,”katagadisberpakaianbiruyangberadadalam keadaan
tidak berdaya dan tampaknya ketakutan sekali.
“Pertama kau harus dapat mencari Pendekar 212 dan membunuhnya
sebelum hari sepuluh bulan sepuluh! Membunuh bangsat itu bukan cuma
sekedar membunuh, tapi juga mendapatkan Kitab Putih Wasiat Dewa yang asli!
Dia pasti menyembunyikan kitab sakti itu di satu tempat dan memberikan yang
palsupadamu!”
“Apasyarat yang ke dua?”
“Gadis sialan! Kau tak perlu bertanya! Aku yang akan mengatakan. Untuk
berjaga-jaga, jika kau tidak mampu melakukan syarat pertama tadi. Kau harus
dapat menemui Delapan Tokoh Kembar yang kabarnya barusan saja kembali
setelah tujuh tahun gentayangan di lautan sebelah timur. Bujuk mereka agar
mau bergabung dengan kita dan hadir di Pangandaran pada hari sepuluh bulan
sepuluh!”
“Setahuku walau mereka tidak terlalu bersih tapi mereka bukan orang-orang
golongan hitam. Tidak mudah membujuk mereka...”
“BidadariAngin Timur
! Kau punya wajah cantik dan tubuh bagus
menggiurkan! Aku dengar Delapan Tokoh Kembar bukanlah manusia-manusia
yang punya pantangan bermain-maindenganperempuan!”
Berubahlah paras cantik gadis berambut pirang itu.
Pangeran Matahari maklum apa yang ada di benak Bidadari Angin Timur.
Sambilmenyeringaidia berkata.“Kau gadis cerdik.Terserah padamu
bagaimana melayani mereka. Mau satu-satu atau delapan sekaligus! Ha... ha...
ha…!”
Dalam hatinya gadis berpakaian biru itu menyumpah habis-habisan.“Tidak
kusangka dirinya sekeji ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah terlanjur
jatuhkedalamtangannya...”
“Pangeran, kata si gadis pula sementara rambutnya masih terus dijambak.
Apa perintahmu akan kulaksanakan. Kau sudah mengatakan syarat untuk
pengampunan diriku. Sekarang giliranku untuk meminta satusyarat...”
PangeranMataharitertawalebar.“Kauberadadibawahkekuasaanku!Aku
yangmengaturdirimu!”
“Aku mengerti. Aku hanya ingin menyampaikan dan minta kau mau
mendengar. Apakah kau mau memenuhi atau tidak aku tak bisa berbuat apa.
Terserahpadamu...”
Sang Pangeran menggeram.“Bilang apa yang kau mau katakan..!”
bentaknya.“Bilasemuaurusansudahselesaiakuinginkaumenikahikusesuaidengan
janjimu...”
“Itu bisa kita bicarakannanti!”
“KetahuilahPangeran,akibathubungankitaselama ini, saat ini aku telah
berbadandua.Adajabangbayiseusiatigapuluhharidalamrahimku...”
Pangeran Matahari seperti mendengar sambaran halilintar di depannya
mendengar ucapan gadis itu. Jambakannya terlepas. Kakinya tersurut mundur
dan sepasang matanya memandang mendelik.
“Jahanam! Bagaimanainibisaterjadi?”teriaksangPangeran.
“Apakahhalituperlukautanyakan?”ujar Bidadari Angin Timur.
“Aku tidak ingin punya anak! Kandunganmu harus kau gugurkan. Aku tahu
orangpandaiyangbisamelakukannya.Kalautidak...”
“Kau akan membunuhku! Bukan begitu terusan ucapanmu Pangeran? Aku
sudahmengatakansyaratpermintaanku.Terserahpadamuuntukmemikirkan!”
Pangeran Matahari tersenyum. Dengan mesra dibelainya pipi si gadis lalu
berkata.“Kausalahmendugakekasihku.Bukanituterusanucapanku.Yang
betul adalah kalau tidak bisa aku tidak akan lari dari tanggung jawab untuk
menikahimu. Kita akan hidup sebagai suami istri, punya anak. Rasanya dalam
usiaku yang sekarang ini sudah saatnya aku harus mempunyai pendamping
setia dalam hidupku.”
Sepasang mata Bidadari Angin Timur membesar dan berkaca-kaca.
“Pangeran,akubenar
-benar bangga mendengar ucapanmu itu! Langsung saja
gadis ini merangkul Pangeran Matahari. Keduanya saling berpelukan lama
sekali. Dua insan bersatu raga seolah berusaha bersatu hati. Namun dalam
benak masing-masing saat itu telah muncul benih kebusukan dan kekejian.
Dalam hatinya sigadis membatin.“Aku kenalbetul diri dan sifatmu
Pangeran. Aku meragukan apa kau benar-benar akan melaksanakan apa yang
kau katakan. Aku menaruh firasat kau akan menghabisi diriku begitu urusan
besar di Pangandaran selesai. Aku tidak bodoh Pangeran! Aku akan
membunuhmu lebih dulu dan merampas Kitab Wasiat dari tanganmu! Kau
boleh tertawa saat ini tapi lihat dan tunggu saja saatnya!”
Firasat yang didapat si gadis saat itu memang benar karena sambil
merangkul sang Pangeran dalam hatinya berkata. “Gadis tolol! Apa kau kira
aku benar-benar ingin menikahimu?! Ha... ha... ha! Pangeran Matahari mana
mau barang rongsokan sepertimu! Umurmu hanya sampai hari sepuluh bulan
sepuluh! Begitu urusan di Pangandaran selesai dan aku telah menjadi raja di
raja dunia persilatan, saat itu pula riwayatmu akan selesai! Aku Pangeran
segala cerdik, segala akal, segala congkak tidak sebodoh yang kau sangkakan!
Ha... ha... ha…!
Pangeran Matahari mencium kening gadis dalam pelukannya lalu berbisik.
“Aku ingin membelaiperut yang menyimpan jabang bayi calon anakku
bolehkah...?”
Si gadis angkat kepalanya sedikit lalu mengangguk. Tangannya bergerak
membuka ikat pinggang pakaian birunya. Sesaat kemudian pakaian itu jatuh
lepas ke lantai. Dalam pelukan sang Pangeran si gadis tidak lagi mengenakan
apa-apa.SEKALI ini agak lama Pangeran Matahari berendam dalam air telaga sejuk
dan jernih itu. Kerindangan pohon-pohon besar di sekitar telaga menahan sinar
sang surya. Pangeran Matahari menyelam dua kali berturut-turut. Tubuhnya
terasa segar. Ketika dia hendak menyelam untuk kali terakhir tiba-tiba sudut
matanya menangkap satu bayangan di tepi kiri telaga. Di situ, di atas sebuah
batu dia telah meninggalkan pakaian hitam dan mantelnya. Tergulung dalam
mantel hitam dia menyembunyikan Kitab Wasiat Iblis.
Pangeran Matahari cepat berbalik. Dia hanya sempat melihat satu bayangan
putih berkelebat. Sebelum bayangan itu lenyap Pangeran Matahari telah
menghantam dengan pukulan ‘Telapak Matahari’. Suara angin panas
menggemuruh keluar dari telapak tangan kanan sang Pangeran.
Batu besar di tebing telaga hancur berkeping-keping hangus menghitam dan
mengepulkan asap. Semak belukar rambas berentakan, musnah terbakar.
Sebatang pohon besar langsung tumbang begitu batangnya yang sebesar
pemelukan tangan patah dilabrak pukulan sakti.
Tanpa perduli akan keadaan dirinya yang tidak mengenakan apa-apa
Pangeran Matahari melompat keluar dari dalam telaga. Dia berkelebat ke balik
tumbangan pohon di arah mana tadi dilihatnya bayangan putih itu berkelebat.
“Bangsatpencuri!JangankirakaubisalolosdariKematian!”teriakPangeran
Matahari. Begitu sampai di balik reruntuhan pohon besar dia lepaskan pukulan
“GerhanaMatahari”. Siapapun yang bersembunyi di situ dalam keliling lima
tombak tak bakal luput dari pukulan maut itu. Udara mendadak redup. Cahaya
kuning bercampur merah dan hitam pekat berkiblat menggidikkan. Suara
menggemuruh terdengar laksana ada air bah mengamuk. Hawa panas
mendadak sontak menyelubung. Kembali pohon-pohon bertumbangan, semak
belukar terbakar berhamburan. Pasir dan debu serta pecahan batu membubung
ke udara!
Pada saat itulah terdengar suara tawa bergelak. Di balik saputan pasir dan
debu tampak satu bayangan putih melayang turun dari sebatang pohon besar
yang barusan tumbang.
“Pangeran Matahari! Pukulan saktimu hebat tanpa cacat! Tapi
kewaspadaanmu berkurang dan gerakanmu kulihat lamban!”Suara keras
menggetarkan seantero tempat. Pangeran Matahari tersentak kaget. Kepalanya
mendongak dan sepasang matanya memandang tajam tak berkesip ke depan.
Begitu pasir, debu dan kerikil surut jatuh ke tanah dan udara kembali terang
maka tampaklah jelas sosok tubuh yang tadi melayang dari atas pohon.
Dia ternyata adalah seorang kakek berpakaian putih kotor dan rombeng.
Sepasang matanya yang besar menjorok ke dalam cekungan rongga mata
yang mengerikan. Mukanya sangat pucat. Mayat sekalipun tidak akan sepucat
itu! Mulutnya yang perot kelihatan berkomat-kamit. Orang ini memiliki rambut
putih menjela sampai ke punggung dan dia berdiri terbungkuk-bungkuk
pertanda keadaannya sudah dimakan usia lanjut. Di kempitan tangan kirinya
kelihatan pakaian hitam dan mantel milik Pangeran Matahari.
“Guru!”seruPangeranMatahariketikadiamengenali siapa adanya kakek di
hadapannya. Si kakek tertawa panjang dan mendongak lalu goyang-goyangkan
kepalanya beberapa kali.Saat itu Pangeran Matahari sudah melompat ke hadapan si orang tua dan
membungkuksatukali.“Guru!Tidaksangkakausekonyong
-konyong muncul
membuatkejutan!”
Si kakek yang memang adalah guru Pangeran Matahari tertawa panjang.
Dalam dunia persilatan manusia ini dikenal dengan julukan angker Si Muka
Bangkai alias Si Muka Mayat!
“Muridku!Jelaskulihatkewaspadaanmuberkurang dan gerakanmu lamban!
Itu satu pertanda bahwa ada bisikan hati yang mempengaruhi jalan pikiranmu!
ApayangterjadidengandirimuPangeranAnom?”Sanggurumenyebut nama
asli Pangeran Matahari yang memang terlahir sebagai seorang Pangeran
bernama Anom, putera Raja dari istri ke tiga bernama R. A. Siti Hinggil.
“Terima kasih atas teguranmu Guru. Aku memang tengah menghadapi
urusan besar. Tapi aku bisa menghadapi sendiri! Kau tak usah menyusahkan
diri ikut campur segala.”Jawaban Pangeran Matahari jelas menunjukkan sikap
segala pandai dan segala congkak.
Si Muka Bangkai kembali tertawa bergelak. “Aku senang mendengar
jawabanmu. Kau masih seperti dulu! Segala cerdik, segala pandai, segala
congkak! Bagus, itu bagus kalau kau memang bisa mengurus diri sendiri! Tapi
yang aku saksikan tadi membuat aku ragu apakah kau benar-benar bisa
menjagadiridanmenjagabarangberhargaini!”HabisberkatabegituSiMuka
Bangkai lemparkan gulungan pakaian dan mantel hitam Pangeran Matahari
yang tadi disambarnya dari atas batu di tepi telaga.
Pangeran Matahari cepat menyambuti pakaian uu, mengenakan baju dan
celana hitamnya. Terus mengikatkan mantel hitam ke leher dan mengikatkan
Kitab Wasiat Iblis ke dadanya.
“Kau harus mengatakan terus terang apa yang terjadi dengan dirimu. Kau
tengah menghadapi urusan besar Muridku. Bukan cuma menyelamatkan
nyawamu sendiri tapi juga harus memikirkan cara yang mulus untuk menguasai
dunia persilatan!”
“
Aku sudah memiliki Kitab Wasiat Iblis! Siapa yang sanggup melawanku?
Siapayangberanimenghalangidirikumenjadirajadirajaduniapersilatan?!”
jawab Pangeran Matahari dengan congkaknya sambil mendongakkan kepala
seolah saat itu dia bukan berhadapan dengan guru yang harus dihormatinya.
“Kau betul! Tidak salah! Kitab Wasiat Iblis ada di tanganmu! Siapa yang
sanggup melawanmu? Kau hanya tegak berdiam diri, tidak bergerak bahkan
tidak bernafas. Dan musuh-musuhmu akan mampus berkaparan. Tapi apakah
kau sudah mendengar kabar tentang sebuah kitab sakti lain bernama Kitab
Putih Wasiat Dewa? Kitab itu kabarnya sudah jatuh ke tangan musuh besarmu.
PendekarKapakMautNagaGeni2121”
“Aku sudah mendengar. Mungkin lebih dulu tahu dari padamu. Guru. Bahkan
aku sudah melakukansesuatuwalausaatinimaksudkubelumkesampaian...”
“Hemmm….Harap kau memberitahu padaku apa yang kau lakukan”
“Aku telah menugaskan Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan untuk
mencari dan membunuh Pendekar 212. Aku juga telah memerintah Bidadari
Angin Timur untuk melakukan hal yang sama. Kalaupun mereka gagal aku
tetap tidak merasa takut! Kitab Wasiat Iblis segala-galanyadiatasduniaini!”
SiMukaMayataliasSiMukaBangkaimenariknafasdalam.“Muridku,
bagaimanapun hebatnya dirimu aku tetap merasa khawatir. Pertama sekali kau harus menceritakan apa yang kau alami saat ini hingga gerakanmu begitu
lamban, kewaspadaanmu jauh di bawah ukuran seorang berkepandaian tinggi
sepertimu!”
Pangeran Matahari terdiam beberapa lamanya. Akhirnya dia berkata juga.
“Akutelahmenghamiliseoranggadis.Diamenuntutmintadinikahi!”
“Hemmm Ah... ha... ha... ha... !”SiMukaBangkai mula-mula terbatuk-batuk
beberapa kali lalu ter tertawa bergelak. “Hanya urusan sepele begitu sampai
otak dan hatimu menjadi mumet? Tak sanggup! Merasa tak sanggup berpikir?
Alangkah bodohnya! Aku yakini gadis yang kau katakan itu adalah si cantik
yangsukaberpakaianbirutipismerangsangitu!”
Pangeran Matahari mengangguk perlahan.
Sang guru kembali tertawa gelak-gelak.
“Guru, tak usah mencemooh mentertawai diriku! Aku sudah menemukan
jalanuntukmenyelesaikanurusanyangsatuitu!”
“Hemmm… Pasti kau memuslihatinya dan mengakhiri muslihatmu dengan
kematian baginya! Ah! Terlalu sayang gadis secantik itu cepat-cepat dikirim ke
liang kubur. Serahkan semua urusan padaku asalkan kau mau menghadiahkan
dirinya untukku! Atau kita miliki dia bersama-sama sampai akhirnya kita bosan
sendiri!”
“Sekali ini aku tidak bisa memenuhi permintaanmu Guru,”kataPangeran
Matahari.“Gadisitubisamengundangbahaya yang tidak terduga. Ular kepala
dua. Mungkin lebih! Aku tetap memutuskan. Akan membunuhnya setelah hari
sepuluh bulan sepuluh!”
“Ah aku si tua bangka ini jadi kecewa mendengar penolakanmu itu muridku.
Kuharap dalam waktu dekat kau bisa berubah pikiran... Aku sudah lama tidak
menggauli perempuan. Kalau aku dapat gadis itu walau cuma untuk beberapa
harihemmm.Apalagidiasedanghamilmuda.Kataorang...”S
i Muka Bangkai
tidak meneruskan ucapannya melainkan tertawa mengekeh.
