Kumpulan Cerita Silat Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212


selamat datang teman teman di.. https://matjenuh-channel.blogspot.com..dari dusun airputih desa sungainaik.. ikuti grup Facebook matjenuh di kumpulan novel wiro sableng.. cukup agan cari saja dengan mengetikan nama grup kumpulan novel wiro sableng di Facebook... subscribe juga channel matjenuh di YouTube ..ketikan nama matjenuh channel... terimakasih..salam santun dari matjenuh channel 🙏🙏🙏🙏

Kamis, 06 Juni 2024

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 WIRO SABLENG - GEGER DI PANGANDARAN

 

https://matjenuh-channel.blogspot.com


SATU


SEPASANG mata Pendekar 212 sesaat membesar tak berkesip. Dadanya

berdebarkeras.“DewiPayung Tujuh!Akhirnya kutemuikau!”kata Wiro

menggeram dalam hati Kalau dituruti amarahnya, rasanya mau dia menyerbu si

gadis saat itu juga. Sambil mengepalkan tinju murid Sinto Gendeng berusaha

menekan gejolak dendam yang bersarang dalam dirinya sejak beberapa waktu.

Orang tua pemilik rumah makan menyambut kedatangan Wiro lalu dengan

ramah mempersilahkan tamunya ini memilih tempat duduk. Namun sang tamu

sama sekali tidak mengacuhkan. Terus saja memandang melotot ke arah gadis

berpakaian biru berkembang-kembang kuning yang duduk di sudut rumah

makan, asyik menyantap makanan.

“Kalau kuhajar sekarang rasanya kurang pantas. Biarkan dia meneruskan

makan dulu. Mungkin ini makan yang terakhir baginya. Akan kutunggu dia di

luar!”Wirokeluardarirumah makan itu. Dengan cepat dia menyelinap ke balik

sebuah bangunan kayu, mendekam di bawah sebatang pohon. Dari sini dia

dapat melihat pintu rumah makan hingga orang yang ditunggu tak bakal luput

dari pengawasannya.

“Heran...Masukkerumahmakanlalukeluar lagi. Jangan-jangan tak punya

uang. Pemuda geblek Orang tua pemilik rumah makan mengumpat lalu

berpaling pada gadis baju biru berbunga-bunga. Dia ingat bagaimana tadi

pemuda tak dikenal itu memandang menyorot seolah marah besar.

“Tidakmustahilpemudatadi punya niat jahat terhadap gadis cantik itu...

Lebih baik aku beritahu padanya agar berlaku hati-hati...”Lalu orang ini

mendatangi gadis yang tengah bersantap. Setelah membungkuk dia

memberitahu kejadian barusan.

“Mungkincumaseorangpemudamatakeranjang!”kata si gadis dan terus

saja menyantap makanannya.

“Bapaksudahtua.Cukupberpengalamanmengartikan pandangan seorang

lelaki terhadap perempuan. Pemuda yang Bapak katakan tadi bukan

memandang kagum akan kecantikanmu, Nak. Dan kelihatannya bukan seorang

pemuda mata keranjang. Dia memandang anak seolah melihat seorang yang

dibencinya. Cuping hidungnya mengembang, pelipisnya bergerak-gerak.

Rahangnya menggembung dan dua matanya tidak berkesip. Urat besar di

lehernya kelihatan bergerak-gerak Dia seolah menahan satu dendam besar

terhadapmu.”

“Hemm…”Gadis cantik beralis tebal dan berbulu mata lentik itu bergumam

lalu tenang saja meneguk minumannya. Tanpa memandang pada pemilik

rumahmakandiaberkata.“Bapak,keteranganmucukuplengkap.Bisakah

Bapak menceritakan ciri-ciriorangitu?”

“Masihmuda.Rambutpanjangsebegini...”Siorangtuameletakkantangan

kirinyadibahu.Lalumeneruskan.“Diamengenakanpakaianserbahitam.Ikat

kepalaputih...“Kulitnyahit

amatauputih...?”tanya si gadis sambil mengunyah makanannya

pelan-pelan.

“Tidakputih.Kuninglangsatsepertikulitperempuan. Tapi tubuhnya kekar.

Tampangnyasepertiorangtololtapiberbahaya...!”

“Tololtapiberbahaya!Aneh juga!”kata sigadis.Lalu dalam hatidia

membatin. “Setahuku dia tidak pernah mengenakan pakaian hitam. Sulit

kudugasiapadiaadanya.”Gadisitumenyelesaikanmakannyadengancepat.

Tak lama kemudian dia tampak muncul di ambang pintu rumah makan. Sesaat

dia memperhatikan seputar halaman lalu melangkah ke tempat di mana dia

menambatkan kudanya. Begitu berada di atas punggung tunggangannya,

sebelum bergerak pergi terlebih dulu diperiksanya bungkusan besar yang

tergantung di leher kuda. Parasnya berubah tanda terkejut. Sekali lihat saja dia

sudah maklum sesuatu telah terjadi dengan bungkusannya.

Di dalam bungkusan itu dia menyimpan tujuh buah payung tujuh warna.

Setelah diperiksa ternyata hanya ada enam payung.

“Seharusnya bungkusan ini kubawa masuk ke dalam. Heran, mengapa aku

terlalu tolol! Kini payung merahku lenyap!”kata si gadis dalam hati menyesali

diri.Diaberpikirkeras.“Seorangpencuritidakakanmengambilcumasatu

payung! Manusia jahat macam mana yang berani main-main terhadapku!”

Gadis ini memandang berkeliling. Ada beberapa orang lalu-lalang di sekitar situ

namun tidak terlihat hal-halyangmencurigakan.“Akutidakakanmeninggalkan

tempat ini sebelum menemukan payung merahku kembali!”Si gadis segera

hendak turun dari kudanya.

Saat itulah dari atas sebatang pohon melayang turun satu sosok tubuh

berpakaian hitam.

“Dewi Payung Tujuh! Apakah kau mencari ini?”Orang yang melompat dari

atas pohon menegur dengan pertanyaan. Terdengar suara clep! Lalu

serangkum angin bergulung-gulung menerpa ke arah gadis di atas kuda.

Gerakan gadis berbaju biru tertahan. Sambil mendorongkan tangan kirinya

untuk menangkis serangan angin dia berpaling. Matanya membentur sosok

seorang pemuda berpakaian hitam. Di tangan kanannya dia memegang sebuah

payung berwarna merah.

“Dugaankutidaksalah.Memangdiarupanya.”katasigadisyangmemang

adalah Dewi Payung Tujuh alias Puti Andini. Gadis berkepandaian tinggi dari

Pulau Andalas yang muncul di tanah Jawa untuk mencari Kitab Putih Wasiat

Dewa.

“Pendekar212!”seruAndinilalumelompatturundariataskuda.Wajahnya

membentuk perubahan yang sulit diartikan. Dia melangkah maju. Begitu sampai

dihadapanPendekar212diaberkata.Jadikaurupanyasipencuripayungitu!”

Sekuntum senyum menyeruak hingga wajahnya yang cantik tanpa dihias itu

tampak tambah jelita. Sesaat murid Sinto Gendeng jadi salah tingkah.

Kebenciannya terhadap gadis itu selangit tembus. Tapi wajah yang begitu

cantik mau tak mau membuat rasa terpesona terselip juga di hatinya.

“Kau mau mengembalikan payung itu atau benar-benar hendak

mencurinya?”tanyaPutiAndinisetengah bergurau.

Wiro masih diam. Sesaat kemudian perlahan-lahan dia ulurkan tangannya

menyerahkan payung setelah lebih dulu menguncupkannya.erimakasih.”kataDewiPayungTujuhbegitumenerimakembalipayung

merahnya.“Lamakitatidakbertemu,apakabarmu?”

Seharusnya kau bertanya apakah aku sudah mendapatkan Kitab Putih

WasiatDewa.BukankahitutujuanmusejakberangkatdaripulauAndalas?”

Sesaat si gadis menatap tajam. Dari cara orang bertanya serta nada

suaranya gadis ini segera maklum ada sesuatu. Masih sambil tersenyum,

sambil mempermainkan ujung payung merah dia berkata. Kau sudah tahu hal

itu sejak lama. Kalaupun aku bertanya kau pasti tak akan memberitahu. Biar

akumenyelidikterus...”

“Dewi Payung Tujuh, aku datang untuk menghukummu!”

Dua bola mata Andini membesar, alisnya yang hitam naik sesaat lalu dari

mulutnya yang berbibir merah keluar suara tawa berderai.