“Guru.saatiniakutengahmemusatkan segala daya dan pikiran pada hari
sepuluh bulan sepuluh! Apakahkautelahmelakukansesuatuuntukku?”ujar
Pangeran Matahari.
“Hah!Nyatanyakautidakmelupakanhariitu.Kautakperlukhawatir.Sesuai
permintaanmu dulu aku akan pergi ke Pangandaran untuk membuat segala
persiapanagarjalanmumenjadipenguasarimbapersilatanbisalebihmulus!’
“ApasajayangakankaulakukanGuru?”tanyaPangeranMatahari.
“Kautahuberessajalah.Mengikutikemauandansegalaakallicikmu,tiga
minggu lalu seorang sakti berjuluk Makhluk Pembawa Bala menemuiku di satu
tempat. Keadaan manusia satu ini mengerikan, hanya menunggu hari
kematiannya saja. Ada sebatang kayu menancap di ubun-ubun kepalanya! Dia
punya dendam kesumat besar terhadap Pendekar 212. Ternyata dia punya niat
juga untuk memiliki Kitab Putih Wasiat Dewa. Kutipu dirinya dengan
mengatakan akan membantunya mendapatkan kitab itu. Karenanya dia mau
melakukan apa saja yang aku perintahkan. Dibantu oleh seorang ahli dari
Kotaraja dia akan memasang bahan peledak serta berbagai senjata rahasia di
salahsatubukityangakanmenjaditempatberkumpulnyamusuhkita.”
Pangeran Mataharimenyeringai.“Aku tahu manusia berjuluk Makhluk
Pembawa Bala itu. Jika dia orangnya memang kita tidak perlu kawatir. Musuhmusuh kita akan menemui ajal sebelum sempat melakukan sesuatu. Terim
kasihGuru,kautelahbersusahpayahmelakukansesuatuuntukku.”Berbasa
-
basi Pangeran Matahari lalu membungkuk dalam-dalam.
Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat tertawa kempot-kempot“Sekarang
apakah kau sudah berubah pikiran dan mau menghadiahkan gadis berbaju biru
itu padaku?”
“Guru, aku tidak mau mengecewakanmu. Ada satu hadiah memang sudah
kusediakan untukmu Masuklah ke ruang dalam. Langsung ke kamar tidur di
sebelahkiri...”
Sepasang mata cekung Si Muka Bangkai tampak berkilat. Mulutnya yang
perot berkomat-kamit. Tanpa menunggu lebih lama dia masuk ke ruangan
dalam. Pintu kamar dibukanya lebar-lebar.
Si Muka Bangkai sesaat merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak.
Nafasnya seolah putus!
Betapakan tidak. Di atas ranjang putih terbaring sesosok tubuh gadis jelita.
Selain rambutnya yang panjang hitam sepinggang gadis ini tidak mengenakan
apa-apa lagi. Kakek bungkuk ini tertawa mengekeh. Dengan tumit kaki kirinya
ditendangnya pintu kayu di belakangnya!
LIMA
HARI sepuluh bulan sepuluh hanya tinggal dua minggu. Hari itu pantai
selatan tampak tenang. Udara di Teluk Penanjung di mana terletak pantai
Pangandaran tampak terang dan cerah. Dua bukit batu karang menjorok sejajar
ke arah laut, mengapit sebuah pedataran pasir berbatu-batu selebar lima
tombak.
Satu sosok tubuh bungkuk berkelebat cepat dari arah utara. Setelah
melewati beberapa gundukan batu karang akhirnya dia sampai di satu tempat
ketinggian di mana terpancang sebuah tiang besi. Di ujung tiang besi berkibar
sehelai bendera besar berwarna hitam, melambai-lambai ditiup angin.
Tepat di bawah bendera itu duduk bersila satu sosok luar biasa mengerikan.
Melihat pada keadaannya yang tidak bergerak dan tidak bersuara, jika tidak
diperhatikan benar sulit diduga apakah sosok ini sudah jadi mayat atau masih
hidup!
Sosok ini hanya mengenakan sehelai cawat rombeng. Sekujur tubuhnya
penuh dengan koreng cacar air menebar bau busuk. Beberapa bagian
tubuhnya tampak hangus hitam seperti pernah terbakar. Perutnya robek besar.
Dari robekan ini membusai usus yang bergerak-gerak setiap dia menarik nafas!
Sepasang kakinya hanya merupakan tulang-tulang menghitam dan hancur di
beberapa bagian. Dia duduk termiring-miring karena bagian dadanya tampak
aneh seperti pernah putus lalu disambung tetapi tidak pas betul
sambungannya. Makhluk ini tidak memiliki tangan sama sekali alias buntung!
Kedua daun telinganya sumplung. Hidung gerumpung. Pipi hancur dan pada
lehernya ada guratan luka tertutup darah yang telah mengering. Mulutnya yang
hancur membuat bibirnya bergontai-gontai. Salah satu matanya melesak ke
dalam. Mata yang lain hanya merupakan lobang besar mengerikan.
Yang paling angker ialah menancapnya sebatang kayu di batok kepala orang
ini, tepat di ubun-ubun! Seperti dituturkan sebelumnya dalam Episode berjudul
“MuslihatCinta Iblis”batangan kayu itu ditancapkan oleh Iblis Putih Ratu
Pesolek sewaktu terjadi pertempuran antara Wiro dengan orang di dalam
lobang ini yang bukan lain ialah Makhluk Pembawa Bala.
“MukaBangkai!Apakahitukauyangdatang?!”tiba
-tiba makhluk mengerikan
yang duduk di atas batu karang tetapi manusia juga adanya! Suaranya keras
tapi sember karena lehernya yang robek.
Tubuh bungkuk yang berkelebat dari arah utara melesat dan jejakkan ke dua
kakinya di depan manusia angker yang duduk bersila di atas batu karang. Lalu
terdengar suara tawanya keras dan panjang.
“Makhluk Pembawa Bala sobatku bertubuh baja berhati besi! Aku gembira
melihat kau tetap berada di sini! Itu satu pertanda kesetiaan yang hebat luar
biasa!”OrangtuabungkukyangbarusandatangternyataadalahSiMuka
Bangkai alias Si Muka Mayat, guru Pangeran Matahari!
Makhluk Pembawa Bala mendongak ke langit hingga luka besar pada
lehernya terkuak dan darah busuk mengalir keluar. Sobatku Si Muka Bangkai!Bukankah ada ujar-ujar mengatakan ada ubi ada talas. Ada budi ada balas!
Apayangakulakukantidaklepasdarijanjiyangkauucapkantempohari!”
“Sobatku kau tak perlu kawatir Bagiku Si Muka Bangkai, janji yang diucapkan
adalah titipan nyawaku padamu. Kitab Putih Wasiat Dewa akan menjadi
milikmu begitu muridku menamatkan riwayat Pendekar 212!”
Aku percaya pada janjimu! Aku percaya kata Makhluk Pembawa Bala pula.
Sekarang aku ingin kau melakukan sesuatu!”
“Hemmm….katakanlah!”
“Akuinginkaumencabutbatangankayuyangmenancapdibatokkepalaku!”
Kakek bungkuk Si Muka Bangkai tercekat sesaat. Mulutnya yang perot
dipencongkan ke kiri. Dia mendongak ke atas menyembunyikan seringai penuh
arti. Dalam hati dia membatin “Makhluk Pembawa Bala, aku tahu kalau kayu
yang menancap di ubun-ubunmu itu tidak dicabut, nyawamu hanya tinggal dua
puluhan hari saja! Hik... hik! Siapa yang ingin melihat kau hidup lebih lama!
Pada hari sepuluh bulan sepuluh begitu urusan di tempat ini selesai, aku tidak
butuh dirimu lagi! Kau hanya tinggal menunggu mampus!!”
“Muka Bangkai kau tuli atau bisu hingga tidak melakukan permintaanku tadi!”
“Sobatku Makhluk Pembawa Bala. Sebelum ke sini aku telah menemui
seorang dukun besar di Nusa Kambangan Aku mendapat keterangan dan dia
bahwa saat sekarang hampir tidak mungkin untuk mencabut kayu itu dan batok
kepalamu...”
“Tidak mungkin? Tidak mungkin kenapa? Kalau aku punya tangan sudah
dari dulu-dulu aku melakukannya! Perempuan sundal berjuluk Iblis Putih Ratu
Pesolek itu membuat buntung tanganku yang tinggal satu hingga aku tidak bisa
berbuat apa-apa! Tunggu saja! Aku akan membunuhnya dengan cara sangat
mengerikan! Aku akan sate tubuhnya dari selangkangan sampai ke ubunubun!”Makhluk Pembawa bala keluarkan suara menggerendeng panjang
endek.
“Menurutdukunbesaritujikakayudicabutsekarangmakaotakmuakanikut
tertarik. Akibatnya mengerikan sekali. Hanya satu di antara dua. Kau tetap
hidup tapi kehilangan kewarasan atau kau tetap hidup tapi sekujur badanmu
lumpuh!”
Sosok tubuh Makhluk Pembawa Bala nampak bergetar begitu mendengar
keterangan Si Muka Bangkai. Lama mulutnya yang hancur tak sanggup
mengeluarkan suara. Setelah selang beberapa lama akhirnya dia ajukan
pertanyaan. “Lantas apakah kelak aku akan mampus mengenaskan begitu
saja?! Lebih baik kau bunuh aku saat ini juga Muka Bangkai!”
Si Muka Bangkai maju selangkah dan pegang bahu Makhluk Pembawa Bala
walau diam-diam dia merasa jijik. Lalu dia berkata. “Sobatku tunjukkan hati
besimu! Tunjukkan kesabaranmu yang seatos batu karang! Kau masih punya
harapan untuk hidup. Satu hari sebelum batas waktu kematian dukun besar itu
akan kubawa padamu. Karena menurutnya hanya pada saat itulah kayu bisa
dicabutdannyawamudiselamatkan!”
Makhluk Pembawa Bala menarik nafas panjang.
“SobatkuMakhlukPembawaBala,selamakaumendekamdisiniapakahkau
pernahmelihatIblisPemabukmunculditempatini?”tanyaSiMukaBangkai.
Yangditanyamenggeleng.“Adaapakautanyakan setan alas satu itu? Kau
jerih padanya heh...?Si Muka Bangkai tertawa panjang lalu menjawab. “Puluhan tahun hidup aku
tidak pernah merasa takut pada makhluk apapun! Hanya seorang pemabuk
seperti dia siapa takutkan! Aku bertanya karena dialah yang jadi biang kerok
punya pekerjaan menyebar undangan untuk pesta darah di teluk Penanjung
Pangandaran ini! Diatidaksadardarahnyajugaakantertumpahdisini!”
“MukaBangkai,kautahuiblisPemabuk
itu sebenarnya berada di pihak kita
ataupihakmusuh?”
“Tentusajadipihakkita.Akuakanmendatangkan beberapa gentong besar
berisi minuman keras kesukaannya. Kita akan jamu dia, lalu memperalatnya
untuk menghadapi lawan. Dia boleh menenggak minuman keras sampai
perutnyaambrolaliasmampus!Ha...ha...ha!”
Dua orang di puncak bukit karang itu tertawa gelak-gelak.
MakhlukPembawaBalahentikantawanyalaluberkata.“MukaBangkai,
sudah dua hari dua malam aku tidak tidur. Aku ingin beristirahat memicingkan
mata barang sejenak. Harap kau jangan mengganggu!”
Habis berkata begitu sosok tubuh Makhluk Pembawa Bala merosot turun ke
bawah. Ternyata dia masuk ke dalam sebuah lobang batu. Jadi sejak tadi
sebenarnya orang ini duduk di atas lobang! Gerakannya turun berhenti pada
saat tinggal kepalanya saja yang kelihatan. Makhluk Pembawa Bala senderkan
bagian belakang kepalanya ke pinggiran lobang batu karang. Si Muka Bangkai
tidak tahu apakah manusia ini telah memejamkan mata dan tidur karena ke dua
matanya hanya merupakan rongga-rongga mengerikan.
ENAM
ETELAH cukup lama menunggu akhirnya abdi dalem berusia lanjut yang
dinantikan muncul juga di pendopo yang teduh itu.
“Anak muda harap maafkan kalau kau menunggu cukup lama. Kelihatannya
kaudatangdarijauh.Apayangbisaakulakukanuntukmu?”Siabdidalem
menyapa ramah dan duduk bersila di hadapan Wiro.
“Sayabutuhbeberapaketerangan...”
“Menyangkutkerajaanatauapa...?”
“Sedikitmenyangkutkerajaan,”jawabWiro.
Orangtuaitumengangguk.“Akuakanmenjawabsepanjangkemampuanku
dan selama tidak menyangkut rahasia kerajaan serta keluarga kerajaan.”
“Orang tua, apakah kau pernah mengenal seorang Tumenggung bernama
SinduWinoto?”
“TumenggungSinduWinoto?Hemm… SinduWinoto...SinduWinoto...”Abdi
dalem itu menyebut nama tersebut berulang-ulang. Akhirnya dia gelengkan
kepala danberkata.“AdabanyaksekaliTumenggungbaikdiKeratonmaupun
yang ditugaskan di berbagai Kadipaten. Tapi seingatku tidak ada yang bernama
SinduWinoto.AdasatubernamaJarotWinoyo...”
YangsayacariSinduWinoto.BukanJarotWinoyo,”kataWiropula
.
“TidakadaTumenggungdengannamasepertiitu.”
“Kaupasti,orangtua?’
“Pastisekali.Mengapakautanyakanorangyang tidak pernah ada itu?
Masihpunyahubungankerabatatausanaksaudaradengandia?”
Wirotidakmenjawab.“Tumenggungitumempunyai seorang putera bernama
Handoko…”
“Ada seorang bernama Handoko di Keraton. Bukan putera seorang
Tumenggung.TapipelayankepalamembawahisemuaurusandiKaputeran...”
Wiro terdiam.
“Kalautidakadalagiyangkautanya,akuterpaksa harus kembali ke tempat
pekerjaanku...”kataabdidalemtuaitu.
“Tunggu.Adasatupertanyaanlagi.PuterasangTumenggungdikabarkan
ditemukan telah jadi mayat di hutan Watuireng. Lehernya digorok hampir putus.
Ini tentu merupakan satu peristiwa besar. Apakah kau tahu atau pernah
mendengar hal itu? Kejadiannya belumlamaberselang...”
“Tidak...tidakpernahadakudengarkejadiansepertiitu,”katasiabdidalem
pula.“KalaumemangadatentutelahterjadikegegerandiKotarajaini.”
“Hanyaituyanginginsayatanyakan.Terimakasihatas waktumu, orang
tua...”
Abdi dalem itu mengangguk lalu berdiri dan meninggalkan pendopo dengan
cepat.
Di tempat sepi di bawah pohon Pendekar 212 duduk memikirkan dan
menghubung-hubungkan semua keterangan dengan kejadian-kejadian yang
dialaminya akhir-akhir ini.Sebelum matiRajaObatDelapanPenjuruAnginmemberitahubahwa
pembunuhnya adalah gadis berpakaian merah, bernama Andini alias Dewi
Payung Tujuh! Gadis itu katanya menceritakan tentang nasib perjodohannya
dengan pemuda bernama Handoko yang ditemui mayatnya di hutan Watuireng
mati digorok! Handoko katanya putera seorang Tumenggung bernama Sindu
Winoto. Tapi setelah aku selidiki tidak ada Tumenggung bernama Sindu
Winoto. Tidak ada pemuda bernama Handoko dan juga tidak ada orang yang
ditemui mati di hutan Watuireng! Gila! Apa artinya semua ini?”Murid Sinto
Gendeng garuk-garukkepalalalumelanjutkanberpikir.“PutiAndinibelumlama
datang di tanah Jawa ini. Mana mungkin dia menjalin hubungan cinta dengan
seorang pemuda bernama Handoko yang ternyata tidak pernah ada? Hemm
Siapa pun adanya orang yang mengaku bernama Andini itu pasti telah
memalsudirinya...”LamamuridSintoGendengmerenung.