“Menghukumku? Ini adalah aneh! Apa dosa dan kesalahanku? Coba kau

beritahu. Kalau aku sudah mendengar lalu hukuman apa yang hendak kau

jatuhkan atas diriku?!”

“Hukuman mati!”jawabPendekar212tandas


DUA


SEPASANG mata Andini terbelalak. Senyum di wajahnya yang cantik serta

merta pupus. “Tak percaya aku akan pendengaranku! Pendekar 212 Wiro

Sableng muncul hendak menjatuhkan hukuman mati terhadapku! Hemm…”Si

gadismelintangkanpayungmerahnyadidepandadalalumenyambung.“Aku

tidak mengungkit cerita lama. Tapi setelah aku menyelamatkan nyawamu dan

kematianditanganTigaBayanganSetan,apakahinibalasbudimu?”

“Dosamu jauh lebih besar dari hutang nyawa dan budi yang kau tanam

terhadapku!”

“Ohbegitu?Cobakausebutkanapadosaku!”jawabsigadis.Suaranya

keras meradang. Parasnya yang jelita tampak mengeras tapi di mata Pendekar

212 justru membuatnya tambah cantik.

“Gila

! Gadis ini benar-benarcantik!”

Mau tak mau dalam hatinya murid Sinto Gandeng ini jadi kembali bimbang.

Namun kalau ingat kematian mengenaskan yang dialami Raja Obat Delapan

Penjuru Angin, orang tua yang telah berjasa besar dalam mendapatkan Kitab

Putih Wasiat Dewa serta Bidadari Angin Timur yang hampir menemui ajal mati

digantung kaki ke atas kepala ke bawah maka darah Pendekar 212 kembali

menggelegak.

“Gadis cantik, jauh-jauh datang dari Andalas kau bukan cuma memburu kitab

sakti tapi juga menebar maut secara keji. Sekarang di hadapanku malah

berpura-pura! Jangan mengira aku tidak tahu apa yang telah kau lakukan!

Beberapa waktu lalu kau membunuh orang tua bergelar Raja Obat Delapan

penjuru Angin dalam sebuah rumah kayu di satu bukit tak jauh dari Kutogede!

Lalu kau juga berusaha membunuh seorang gadis berjuluk Bidadari Angin timur

dengan cara menggantungnya kaki ke atas kepala ke bawah... !”

Wajah cantik Dewi Payung Tujuh berubah sebentar putih memucat sebentar

memerah saga. Mulutnya ternganga.

“Ini cerita paling hebat yang pernah aku dengar dalam hidupku! Guruku

pernah berpesan agar jangan ragu-ragu membunuh setiap orang jahat yang tak

bisa dibuat sadar. Mengenai dua orang yang kau sebutkan itu aku pernah

mendengar siapa mereka tapi bertemupun belum! Kau mengarang dusta

agaknya Pendekar 212?!”

“Inibukanceritakosongataudusta!Tapikenyataan! Jangan kau berani

berdalih dan pengecut mengakui kejahatanmu!”bentak Pendekar 212.

“Eh, melihat tampangmu bicara dan nada suaramu agaknya kau tidak main

main!”tukas Andini.

“Sialan! Siapa bilang aku main-main!”

“Hemmm...begitu?”sangdaratampaktenangsajamembuatmuridSinto

Gendeng menjadi tambah naik darah. “Kalau aku boleh bertanya apa

hubunganmu dengan orang tua berjuluk Raja Obat Delapan Penjuru Anginitu?”

“Diasudahkuanggapkakeksendiri!”LalugadisyangpunyajulukanhebatsiBidadariAngin Timur itu punya

sangkut paut apa kau dengan dirinya? Kekasihmu?!”

“Apahubungankudengandiabukanurusanmu!”

Dewi Payung Tujuh menghela nafas dalam. Payung merah dimasukkannya

kedalam bungkusanbesardileherkoda.“Akumasihadaurusanlainyang

lebih penting! Kau salah alamat menuduhku! Kau harus memutar otak dan

bekerja keras untuk mencari siapa pembunuh Raja Obat Delapan Penjuru

Angin dan bidadarimu itu... ! Aku harus pergi sekarang… !”Enak saja si gadis

lantas putar tubuhnya, siap melompat ke atas punggung kuda.

“Perempuan jahat!Kau kira bisa melarikan diribegitu saja?!”bentak

Pendekar 212.

Mendengar bentakan itu si gadis urungkan niat naik ke atas kuda. Dia

membalik dan balas membentak. “Siapa mau melarikan diri! Aku cuma tidak

mau berurusan dengan orang gila yang tidak tahu juntrungan menuduhku

membunuh orang!”

Dari balik pakaian hitamnya Wiro mengeluarkan secarik robekan kain merah.

Benda itu dilemparkannya ke hadapan Dewi Payung Tujuh.

“Apaini?!”tanyasigadissambilmemperhatikanrobekankainitudengan

pandangan setengah acuh.

“Iturobekanpakaianmuyangberhasildigigithinggarobeksewaktuhendak

membunuhBidadariAnginTimur!”

“Hebat!Menuduh lengkap dengan bukti!Tapibuktipalsu!”teriakDewi

Payung Tujuh. Dari dalam bungkusan yang tergantung di leher kuda

dikeluarkannya sehelai pakaian berwarna merah. Pakaian itu dicampakkannya

ke depan kaki Wiro seraya berkata setengah berteriak.

“Itu pakaian merahku yang kau sebut-sebut. Silahkan buka matamu lebarlebar.Lihatapaadabagianyangrobek?!”

Perluapaakumelihatpakaianbututitu!”jawabWiro“Kaubisasajapunya

selusinpakaiansepertiIni!”

“Pendekar 212! Aku kira kau memang sengaja membuat-buat alasan! Apa

maumu sebenarnya aku tidak tahu! Tapi kalau kau terus menuduh mungkin aku

akanlebihdulumembunuhmudaripadakaumemintanyawaku!”

Wiromenyeringai.“Siapayangbakalanmatiduluan di antara kita hanya

malaikat maut yang tahu! Tapi aku harus menegakkan kebenaran! Menghukum

manusia jahat, keji dan penuh dosa sepertimu!

Habis berkata begitu Pendekar 212 segera melompat kirimkan serangan.

Tinju kanannya melesat ke arah pelipis kiri Dewi Payung Tujuh!

“Hemmm... Pemuda gila ini benar-benar hendak membunuhku! Dia

mengarahsalahsatutitikkematiandikepalaku!”membatinDewiPayungTujuh.

Didahului satu teriakan keras Andini berkelebat ke samping. Dengan satu

gerakan kilat dia menyambar pakaian merahnya yang tercampak di tanah lalu

wut!

Pendekar 212 Wiro Sambleng terkejut ketika tiba-tiba di hadapannya

menyambar sinar merah disertai dorongan angin yang keras sekali. Kalau dia

tidak cepat menarik pulang tangannya dan melompat ke belakang niscaya

sekujur tubuhnya akan terjebak dalam pakaian merah yang dipergunakan

sebagai senjata oleh Andini. Selagi Wiro terhuyung-huyung mengimbangi diri si

gadis cepat melompat ke atas punggung kudanya. Namun sebelum dia sempat menarik tali kekang menggebrak tunggangannya dari samping menderu selarik

angin, menggemuruh laksana batu raksasa menggelinding. Ternyata Pendekar

212 telah lepaskan pukulan sakti bernama “Kunyukmelemparbuah.”

Andini yang tahu bahaya cepat menyambar kantong perbekalannya berisi

tujuh payung. Sebelum melompat setinggi satu setengah tombak ke udara

gadis ini tendangkan tumit kaki kirinya ke pinggul. Binatang ini melompat ke

depan. Meski bagian belakangnya sempat tersambar angin pukulan yang

menyebabkan kuda itu terbanting dan roboh ke kiri namun dia selamat dari

hantaman telak yang bisa membuat hancur setengah dari tubuhnya. Setelah

meringkik keras kuda ini menghambur ke balik sebuah bangunan dan meringkik

lagi beberapa kali.

Pendekar 212 cepat berpaling ketika tiba-tiba terdengar suara clep... clep

beberapa kali. Delapan langkah di hadapannya Dewi Payung Tujuh tegak

dengan kaki terkembang. Di atas kepalanya dua buah payung yakni payung

warna biru dan kuning terkembang melayang dan berputar mengeluarkan suara

bersiuran. Di sebelah kirinya payung hijau dan putih mengambang di udara,

berputar kencang. Lalu di sisi kanan dua payung lagi yaitu hitam dan ungu

berputar naik turun ke atas. Andini sendiri memegang payung merah dalam

keadaan terkembang dengan ujungnya yang runcing menghadap ke arah Wiro.