“Mungkinkahsaatitudalam keadaanmeregangnyawaRajaObatbicaratak
karuan hingga memberikan keterangan aneh yang sebenarnya tidak ada? Atau
memang benar gadis bernama Andini itu yang telah mencelakainya? Buktinya
sebelum aku sempat menghukumnya dia melarikan diri begitu saja! Hemmm...
Atau mungkin ada gadis lain punya nama sama dengan Dewi Payung Tujuh?
Tidak bisa jadi! Andini yang aku kenal itu datang dari Pulau Andalas memang
membawa maksud tertentu. Dia menginginkan Kitab Putih Wasiat Dewa! Itu
sebabnya dia membunuh Raja Obat setelah mendapatkan keterangan
menyangkut diriku! Urusan gila ini benar-benar berbelit!”Wirokembaligaruk
-
garukkepalaDiakiniteringatpadagadisitu.“BidadariAnginTimur,teka
-teki
apa yang kau berikan padaku? Kita bercinta... Kuberikan Kitab Putih Wasiat
Dewa padamu. Lalu kau menghilang begitu saja seolah ingin melarikan kitab
sakti itu untuk selama-lamanya. Lalu ketika kau tiba-tiba muncul sikapmu aneh.
Kau seolah tidak ingat lagi apa-apa yang telah kita lakukan. Dia bahkan
menampar mukaku! Bagaimana aku bisa mendapatkan petunjuk bahwa
memang gadis itu mempunyai saudara kembar? Lalu bagaimana aku bisa
memastikan yang mana Bidadari Angin Timur asli yang membawa kitab itu!
Gila... oh gila sekali! Hari sepuluh bulan sepuluh hanya tinggal sepuluh hari lagi!
Pangeran Matahari tentu sudah menyiapkan segala sesuatunya. Aku masih
saja sibuk dengan persoalan gila ini! Ah... aku benar-benar ingin menemui
seseorang yang bisa diajak bicara dan memberi petunjuk! Tapi siapa? Guruku
entah berada di mana. Kakek Segala Tahu terlalu sulit untuk dicari. Kalau
saja...”
Tiba-tiba terdengar derap suara kaki kuda mendatangi dari arah kiri. Dalam
waktu bersamaan dari arah kanan terdengar suara orang menyanyi tak karuan
diseling tertawa ha-ha hi-hi.
“Akupunyafirasatorangberkudadisebelahkiridanorangyangmenyanyi
dari arah kanan akan bertemu di tempatini.Sesuatuakanterjadidisini!”
Memikir sampai di situ Wiro segera menyelinap di balik serumpunan semak
belukar tinggi dan lebat.
Penunggang kuda muncul duluan. Malah hentikan kudanya tak jauh dari
semak belukar tempat Pendekar 212 bersembunyi. Sepasang mata murid Sinto
Gendeng ini terbeliak besar ketika melihat siapa adanya penunggang kuda itu.
Seorang gadis berpakaian merah berparas jelita tanpa riasan dan bukan lain
adalah Dewi Payung Tujuh alias Puti Andini!
Begitu melihat gadis ini Wiro segera saja hendak melompat keluar dari balik
semakbelukar.“Pembunuh Raja Obat penggantung Bidadari Angin Timur! Kali
inijanganharapbisalolosdaritanganku!”kertaknyasambilkepalkantangan.
Baru saja Wiro hendak bergerak tiba-tiba Dewi Payung Tujuh melompat
turun dari kudanya. Setelah menurunkan bungkusan binatang itu dihalaunya ke
satu tempat. Lalu dengan cepat dia menyelinap ke balik semak belukar di
tempat mana murid Sinto Gendeng mendekam!
Sadar kalau di sampingnya ada seorang lain Dewi Payung Tujuh perlahanlahan palingkan kepala. Gadis ini jatuh terduduk dan beringsut mundur di tanah
saking kagetnya ketika melihat siapa yang ada di dekatnya.
Pendekar 212 menyeringai.
“Sekalipun kau lari ke ujung dunia, ternyata akhirnya kau datang juga
menyerahkan diri untukmenerimahukuman!”
“Pemuda sinting! Siapa bilang aku mau menyerahkan diri!”
Wuttt….!
Kaki kanan Dewi Payung Tujuh melesat ke arah kepala Pendekar 212. Kalau
saja Wiro berlaku ayal dan terlambat menyingkir pasti hidungnya akan remuk
dan bibirnya akan pecah dihantam tendangan keras itu. Begitu serangannya
meleset Dewi Payung Tujuh cepat bergulingan di tanah dan menyambar
bungkusan yang tadi diturunkannya dari atas kuda. Sesaat kemudian gadis ini
telah tegak sambil memegang payung hitam sementara dua payung lainnya
hijau dan putih dilemparkannya ke udara langsung mengembang mengapit
dirinya satu di kiri satu di kanan.
Ketika Wiro bergerak mendekatinya gadis ini membentak.
“Tetap di tempatmu! Tunggu sampai aku menyelesaikan urusan dengan
orang gila satunya itu!”
“Ehoranggilasatunyasiapayangdimaksudkangadisini?!”bertanyaWiro
dalam hati.
Saat itu suara orang menyanyi diseling tawa datang semakin dekat. Hanya
tinggal beberapa langkah lagi dari depan semak belukar, suara orang bernyanyi
dan tertawa mendadak lenyap. Lalu terdengar suara seruan.
“Tidak ada hujan tidak ada panas terik! Mengapa ada dua payung
mengapung di udara? Eh setankah yang memegangi payung-payung itu hingga
tidak terlihat ujudnya? Hik... hik... hik! Lucu juga! Coba kuambil yang warna
putih!”
Wuttt!
Terdengar suara orang berkelebat. Satu sosok tubuh muncul di atas rumpun
semak belukar sambil mengulurkan tangan untuk menyambar gagang payung
putih. Pada saat itu juga Dewi Payung Tujuh jentikkan tangannya dua kali
berturut-turut.
Payung putih menukik lalu melesat ke depan. Ujung runcingnya menyambar
ke arah kepala orang yang barusan hendak mengambilnya. Payung ke dua
yang berwarna hijau datang dari samping laksana gerinda besar menyambar ke
arah pinggang!
“Oolala!Hi
k… hik! Siapa yang berani mengajak bersenda gurau siang
bolong begini?! Siapa yang hendak menjebol batok kepalaku, memutus
tubuhku?!Orang yang mendapat serangan dua payung keluarkan seruan Di udara
tubuhnya bergerak aneh tak karuan seolah jungkir balik ditiup badai. Sesaat
kemudian sosok yang jungkir balik itu laksana batu jatuh dan masuk
menyangsrang ke dalam semak belukar!
Payung hijau membabat ujung semak belukar hingga putus mental laksana
ditebas golok tajam. Payung putih membalik dan melesat ke udara. Dewi
Payung Tujuh begitu melihat serangannya gagal segera menyergap dan
tusukkan payung hitamnya yang telah lebih dulu dikuncupkan.
“O la la! Apa lagi ini!”seru orang yang menyangsrang di dalam semak
belukar. Tangan kirinya diangkat melindungi kepalanya yang hendak ditusuk,
dengan satu gerakan aneh sementara dua kakinya mencak-mencak tak karuan
sedang dari mulutnya keluar suara tawa ha-ha hi-hi!
Dewi Payung Tujuh merasakan gerakannya menusuk tertahan. Dia kerahkan
tenaga dalam. Tapi sia-sia. Payungnya tak bisa bergerak sedikit pun! Malah
tiba-tiba dia melihat satu tangan kurus kering menyelinap di bawah payung.
Sebelum dia sempat berbuat sesuatu tahu-tahu tangan kanannya yang
memegang payung telah dicengkeram orang!
Puti Andini terpekik kaget!
Tiba-tiba tubuhnya terangkat melayang ke atas. Sesaat kemudian melayang
turun ke bawah sampai ke dua kakinya menjejak tanah.
“Ha… ha! Sungguh sedap berpayung-payung dengan gadis cantik jelita!
Cucuku manis ayo kita menari payung bersama-sama! Aku akan menyanyi
sambil kita menari! Ha... ha...ha!”
Lalu terdengar suara orang menyanyi membawakan lagu tak karuan. Puti
Andini berusaha melepaskan diri tapi dirinya laksana dibungkus satu kekuatan
yang tak bisa dilawannya. Tangan kanannya terpentang ke atas memegang
gagang payung hitam. Lengan kanannya sendiri dipegang orang. Lalu ada satu
tangan merangkul pinggangnya. Sesaat kemudian tubuhnya terdorong kian
kemari. Dia seperti tidak menginjak tanah dan mengikut saja ke mana tubuhnya
didorong dan ditarik! Secara sadar dia mengikut saja melakukan tarian aneh!
Dewi Payung Tujuh untuk pertama kali palingkan kepala melihat siapa yang
mengajaknya menari gerabak-gerubuk secara aneh seperti itu. Begitu melihat
paras orang maka terpekiklah gadis ini!
Paras itu paras seorang kakek yang bukan seperti paras manusia, lebih
menyerupai tengkorak karena kulit yang menutupi sekujur mukanya sangat
tipis! Di atas pipi dan rongga mata yang sangat cekung bersarang dua buah
mata mendelik besar. Di atas muka tak berdaging itu tumbuh rambut putih
jarang. Orang ini memelihara kumis dan janggut putih dan mengenakan
pakaian serba putih.
Melihat si gadis menjerit ketakutan orang itu lepaskan rangkulannya dan
batuk-batukbeberapakali.“Ah!Kalaumengikutikemauanrasanyainginaku
menari bersamamu sampai pagi cucuku! Tapi umurku sudah sangat lanjut.
Badan rongsokan ini sudah tidak mau lagi diajak berleha-leha! Ha... ha… ha…!
Anak muda! Apakah kau mau meneruskan tarian tadi bersama cucuku ini?!
Menyesal kalau kau sampai menolak menggandeng gadis secantik ini! Orang
tua bermuka jerangkong itu melambaikan tangannya ke arah Pendekar 212
Wiro Sableng!
TUJUH
PENDEKAR 212 yang sejak tadi menyaksikan apa yang terjadi di depannya
dengan mata melotot tiba-tiba berteriak keras.
“Guru!”Laludiamelompat ke hadapan si orang tua berpakaian putih dan
membungkuk dalam.
“Anak tolol! Kusuruh kau menari dengan gadis cantik cucuku itu kau malah
berbasa-basi!Hilangsudahkesempatanmu!”
“Tua bangka edan! Akubukancucumu!”PutiAndinitiba
-tiba berteriak tak
kalah kerasnya.
“Oolala!Bagaimanabisajaditidakkaruanbegini?!”siorangtuaberkata
sambil tertawa dan usap-usap janggut putihnya. Tubuhnya menghuyung kian
kemari seperti ilalang ditiup angin.
“Aku Puti Andini, murid Sabai Nan Rancak dari Gunung Singgalang! Guruku
memberitugasuntukmencaridanmembunuhmu!”
“GadiskejipembunuhRajaObat
! Jangan kau berani kurang ajar di hadapan
guruku!”bentakWiro.
“Oh
! Jadi tua bangka gila ini gurumu! Bagus! Biar kalian mampus satu kubur
berdua!”teriakDewiPayungTujuh lalu menyergap dengan tusukan payung
hitam.
Si kakek palangkan tangan kirinya yang kurus kering. Payung hitam
melenceng ke kiri.
“Anak gadis! Mari kita bicara dulu!”
“Siapasudibicaradenganorangtuagilasepertimu!Bicarasajanantidengan
malaikat maut!”
“Gadisbermulutkotor!Biarkurobekmulutmu!’teriakWiro.Gerakannya
tertahan karena bahunya cepat dipegang oleh orang tua di sebelahnya.
“Tak usah marah! Gadis ini betul! Aku memang orang tua bangka gila! Itu
sebabnya aku dipanggil orang Tua Gila!Bukanbegitu?Ha...ha...ha!”
“Sudah jangan banyak bicara ngacok! Hadapi kematian dalam kegilaanmu!”
kata Dewi Payung Tujuh pula. Dia gerakan tangannya ke arah bungkusan
miliknya yang ada di dekat semak belukar. Sekali dia menggerakkan tangan,
empat buah payung melesat keluar dari dalam bungkusan itu. Enam buah
payung kini mengembang di udara. Satu berada dalam genggamannya.
Wiro memperhatikan. Ternyata kini Puti Andini telah memiliki lagi sebuah
payung merah yang dulu pernah dihancurkannya.
“Payungbagus! Oo la la! Payung bagus! Ada enam di udara. Satu di tangan!
Siapayangakanmenyanyikalauakumenari?!”Orangtuayangkelihatannya
berotak miring itu tertawa gelak-gelak. Dia bukan lain adalah Tua Gila dari
pulau Andalas yang dikenal dengan dua julukan yaitu Pendekar Gila Patah Hati
dan Iblis Gila Pencabut Jiwa!
Puti Andini membuat gerakan berputar dengan tangan kirinya. Enam payung
yang mengambang di udara melayang berputar ke arah Tua Gila,
mengeluarkan suara menderu deru. Payung-payung ini bergerak bersusun
urun tangga. Berarti ada enam bagian tubuh Tua Gila yang akan menjadi
sasarannya.
“GuruTuaGila!Awas!”teriakWiromemberiingat.Tangankanannyaserta
merta berubah putih menyilaukan tanda dia siap melepaspukulan “Sinar
Matahari”Namun apa yang kemudian terjadi sangat cepat.
Orang tua berpakaian putih itu kelihatan terhuyung-huyung lalu jatuh
berdebam ke tanah. Kakinya melejang-lejang. Dua buah gagang payung kena
sambaran kakinya, mencelat ke udara. Seperti membal tubuh si orang tua
kemudian mencelat ke atas. Tangannya bergerak laksana kilat.
Settt... sett... sett... sett!
Empat buah payung dilemparkannya tinggi-tinggi ke udara. Melayang
bergabung dengan dua payung lain yang ditendangnya sebelumnya.
Apa yang diperbuat Tua Gila tidak cuma sampai di sana. Sambil tertawa haha hi-hi dia jejakkan ke dua kakinya ke tanah. Tubuhnya melesat laksana
terbang melewati enam buah payung. Sambil bernyanyi-nyanyi Tua Gila
melayang turun. Dengan lincah sepasang kakinya menjejak dari kepala payung
satu ke kepala payung lainnya, terus menerus berganti-ganti. Gerakan
tubuhnya walau seperti menari tapi tak karuan. Gerabak gerubuk terhuyung
malah kadang-kadang seperti mau terjerembab jatuh atau terperosok
tertelentang!
“Hai! Astaga! Hari sudah siang! Aku enak-enak saja menari! Urusanku masih
banyak. Cukup bersenang-senang sampai di sini. Aku kawatir ada payung yang
rusak.Cucukupastiakanmarah!Haha...ha!”
Tua Gila melayang turun Tapi tidak turun begitu saja. Sambil turun
tangannya kiri kanan bergerak masing-masing tiga kali. Tahu-tahu enam
payung sudah berada dalam pegangannya. Begitu sampai di tanah enam
payung itu dikuncupkannya. Lalu dia melangkah ke hadapan Dewi Payung
Tujuh.
“Terimakasihkautelahmeminjamkanpayung
-payung bagus ini! Silahkan
ambil payungmu kembali!”Sikakekulurkanenam buahpayungkepadasi
gadis. Puti Andini tegak dengan muka merah padam. Dia tidak bergerak,
apalagi mengulurkan tangan mengambil payung-payung yang disodorkan.
Hanya sepasang matanya yang bagus memandang menyorot pada Tua Gila.
“Oo la la!Cucuku marah beratpadaku!’seru siorang tua.Lalu dia
melangkahkearahWiro.“Kausajayangmenyerahkanpayung
-payung ini
padanya!”HabisberkatabegituenaksajaTuaGilalemparkanenam buah
payung pada Wiro. Mau tak mau Pendekar 212 terpaksa menyambuti. Setelah
enam payung berada dalam pegangannya dia jadi bingung sendiri. Bagaimana
dia akan menyerahkan payung-payung itu pada Puti Andini yang sudah
dianggapnya sebagai musuh besar dan ingin sekali dihajarnya sampai mati?!