Sepasang matanya yang berbulu lentik memandang tak berkesip ke arah

lawan. Rupanya gadis ini sudah siap untuk menghadapi Pendekar 212 dalam

satu perkelahian hidup mati.

“Bagus! Kau sudah siap menerima hukuman! Kau akan mati bertabur

kembang tujuh payungmu!”

Andini keluarkan suara mendengus. “Kesombongan dan otak tolol membawa

manusia ke liang kubur! Majulah kalau kau ingin segera mencari mati!”

Dewi Payung Tujuh goyangkan kepalanya. Set... set... Enam buah payung

yang melayang di udara menukik ke depan. Bagian runcingnya kini menghadap

ke arah Wiro dan putarannya bertambah kencang hingga enam payung itu

mengeluarkan suara seperti angin prahara yang bertiup membabat dari enam

titik kematian!

“Cumapayungkertassiapatakut!”

Baru saja Wiro mengejek enam buah payung melayang di udara, menebar

membentuk lingkaran mengurungnya. Di sebelah tengah mengapung di udara

tampak Puti Andini bergantung pada payung merah. Tiba-tiba gadis ini

jentikkan jari-jari tangannya. Enam buah payung mendadak sontak melesat ke

arah Pendekar 212. Tiga membuat gerakan menusuk dengan bagian runcing.

Tiga lainnya membabat seperti gergaji berputar yang siap untuk membuat

tubuh Wiro terkutung-kutung!


TIGA


PENDEKAR 212 terbelalak melihat datangnya hujan serangan itu. Sesaat

tubuhnya masih terhuyung ke depan. Di lain kejap dia jatuhkan diri di tanah.

Dua kaki membagi serangan berupa tendangan. Tangan kiri kanan serentak

melepasduapukulansakti.Yaitu“BentengTopanMelandaSamudera”dengan

tangankiridan“SinarMatahari”dengan tangan kanan.

“Wusss!Wusss!”

Dua angin sakti menerpa dahsyat. Satu mengeluarkan sinar panas

berkilauan. Satunya tidak terlihat oleh mata!

Puti Andini berteriak nyaring. Tangan kanannya diputar dengan cepat.

Terdengar suara clep-clep berulang kali. Enam payung yang terkembang

secara aneh serta merta menguncup. Walau payung-payung itu berpelantingan

kian kemarinamun lolosdarihantamandahsyatpukulan“BentengTopan

Melanda Samudera”.Kinitinggalpukulan“SinarMatahari”yang oleh Wiro

sengaja diarahkan pada Puti Andini.

Untuk kedua kalinya gadis berjuluk Dewi Payung Tujuh itu keluarkan teriakan

keras. Sepasang kakinya ditendangkan ke belakang. Tubuhnya menukik ke

bawah. Serentak dengan itu gadis ini putar payung merahnya. Sinar merah

berkiblat laksana lingkaran setan langsung menggulung sinar putih pukulan

sakti“SinarMatahari”

“Dess...dess...dessBum!”

Tempat itu laksana dihantam gelegar petir dihunjam gempa. Di dalam rumah

makan orang berteriak dan berlarian keluar!

Payung merah hancur berantakan. Setiap hancuran berubah menjadi

kepingan-kepingan api yang bertaburan di udara. Dewi Payung Tujuh menjerit

keras. Sosoknya mencelat sampai enam tombak. Lengan bajunya tampak

terbakar. Mukanya sepucat kain kafan. Hebatnya dalam keadaan seperti itu

gadis ini tidak kehilangan akal. Setelah membuat jungkiran dua kali berturutturut, dengan sigap dia menyambar payung hitam yang mental ke arah. Dia

menekan tombol pembuka payung. Begitu payung mengembang gadis ini

perlahan-lahan melayang turun ke tanah. Lima payung lainnya, dengan

jentikan-jentikan jari tangan segera mengembang lalu bersusun di sebelah

bawah, melindunginya jika ada serangan dari bawah.

Paras Puti Andini tampak pucat pasi. Di sela bibirnya ada genangan darah

tanda dia menderita luka dalam yang cukup parah. Lima payung menancap di

tanah lalu clep-clep ke enamnya menguncup.

Di tengah-tengah lingkaran payung itu Puti Andini mendarat. Begitu

sepasang kakinya menginjak tanah, Dewi Payung Tujuh alias Puti Andini

segera mengatur jalan darah dan tenaga dalam Dadanya mendenyut sakit. Dia

melirik pada tangan kanannya. Lengan pakaiannya hangus tersambar pukulan

“SinarMatahari”.Masihuntungtangannyahanyamenderitalukabakarringan.

Untuk beberapa saat lamanya gadis ini tegak dengan tubuh tergontai-gontai,

memandang ke arah Wiro dengan bola mata laksana menyala!.

Sepuluh langkah di hadapan Puti Andini, Pendekar 212 terkapar di tanah.

Muka dan sebagian pakaian hitamnya tampak kemerahan. Ini akibat hantaman

hawa yang keluar dari payung merah yang dipergunakan Puti Andini untuk

menyerangnya. Muka dan lehernya terasa panas dan seolah ada puluhan

jarum menusuk-nusuk. Walaupun sakit Wiro tidak perduli. Tekadnya sudah

bulat untuk membunuh gadis di depannya itu saat itu juga. Sekali bergerak dia

sudah melompat.

“Pukulan Benteng Topan Melanda Samudera tidak menghancurkannya.

Pukulan Sinar Matahari tidak membunuhnya! Ini saatnya aku menjajal pukulan

Harimau Dewa!”Wiro dekatkan tangan kanannya ke mulut lalu meniup.

Pada saat itulah berkelebat satu bayangan biru disertai suara perempuan

keras menegur.

“Lawanmu seorang perempuan!Berada dalam keadaan cidera Apakah

sudahpantasmengeluarkanilmukepandaianuntukmelakukanpembunuhan?!”

Murid Sinto Gendeng berpaling ke kiri.

“BidadariAnginTimur!”serunyaketikamelihatsiapayangtegakhanya

beberapalangkahdarihadapannya.“Kautahumengapaakumembunuhnya!

Semuademikau!”

Di tempat itu kini berdiri seorang gadis berambut pirang panjang

sepunggung, mengenakan pakaian biru tipis. Bagaimanapun cantiknya Dewi

Payung Tujuh Puti Andini namun yang satu ini benar-benar memiliki kecantikan

luar biasa.

Sepasang mata si gadis naik ke atas, keningnya mengernyit. Dari mulutnya

yang bagus keluar ucapan heran.

“Kau membunuhnya demi aku? Ah! Inilah satu keanehan yang tidak pernah

kuduga!”kata gadis berbaju biru yang bukan lain memang Bidadari Angin Timur

adanya.

“Bidadari! Kau ini bagaimana?!”Kini Pendekar 212 yang jadi heran.

Ketika kedua orang itu bicara, Dewi Payung Tujuh pergunakan kesempatan.

Tangannya kiri kanan digerakkan. Lima payung yang menancap di tanah tibatiba melesat ke atas lalu melesat ke arah Pendekar 212 Wiro Sableng! Lima

ujung payung yang runcing menusuk ke arah lima bagian tubuh sang pendekar,

dua di kepala, dua di bagian dada dan satu lagi di perut!

“Pembokonglicik!”teriakWiromarahsekali. Dia cepat menyingkir sambil

siapmenghantamdenganpukulan“SinarMatahari”.

Pada saat itulah Bidadari Angin Timur berkelebat. Tubuh kasarnya lenyap,

berubah menjadi bayang-bayang. Tangannya bergerak sulit untuk dilihat. Ketika

dia berhenti berkelebat dan tegak dua langkah di hadapan Dewi Payung Tujuh,

lima buah payung yang tadi dipakai menyerang kini tersusun melintang di atas

ke dua lengannya yang saat itu tampak diangsurkan pada si gadis berbaju biru

berkembang kuning. Selagi Puti Andini melongo heran. Bidadari Angin Timur

berkata.

“Ambilpayungmudanpergilahdarisini!”

Untuk beberapa saat lamanya Puti Andini tegak dengan memandang

tercengang pada BidadariAngin Timur.“Bagaimana ini...”dia membatin.

“Katanyaakuyangmenggantungdia...”