“Hai!Adaapadi antara kalian sebenarnya?! Yang perempuan berdiam diri,
muka asam cemberut merah padam. Yang lelaki seolah-olah berubah jadi
patung tolol!”
“Guru!Gadisitutelahmembunuhseorangtokohrimbapersilatansahabat
dan penolongku. Dia juga hendak membunuh seorang gadis sahabatku! Aku
bermaksud menghukumnya sampai mati!”
“Sampai mati?! Oo la la! Sungguh hebat kejadian di rimba persilatan akhirakhir ini! Semakin tua usia dunia semakin banyak terjadi keanehan! Dan hanya manusia-manusia tolol saja yang mau terseret ke dalam keanehan lalu mati
dalamkeanehanitu!”kataTuaGila.OrangtuainilantasmenudingkearahPuti
Andini.“Gadisitu tadibilang dia ditugaskan gurunya untukmencaridan
membunuhku! Rupanya gurunya berteman dengan malaikat maut. Kau sendiri
barusan berkata hendak menghukumnya sampai mati! Aku tidak tahu apa
hubunganmu dengan malaikat maut. Tapi membunuh karena alasan sepele
sungguhperbuatantidakterpuji!”
Puti Andini keluarkan suara mendengus keras hingga si orang tua berpaling
kearahnya.“Aku tahu riwayat hidupmu orang tua! Kau pernah menghabisi
nyawa manusia sampai tiga ratus orang! Apa kau punya alasan tepat untuk
membunuhimereka?!”
Paras Tua Gila sesaat tampak tercekat. “Tunggu!” katanya seraya
mendongak sementara tubuhnya kembali menghuyung tak karuan. Dia
memijat-mijatkeningnyaseolahtengahberpikirkeras.“Cucuku...”
“Aku bukan cucumu! Kau bukan kakekku!” bentak Puti Andini.
“Bagaimanapunjugaakutetapakanmembunuhmu!Janganmengiraakutakut
padamu setelah melihat kehebatanmu memamerkan ilmu kepandaian menari di
udara di atas payung-payungku!”
Tua Gila tertawa pendek lalu geleng-gelengkan kepala.
“Gadis cantik kau dengar baik
-baik. Mengenai riwayatku kau tentu
mendengardariseseorang...”
“Gurukuyangmenceritakan!”
“Tidak salah dugaanku!”kata Tua Gila pula. “Ketika peristiwa itu terjadi
puluhan tahun silam, kau belum lahir. Kau masih jadi angin! Hik... hik! Kau
kemudian mendengar cerita dari gurumu. Apakah dia mengatakan semuanya
denganjujurpadamu?”
“Gurukutakmungkinberdusta!”‘
“Aku tidak mengatakan gurumu si Saban Nan Rancak dari Gunung
Singgalang itu berdusta. Tapi aku yakin ada kepentingan pribadi yang membuat
dia menyisihkan mana yang baik buat dirinya dan menimpakan mana yang
buruk bagi orang lain! Urusanku dengan gurumu biar kami yang tua-tua ini
menyelesaikansendiri...”
“Aku tidak akan kembali ke Singgalang berhampa tangan!”jawab Puti Andini
keras. Lalu berkelebat kirimkan serangan ganas. Payung hitam disapukan ke
udara hingga mengeluarkan angin deras dan sinar redup hitam. Tangan kiri
membuat gerakan mencengkeram, diarahkan ke leher Tua Gila.
“Gadis laknat! Ambil payungmu!”Pendekar 212 menerjang ke depan
menyongsong serangan Puti Andini. Enam buah payung yang sejak tadi
dipegangnya dilemparkan ke arah si gadis. Lemparan ini bukan lemparan biasa
karena disertai tenaga dalam. Enam payung berubah menjadi enam senjata
maut yang melesat ke arah kepala dan bagian-bagian tubuh Puti Andini!
Si gadis kertakkan rahang. Dia melesat ke udara untuk menghindari
serangan payung miliknya sendiri. Dari udara payung hitam dilemparkannya ke
arah Wiro. Begitu melempar dia membuat gerakan jungkir balik. Tahu-tahu
tubuhnya menukik menyambar ke arah Tua Gila!
“Hebat! Luar biasa!”memuji Tua Gila.
Sementara Wiro melompat menghindari serangan payung hitam. Tua Gila
miringkan badan ke samping. Sambaran tangan si gadis lewat di samping
telinga kirinya. Ketika dia hendak mencekal tangan itu tiba-tiba kaki kanan
lawan menghantam ke arah dadanya.
Bukkk!
“Guru!”teriakWiroketikamelihatTuaGilaterlempar sampai dua tombak
akibat tendangan keras yang dilancarkan Puti Andini Tapi si orang tua sendiri
hanya senyum-senyum. Dia mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi
memperlihatkan sesuatu.
Puti Andini keluarkan seruan tertahan. Wiro melotot lalu menyeringai sambil
garuk-garuk kepala. Di tangan kiri Tua Gila saat itu ada kasut kaki kanan milik
si gadis!
Tua Gila dekatkan matanya ke kasut yang dipegangnya seolah-olah meneliti.
“Untung tak ada bagian kasut ini yang rusak. Kalau sampai rusak bagaimana
aku menggantinya.Kasutsepertiinitentumahalsekaliharganya!”
Tua Gila tersenyum. Dia melangkah ke hadapan Puti Andini yang tegak
bergerak dengan muka merah padam. Jika orang tua itu tadi mau
mencelakainya pasti mudah saja baginya. Semudah dia mencabut kasut di kaki
kanannya tanpa dia merasakannya.
Di hadapan Puti Andini Tua Gila membungkuk seraya berkata, “Harap
maafkan tua bangka ini. Biar aku tolong mengenakan kasut ini ke kakimu
kembali!”
Entah marah entah sangat malu Puti Andini melompat menjauhi Tua Gila.
Dia mengumpulkan tujuh payungnya dengan cepat lalu tanpa berkata apa-apa
lagi dia berlari kencang meninggalkan tempat itu. Di sudut matanya tampak
genangan air mata!
Ketika si gadis melarikan diri. Pendekar 212 hendak mengejar tapi lengannya
cepat dipegangolehTuaGila.“Takperludikejar.Nantikauakanbertemujuga
dengan dia! Lebih baik kita duduk-duduk dulu di sini. Berbincang-bincang.
Bertahun-tahun aku tidak bertemu denganmu. Tentu banyak cerita yang bakal
akudengardarimu!”
“Tua Gila, apakah selama ini kau baik-baiksaja?”tanyaWiro.
“Ya begitulah Banyak perubahan terjadidiPulau Andalas. Banyak
perubahan terjadi pada diri tua ini. Semakin lama aku merasa diri yang sudah
rongsokan ini tidak ada harganya lagi. Kadang-kadang aku berpikir mengapa
aku tidak segera saja mati! Tapi malaikat rupanya selalu kesasar datang
mencarikunamunoranglainyangdicabutnyanyawanya.Ha...ha...ha...!”
“Tua Gila, aku perlu memberitahu padamu walau tadi kau sudah mendengar.
Gadis tadi bernama Puti Andini. Dia jugadariPulauAndalas...”
“Akusudahtahusiapadiaadanya!”memotongTuaGila.
“Baguskalaubegitu.Siapapundiaadanyadiaadalahpembunuhsahabat
dan tuan penolongku Raja Obat Delapan Penjuru Angin. Dia juga yang hendak
menggantung gadis yang kucintai...”
Tua Gila batuk-batuk beberapa kali.
“Iniberitahebat
! Kau punya gadis yang dicintai. Berarti punya kekasih.
Punya kekasih berarti punya calon istri! Apakah gurumu si Sinto Gendeng itu
sudahkauberitahu?”
“Memangbelum.Saatnyaakantiba...”
“Yangpentingapakahgadisitumencintaidirimu?’tanyaTuaGilaseraya
senyum-senyum “Dia mengaku mencintaiku. Bahkan untuk membuktikan cintanya dia
bersediamenyerahkantubuhnyadankehormatannya!”
Tua Gila menyeringai. Lalu keluarkan suara berdecak berulang kali.
Saat itu hari telah larut petang. Karena tempat itu ditumbuhi banyak pohonpohon rindang, keteduhan membuat keadaan di situ lebih cepat menjadi gelap.
Tanpa diketahui kedua orang yang asyik bercakap-cakap itu sesosok tubuh
mengendap-endap lalu mendekam di satu tempat mendengarkan pembicaraan
mereka
DELAPAN
WIRO pandangi orang tua di hadapannya. Lalu bertanya. “Kenapa kau
menyeringaiTuaGila?Sepertinyakaumenganggapcintaitusatuketololan?!”
Tua Gila tertawa mengekeh. Dia menepuk nyamuk yang lewat di depan
hidungnya. “Cinta tidak tolol. Cinta sesuatu yang suci jika saja manusia mau
berlaku jujur. Justru para manusia yang katanya berotak dan lebih tinggi
derajatnyadaribinatangitulahyangberlakutolol!”
“Kau menyindirku!”kataWirosambilmenggarukkepala.
“Tidak,tidakmenyindir.Tapisekedaruntukmembuatmatamuterbukadan
otakmubekerja!”
“Heh,apamaksudmusebenarnya,Guru?!”
“Kau dengar baik-baik apa yang aku ucapkan! Katamu gadis yang kau cintai
itu menyatakan cintanya dengan bersedia menyerahkan tubuh serta
kehormatannya padamu! Hal seperti ini tidak akan ditemui dalam dunia
percintaan yang wajar. Muridku! Tidak ada seorang gadis akan mau
mengeluarkan ucapan seperti itu bagaimanapun dia mencintai seorang
pemuda.Kecuali...”
“Kecualiapa?!’tanyaWiroketikaTuaGilamemutusucapannya.
“Kecuali ada sesuatu di luar wajar dibalik semua itu. Muridku, jika kau tidak
keberatan harap kau menceritakan secara jelas apa saja yang sebenarnya
telahterjadi.”
“Kalaubegitumaumu,baiklahTuaGila.”LaluPendekar212menceritakan
kisah panjang sejak terbunuhnya Raja Obat Delapan Penjuru Angin, ditemuinya
Bidadari Angin Timur yang hampir menemui ajal digantung kaki ke atas kepala
ke bawah. Lalu lenyapnya Bidadari Angin Timur bersama Kitab Putih Wasiat
Dewa, disusul pertempuran dengan Dewi Payung Tujuh di halaman rumah
makan dan ditutup dengan pertemuan terakhir kali dengan Bidadari Angin
Timur yang dirasakan sangat aneh oleh Wiro.
Mendengar cerita Wiro, Tua Gila geleng-gelengkepala.“Puluhan tahun
hidup di dunia baru sekali ini aku mendengar cerita begini hebat! Tapi anak
muda, jika aku boleh mengeluarkan pendapat maka terus terang aku katakan
siapa pun gadis binal yang membunuh Raja Obat, dia bukanlah Puti Andini
aliasDewiPayungTujuh!”
“TuaGila
! Kau membela gadis jahanam itu!”kata Wiro dengan suara keras.
“Aku tidak membela siapa pun karena tidak ada untungnya bagiku! Tapi coba
kau pikir dalam-dalam. Kau bakal melihat keanehan dan kejanggalan. Mungkin
benar ada dua Bidadari Angin Timur, yang satu jahat yang satu baik. Entah
yang mana Bidadari yang kau cintai itu. Tapi mungkin pula cuma ada satu saja
dan menjalankan peran ganda. Sekarang tergantung pada kepandaianmu
menyelidik!”
Wiro menarik nafas panjang dan menggaruk kepala berulang kali.
“KaumasihhendakmembunuhgadisdariPulauAndalasitu?!”tanyaTua
Gila.Lama baru Wiro menjawab. “Kedatangannya ke tanah Jawa ini jelas hendak
mendapatkanKitabPutihWasiatDewadanmembunuhku...”
“Tunggu dulu anak muda! Hal yang satu itu jangan kau sangkut pautkan
dengan kematian Raja Obat serta penggantungan kekasihmu. Itu adalah dua
halyangberbeda...”
“Ah.semakinbingungakujadinya!’kataPendekar212pula.
“Kalau begitu biar kita alihkan pembicaraan pada hal lain. Aku ingin bertanya.
Di luar tersebar kabar akan terjadi satu peristiwa besar di Pengandaran pada
hari sepuluh bulan sepuluh! Tolong kau jelaskan kegilaan apa yang hendak
dibuat orang-orangrimbapersilatankaliini!”
“Aku sendiri mendapat undangan datang ke sanadariIblisPemabuk...”
“Maksudmu si Dewa Tuak tua bangka geblek yang hendak menjodohkan
muridnya denganmu?”tanya Tua Gila lalu tertawa mengekeh.
Wiro menyengir. “Rupanya urusan itu sampai juga ke telingamu! Iblis
Pemabuk tidak sama dengan Dewa Tuak. Dia seorang sakti aneh yang
membunuh manusia semudah dia mengedipkan mata. Aku sendiri hampir jadi
korbannya!”
“Hemmm... Mendengar keteranganmu rupanya semakin banyak orang-orang
saktiyangtidakakukenalbermunculandirimbapersilatan...”
“Ditengahsemuakejadian itu aku paling bernasib jelek. Dua senjataku
Kapak Naga Geni 212 dan batu hitam pasangannya lenyap dirampas kawanan
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan. Senjata-senjata itu diserahkannya pada
Pangeran Matahari!”
“Kau menyebut nama itu! kata Tua Gila setengahberteriak.“Akuberani
bertaruh mengentuti hidung masing-masing! Pangeran keparat itu racun yang
menjadi biang kerok semua ini! Berarti... lalu ada yang mengatur pertemuan
kau dengan dia di Pangandaran! Ada yang benar-benar menginginkan
kematian Pangeran Matahari, tapi ada yang berusaha mencari untung...
Kegegeranbesarakanberlangsungdisana!”
“KaumungkinbenarTuaGila...”
“Hari sepuluh bulan sepuluh tidak berapa lama lagi. Apakah kau sudah
bersiap-siap Wiro?”
“Itulahyangakukhawatirkan.Pikiranku banyak tersita pada apa yang terjadi
belakangan ini. Dua senjata sakti andalanku tak ada di tanganku. Kitab Wasiat
Dewa lenyap begitu saja. Lalu Pangeran Matahari telah menguasai Kitab
WasiatIblis...”
“Tugasmuberatamat.Muridku!Kalausajanyawamu ada tiga aku tak akan
ikut-ikutanbingung...”kataTuaGiladengannadasedihtapilantasdiatertawa
mengekeh membuat Pendekar 212 jadi jengkel.
“TigaBayanganSetanakanmenjadisalahsatumusuhberatbagiku,”kata
Wiro. Dia memiliki ilmu iblis yang membuatnya tidak bisa dikalahkan, tidak bisa
mati! Iblis Pemabuk pernah mengatakan padaku kelemahan manusia itu. Tapi
aku tak bisa memecahkan petunjuknya!’’
“Apa yang”tanyaTuaGila pula.
“Tepat tengah hari bolong.Pilih yang ditengah.”
“Dasar Iblis Pemabuk!Memberit ”menggerutu Tua
Gila.“Sulitakumemecahkanartipetunjuknyaitu.Mungkina ku harus mabuk dulu baru bisa menerka... Tapi! menurut keteranganmu dia memiliki ilmu hitam
aneh. Tiga makhluk jejadian berbentukraksasakeluardarikepalanyadan...”
Ucapan Tua Gila terputus ketika tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan
berkelebat di kegelapan.
“Adaorangmencuridengarsemuapembicaraankita!”serusiorangtua.
Serta merta dia melompat ke arah kegelapan. Wiromengikuti.“Sial!”gerutu
Tua Gila. Dia berhasil melarikan diri! Sosoknya seperti sosok perempuan!
Wiro mendongak lalu menghirup udara berulang kali.
“Kulihatkausepertibabibuntingyangmauberanak!”kata Tua Gila lalu
tertawamengekeh.“Apayangtengahkaulakukan?”
“Akuberusahamembaui.KalauBidadariAnginTimuryangmunculbiasanya
harumtubuhdanpakaiannyamasihtertinggalbeberapalama...”
“Laluapakaumenciumbauharumitu?’
Wiro menggeleng.
“Berarti bukan bidadarimu itu!”ujarTuaGila.Dia memandang berkeliling.
“Astaga!Ternyatamalamsudahtiba!AkuharusmeninggalkanmuMuridku...”
“TuaGila!Tunggudulu!”panggilWiro.Tapisanggurusudahlenyapdalam
kegelapan malam. (Mengenai Tua Gila harap baca serial Wiro Sableng berjudul
Banjir DarahdiTambunTulang”).
Pendekar 212 dudukkan diri di bekas Tua Gila tadi duduk. Saat itu baru
disadarinya betapa letihnya sekujur tubuhnya. Dia berusaha mengatur jalan
nafas dan peredaran darah namun tidak mampu memusatkan pikiran. Wajah
Bidadari Angin Timur muncul silih berganti dengan paras Dewi Payung Tujuh.
Siapa di antara kedua gadis itu yang bisa dipercayanya?
“Puti Andini jelas tak bisa kupercaya. Dia datang membawa tugas untuk
membunuhku! Tapi Bidadari Angin Timur sendiri setelah mendapatkan Kitab
Putih Wasiat Dewa mengapa bersikap aneh terhadapku?! Sampai-sampai aku
ditamparnya!Sialanbetul!”Wirobangkitberdiri.Saatituterbayangpulaparas
Ratu Duyung di pelupuk mata Wiro. “Bagaimana keadaan gadis itu? Kasihan
kalau dia tidak sampai mendapatkan jalan keluar penyembuhan atas kutukan
yang dialaminya... Kalau saja dia ada di sini mungkin banyak petunjuk yang
bisakudapatkan.Mungkinkahdarisiniakudapatmelihatnya...?”
Pendekar 212 lantas salurkan tenaga dalamnya ke mata. Lalu dia berdiri
menghadap ke arah pantai selatan. Ke dua matanya dikedipkan dua kali. Dia
kini mengerahkan ilmu melihat jauh yang disebut “MenembusPandang”yang
didapatnya dari Ratu Duyung.“Ratu,perlihatkandirimu...”Dalam hatiWiro
membatin. Mula-mula hanya kegelapan yang terlihat. Lalu samar-samar muncul
bentangan laut luas. “RatuDuyung...”bisikPendekar212.Dadanyaberdebar
ketika tiba-tiba dia melihat sosok tubuh seorang perempuan berjalan
membelakanginya. Di kepalanya ada sebuah mahkota biru. Pakaiannya terbuat
dari untaian manik-manik berkilauan. “Aku berhasil melihatnya. Dia melangkah
memasuki sebuah ruangan. Aku pernah berada di ruangan itu. Dia keluar dari
ruangan... memasuki sebuah lorong. Ah, sayang aku tidak dapat melihat
wajahnya. Di ujung lorong ada satu ruangan aneh... berbentuk bundar. Di
tengah ruangan... apa itu. Satu benda setinggi manusia tertutup selubung
kain... Ratu Duyung menarik kain penutup. Eh...! Astaga... Aku melihat diriku
berdiri di tengah ruangan bundar itu Bukan... bukan diriku. Tapi sebuah patung.
Ratu Duyung memeluki patung diriku..aku
Perlahan-lahan Ratu Duyung letakkan kepalanya di dada patung. Tangannya
merangkul ke punggung patung. Ketika kepalanya digeserkan ke samping
kanan Wiro dapat melihat sebagian paras sang Ratu. Ada air mata
menggelinding jatuh ke pipinya yang licin. Wiro merasakan tenggorokannya
seperti tersekat. Kepalanya mendenyut. Bayangan ruangan bundar, Ratu
Duyung dan patung dirinya lenyap dengan seketika.
“Patungitu...”kataWirodalam hati.“Waktuakudisanatak pernah aku
melihat. Berarti sengaja disembunyikan. Sejak kapan diriku dalam bentuk
patung berada di tempat itu? Ah anehnya dunia ini!”Wirobangkitberdiri.
Dengan pikiran dibuncah oleh berbagai hal dia tinggalkan tempat itu.
SEMBILAN
DELAPAN bayangan merah berkelebat laksana topan menuju danau
Karangpucung yang terletak di tengah rimba belantara sunyi sepi. Di tengah
danau yang cukup luas itu terlihat satu bangunan bambu bertingkat dua. Antara
tepi danau dengan bangunan bambu sama sekali tidak ada jembatan
penghubung. Juga tidak kelihatan perahu atau getak di sekitar situ. Yang
tampak hanya potongan-potongan bambu menyembul setinggi dua jengkal di
atas permukaan air danau yang tenang. Potongan bambu ini ditancap ke dasar
danau demikian rupa berjarak satu tombak satu dengan lainnya, membentuk
garis-garis patah, mulai dari salah satu tepi danau sampai ke hadapan
bangunan bambu.
Delapan bayangan tadi yang ternyata memiliki keringanan luar biasa,
menjejakkan kaki dari satu ujung bambu ke ujung bambu berikutnya hingga
akhirnya sampai di serambi bawah rumah bambu. Serambi itu tidak seberapa
besar. Namun diberati oleh delapan sosok tubuh tinggi besar berjubah merah
darah sedikit pun tidak bergerak apalagi miring. Delapan manusia ini memiliki
kepala botak plontos bercat kuning. Masing-masing kepala dihias dengan satu
angka, mulai dari angka 1 sampai angka 8. Luar biasanya delapan orang
berjubah dan botak ini memiliki wajah mirip satu dengan lainnya. Mereka inilah
yang dijuluki Delapan Tokoh Kembar. Selama beberapa tahun mereka malang
melintang d kawasan timur mencari pengalaman sambil menambah ilmu. Kini
mereka muncul di barat setelah mendengar banyak hal-hal menarik dalam
rimba persilatan di kawasan ini.
Orang yang kepalanya berangka 1 begitu menjejakkan kaki di lantai bambu
memberi tanda pada tujuh kawannya yang menyusul satu persatu.
“Jauh
-jauhkitadatangkesini,ternyatakitasudahkedahuluanorang...”kata
sinomor1.“Adatamutakdiundangmenyusupketempatkediamankita!”
Si botak bernomor 4 memandang berkeliling. “Aku sudah punya firasat sejak
beradaditepiandanautadi.Kitaharusmenggeledahseluruhbangunanini!”
“Mengapa susah-susah menggeledah segala!”kata orang si botak nomor 3.
“Marikitabermainjingkrak
-jingkrakan. Ingat waktu kita masih kanak-kanak dulu
bermaindiatasrakitdimuaraKaliJatiroto?!”
“Kaubetul
! Marikitamulaisaja!’menjawabsibotaknomor8yakniDelapan
Tokoh Kembar paling bungsu.
Delapan orang berjubah angkat tangan mereka ke atas lurus-lurus. Kepala
didongakkan. Lalu serentak mereka meniup. Terjadilah satu hal yang hebat.
Angin tiupan mereka menggemuruh laksana puting beliung. Langit di atas
danau seperti terbongkar. Bangunan bambu bergoncang keras tetapi anehnya
tidak ambruk
“Mulai!”Si Botak nomor 1 berteriak memberi! aba-aba.
Delapan pasang kaki di balik jubah merah darah melesat setengah tombak
ke atas lalu turun lagi menjejak lantai bambu. Demikian terus berulang ulang
hingga bangunan bambu bertingkat itu sebentar oleng ke kiri, sebentar oleng kekanan seolah, mau roboh dan amblas ke dalam danau! Di lain saat bangunan
berputar keras hingga air danau bergejolak bergelombang keras. Sambil
melompat Delapan Tokoh Kembar ini terus saja meniup.
“MerobohLangitMembuncahBumi!”teriakDelapanTokoh Kembar nomor 1
menyebut nama jurus yang mereka lakukan. Tujuh saudaranya menyambut
dengan teriakan keras lalu kembali meniup dan terus berjingkrak-jingkrak.
Bangunan bambu berderak-derak. Gelombang air danau semakin membuncah.
“Sambilmenyelam minum air! Ha... ha...! Mencari penyusup memunggah
ikan!Lihatkitakejatuhanrejeki!”Sibotaknomor6berserusambilmenunjukke
seputar air danau. Saat itu di permukaan air danau kelihatan mengambang
puluhan ikan besar menggelepar-gelepar. Akibat perbuatan Delapan Tokoh
Kembar yang seolah membuncah air danau, ikan-ikan yang ada di danau itu
menjadi mabuk, naik ke atas air dalam keadaan setengah mati setengah hidup.
“Saudara saudaraku!”tiba-tiba si bungsu nomor 8 berseru. “Tamu gelap kita
sudah ikut mabok! Lihat dia melayang turun dari bangunan sebelah atas. Aduh
harumnya... !”
Delapan pasang mata ditujukan ke bangunan bambu sebelah atas. Dari
sebuah jendela yang terbuka tampak melayang turun sosok perempuan
berambut pirang, berpakaian biru tipis. Angin kencang menebar bau harum
yang keluar dari tubuh dan pakaiannya.
“Amboi!Tamugelapkitaternyataseorangbidadari!”teriaksibotaknomor1
.
“Pakaiannyatipissekali!Akudapatmelihatsetiaplekukantubuhnya!”serusi
botak nomor 7.
Sosok yang melayang itu begitu menjejakkan kaki di lantai bambu segera
saja dikurung oleh delapan lelaki botak berjubah merah. Karena bangunan itu
tidak seberapa besar maka yang terkurung dan mengurung hanya terpisah
beberapa jengkal saja! Delapan pasang mata membeliak menyaksikan wajah
seorang gadis cantik jelita mengenakan pakaian tipis biru tembus pandang.
Delapan Tokoh Kembar berdiri dengan rangkapkan tangan di muka dada,
memandang tak berkesip. Sementara gadis baju biru itu sesaat tampak tegak
dalam keadaan masih menghuyung pertanda jurus “Meroboh Langit
Membuncah Bumi”yang dimainkan oleh Delapan Tokoh Kembar tadi masih
mempengaruhinya. Itulah yang menyebabkan dia tidak dapat bertahan lebih
lama di bangunan sebelah atas dan terpaksa turun ke bawah.
“Kaliansemuadengar!”sigadistiba-tiba berkata sambil rapikan rambutnya
yangpirang.“Jangansalahsangka!Akubukantamugelap...”
“Ah!Bagus
!”TokohKembarnomor2menyahuti.Kalaubegitusiapadirimu!
Harap beri tahu nama!”
“Akudatangdenganmaksudbersahabat.Mengenainamakukauboleh saja
menyebutdirikuBidadari.Apakaurasaitucukupcocok...?”Sambilbertanya
gadis berbaju biru itu menarik nafas panjang hingga dadanya yang montok
membusung. Apa lagi saat itu bagian atas pakaiannya agak tersingkap hingga
semua mata dapat melihat satu pemandangan mencolok yang mendebarkan.
“Cocok!Kausangatcocok!”berkata si nomor 2.
“Bidadariberambutpirang!Kamiingintahumaksudkedatanganmu,masuk
kebangunaninitanpasetahudanizinkami!”TokohKembarnomor5ajukan
pertanyaan.Gadis berpakaian biru lemparkan senyum manis. Lidahnya dijulurkan sedikit
untuk membasahi bibirnya. Delapan Tokoh Kembar jadi semakin kelangsangan
dan beberapa di antara mereka jadi usap-usap kepala masing-masing.
“AkudatangkemarimembawapesanbersahabatdariPangeranMatahari!’
“Astaga!JadikauorangnyaPangeranyangterkenalitu?Hemmm...”Tokoh
Kembar nomor 3 geleng-geleng kepala.
Stbotaknomor1segeramembukamulut.“Selamainikamitidakpernah
berhubungan dengan Pangeran Matahari! Kami tidak menganggapnya sebagai
teman juga tidak sebagai musuh. Coba kau katakan apa pesan Pangeranmu
itu!”
“Kalian sudah mendengar tentang Kitab Wasiat Iblis?”
Delapan kepala botak sama mengangguk.
“Kitab maha sakti itu kini berada di tangan Pangeran Matahari. Ini berarti
bahwa sudah ada kepastian bahwa dia akan menjadi raja diraja dunia
persilatan!”
Delapan Tokoh Kembar tertawa lalu mendongak dan sama meniup ke atas.
Suara menggemuruh merobek danau Karangpucung Air danau bergelombang.
“Kalian pernah mendengar satu senjata mustika luar biasa bernama Kapak
MautNagaGeni212?!”tanyasigadislagi.
“Itu senjata sakti milik Pendekar 212 dari Gunung Gede!”menyahuti si botak
nomor 3.
“Sekarang tidak lagi! Senjata itu sudah jatuh ke tangan Pangeran Matahari!”
“Uuuuhhh….!”Delapan kepala kembali mendongak dan delapan mulut
kembali meniup. Suara bergemuruh kembali menggelagari seantero danau.
“Apa kalian juga sudah mendengar tentang satu kitab sakti lain bernama
Kitab Putih Wasiat Dewa?”
“Justrukamijauh
-jauh datang dari timur karena tertarik dengan kitab sakti
itu...”jawab Tokoh Kembar nomor 1.
“Kitabituakanmenjadimilikkalian!”kata si gadis baju biru.
“Uhhh….!Apa?!”Delapanmulutbergumamdanbertanyaberbarengan.
“Dengar,pada harisepuluh bulan sepuluh akan ada satu peristiwa
menggegerkan di Pangandaran. Pangeran Matahari akan menghabisi tokohtokoh golongan putih dipimpin oleh Pendekar 212. Pangeran merasa kurang
berkenanjikakaliantidakdiberitahudantidakdimintabantuannya...”
“Ah,Pangeransegalacerdiksegalalicikitu hendak memperalat kita”kata si
bungsu nomor 8.
“Jangansalahmenduga!”gadisbajubirucepatmemotong.“Jasakaliantidak
akan dilupakan. Kaitan akan mendapat kedudukan sangat tinggi begitu
PangeranMatahariberkuasa...”
“Kamitidak ingin jabatan setinggi apa pun. Kami lebih suka malang
melintang ke mana kami senang...”
“Itubisadiatur...”
“Tidak!Bukan Pangeranmu yang mengatur,tapikamiDelapan Tokoh
Kembar!”tukasTokohKembarnomor1.
“Kaliantidakusahkawatir.Kalaukaliantidaksukajabatantinggi masih ada
imbalanlainyangdijanjikanPangeranMatahariuntukkalian...”
“Hemmm...apa?”tanya si nomor 1.Diriku!”jawabsigadisbajubiruserayamerapikanrambutpirangnyadan
mengangkat bagian bawah pakaiannya hingga kakinya yang putih tersingkap
sampai di atas lutut.
Delapan pasang mata membeliak menyaksikan kaki putih mulus bagus itu.
“DelapanTokohKembar,selesaiurusanbesardiPangandarankalianbisa
memilikidirikusampaikalianbosan!”
Delapan Tokoh Kembar saling pandang satu sama lain. Beberapa di antara
mereka usap-usap kepala botak mereka yang berwarna kuning. Lalu tampak
mereka berbisik-bisik.
Sigadismaklumkalaujeratnyamulaimengena.Makadiapunberseru.“Hai
!
Apa yang kalian bisikkan?! Apa wajahku kurang cantik dan tubuhku tidak
menarik?!”Habisberkatabegitusigadisangkatlagipakaiannyalebihtinggi
dengan tangan kiri sementara tangan kanan dipakai untuk mengusap-usap
perutnya.
Delapan pasang mata Delapan Tokoh Kembar seperti silau melihat paha
yang tersembul putih hampir sampai ke pangkal! Gerakan mengusap perut
yang diperagakan si gadis membakar nafsu mereka!
TenggorokanDelapanTokohKembarnomor1turunnaik.“Baik!Kamiterima
tawaran Pangeran Matahari. Tapi kami inginkan dirimu sekarang juga! Tidak
setelah urusan selesai!”
“Kalian boleh tidak percaya pada Pangeran Mata hari. Tapi aku tidak
berdusta akan menyerahkan diriku untuk kalian! Aku belum pernah melihat
delapanoranggagahsepertikalian.Akubelumpernahmerasakan...”