“Kau mendengar apa yang aku ucapkan! Mau menunggu apa lagi?!”Bidadari

Angin Timur menegur.Dewi Payung Tujuh ulurkan tangannya untuk mengambil payung. Namun

matanya diarahkan pada Pendekar 212.

“HemmmKaubimbang.Agaknyakaumencintaipemudaitu?”

Paras Dewi Payung Tujuh menjadi sangat merah. Dia menggumamkan

sesuatu yang tidak jelas. Lalu secepat dia mengambil ke lima payung itu,

secepat itu pula dia meninggalkan tempat itu.

“Pembunuhkeji!Kaumaularikemana?!”teriakWiromengejar.Namun

gerakannya dihalangi Bidadari Angin Timur. Kalau saja bukan gadis yang

dicintainya ini yang menghalangi pasti Wiro sudah menerjang bahkan

menggebuk.

“Aku tidak mengerti

! Betul-betul tidak mengerti!” kata Wiro sambil

menggeleng-geleng dan garuk-garuk kepala.

“Apayangtidakkaumengerti?!”tanyaBidadariAnginTimur.

Wiro memandang berkeliling. Saat itu tempat tersebut telah penuh dengan

kerumunan orang yang menyaksikan apa yang terjadi di situ.

“Dengar, kita tak bisa bicara di sini. Kita perlu bicara di tempat lain... Ikuti

aku!”

Wiro segera tinggalkan tempat itu. Sesaat Bidadari Angin Timur hanya

memandangi.“Heran...Adaapadengandirinya?”Setelahberpikir

-pikir sejenak

akhirnya dia berkelebat mengejar Wiro.

Di satu tempat sepi Wiro hentikan larinya. Begitu Bidadari Angin Timur

sampai si gadis langsung bertanya.

“Nah sekarang coba katakan apa yang tidak kau mengerti?!”

“Pertama!”jawab Wiro. “Waktu di air terjun tempo hari mengapa kau pergi

meninggalkan aku begitu saja? Seolah-olah setelah mendapatkan kitab itu

diriku tak adaharganyalagidimatamu!”

Gadis di depan Wiro tampak tercengang pertanda heran mendengar ucapan

sipemuda.“Kiniakuyangtidakmengerti.Kaubicaratentangairterjun.Air

terjundimana?Kaumenyebuttentangkitab.Kitabapa?”

“JanganbergurauBidadariAnginTimur...”

“KurasakaulahyangtengahbergurauPendekar212WiroSableng...”

Air muka murid Sinto Gendeng jadi kelam membesi. Dia hendak marah tapi

yang keluar justru tawa bergelak.

“Dunia

inisudahgilarupanya!”kataWirokemudiansetengahberteriak.

“Waktu itu kau bahkan memberitahu bahwa kau hendak dibunuh oleh gadis itu.

Aku menemukan dirimu digantung kaki ke atas kepala ke bawah. Di sebatang

pohon di dalam hutan! Tadi malah kau yang melarang aku membunuhnya!

Padahal demi dirimu dan pembunuhan yang dilakukannya terhadap Raja Obat

akubersumpahuntukmembunuhnya!Apaduniatidakgilamenurutmu?!”

BidadariAnginTimurmenggeleng.“Duniatidakgila.Mungkinotakmusendiri

yangtidakwaras!”

“Apakatamu?!’teriakWirodenganmatamelotot.

“Wiro,kautidakdalamkeadaansakitingatanbukan?!”

“Gila!Mengapakausampaiberkatabegitu?!”

“Karenasemuaucapanmusangatanehbagiku!”

“Apayanganeh?!Akumenyesalmenyerahkankitabitupadamu!Tapiaku

tidak malu untuk memintanya kembali! Harap kau kembalikan kitab yang aku

serahkantempohari!”Pendekar212ulurkantangannya Sepasang mata gadis jelita itu memandangi Wiro mulai dari ujung rambut

sampaikekaki.“Adayangtidakwajardengandirimu!Kapanakudankau

berada di air terjun! Kitab apa yang pernah kau berikan padaku?! Lalu siapa

bilang aku pernah mengatakan bahwa gadis tadi pernah menggantungku di

atas pohon! Padahalsetelahsekianlamabarukaliinikitabertemulagi!”

Wiro garuk kepalanya habis-habisan hingga rambutnya yang gondrong acakacakan tak karuan.

“BidadariAnginTimur,marikitabicarasebagaiorangwaras.Bukanbicara

sepertioranggila!”

Sigadistertawacekikikan.“SiapayangwarasdansiapayanggilaWiro?Aku

bilang baru sekarang bertemu denganmu. Dan kau bicara yang aku tidak

mengerti...!”

“Taruh kata kau lupa semua itu. Lalu apakah kau juga lupa bagaimana kita

mandi berdua di telaga dulu? Bagaimana kita berulang kali bercumbu mesra!

Bahwaakumengatakancintapadamudankau...!”

“Kau memang sudah gila!”teriakBidadariAnginTimur.

“Kau yang gila!”balasberteriakWiro.“Kaumungkinlupatapiapakaulupa

apa yang kau katakan setelah aku memberikan kitab itu padamu?! Dengar! Aku

masih ingat dan akan aku ulang di depanmu saat ini juga. Kau bilang bahwa

kau ingin menyerahkan tubuh dan kehormatanmu padaku! Lalu kau merobek

pakaianmuhinggaberadadalamkeadaansetengahtelanjangdan...”

Plaaakk!

Tamparan keras yang dilayangkan Bidadari Angin Timur mendarat di pipi kiri

Pendekar 212 membuat sang pendekar tergagau menahan sakit disertai rasa

tidak percaya. Berulang kali diusapnya pipinya yang kena tampar sementara

matanya membeliak tidak berkedip memandangi gadis di depannya.

“Kalau kau tidak mau mengembalikan kitab itu takjadiapa...”kataWiro

dengan suara perlahan. “Tapi aku sangat sedih dan tidak pernah mengira

dirimuseculasini.Kaumengatakancintapadaku...”

“DemiTuhan!Akutidakpernahmengatakanhalitupadamu

! Tidak ada orang

yang menggantungku. Aku belum pernah melihat gadis tadi. Aku tidak mau

tahu ada urusan atau silang sengketa apa di antara kalian. Tapi aku menyuruh

gadis berbaju kembang-kembang itu pergi karena kasihan! Karena dia terluka

di dalam! Aku juga tidak tahu kitab apa yang kau maksudkan! Dan ini yang

penting! Sejak peristiwa Guci Setan dan terbukanya kedok Ki Ageng Lentut

alias Sangkolo Bumi yang bukan lain adalah Pangeran Matahari, aku tak

pernahlagibertemudenganmu.Baruhariini...!”(BacaserialWiroSableng

berjudul“GuciSetan”)

“Kau berdusta!”hardik Wiro memotong.

“Apa untungnya aku berdusta?!”

“Manaaku tahu”jawabWiro.Tubuhnyabergetarmenahanamarah.“Kalau

saja aku tidak mencintaimu, saat ini juga sudah kuhajar kau habis-habisan...”

Wiro termangu sejenak sementara Bidadari Angin Timur memandanginya

dengan wajah merah. Dia seolah tak percaya mendengar ucapan Wiro yang

terakhir. “Diamencintaiku...?”katasigadisdalamhati.

“Sudahlah...” terdengar Wiro berucap perlahan. Nadanya penuh

keputusasaan. Anggap saja aku yang salah. Aku yang memang sudah gila

gila!”

Habis berkata begitu Wiro putar tubuhnya siap untuk melangkah pergi.

“Wirotunggu!”seruBidadariAnginTimur.

Wiro melangkah terus malah kini mulai berlari.

Si gadis cepat berkelebat. Sekejapan saja dia sudah menghadang di depan

Wiro.

“Apa maumu...?”tanya Pendekar 212.

“Persoalan di antara kita harus diselesaikan dulu sampai jernih!”

Wiro menggeleng. “Aku orang gila! Otakku tidak waras! Aku tidak pernah

menyerahkan kitab sakti itu padamu! Kita tidak pernah berkasih sayang. Aku

oranggila!Gilaaaa...!”

“Wiro! Dengar dan jangan pergi dulu! Ada sesuatu yang tidak beres dibalik

semuaapayangkauucapkandankausangkakan!”

“Betul! Memang ada yang tidak beres! Aku orang gila inilah yang tidak beres!

Nah, kuharap kau puas! Janganmenghalangilangkahku!Atau...”Wirokepalkan

tinjunya, siap untuk dipukulkan ke muka Bidadari Angin Timur.

Si gadis diam tak bergerak. Caranya memandang terasa aneh di mata Wiro.

“Wiro, pertama sekali aku ingin kau menceritakan ciri-ciri gadis itu!

Rambutnya,pakaiannya,kulitnya...Apasajayangkauingat!”

Mendengar kata-kataBidadariAnginTimurWiromembukamulut.“Rasanya

aku ingin berteriak sampai ke langit! Perlu apa aku memberikan keterangan

panjang lebar! Orang yang ingin kau tanyakan itu ia di hadapanku saat ini! Kau

sendiri!”

“Apakah dia mempunyai lesung pipit di kedua pipinya? Seperti yang aku

miliki?”bertanyaBidadariAnginTimurtanpamenghiraukankemarahanWiro.

“Aku sudah lupa karena otakku kurang waras. Mungkin dia punya sepuluh

lesung pipitdisetiappipinya!”

Si gadis sesaat terdiam. Tampaknya dia tengah berpikir keras. Lalu

terdengar suaranya berucap perlahan. “Jangan-jangan dia. Tapi bagaimana dia

bisaterlepas...?”

Wiro yang hendak melangkah pergi, sesaat tertahan gerakannya. Namun

kemudian dia cepat-cepat membalikkan tubuh.

“Wiro...!”BidadariAnginTimurberseru.“Akuyakingadisyangkautemuidan

kauanggapdirikuituadalahsaudarakembarku!”

Sepasang kaki Pendekar 212 seperti dipantek ke tanah. Langkahnya

tertahan. Tubuhnya diputar kembali ke arah si gadis. Matanya membesar

penuh selidik namun mulutnya terkancing. Satu senyum aneh kemudian

menyeruakdibibirnya.“Kalausaja

, aku juga punya saudara kembar tentu akan

lebih hebat segala kejadian di dunia ini!”Habis berkata begitu Wiro segera

berkelebat. Tapi bagaimanapun cepat gerakannya, dia tak bisa menandingi

kecepatan gerakan si gadis yang sampai membuat dia memberi nama Bidadari

Angin Timur itu.

“Kalau kau mau pergi silakan! Tapi aku ingin kau mendengar dulu

keteranganku!”katasigadispula.“Akudilahirkankeduniabersamaadik

kembarku. Sejak kecil kami dititipkan pada seorang perempuan yang tinggal

bersama seorang pandai di kaki gunung Bromo. Dari orang tua inilah kami

mendapat segala ilmu kepandaian. Walau kami kembar namun sejak kecil adikku memiliki sifat sangat berlainan. Setelah dewasa kelainan ini berubah

menjadi satu hal yang menakutkan. Karena dia memiliki kesaktian dan ilmu silat

yang sangat tinggi dan telah beberapa kali mempergunakannya secara sesat

maka guru menghukumnya. Sampai waktu yang tidak ditentukan dia tidak

diperkenankan meninggalkan tempat kediaman guru. Dia setengah dipenjara

dalam sebuah lembah batu. Kalau kau mengatakan telah bertemu dengan

seorang yang sangat sama dengan diriku, pasti dia adalah adik kembarku.

Kurasadiatelahmelarikandiridarilembahbatuitu...”

Wiro tetap tegak tak bergerak.

“Aku tidak menyalahkanmu kalau kau tidak mempercayai. Hanya saja aku

khawatir seseorang telah memperalatnya. Kau mengatakan telah menyerahkan

sebuah kitab padanya. Kalau aku boleh bertanya kitab apakah?”

Wiro tetap tidak menjawab.

“Kalaukautidakmaumenerangkantidakjadi

apa! Namun aku sudah bisa

mengira-ngira. Aku menyirap kabar bahwa sebuah kitab sakti bernama Kitab

Putih Wasiat Dewa telah muncul dalam dunia persilatan. Sangat santar

terdengar bahwa kitab itu berada di tanganmu. Karena kau cuma punya satu

nyawa rasanya tidak perlu mengingatkan bahwa tiap kejapan mata nyawamu

terancam oleh orang yangmenginginkankitabsaktiitu...”

“Mereka boleh membunuhku sampai seribu kali. Mereka tidak bakal

mendapatkan apa-apa. Seperti kuterangkan kitab itu kuberikan pada Bidadari

Angin Timur. Entah engkau orangnya entah benar ada yang lain! Aku merasa

benar-benartertipu...!”

BidadariAnginTimurtersenyum sinis.“Bukanorang yang menipu tapi kau

sendiri yang telah berlaku bodoh. Cinta bisa saja buta, tapi otak jernih tidak

perludigadaikanpadaoranglain!”Wiroterdiam namunsigadistahubahwa

pemuda ini memaki panjang pendek dalam hatinya. Maka diapun segera

menyambungucapannya.“Maafkan,akutidakbisabicaralebihlama.Aku

harus mencari adikku. Aku yakin dia berada dalam satu bahaya besar...

Bagaimanapun jahatnya dirinya, dia adalah saudaraku sedarah sedaging. Aku

wajib menolong menyelamatkannya... Sebelum pergi ada satu hal yang ingin

aku tanyakan. Kau boleh menjawab boleh tidak. Di luaran tersiar kabar ada

satu pertemuan besar para tokoh persilatan pada hari sepuluh bulan sepuluh di

Pangandaran. Berarti kurang satu bulan dari sekarang. Kau tahu pertemuan

macam apa adanya?”

“Aku tak bisa mengatakan. Jika kau merasa sebagai orang persilatan

mengapatidakmencaritahudandatangsendirikesana?”

“Hemm Begitu? Kalau umurmu masih panjang mudah-mudahan aku bisa

melihatmulagidiPangandaran!”

“Urusanumurmanusiaditangan Tuhan. Bukan di tangan manusia ataupun

setan!”jawabWirosakingkesalnyadanmerasaterhinaolehucapanBidadari

Angin Timur itu.

Tanpa berkata apa-apa lagi si gadis putar tubuhnya.

“Tunggu!”ujarWiro.“Kautakbisamembuktikanucapanmu.Akutidakbisa

memastikan bahwa kau memang punya adik kembar. Tapi satu hal harus kau

ketahui. Jika memang ada dua Bidadari Angin Timur di dunia ini, maka Bidadari

Angin Timur yang kucintai itu adalah dirimu. Karena kaulah yang pertama sekali

kukenal...Ucapan itu membuat gadis di hadapan Wiro diselimuti berbagai perasaan.

Sebetulnya dia ingin pertemuan itu berlangsung lebih lama. Tanpa berkata apaapa Bidadari Angin Timur tinggalkan tempat itu.

Begitu si gadis pergi Wiro kelihatan mengangkat kepala dan mengendusendusbeberapakali.“Bagaimanaakubisapercayaucapannya.Bagaimana

aku yakin dia punya saudara kembar. Bau harum tubuh dan pakaiannya tidak

berbedadenganBidadariAnginTimuryangkutemuibeberapawaktulalu...”

***


EMPAT


PANGERAN Matahari menjambak rambut pirang gadis itu. Dia menggeram

beberapakalibaruberkata.“Akumasihmaumemberipengampunanpadamu

!

Yang pertama dan yang terakhir! Lain kali nyawamu tak akan tertolong! Tapi

agar kau tahu pengampunan ini bukantanpasyarat!Kaudengarucapanku?!”

“Aku mendengar Pangeran. Harap kau katakan apa syarat

pengampunanmu,”katagadisberpakaianbiruyangberadadalam keadaan

tidak berdaya dan tampaknya ketakutan sekali.

“Pertama kau harus dapat mencari Pendekar 212 dan membunuhnya

sebelum hari sepuluh bulan sepuluh! Membunuh bangsat itu bukan cuma

sekedar membunuh, tapi juga mendapatkan Kitab Putih Wasiat Dewa yang asli!

Dia pasti menyembunyikan kitab sakti itu di satu tempat dan memberikan yang

palsupadamu!”

“Apasyarat yang ke dua?”

“Gadis sialan! Kau tak perlu bertanya! Aku yang akan mengatakan. Untuk

berjaga-jaga, jika kau tidak mampu melakukan syarat pertama tadi. Kau harus

dapat menemui Delapan Tokoh Kembar yang kabarnya barusan saja kembali

setelah tujuh tahun gentayangan di lautan sebelah timur. Bujuk mereka agar

mau bergabung dengan kita dan hadir di Pangandaran pada hari sepuluh bulan

sepuluh!”

“Setahuku walau mereka tidak terlalu bersih tapi mereka bukan orang-orang

golongan hitam. Tidak mudah membujuk mereka...”