Tokoh Kembar nomor 4 tiba-tiba melompat ke depan hendak merangkul si
gadis penuh nafsu.
“Kalau kalian berlaku kurang ajar terpaksa aku meninggalkan tempat ini!
Kalianakanmenyesaldankecewabesar!”katasigadisserayaangkattangan
kirinya dan mendorong ke depan. Gerakan Tokoh Kembar nomor 4 tertahan.
Tubuhnya laksana didorong oleh satu tembok kokoh hingga ke dua kakinya
bergetar ketika berusaha bertahan. Walau berhasil menolak niat keji orang
namun diam-diam gadis berbaju biru itu merasa ngeri. Kalau semua lelaki botak
di sekelilingnya tidak dapat mengendalikan nafsunya, celakalah dirinya.
“Baik!”tiba
-tibatokohnomor1kembalimembukasuara.“Kamipercayapada
janjimu.Tapiuntukmeyakinkankamiterpaksamemintamumenelansesuatu!”
“Menelanapa?!”tanyasigadis.Dadanyamendadakberdebar.
“Obat. Obat ini baru bekerja dua hari setelah hari sepuluh bulan sepuluh.
Jika kau mendustai kami kau akan menemui ajal! Tapi kalau tidak kami akan
memberikanpenangkalnya!”
Tengkuk gadis berbaju biru menjadi dingin mendengar ucapan Tokoh
Kembar nomor 1 itu.
“Bidadari!Mengapakauterdiam?!”sibungsunomor8bertanya.“Jikakau
tidak menerima aturan kami berarti memang kau datang ke sini dengan maksud
licik!”
“Kalaubegitubiartubuhnyakitapesiangisekarangjuga!”katasibotaknomor
2 seraya maju mendekati si gadis.
Gadis yang terkurung di tengah-tengahsunggingkansenyum lebar.“Tadi
sudah kubilang aku suka kalian... Kalian tuan rumah di sini. Aku harus
menerimaaturanyangkalianbuat.Manaobatitu!Baru saja si gadis bertanya si botak nomor 1 jentikkan jari-jari tangan
kanannya. Sebuah benda hitam seujung jari kelingking melesat. Sebelum gadis
itu sempat mengelak benda itu telah masuk ke dalam mulutnya langsung
tertelan!
“Nah urusan pertama sudah selesai! Sekarang katakan ke mana kami harus
mengikutimu?”bertanya Tokoh Kembar nomor 1.
“Pengandarancukupjauhdarisini.Harisepuluhbulansepuluhhanyatinggal
beberapaharisaja.Sebaiknyakitasegeramenujukesana,”menjawabgadis
baju biru.
“Bagus, kalau begitu aku akan jalan duluan Kau berikutnya dan saudara
saudarakumenyusuldibelakang!”
“Tunggu...”katasigadis.
Delapan Tokoh Kembar yang siap berkelebat urungkan gerakan mereka.
“Adaapa?”tanyasinomorsatudenganpandanganmatamenyelidik.
“Saat ini kepalaku masih pusing akibat jurus Meroboh Langit Membuncah
Bumi yang kalian mainkan tadi! Kalau boleh aku minta tolong, harap ada
seseorangyangmenolongmenggendongkumembawakeseberang...”
Delapan Tokoh Silat serentak sama-sama maju berebut rejeki. Si gadis
memandangberkelilingsambiltersenyum.“Aku memilih saudara kalian yang
nomor4!”katanya.
Si botak nomor 4 tertawa bergelak sambil acung-acungkan tangan
kanannya. Tujuh saudaranya tampak kecewa. Si gadis langsung saja
sandarkan dirinya ke dada si nomor 4. Tidak tunggu lebih lama lelaki ini segera
menggendong gadis cantik jelita yang harum tubuhnya menimbulkan
rangsangan. Si gadis sebenarnya hanya berpura-pura. Sejak adi dia tahu di
antara Delapan Tokoh Kembar itu, yang. nomor empat adalah yang paling
bernafsu terhadap dirinya.
Selagi berada dalam gendongan dan si nomor 4 itu melompat dari satu ujung
bambu ke ujung lainnya gadis berbaju biru berbisik. “Kau tahu, kau adalah yang
paling gagah dan kekar di antara saudara-saudaramu. Jika ada kesempatan
aku ingin berdua-duaansajadenganmu...”
Si botak berangka 4 ini menyeringai. Cuping hidungnya langsung
mengembang dan darahnya, menjadi panas. Jangan khawatir, aku akan
mencarikesempatan...”
“Ah,bahagiasekalirasanyamembayangkanberdua
-dua denganmu. Aku
suka lelaki gagah dan kuat sepertimu. Kau pasti sanggup bercumbu berlamalama...”
“Apa maumu akan kuturuti. Kau mau kucumbu, satu hari satu malam tidak
ada masalah. Sampai tiga hari tiga malam pun akan kulayani”jawab si nomor
4. Lalu tangan kirinya bergerak mengelus bagian belakang tubuh si gadis.
“Ah,aku benar-benar bahagia menemui seorang lelaki jantan sepertimu.
Namunakupunyasatusyarat...”katasigadissambilbalasmembelaitengkuk
si nomor 4 ini.
Sebutkan saja apa yang harus kulakukan. Kukira malam ini kita bisa
memisahkan diri dengan mereka...”
“Berikan padaku obat penangkal racun yang tadi dimasukkan kakakmu ke
dalammulutku...Ah,itu!”suara sinomor4 setengah mengeluh.Aku tidakpunya obat
penangkal itu. Yang memiliki hanya kakak sulungku si nomor 1 itu...”
“Aku tahu. Tapi kau pasti mampu mencurinya!”tekan si gadis seraya kembali
mengusap tengkuk si botak nomor 4 itu.
Kepala kuning si nomor 4 menggeleng. “Tidakmungkin,”katanya.“Kakakku
menyimpan obat penangkal itu di dalam mulutnya. Ditempelkan ke langit-langit
diataslidahnya...”
“Jahanam!”makigadisbajubiru.Sayangsekalikalaubegitu.Ternyatakau
tidak sejantan yang aku duga. Lepaskan diriku! Akusanggupberjalansendiri...”
Gadis baju biru lepaskan dirinya dari dukungan si nomor 4. Tubuhnya
melesat ke udara dan sesaat kemudian tampak dia berada di belakang Tokoh
Kembar nomor 3, melompat dari ujung bambu satu ke ujung bambu lainnya,
berkelebat menuju ke tepi danau
SEPULUH
HARI delapan bulan sepuluh, Makhluk Pembawa Bala masih mendekam di
dalam lobang batu. Tak jauh dari lobang batu Si Muka Bangkai alias Si Muka
Mayat duduk bersila terbungkuk bungkuk di alas satu gundukan batu karang.
Sejak tadi malam dia melakukan samadi dan merencana baru akan
menyelesaikan samadinya sebelum matahari terbit pada hari sepuluh. Saat itu
rambutnya yang putih panjang kelihatan bergoyang-goyang. Bukan oleh tiupan
angin teluk tetapi oleh kekuatan dahsyat yang keluar dari tubuhnya. Tak lama
kemudian kepulan asap tipis berwarna kebiruan tampak mengepul keluar dari
batok kepalanya! Ini satu pertanda bahwa orang tua guru Pangeran Matahari ini
memiliki satu kekuatan hebat di dalam tubuhnya.
Namun agaknya Si Muka Bangkai tidak akan mampu meneruskan
samadinya. Dari arah teluk mendadak lapat-lapat terdengar suara orang
menangis. Suara tangis itu walaupun datang dari jauh tetapi mengiang masuk
ke telinga dua orang yang ada di bukit batu karang di mana menancap bendera
besar warna hitam. Bagaimana pun Makhluk Pembawa Bala dan Si Muka
Bangkai menutup jalan pendengarannya tetap saja telinganya seperti tersentaksentak.
Si Muka Bangkai buka sepasang matanya. Mulutnya memaki.
“Jahanam!MakhlukPembawaBala,kaudengarsuaraorangmenangisitu?!”
“Akudengarsobatku!”jawabMakhlukPembawaBala.Tubuhnyamasihsaja
mendekam dalam lobang dan kepalanya mendongak ke arah langit.
“Belum sampai hari sepuluh bulan sepuluh. Sudah ada orang yang minta
mampus! Makhluk Pembawa Bala, aku minta kau menyelidik siapa adanya
orang itu! Kalau teman harap diberi nasihat agar jangan mengganggu dan
minta dia datang bergabung di sini. Kalau musuh kau tahu apa yang harus kau
perbuat!”
“Aku cukup tahu sobatku!”kata Makhluk Pembawa Bala pula dengan
suaranya yang sember.
“Apa?!”tanyaSiMukaBangkai.
“Membunuhnya!’
Si Muka Bangkai tertawa bergelak. Makhluk Pembawa Bala goyangkan
kepalanya yang ditancapi kayu. Lalu tubuhnya melesat keluar dari dalam
lobang batu karang. Di udara dia berjumpalitan tiga kali berturut-turut. Pada
gerakan berikutnya sepasang kakinya yang hanya merupakan tulang-tulang
menghitam menjejak kaki di batu karang. Dia mendongak ke langit. Lalu
berkata.“Dua telingaku memang sumplung!Tapipendengaranku takbisa
ditipu! Yang menangis itu seorang lelaki tua! Dia berada di teluk! Sobatku Muka
Bangkai. Kau tunggu di sini. Aku tak bakal lama!”
“Hati
-hati bergerak! Jangan sampai tubuhmu cerai-berai oleh senjata rahasia
yangkaupasangsendiri!”memperingatkanSiMukaBangkai.
Makhluk Pembawa Bala ganda tertawa. “Aku tahu setiap sudut di mana
senjatarahasiaitukupasang!Takperlukawatir!Habis berkata begitu Makhluk Pembawa Balai berkelebat menuruni bukit
karang. Tak lama kemudian dia sudah sampai di teluk. Sebuah perahu kecil
kelihatan terdampar di atas pasir pantai teluk Penanjung. Mata Makhluk
Pembawa Bala yang cuma satu dan melesak ke dalam sesaat berputar-putar.
Lalu dengan gerakan cepat dia berkelebat menuju perahu.
Di atas perahu duduk seorang kakek mengenakan pakaian selempang kain
putih. Kulitnya hitam legam. Rambutnya digulung dan dikonde di atas kepala.
Sepasang alis matanya panjang hitam, menjulai sampai ke pipi. Orang tua
inilah yang ternyata tengah menangis tersedu-sedu sedih sekali.
Untuk beberapa lamanya Makhluk Pembawa Bala tegak memperhatikan.
“Hemm….!Aku rasa-rasanya pernah mendengar dajal yang punya ciri-ciri
seperti dia!”simakhlukmembatin.Laludiamembentak“Orang gila! Siapa kau!
Mengapakaumenangisdisini?!”
Suara tangisan serta merta lenyap. Kakek di atas perahu palingkan
kepalanya pada Makhluk Pembawa Bala. “Huk...huk...huk...”diaterisak
-isak
beberapa kali. Matanya berputar-putar, sebentar menatap ke langit sebentar
menatap pada sosok mengerikan Makhluk Pembawa Bala. Tangan kirinya
diangkat. Ibu jarinya ditudingkan tepat-tepat ke hidung gerumpung Makhluk
PembawaBala.“Kau...”desissikakek.Lalusuaratangisnya meledak kembali.
Sambil menangis dia mengeluarkan ratapan aneh.
“Akumelihatlangit...Hik...hik...hik...Uhhhhsedihnyadunia...Akumelihat
laut... Hik... hik! Aduh biung sedihnya dunia... Aku melihat bukit-bukit karang...
Hemmm... hik... hik... Uhhhh...Sedihnya dunia!Aku melihatkau!Uhhh...”
Kakek di atas perahu kembali menuding ke arah Makhluk Pembawa Bala lalu
meratap keras. “Aku melihat darah... darah... Sedih... sedih sekali! Aku melihat
maut gentayangan... Dan kau... Kau bakal anak manusia yang akan mampus
pertama kali di tempat ini! Hik... hik... hik! Sedihnya dunia... Aku sedih... Aku
sedih!”Orang tua di atas perahu lantas menangis melolong-lolong.
“Tuabangkajahanam!”teriak Makhluk Pembawa Bala marah sekali. Dia
menggembor keras. Lalu melompat setinggi satu tombak. Di udara dia
berjungkir balik. Ketika melayang turun kaki kanannya yang hangus hitam
melesat ke arah si tua aneh yang menangis dalam perahu.
“Akusedih...akusedih...”Orangdalam perahumasihterusmenangisdan
meratap. Lalu tiba-tiba tubuhnya rubuh sama rata dengan lantai perahu. “Aku
sedih...Akusedih...!”
Wuuuttt!
Tendangan Makhluk Pembawa Bala yang sanggup menghancurkan kepala
kerbau itu lewat menghantam angin.
“Bangsatrendah
! Jangan mengira bisa lolos untuk ke dua kali!”
Hampir tubuhnya menyentuh air laut Makhluk Pembawa Bala kembali
melesat ke atas. Kini tubuhnya kelihatan seolah terbang satu jengkal di atas
permukaan air laut. Sesaat kemudian.
Braakk!
Perahu kayu itu hancur berkeping-keping dihantam tumit kanan Makhluk
Pembawa Bala lalu tenggelam masuk ke dalam laut.
“Mampuskausekarang!”ujarsimakhluk.“Sebentar lagi mayatmu akan
mengambangdipermukaanlaut!”Diamengiraorangtuadalam perahuikut
tenggelam bersama hancuran debu.Aku melihat laut... aku melihat darah! Hik… hik... hik! Uhh Aku sedih.
Sedihnya dunia...! Aku sedih... Aku sedih!”
Makhluk Pembawa Bala tersentak kaget dan cepat berpaling. Orang tua
yang disangkanya sudah hancur dan mati tenggelam di dalam air laut ternyata
kini kelihatan duduk di satu gundukan batu karang yang banyak bertebaran di
teluk! Dan meneruskan tangisnya!.
“Akusedih...Akusedih...”
“Manusiaiblis!”kertakMakhlukPembawaBala.Duakalimelompatdiasudah
sampaidihadapanorangtuaberselempangkainputihitu.“Tamatriwayatmu
sekarang!”TeriakMakhlukPembawaBala.Tubuhnyamelesatkeudara.Kaki
kanannya membabat ke arah tenggorokan orang tua yang tengah menangis.
“MakhlukPembawa Bala!Tahan seranganmu!”Tiba
-tiba satu bayangan
putih berkelebat. Makhluk Pembawa Bala terdorong ke belakang beberapa
langkah. Dia menggembor keras dan hendak menggebut. Tapi batalkan niatnya
ketika melihat yang barusan menghalanginya adalah Si Muka Bangkai alias Si
Muka Mayat.
“Sobatku!Apa kau sudah berubah ingatan hingga menghalangiaku
menghajar pengacau itu?!”teriak Makhluk Pembawa Bala. Matanya yang
tinggal satu dan melesak ke dalam berputar-putar mengerikan.
Tenggorokannya yang robek bergerak-gerak hingga darah busuk kembali
mengucur.
“Jangantolol!Kautidaktahutengahberhadapandengansiapa!”bentakSi
Muka Bangkai.
“Eh,memangnyaorangtuagilaitusiapa...?”Suara Makhluk Pembawa Bala
agak merendah sekarang.
“Dia adalah sahabatyangakan membantu kita!Diatokohbesardunia
persilatan. Pasang baik-baik dua telingamu yang sumplung! Dia adalah tokoh
hebatdanterhormatDewaSedih!”
DaritenggorokanMakhlukPembawaBalakeluarsuaratercekat.“Celaka,
aku memang sudah sering mendengar nama besar manusia aneh ini. Tapi tidak
pernahbertemu.Jadimanaakubisamengenal!”membatinMakhlukPembawa
Bala. Lalu cepat-cepatdiamendekatSiMukaBangkaidanberbisik.“Kau
aturlah urusan dengan dia agar tidak jadi kapiran!