“BidadariAngin Timur

! Kau punya wajah cantik dan tubuh bagus

menggiurkan! Aku dengar Delapan Tokoh Kembar bukanlah manusia-manusia

yang punya pantangan bermain-maindenganperempuan!”

Berubahlah paras cantik gadis berambut pirang itu.

Pangeran Matahari maklum apa yang ada di benak Bidadari Angin Timur.

Sambilmenyeringaidia berkata.“Kau gadis cerdik.Terserah padamu

bagaimana melayani mereka. Mau satu-satu atau delapan sekaligus! Ha... ha...

ha…!”

Dalam hatinya gadis berpakaian biru itu menyumpah habis-habisan.“Tidak

kusangka dirinya sekeji ini. Aku tidak bisa berbuat apa-apa. Aku sudah terlanjur

jatuhkedalamtangannya...”

“Pangeran, kata si gadis pula sementara rambutnya masih terus dijambak.

Apa perintahmu akan kulaksanakan. Kau sudah mengatakan syarat untuk

pengampunan diriku. Sekarang giliranku untuk meminta satusyarat...”

PangeranMataharitertawalebar.“Kauberadadibawahkekuasaanku!Aku

yangmengaturdirimu!”

“Aku mengerti. Aku hanya ingin menyampaikan dan minta kau mau

mendengar. Apakah kau mau memenuhi atau tidak aku tak bisa berbuat apa.

Terserahpadamu...”

Sang Pangeran menggeram.“Bilang apa yang kau mau katakan..!”

bentaknya.“Bilasemuaurusansudahselesaiakuinginkaumenikahikusesuaidengan

janjimu...”

“Itu bisa kita bicarakannanti!”

“KetahuilahPangeran,akibathubungankitaselama ini, saat ini aku telah

berbadandua.Adajabangbayiseusiatigapuluhharidalamrahimku...”

Pangeran Matahari seperti mendengar sambaran halilintar di depannya

mendengar ucapan gadis itu. Jambakannya terlepas. Kakinya tersurut mundur

dan sepasang matanya memandang mendelik.

“Jahanam! Bagaimanainibisaterjadi?”teriaksangPangeran.

“Apakahhalituperlukautanyakan?”ujar Bidadari Angin Timur.

“Aku tidak ingin punya anak! Kandunganmu harus kau gugurkan. Aku tahu

orangpandaiyangbisamelakukannya.Kalautidak...”

“Kau akan membunuhku! Bukan begitu terusan ucapanmu Pangeran? Aku

sudahmengatakansyaratpermintaanku.Terserahpadamuuntukmemikirkan!”

Pangeran Matahari tersenyum. Dengan mesra dibelainya pipi si gadis lalu

berkata.“Kausalahmendugakekasihku.Bukanituterusanucapanku.Yang

betul adalah kalau tidak bisa aku tidak akan lari dari tanggung jawab untuk

menikahimu. Kita akan hidup sebagai suami istri, punya anak. Rasanya dalam

usiaku yang sekarang ini sudah saatnya aku harus mempunyai pendamping

setia dalam hidupku.”

Sepasang mata Bidadari Angin Timur membesar dan berkaca-kaca.

“Pangeran,akubenar

-benar bangga mendengar ucapanmu itu! Langsung saja

gadis ini merangkul Pangeran Matahari. Keduanya saling berpelukan lama

sekali. Dua insan bersatu raga seolah berusaha bersatu hati. Namun dalam

benak masing-masing saat itu telah muncul benih kebusukan dan kekejian.

Dalam hatinya sigadis membatin.“Aku kenalbetul diri dan sifatmu

Pangeran. Aku meragukan apa kau benar-benar akan melaksanakan apa yang

kau katakan. Aku menaruh firasat kau akan menghabisi diriku begitu urusan

besar di Pangandaran selesai. Aku tidak bodoh Pangeran! Aku akan

membunuhmu lebih dulu dan merampas Kitab Wasiat dari tanganmu! Kau

boleh tertawa saat ini tapi lihat dan tunggu saja saatnya!”

Firasat yang didapat si gadis saat itu memang benar karena sambil

merangkul sang Pangeran dalam hatinya berkata. “Gadis tolol! Apa kau kira

aku benar-benar ingin menikahimu?! Ha... ha... ha! Pangeran Matahari mana

mau barang rongsokan sepertimu! Umurmu hanya sampai hari sepuluh bulan

sepuluh! Begitu urusan di Pangandaran selesai dan aku telah menjadi raja di

raja dunia persilatan, saat itu pula riwayatmu akan selesai! Aku Pangeran

segala cerdik, segala akal, segala congkak tidak sebodoh yang kau sangkakan!

Ha... ha... ha…!

Pangeran Matahari mencium kening gadis dalam pelukannya lalu berbisik.

“Aku ingin membelaiperut yang menyimpan jabang bayi calon anakku

bolehkah...?”

Si gadis angkat kepalanya sedikit lalu mengangguk. Tangannya bergerak

membuka ikat pinggang pakaian birunya. Sesaat kemudian pakaian itu jatuh

lepas ke lantai. Dalam pelukan sang Pangeran si gadis tidak lagi mengenakan

apa-apa.SEKALI ini agak lama Pangeran Matahari berendam dalam air telaga sejuk

dan jernih itu. Kerindangan pohon-pohon besar di sekitar telaga menahan sinar

sang surya. Pangeran Matahari menyelam dua kali berturut-turut. Tubuhnya

terasa segar. Ketika dia hendak menyelam untuk kali terakhir tiba-tiba sudut

matanya menangkap satu bayangan di tepi kiri telaga. Di situ, di atas sebuah

batu dia telah meninggalkan pakaian hitam dan mantelnya. Tergulung dalam

mantel hitam dia menyembunyikan Kitab Wasiat Iblis.

Pangeran Matahari cepat berbalik. Dia hanya sempat melihat satu bayangan

putih berkelebat. Sebelum bayangan itu lenyap Pangeran Matahari telah

menghantam dengan pukulan ‘Telapak Matahari’. Suara angin panas

menggemuruh keluar dari telapak tangan kanan sang Pangeran.

Batu besar di tebing telaga hancur berkeping-keping hangus menghitam dan

mengepulkan asap. Semak belukar rambas berentakan, musnah terbakar.

Sebatang pohon besar langsung tumbang begitu batangnya yang sebesar

pemelukan tangan patah dilabrak pukulan sakti.

Tanpa perduli akan keadaan dirinya yang tidak mengenakan apa-apa

Pangeran Matahari melompat keluar dari dalam telaga. Dia berkelebat ke balik

tumbangan pohon di arah mana tadi dilihatnya bayangan putih itu berkelebat.

“Bangsatpencuri!JangankirakaubisalolosdariKematian!”teriakPangeran

Matahari. Begitu sampai di balik reruntuhan pohon besar dia lepaskan pukulan

“GerhanaMatahari”. Siapapun yang bersembunyi di situ dalam keliling lima

tombak tak bakal luput dari pukulan maut itu. Udara mendadak redup. Cahaya

kuning bercampur merah dan hitam pekat berkiblat menggidikkan. Suara

menggemuruh terdengar laksana ada air bah mengamuk. Hawa panas

mendadak sontak menyelubung. Kembali pohon-pohon bertumbangan, semak

belukar terbakar berhamburan. Pasir dan debu serta pecahan batu membubung

ke udara!

Pada saat itulah terdengar suara tawa bergelak. Di balik saputan pasir dan

debu tampak satu bayangan putih melayang turun dari sebatang pohon besar

yang barusan tumbang.

“Pangeran Matahari! Pukulan saktimu hebat tanpa cacat! Tapi

kewaspadaanmu berkurang dan gerakanmu kulihat lamban!”Suara keras

menggetarkan seantero tempat. Pangeran Matahari tersentak kaget. Kepalanya

mendongak dan sepasang matanya memandang tajam tak berkesip ke depan.

Begitu pasir, debu dan kerikil surut jatuh ke tanah dan udara kembali terang

maka tampaklah jelas sosok tubuh yang tadi melayang dari atas pohon.

Dia ternyata adalah seorang kakek berpakaian putih kotor dan rombeng.

Sepasang matanya yang besar menjorok ke dalam cekungan rongga mata

yang mengerikan. Mukanya sangat pucat. Mayat sekalipun tidak akan sepucat

itu! Mulutnya yang perot kelihatan berkomat-kamit. Orang ini memiliki rambut

putih menjela sampai ke punggung dan dia berdiri terbungkuk-bungkuk

pertanda keadaannya sudah dimakan usia lanjut. Di kempitan tangan kirinya

kelihatan pakaian hitam dan mantel milik Pangeran Matahari.