Takusahkawatir,akubisamembujukoranggilasatuini!”jawabSiMuka
Bangkai. Lalu dia melangkah mendekati Dewa Sedih yang duduk di atas batu.
Sambil menjura dalam-dalam hingga mukanya hampir menyentuh lutut orang
dia berkata setengah meratap.
“Sobatku paduka dewa segala dewa yang aku panggildengan julukan
hormat Dewa Sedih, sedih hatimu melihat langit, lebih sedih lagi hatiku! Sedih
hatimu melihat laut, lebih sedih lagi hatiku! Hik... hik... Sedih hatimu melihat
bukit karang, aku terlebih sedih melihat Dunia penuh kesedihan hik... hik...
hik...”SiMukaBangkaikeluarkansuarasesenggukanlaluseolahmengiringi
Dewa Sedih dia pun ikut menangis dan meratap.
Tiba-tiba Dewa Sedih hentikan tangis. Sambi! mengusut kedua matanya
dengan belakang telapak tangan dia menatap kearah Si Muka Bangkai. Lalu
dari mulutnya terdengar pertanyaan.
“Mayat hidup, siapakah kau yang lebih pandai menangis dari padaku? Hik...
hik!“Paduka yang terhormat Dewa Sedih, lama tak bersua menyebabkan lupa.
lama tidak bertemu menyebabkan mata menjadi semu. Aku yang rendah tiada
lain adalah sahabat lamamu Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat. Harap
dimaafkan kalau aku tidak menyambut kedatanganmu sebagaimana mustinya!
Tapi ketahuilah kau adalah tamu pertamaku di Pangandaran ini. Penghormatan
terbesarakuberikanpadamu...”
“Hernmm...Hik...hik!”DewaSedihmengangguksedikitlalusesenggukan
lagi. Dia berpaling ke arah Makhluk Pembawa Bala. Sobatku Muka Bangkai,
siapakahsundalyangtubuhnyamenebarbaubusukini?!”
Dalam hati Makhluk Pembawa Bala menggeram dipanggil sebagai sundal.
Namun karena sudah tahu gelagat dia terpaksa berdiam diri saja walau
matanya yang cuma satu kelihatan berkilat menahan amarah.
“Sobatku,kautakperlumengacuhkandirinya...”
“Kau tahu Muka Bangkai Aku sedih melihatnya... Aku ingin menangis.
Kasihandia...Huk...huk...”LaluDewaSedihmeraungdanmenangispanjang.
“Kasihan bagaimana maksudmu sobatku Dewa Sedih?”tanya SiMuka
Bangkai pula.
“Dia... dia... akan jadi korban pertama pada hari sepuluh bulan sepuluh! Hik...
hik!”
Paras pucat Si Muka Bangkai jadi bertambah pucat. Dia melirik sekilas ke
arah Makhluk Pembawa Bala dan melihat bagaimana muka angker manusia itu
mengelam dan tubuhnya bergetar karena menindih amarah.
“SobatkuDewaSedih,udaraditempatinikurangbaik.Anginkencangdan
hawa laut menebar garam yang bisa menyesakkan pernafasan. Mari ikut aku
ke puncak bukit karang sana. Sambil menunggu hari ke sepuluh ada baiknya
kita menghabiskan waktu berbincang-bincangbertukarpikiran...”
Si Muka Bangkai tersenyum dan ulurkan tangannya memegang lengan
Dewa Sedih.
“Uhh... hik... hik! Hatiku sedih... Aku sedih... Aku melihat darah... aku
sedih…!Aku sedih! Teluk Penanjung akan geger Pengandaran akan geger!
Dunia persilatan akan geger! Aku sedih dalam semua kegegeran itu! Hik... hik...
hik.”Sambilberjalan,mengikutiSiMuka Bangkaiorang tua itu kembali
menangis dan meratap
SEBELAS
HARI sembilan bulan sepuluh. Dua penunggang kuda bersipacu cepat
memasuki Penanjung dari arah utara. Lima tombak sebelum memasuki alur
teluk yang diapit oleh dua gugusan bukit karang mereka menghentikan kuda
masing-masing. Saat itu matahari sedang terik-teriknya. Sambil menadangkan
tangan di depan kening menangkis silaunya matahari mereka memandang
berkeliling.
“Adabenderahitamdipuncakbukitkarangsebelahbarat”kata penunggang
kuda sebelah kanan.“Sesuaipetunjuk itu adalah tanda bukit tempat
berkumpulnya orang-orang Pangeran Matahari! Jadi kita harus segera menuju
kesana!”
“Menurutmu apakah Pangeran Matahari sudah berada di sana saat ini?”
tanya orang di sebelah kanan.
“Tidakbisa kuduga sebelum kita sampaidisana. Kalaupun dia belum
datang, kita harus menunggu sampai dia muncul!
“Terusterangakukawatir
. Apakah dia segera akan menghabisi kita begitu
bertemu muka?!”
Kawan sipenanya menggeleng.“Dalam urusan besar begini rupa dia
membutuhkan kita. Kita tidak usah malu dan takut minta ampun padanya
karena kita telah menipunya. Aku akan katakan bahwa kita berdua bersedia
menyabung nyawa menghadapi orang-orang golongan putih demi menebus
kesalahan kita tempo hari. Menipunya dengan kepala Pendekar 212
bohongan!”
“Kalau begitu katamu aku mengikut saja. Tapi hati-hatilah! Sang Pangeran
adalah manusia segala akal segala licik!”
Ke dua orang itu lantas melanjutkan perjalanan menuju bukit karang sebelah
kanan di mana tampak berkibar sehelai bendera hitam besar. Ketika mencapai
puncak bukit di satu tempat mereka dikejutkan oleh satu bentakan dahsyat.
“Tidakbolehadabinatangmengotoripuncakbukitkarangini!”
Wuuttt!
Wuttt!
Dua gelombang angin laksana prahara menghantam Dua penunggang kuda
berseru keras dan cepat melompat selamatkan diri. Kuda-kuda tunggangan
mereka meringkik keras. Dua ekor binatang itu kelihatan terlempar. Dari perut
mereka yang jebol berbusaian usus dan bermuncratan darah. Binatangbinatang yang malang ini akhirnya amblas masuk ke dalam laut.
Keheningan hanya terjadi seketika. Sesaat kemudian terdengar suara
mengekeh ramai sekali. Ada dua orang yang tertawa! Mereka bukan lain adalah
Si Muka Bangkai dan Makhluk Pembawa Bala. Ketika suara kekehan lenyap,
mendadak terdengar suara orang meratapi.
“SobatkuElang Setan, jangan-jangankitadatangketempatyangsalah!”
berkata lelaki tinggi besar di sebelah kanan. Orang ini mengenakan jubah
hitam, mata sebelah kanan mendelik besar sedang mata kiri tertutup seolah
terpejam. Kepala sebelah kanan berambut lebat sebaliknya yang kiri sudah
plontos. Ditambah dengan brewok cambang bawuk serta tiga guratan aneh di
keningnya manusia ini sungguh mengerikan untuk dipandang. Dia bukan lain
adalah Tiga Bayangan Setan. Momok golongan hitam yang bersama saudara
angkat darahnya berjuluk Elang Setan merupakan makhluk-makhluk ditakuti
dan menjadi musuh besar orang-orang golongan putih.
“Dua manusia berwajah setan!”Tiba
-tiba ada suara berseru dari puncak
bukit karang. “Teruskan langkah kalian ke puncak sini. Kalian tidak datang ke
tempat yang salah! Ini adalah tempat yang besok akan menjadi tempat
pembantaian para tokoh silat golongan putih!”
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan saling berpandangan. Baru saja
mereka hendak melangkah tiba-tiba di atas bukit sana terdengar suara orang
menangis!
“Jahanam!Apayangkitatakutkan!”kertakTigaBayanganSetan.“Ayo!”
Dua orang itu lalu berkelebat dan sesaat kemudian keduanya sudah berada
di puncak bukit karang. Di situ mereka melihat tiga orang yang membuat
mereka jadi kerenyitkan kening karena merasa aneh dan juga ngeri!
Orang pertama hanya kepalanya saja yang terlihat. Sebatas leher ke bawah
tenggelam dalam lobang batu. Kepalanya ditancapi sebatang kayu. Mukanya
yang seram tertutup darah kering. Bau busuk yang bukan alang kepalang
membersit dari kepala dan tubuhnya.
Orang kedua seorang kakek berselempang kain putih yang rambutnya
dikonde di atas kepala, duduk di atas gundukan batu karang dan menangis
tiada henti. Orang ke tiga kakek bungkuk bermuka seperti mayat hidup.
“Kalianinisiapa?!’membentakElangSetan.Diamenutuphidungnyadengan
belakang telapak tangan kiri. Tidak tahan oleh bau busuk yang keluar dari
tubuh dan kepala Makhluk Pembawa Bala.
“Manusia
-manusia setan tidak tahu peradatan! Kami yang layak bertanya
siapa kalian!”
Elang Setan mendengus sedang Tiga Bayangan Setan menyeringai dan
meludahketanah.“Sobatku,kauberitahusajasiapakitaagartuabangka
bungkuk ini tahu diri!”
Elang Setan yang mengenakan pakaian tebal dekil dan rombeng busungkan
dada dan angkat ke dua tangannyayangberbentukcakarelangkeatas.“Aku
dikenal dengan julukan Elang Setan. Saudaraku ini menyandang gelar Tiga
BayanganSetan!”
“Hemm…!Julukan-julukan bagus?”memuji kakek bungkuk lalu tertawa
mengekeh.
“Akumelihatlangit...Akusedih...hik...hik... hik! Aku melihat laut... Aku
sedih...! Aku melihat bukit karang... Ooo sedihnya dunia! Aku sedih... Hik...
hik...hik!”Tiba
-tiba Dewa Sedih meratap keras membuat Tiga Bayangan Setan
dan Elang Setan palingkan kepala dan mendelikkan mata.
Belum pernah aku melihat orang yang gilanya macam begini! kata Tiga
Bayangan Setan.
“Mulutnyapantasdisumpal!”tukasElangSetan
!
“Pantatnyasekalian!”sambungTigaBayanganSetan.Lalukeduaorangini
tertawa gelak-gelak.
Hekk!
Hekk!
Suara tawa ke dua orang itu mendadak sontak lenyap. Keduanya pegangi
leher masing-masing yang seperti dicekik oleh tangan-tangan yang tidak
kelihatan.
“Aku sedih... hik... hik... hik! Aku melihat dua makhluk biadab... Datang
mencari mati! Hari sepuluh bulan sepuluh! Di langit malaikat sudah mengukir
nyawamereka!Oo...dunia!Akusedih...Hik...hik...hik!”
Dewa Sedih meratap berhiba-hiba. Sambil menangis jari telunjuk tangan
kanannya diarahkan lurus-lurus ke leher Tiga Bayangan Setan dan Elang
Setan. Saat itu muka-muka seram ke dua orang itu telah membiru. Nafas
mereka menyesak. Mereka menggapai-gapai berusaha melepaskan cekikan
tangan yang tidak kelihatan.
Perlahan-lahan Dewa Sedih turunkan ke dua tangannya ke bawah hingga
menyentuh batu di depan kakinya. Bersamaan dengan itu pula kepala Tiga
Bayangan Setan dan Elang Setan seolah ditarik oleh satu kekuatan dahsyat
ikut rebah ke batu.
“Bersujud... bersujud... Nah bagus... bagus! Hik... hik! Kalian telah mencium
tanah daerah kematian kalian! Hik... hik... hik. Aku sedih... benar-benar
sedih...!”
Perlahan-lahan Dewa Sedih tarik tangannya. Bersamaan dengan itu tubuh
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan bergelimpangan di atas batu karang.
Cekikan pada leher masing-masing lenyap secara aneh. Megap-megap
keduanya bangkit berdiri.
Tiga Bayangan Setan memandang dengan mata menyorot pada Dewa Sedih
yang kembali meratap. Mulutnya berkomat-kamit. Tiba-tiba Tiga Bayangan
Setan kepalkan kedua tinjunya lalu diadu satu sama lain. Tiga guratan di
keningnya mengeluarkan kilatan-kilatan aneh. Dari mulut manusia ini kemudian
keluar bentakan garang.
“Bunuh!”
Tiga kepulan asap putih kelabu melesat keluar dari kepala Tiga Bayangan
Setan. Si kakek yang sudah tahu ilmu andalan lawan, sebelum kepulan asap
kelabu berubah menjadi tiga momok yang menakutkan segera dorongkan
tangan. Tubuh Tiga Bayangan Setan terjungkal jatuh duduk.
“Anjingtaktahudiri!Kaukirakauberhadapandengansiapasaatini?!”
bentak si bungkuk.
“Setanalas!Memangnyakausiapa?!”balasmenghardikTigaBayangan
Setan. Karena jampai-jampai yang dirapalnya tidak keterusan maka kepulan
asap di kepala pupus sirna.
“AkuSiMukaBangkaialiasSiMukaMayat!GuruPangeranMatahari!”
Mendengar ucapan itu. Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan menjadi
geger. Langsung tampang setan dua manusia di depan kakek bungkuk menjadi
berubah. Tiga Bayangan Setan cepat bangkit. Elang Setan segera jatuhkan diri.
Keduanya terus membual gerakan seperti menyembah.
“Harap dimaafkan dan mohon ampunanmu! Kami berdua tidak pernah
mengenalmu. Kami sendiri adalah teman-teman Pangeran Matahari. Kami
datang ke sini untuk menemuinya. Kami yang tidak punya kepandaian apa-apa
ini ingin menyumbangkan sedikit tenaga membantunya menghadapi musuhmusuhnyapadaharisepuluhbesok...Si Muka Bangkai terdiam sesaat. Bola matanya yang berada dalam rongga
mata dan pipi sangat cekung tanpa daging berputar liar. Lalu meledak tawa dari
mulutnya.“Muridku belum datang.Tapiaku mewakilinya untukmenerima
kedatangan kalian!”SiMuka Bangkai kembali tertawabergelak.DewaSedih
semakin keras sementara Makhluk Pembawa Bala mendongak ke langit,
mengeluarkan suara menggembor
DUA BELAS
HARI sembilan bulan sepuluh malam hari. Langit gelap menghitam. Tak ada
bulan bahkan bintang-bintang pun seolah takut menampakkan diri. Angin dari
teluk bertiup kencang dan dingin, membuat bendera hitam yang menancap di
puncak bukit karang Pangandaran berkibar-kibar mengeluarkan suara angker.
Dalam kegelapan malam, laksana setan-setan bergentayangan tampak
berkelebat sosok-sosok tubuh manusia. Ada yang bergerak seorang diri, ada
yang berteman satu dua orang. Mereka datang dan muncul dari berbagai
jurusan. Begitu sampai di teluk mereka berkelebat memilih salah satu dari dua
puncak bukit karang sebagai tujuan. Satu kali terdengar suara aneh. Suara
gemeletak roda-roda yang berputar perlahan. Lalu melengking ringkikan kuda.
Seolah membangunkan makhluk lainnya, suara ringkikan itu disambut oleh
suara lolongan anjing dan suara berbagai binatang malam lainnya.
Malam merayap tenang dan sunyi. Sesekali terusik oleh debur ombak besar
yang memecah di pantai teluk. Dibalik ketenangan dan kesunyian itu sosoksosok tubuh yang berkelebat menyelinap me¬nuju puncak dua bukit karang
diam-diam merasakan adanya satu ketegangan menggantungan di udara
malam yang hitam pekat dan dingin. Datangnya pagi sekali ini terasa lama dan
seolah menunggu sesuatu yang menakutkan!
Hari sepuluh bulan sepuluh akhirnya datang!
Beberapa saat sebelum sang surya muncul di timur di puncak bukit karang
sebelah timur yaitu di mana menancap bendera hitam sekonyong-konyong
terdengar suara aneh. Dikatakan terompet bukannya terompet. Diduga sebagai
suara seruling juga bukan. Suara itu mengalun perlahan, tapi menggetarkan
telinga siapa saja yang mendengar, mencekam hati dan membuat bulu tengkuk
berdiri.
Perlahan-lahan langit di timur tampak kekuningan. Air laut laksana disepuh
sinar keemasan yang saat demi saat berubah menjadi putih. Matahari terbit
sudah. Dalam terangnya udara pagi ini segala sesuatunya terlihat dengan jelas.
Dan tampaklah satu pemandangan luar biasa.
Di bukit karang sebelah barat, tepat di bawah kibaran bendera hitam tegak
seorang lelaki gemuk pendek. Mukanya seram dan tambah seram karena
warnanya yang merah gelap. Pada cuping hidungnya sebelah kiri mencantel
sebuah anting terbuat dari akar bahar. Dia tidak mengenakan baju hingga dada
dan perutnya yang gemuk berlemak dan juga berwarna merah kelihatan
bergoyang-goyang. Orang ini tegak mendongak langit. Di mulutnya ada sebuah
kendi yang bagian bawahnya diberi berlobang. Kendi yang ditiup si gemuk
pendek inilah ternyata yang mengeluarkan suara aneh. Karena di dalam kendi
terdapat cairan minuman keras maka alunan suara terdengar naik turun
menyengat telinga! Orang ini memakai sebuah ikat pinggang besar. Dua belas
kendi berisi minuman keras bergelantungan seputar ikat pinggang. Dari rambut
sampai ke kaki si gemuk pendek ini menebar bau minuman keras.Di belakang si gemuk pendek yang meniup kendi terletak lima buah gentong
besar berisi tuak. Di samping si gemuk tegak Elang Setan memegang sebuah
gayung. Sekali-sekali gayung dipakainya untuk menciduk tuak dalam gentong
lalu diguyurkan ke kepala si gemuk. Semakin sering minuman keras itu
diguyurkan semakin keras tiupan kendi! Di samping kanan Elang Setan
tegaklah saudaranya yaitu Tiga Bayangan Setan dengan mata jelalatan kian
kemari.
Satu bayangan hitam berkelebat. Tiupan kendi si gemuk mencuat laksana
mau merobek langit.
“Pangerandatang!”Seseorangberseru.
Si gemuk pendek merah segera berhenti meniup kendi. Dia berputar lalu
melangkah mendekati sebuah gentong. Enak saja kemudian dia mencelupkan
kepalanya ke dalam gentong berisi minuman keras itu. Dia tidak hanya
membasahi kepala tapi juga mereguk tuak keras itu selahap-lahapnya
Seorang pemuda bertubuh tinggi kekar, berikat kepala merah, mengenakan
pakaian serba hitam lengkap dengan mantel tegak dengan kaki direnggangkan
dan dua tangan di pinggang. Tampangnya keren tapi penuh keangkuhan dan
tak dapat menyembunyikan kelicikan yang menjadi sifatnya mendarah daging.
Ketika angin teluk menyingkapkan mantel hitamnya, di pinggang pemuda ini
kelihatan terselip Kapak Maut Naga Geni 212.
Begitu mengetahui siapa yang datang Tiga Bayangan Setan dan Elang
Setan segera mendatangi dan jatuhkan diri.
“Pangeran!Kamidatangkemariuntukmintaampunandarimu!”kata Tiga
Bayangan Setan.
Elang Setan lalu menyambung.“Jika diperkenankan kamiingin ikut
menyabung nyawa membunuh musuh-musuhmu. Hitung-hitung sebagai
penebusdosamendustaimutempohari”
Pangeran Matahari melihat pun tidak kepada kedua orang itu. Kaki kanannya
diangkat. Tumitnya diletakkan di kening Tiga Bayangan Setan lalu didorongnya
hingga orang ini terjengkang menggeletak. Hal yang sama dilakukannya pada
Elang Setan. “Kalian kuampuni! Tapi setelah urusan hari sepuluh bulan sepuluh
ini selesai, aku minta kalian dengan suka rela menyerahkan jantung masingmasing padaku!”
“Pangeran!”seru Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan berbarengan.
“Jangan banyak mulut! Atau kau ingin aku mempercepat kematian kalian?!
bentak Pangeran Matahari.
Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan beringsut mundur.
Pangeran Matahari memandang ke arah bukit karang di sebelah barat.
Seseorang melangkah mendekatinya. Tanpa menoleh Pangeran Matahari
sudah tahu siapa yang datang. Maka dia pun berkata.
“Guru, terima kasih kau mau datang!”
“Aku dan teman
-teman sengaja datang duluan. Untuk mengatur segala
sesuatunya.Membuatmulusjalanmumenjadirajadirajaduniapersilatan!”
“Sekali lagi terima kasih. Aku ingin tahu siapa saja teman-temankitaitu!”
“Kausudahmelihatsipeniupsangkakala tadi. Iblis Pemabuk! Dia salah satu
andalan kita! Tidak percuma kita susah payah mengirimkan lima gentong besar
berisituakkerasitukesini!”Sangguru yaitu SiMukaBangkai tertawabergelak
Pangeran Matahari hanya sunggingkan seringai lalu berkata. “Yang lainlainnya siapa?!”
Si Muka Bangkai angkat tangan kanannya tinggi-tinggi lalu tukikkan
kepalanya ke arah lereng bukit karang di sebelah bawahnya. “Teman-teman!
Harap perlihatkan dirimu pada Pangeran Matahari!”
Saat itu juga dari balik gundukan batu-batu karang di lereng bukit sebelah
bawah bermunculan sepuluh sosok tubuh. Dua perempuan dan delapan orang
lelaki. Yang menarik adalah delapan lelaki ini. Mereka semua mengenakan
jubah merah darah. Kepala mereka yang botak licin dicat kuning. Tepat pada
ubun-ubun masing-masing tergurat dengan cat hitam angka 1 sampai 8. Yang
luar biasanya mereka memiliki wajah sama semua!
“Delapan Tokoh Kembar...”desis Pangeran Mataharidengan senyum
dikulum. “Hemm...”Diaberpalingkekirikearahgundukanbatukaranglancip di
mana berdiri seorang gadis berpakaian serba biru berambut pirang panjang
yang melambai-lambaiditiupanginteluk.“DiaberhasilmembujukDelapan
Tokoh Kembar dan membawanya ke mari. Kematiannya kelak akan kupilihkan
yang paling tidak menyakitkan...”SangPangeranlalupalingkankepalanyake
jurusan kanan. Di situ tegak seorang dara berpakaian merah, membekal
sebuahbungkusanberisitujuhbuahpayung.“Hemm...Yangsatuinisungguh
tidak terduga! Ini bakal menambah kegegeran di Pangandaran! Hemmm... apa
yang membuatnya memilih berada di pihakku? Aku akan membalas jasanya
dengan kenikmatan...” Kembalisenyum tersungging dimulutPangeran
Matahari.DiaberpalingpadaSiMukaBangkai.“Guru,jadiinisemuateman
-
temankita?”
“Masih ada satu lagi Muridku!Biarakupanggil!”SiMukaBangkaimenoleh
ke belakang lalu berseru. “Sobatku,harapkausukakeluardaridalamlobang!”
Baru saja seruan kakek bungkuk itu lenyap sesosok tubuh yang menyebar
bau busuk melesat di udara, jungkir balik dua kali berturut-turut lalu settt. Dia
tegak di hadapan Pangeran Matahari dengan segala keseramannya. Dia bukan
lain adalah Makhluk Pembawa Bala.
“Tokohbesarmahagagah!”berkataPangeranMatahari.Satukehormatan
bagiku kau berada di pihakku. Kelak aku akan memberikan satu jabatan tinggi
padamujikaakusudahberadaditampuktertinggirimbapersilatan...”
“Terima kasih Pangeran!”kata Makhluk Pembawa Bala dengan suara
sembernya.
“Jahanam!Belum pernahakumelihatmakhlukmengerikandanbusukluar
biasa seperti ini! Rasanya mau kumuntahi mukanya saat ini juga!”menyumpah
sang Pangeran dalam hati.
Saatitu SiMuka Bangkaiterdengarberkata pada muridnya.“Makhluk
Pembawa Bala telah mengatur segala peralatan rahasia di kawasan ini. Musuhmusuhmu akan menemui ajal sebelum mereka sempat menjamahmu!
“Hemmm… bagus! Hadiah untukmu akan kulipat gandakan. Sekarang harap
kau suka menyingkir dari hadapanku dan bersiaplah menentukan korban yang
bakalkaucabutnyawanya!”
Gluk! Gluk! Gluk!
“Aku tidak perlu jabatan tinggi. Aku tak perlu hadiah berlipat ganda. Aku
hanya tahu minuman keras! Gluk! Gluk! Gluk!
Pangeran Matahari berpaling mendengar ucapan itu
Ah! Orang hebat tiada tandingan! Aku benar-benar gembira melihat kau ada
di sini membantu perjuanganku! Aku tahu kalau bukan karenamu semua
perhelatan besar di Pangandaran yang kelak bakal menggegerkan dunia
persilatan tidak bakal kesampaian. Jasamu tidak akan aku lupakan. Begitu
urusan di tempat ini selesai aku akan membangunkan satu Istana dikelilingi
kolam minuman untukmu. Sekarang, Iblis Pemabuk terimalah hormatku!”
Pangeran Matahari lalu menjura pada Iblis Pemabuk yang duduk berjuntai di
salah satu pinggiran gentong. Yang diajak bicara hanya menyeringai lalu
jatuhkan diri ke dalam gentong berisi tuak keras itu!
Pangeran Matahari hendak melangkah ke kiri ketika tiba-tiba seolah untuk
pertama kalinya dia mendengar suara itu. Dia berpaling ke kanan.
“Dewa Sedih! Ternyata kau tidak melupakan diriku!”seru Pangeran Matahari.
Laksana terbang dia melompat ke hadapan Dewa Sedih yang duduk di atas
satu gundukan batu dalam keadaan menangis.
“Akumelihatlangit...AkusedihiAkumelihatlaut...Akusedih...Hik...hik...”
PangeranMatahariyangsudahtahugelagatsegeramemotong.“Apayang
kau lihat, juga terlihat olehku Dewa Sedih. Kesedihanmu adalah juga
kesedihanku. Aku akan membuatkan sebuah puri untukmu. Dipenuhi oleh
orang-orangyangmaumenangisbersamamuseumurhidupmu!”
Tangis Dewa Sedih tersendat-sendat. Dia manggut-manggut beberapa kali
lalu kembali menyambung ratapannya
Sang Pangeran geleng-gelengkan kepala lalu beranjak mendekati gurunya.
“Bukit karang di seberang sana! Aku tidak melihat satu orang pun di situ! Apa
merekaterlalupengecutuntukdatang?!”
“Merekapastidatang.Muridku!Datanguntukmenerimakematian!”jawab Si
Muka Bangkai lalu tertawa gelak-gelak. Mendadak dia hentikan tawanya dan
memandang ke arah bukit batu karang di seberang sana. Aku mendengar
suarasesuatu...”katanyaperlahan.Semuamatalaludiarahkankebukitbatu
karang di seberang barat.
Dari balik bukit batu karang di sebelah timur kelihatan muncul sebuah kereta
kencana berwarna putih, ditarik oleh dua ekor kuda putih pula. Kusir kereta
seorang gadis cantik berpakaian panjang warna hitam yang sangat ketat. Di
sebelah atas dada pakaiannya dipotong rendah hingga hampir setengah dari
payudaranya yang putih tersingkap membusung. Di sebelah bawah pakaian
hitam itu dibelah setinggi pinggul. Duduk di atas kereta dengan sendirinya
kakinya mulai dari betis sampai ke paha tersingkap lebat. Di sebelah kusir
kereta yang cantik ini duduk seorang gadis yang parasnya tak kalah menawan,
mengenakan pakaian yang sama dan memegang sebatang tongkat terbuat dari
besi.
Dua mata Pangeran Matahari berputar liar. Rahangnya menggembung.
Walaupun belum pernah bertemu tapi sang Pangeran sudah bisa menduga
siapa adanya orang di dalam kereta putih. Dia dan juga semua orang yang ada
di bukit karang sebelah barat tidak menunggu lama. Tepat di puncak bukit
kereta berhenti. Pintu kereta terbuka. Sesosok tubuh yang bagus terbungkus
pakaian ketat terbuat dari manik-manik merah turun dari kereta kencana. Di
atas keningnya ada sebuah mahkota kecil terbuat dari untaian kerang kerang
berwarna biru. Kalung serta gelang yang menjadi hiasannya juga terbuat dari
benda yang sama. Sepasang matanya yang sangat bagus berwarna biru.
berkilat cemerlang. Wajahnya secantik bidadari. Di tangan kanannya gadis ini
memegang sebuah cermin bundar yang memantulkan sinar angker
menyilaukan setiap terkena sinar matahari. Dia tegak dengan anggunnya di
samping kereta, memandang ke arah bukit di sebelah timur.
Semua orang yang ada di bukit karang barat menjadi geger.
“RatuDuyung...”desis Pangeran Matahari. Suaranya jelas bergetar tanda
hatinya tidak enak. “Bertahun-tahun dia tidak pernah muncul di daratan. Kalau
kini dia memperlihatkan diri benar-benar tidak terduga. Dia bisa melakukan apa
saja merusak keadaan! Perempuan terkutuk! Sejauh mana hubunganmu
dengan Pendekar 212 hingga kau mau-mauan keluar dari sarangmu di laut
selatan?!”
Apa yang terasa di hati Pangeran Matahari terasa juga di hati sang guru Si
Muka Bangkai alias Si Muka Mayat. “Kalau sampai Ratu Duyung muncul
urusan muridku tidak akan semulus yang aku perkirakan. Aku harus mencari
akal melumpuhkan musuh yang satu ini!”Orang tua bungkuk bermuka pucat ini
berpaling pada muridnya. Untuk membesarkan hati dan semangat sang
Pangeran dia berkata.
“Muridku,gadisitupantasmenjadipendampingmuseumurhidup...”
“Kesaktiannya sukar dijajagi. Celakanya dia berada di pihak musuh!”
“Dengan Kitab Wasiat Iblis berada di tanganmu apa sulitnya menundukkan
dirinya!”bisik Si Muka Bangkai. Lagipula aku punya satu gagasan. Sebelum
pertempuran berdarah yang menggegerkan di Pangandaran ini terjadi aku akan
mendatanginya. Aku punya akal untuk mengajaknya menyeberang ke pihak
kita.”
Tanpa berpaling pada sang guru Pangeran Matahari sunggingkan seringai
dan gosok-gosokkan ke dua telapak tangannya.
“AkupercayapadamuGuru.Mengapakautidaksegerasajamenyeberang
kebukitsanamenemuiRatuDuyung?!”
“Pintamu akan segera aku lakukan, Muridku. Namun aku harus memberi
nasihat. Harap kau berlaku tabah. Aku mendapat firasat tidak lama lagi akan
bermunculan tokoh-tokoh silat golongan putih di bukit sebelah timur sana. Kau
tak usah kawatir. Kau sudah ditakdirkan untuk menjadi penguasa tunggal rimba
persilatan! Kita akan benar-benar membuat kegegeran di tempat ini! Setelah
urusan selesai kuharap kau tidak lagi menolak menyerahkan Bidadarimu itu
padaku!Hik...hik...hik!”
Pangeran Matahari hanya mengangguk perlahan. Hatinya tetap saja tidak
tenteram. Sebelum pergi Si Muka Mayat mendekati Makhluk Pembawa Bala
lalu berkata.
“Dalam waktu dekat di bukit sana akan segera bermunculan musuh-musuh
kita. Harap kau mengawasi baik-baik peralatan rahasiamu. Begitu mereka
muncul lekas kau hubungkan kawat-kawat penghidup semua peralatan rahasia
dan bola-bola peledak!”
Makhluk Pembawa Bala menyeringai lalu berkata dengan suaranya yang
sember. “Kegegeran apa lagi yang paling hebat kalau tidak disertai genangan
darah tokoh-tokoh persilatan golongan putih itu!”
TAMAT
PENULIS : BASTIAN TITO
CREATED : MATJENUH CHANNEL
BLOG : https://matjenuh-channel.blogspot.com
SEGERA MENYUSUL.
KIAMAT DI PANGANDARAN
0 comments:
Posting Komentar