“Guru!”seruPangeranMatahariketikadiamengenali siapa adanya kakek di

hadapannya. Si kakek tertawa panjang dan mendongak lalu goyang-goyangkan

kepalanya beberapa kali.Saat itu Pangeran Matahari sudah melompat ke hadapan si orang tua dan

membungkuksatukali.“Guru!Tidaksangkakausekonyong

-konyong muncul

membuatkejutan!”

Si kakek yang memang adalah guru Pangeran Matahari tertawa panjang.

Dalam dunia persilatan manusia ini dikenal dengan julukan angker Si Muka

Bangkai alias Si Muka Mayat!

“Muridku!Jelaskulihatkewaspadaanmuberkurang dan gerakanmu lamban!

Itu satu pertanda bahwa ada bisikan hati yang mempengaruhi jalan pikiranmu!

ApayangterjadidengandirimuPangeranAnom?”Sanggurumenyebut nama

asli Pangeran Matahari yang memang terlahir sebagai seorang Pangeran

bernama Anom, putera Raja dari istri ke tiga bernama R. A. Siti Hinggil.

“Terima kasih atas teguranmu Guru. Aku memang tengah menghadapi

urusan besar. Tapi aku bisa menghadapi sendiri! Kau tak usah menyusahkan

diri ikut campur segala.”Jawaban Pangeran Matahari jelas menunjukkan sikap

segala pandai dan segala congkak.

Si Muka Bangkai kembali tertawa bergelak. “Aku senang mendengar

jawabanmu. Kau masih seperti dulu! Segala cerdik, segala pandai, segala

congkak! Bagus, itu bagus kalau kau memang bisa mengurus diri sendiri! Tapi

yang aku saksikan tadi membuat aku ragu apakah kau benar-benar bisa

menjagadiridanmenjagabarangberhargaini!”HabisberkatabegituSiMuka

Bangkai lemparkan gulungan pakaian dan mantel hitam Pangeran Matahari

yang tadi disambarnya dari atas batu di tepi telaga.

Pangeran Matahari cepat menyambuti pakaian uu, mengenakan baju dan

celana hitamnya. Terus mengikatkan mantel hitam ke leher dan mengikatkan

Kitab Wasiat Iblis ke dadanya.

“Kau harus mengatakan terus terang apa yang terjadi dengan dirimu. Kau

tengah menghadapi urusan besar Muridku. Bukan cuma menyelamatkan

nyawamu sendiri tapi juga harus memikirkan cara yang mulus untuk menguasai

dunia persilatan!”

Aku sudah memiliki Kitab Wasiat Iblis! Siapa yang sanggup melawanku?

Siapayangberanimenghalangidirikumenjadirajadirajaduniapersilatan?!”

jawab Pangeran Matahari dengan congkaknya sambil mendongakkan kepala

seolah saat itu dia bukan berhadapan dengan guru yang harus dihormatinya.

“Kau betul! Tidak salah! Kitab Wasiat Iblis ada di tanganmu! Siapa yang

sanggup melawanmu? Kau hanya tegak berdiam diri, tidak bergerak bahkan

tidak bernafas. Dan musuh-musuhmu akan mampus berkaparan. Tapi apakah

kau sudah mendengar kabar tentang sebuah kitab sakti lain bernama Kitab

Putih Wasiat Dewa? Kitab itu kabarnya sudah jatuh ke tangan musuh besarmu.

PendekarKapakMautNagaGeni2121”

“Aku sudah mendengar. Mungkin lebih dulu tahu dari padamu. Guru. Bahkan

aku sudah melakukansesuatuwalausaatinimaksudkubelumkesampaian...”

“Hemmm….Harap kau memberitahu padaku apa yang kau lakukan”

“Aku telah menugaskan Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan untuk

mencari dan membunuh Pendekar 212. Aku juga telah memerintah Bidadari

Angin Timur untuk melakukan hal yang sama. Kalaupun mereka gagal aku

tetap tidak merasa takut! Kitab Wasiat Iblis segala-galanyadiatasduniaini!”

SiMukaMayataliasSiMukaBangkaimenariknafasdalam.“Muridku,

bagaimanapun hebatnya dirimu aku tetap merasa khawatir. Pertama sekali kau harus menceritakan apa yang kau alami saat ini hingga gerakanmu begitu

lamban, kewaspadaanmu jauh di bawah ukuran seorang berkepandaian tinggi

sepertimu!”

Pangeran Matahari terdiam beberapa lamanya. Akhirnya dia berkata juga.

“Akutelahmenghamiliseoranggadis.Diamenuntutmintadinikahi!”

“Hemmm Ah... ha... ha... ha... !”SiMukaBangkai mula-mula terbatuk-batuk

beberapa kali lalu ter tertawa bergelak. “Hanya urusan sepele begitu sampai

otak dan hatimu menjadi mumet? Tak sanggup! Merasa tak sanggup berpikir?

Alangkah bodohnya! Aku yakini gadis yang kau katakan itu adalah si cantik

yangsukaberpakaianbirutipismerangsangitu!”

Pangeran Matahari mengangguk perlahan.

Sang guru kembali tertawa gelak-gelak.

“Guru, tak usah mencemooh mentertawai diriku! Aku sudah menemukan

jalanuntukmenyelesaikanurusanyangsatuitu!”

“Hemmm… Pasti kau memuslihatinya dan mengakhiri muslihatmu dengan

kematian baginya! Ah! Terlalu sayang gadis secantik itu cepat-cepat dikirim ke

liang kubur. Serahkan semua urusan padaku asalkan kau mau menghadiahkan

dirinya untukku! Atau kita miliki dia bersama-sama sampai akhirnya kita bosan

sendiri!”

“Sekali ini aku tidak bisa memenuhi permintaanmu Guru,”kataPangeran

Matahari.“Gadisitubisamengundangbahaya yang tidak terduga. Ular kepala

dua. Mungkin lebih! Aku tetap memutuskan. Akan membunuhnya setelah hari

sepuluh bulan sepuluh!”

“Ah aku si tua bangka ini jadi kecewa mendengar penolakanmu itu muridku.

Kuharap dalam waktu dekat kau bisa berubah pikiran... Aku sudah lama tidak

menggauli perempuan. Kalau aku dapat gadis itu walau cuma untuk beberapa

harihemmm.Apalagidiasedanghamilmuda.Kataorang...”S

i Muka Bangkai

tidak meneruskan ucapannya melainkan tertawa mengekeh.

“Guru.saatiniakutengahmemusatkan segala daya dan pikiran pada hari

sepuluh bulan sepuluh! Apakahkautelahmelakukansesuatuuntukku?”ujar

Pangeran Matahari.

“Hah!Nyatanyakautidakmelupakanhariitu.Kautakperlukhawatir.Sesuai

permintaanmu dulu aku akan pergi ke Pangandaran untuk membuat segala

persiapanagarjalanmumenjadipenguasarimbapersilatanbisalebihmulus!’

“ApasajayangakankaulakukanGuru?”tanyaPangeranMatahari.

“Kautahuberessajalah.Mengikutikemauandansegalaakallicikmu,tiga

minggu lalu seorang sakti berjuluk Makhluk Pembawa Bala menemuiku di satu

tempat. Keadaan manusia satu ini mengerikan, hanya menunggu hari

kematiannya saja. Ada sebatang kayu menancap di ubun-ubun kepalanya! Dia

punya dendam kesumat besar terhadap Pendekar 212. Ternyata dia punya niat

juga untuk memiliki Kitab Putih Wasiat Dewa. Kutipu dirinya dengan

mengatakan akan membantunya mendapatkan kitab itu. Karenanya dia mau

melakukan apa saja yang aku perintahkan. Dibantu oleh seorang ahli dari

Kotaraja dia akan memasang bahan peledak serta berbagai senjata rahasia di

salahsatubukityangakanmenjaditempatberkumpulnyamusuhkita.”

Pangeran Mataharimenyeringai.“Aku tahu manusia berjuluk Makhluk

Pembawa Bala itu. Jika dia orangnya memang kita tidak perlu kawatir. Musuhmusuh kita akan menemui ajal sebelum sempat melakukan sesuatu. Terim

kasihGuru,kautelahbersusahpayahmelakukansesuatuuntukku.”Berbasa

-

basi Pangeran Matahari lalu membungkuk dalam-dalam.

Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat tertawa kempot-kempot“Sekarang

apakah kau sudah berubah pikiran dan mau menghadiahkan gadis berbaju biru

itu padaku?”

“Guru, aku tidak mau mengecewakanmu. Ada satu hadiah memang sudah

kusediakan untukmu Masuklah ke ruang dalam. Langsung ke kamar tidur di

sebelahkiri...”

Sepasang mata cekung Si Muka Bangkai tampak berkilat. Mulutnya yang

perot berkomat-kamit. Tanpa menunggu lebih lama dia masuk ke ruangan

dalam. Pintu kamar dibukanya lebar-lebar.

Si Muka Bangkai sesaat merasakan jantungnya seolah berhenti berdetak.

Nafasnya seolah putus!

Betapakan tidak. Di atas ranjang putih terbaring sesosok tubuh gadis jelita.

Selain rambutnya yang panjang hitam sepinggang gadis ini tidak mengenakan

apa-apa lagi. Kakek bungkuk ini tertawa mengekeh. Dengan tumit kaki kirinya

ditendangnya pintu kayu di belakangnya!


LIMA


HARI sepuluh bulan sepuluh hanya tinggal dua minggu. Hari itu pantai

selatan tampak tenang. Udara di Teluk Penanjung di mana terletak pantai

Pangandaran tampak terang dan cerah. Dua bukit batu karang menjorok sejajar

ke arah laut, mengapit sebuah pedataran pasir berbatu-batu selebar lima

tombak.

Satu sosok tubuh bungkuk berkelebat cepat dari arah utara. Setelah

melewati beberapa gundukan batu karang akhirnya dia sampai di satu tempat

ketinggian di mana terpancang sebuah tiang besi. Di ujung tiang besi berkibar

sehelai bendera besar berwarna hitam, melambai-lambai ditiup angin.

Tepat di bawah bendera itu duduk bersila satu sosok luar biasa mengerikan.

Melihat pada keadaannya yang tidak bergerak dan tidak bersuara, jika tidak

diperhatikan benar sulit diduga apakah sosok ini sudah jadi mayat atau masih

hidup!

Sosok ini hanya mengenakan sehelai cawat rombeng. Sekujur tubuhnya

penuh dengan koreng cacar air menebar bau busuk. Beberapa bagian

tubuhnya tampak hangus hitam seperti pernah terbakar. Perutnya robek besar.

Dari robekan ini membusai usus yang bergerak-gerak setiap dia menarik nafas!

Sepasang kakinya hanya merupakan tulang-tulang menghitam dan hancur di

beberapa bagian. Dia duduk termiring-miring karena bagian dadanya tampak

aneh seperti pernah putus lalu disambung tetapi tidak pas betul

sambungannya. Makhluk ini tidak memiliki tangan sama sekali alias buntung!

Kedua daun telinganya sumplung. Hidung gerumpung. Pipi hancur dan pada

lehernya ada guratan luka tertutup darah yang telah mengering. Mulutnya yang

hancur membuat bibirnya bergontai-gontai. Salah satu matanya melesak ke

dalam. Mata yang lain hanya merupakan lobang besar mengerikan.

Yang paling angker ialah menancapnya sebatang kayu di batok kepala orang

ini, tepat di ubun-ubun! Seperti dituturkan sebelumnya dalam Episode berjudul

“MuslihatCinta Iblis”batangan kayu itu ditancapkan oleh Iblis Putih Ratu

Pesolek sewaktu terjadi pertempuran antara Wiro dengan orang di dalam

lobang ini yang bukan lain ialah Makhluk Pembawa Bala.

“MukaBangkai!Apakahitukauyangdatang?!”tiba

-tiba makhluk mengerikan

yang duduk di atas batu karang tetapi manusia juga adanya! Suaranya keras

tapi sember karena lehernya yang robek.

Tubuh bungkuk yang berkelebat dari arah utara melesat dan jejakkan ke dua

kakinya di depan manusia angker yang duduk bersila di atas batu karang. Lalu

terdengar suara tawanya keras dan panjang.

“Makhluk Pembawa Bala sobatku bertubuh baja berhati besi! Aku gembira

melihat kau tetap berada di sini! Itu satu pertanda kesetiaan yang hebat luar

biasa!”OrangtuabungkukyangbarusandatangternyataadalahSiMuka

Bangkai alias Si Muka Mayat, guru Pangeran Matahari!

Makhluk Pembawa Bala mendongak ke langit hingga luka besar pada

lehernya terkuak dan darah busuk mengalir keluar. Sobatku Si Muka Bangkai!Bukankah ada ujar-ujar mengatakan ada ubi ada talas. Ada budi ada balas!

Apayangakulakukantidaklepasdarijanjiyangkauucapkantempohari!”

“Sobatku kau tak perlu kawatir Bagiku Si Muka Bangkai, janji yang diucapkan

adalah titipan nyawaku padamu. Kitab Putih Wasiat Dewa akan menjadi

milikmu begitu muridku menamatkan riwayat Pendekar 212!”

Aku percaya pada janjimu! Aku percaya kata Makhluk Pembawa Bala pula.

Sekarang aku ingin kau melakukan sesuatu!”

“Hemmm….katakanlah!”

“Akuinginkaumencabutbatangankayuyangmenancapdibatokkepalaku!”

Kakek bungkuk Si Muka Bangkai tercekat sesaat. Mulutnya yang perot

dipencongkan ke kiri. Dia mendongak ke atas menyembunyikan seringai penuh

arti. Dalam hati dia membatin “Makhluk Pembawa Bala, aku tahu kalau kayu

yang menancap di ubun-ubunmu itu tidak dicabut, nyawamu hanya tinggal dua

puluhan hari saja! Hik... hik! Siapa yang ingin melihat kau hidup lebih lama!

Pada hari sepuluh bulan sepuluh begitu urusan di tempat ini selesai, aku tidak

butuh dirimu lagi! Kau hanya tinggal menunggu mampus!!”

“Muka Bangkai kau tuli atau bisu hingga tidak melakukan permintaanku tadi!”

“Sobatku Makhluk Pembawa Bala. Sebelum ke sini aku telah menemui

seorang dukun besar di Nusa Kambangan Aku mendapat keterangan dan dia

bahwa saat sekarang hampir tidak mungkin untuk mencabut kayu itu dan batok

kepalamu...”

“Tidak mungkin? Tidak mungkin kenapa? Kalau aku punya tangan sudah

dari dulu-dulu aku melakukannya! Perempuan sundal berjuluk Iblis Putih Ratu

Pesolek itu membuat buntung tanganku yang tinggal satu hingga aku tidak bisa

berbuat apa-apa! Tunggu saja! Aku akan membunuhnya dengan cara sangat

mengerikan! Aku akan sate tubuhnya dari selangkangan sampai ke ubunubun!”Makhluk Pembawa bala keluarkan suara menggerendeng panjang

endek.

“Menurutdukunbesaritujikakayudicabutsekarangmakaotakmuakanikut

tertarik. Akibatnya mengerikan sekali. Hanya satu di antara dua. Kau tetap

hidup tapi kehilangan kewarasan atau kau tetap hidup tapi sekujur badanmu

lumpuh!”

Sosok tubuh Makhluk Pembawa Bala nampak bergetar begitu mendengar

keterangan Si Muka Bangkai. Lama mulutnya yang hancur tak sanggup

mengeluarkan suara. Setelah selang beberapa lama akhirnya dia ajukan

pertanyaan. “Lantas apakah kelak aku akan mampus mengenaskan begitu

saja?! Lebih baik kau bunuh aku saat ini juga Muka Bangkai!”

Si Muka Bangkai maju selangkah dan pegang bahu Makhluk Pembawa Bala

walau diam-diam dia merasa jijik. Lalu dia berkata. “Sobatku tunjukkan hati

besimu! Tunjukkan kesabaranmu yang seatos batu karang! Kau masih punya

harapan untuk hidup. Satu hari sebelum batas waktu kematian dukun besar itu

akan kubawa padamu. Karena menurutnya hanya pada saat itulah kayu bisa

dicabutdannyawamudiselamatkan!”

Makhluk Pembawa Bala menarik nafas panjang.

“SobatkuMakhlukPembawaBala,selamakaumendekamdisiniapakahkau

pernahmelihatIblisPemabukmunculditempatini?”tanyaSiMukaBangkai.

Yangditanyamenggeleng.“Adaapakautanyakan setan alas satu itu? Kau

jerih padanya heh...?Si Muka Bangkai tertawa panjang lalu menjawab. “Puluhan tahun hidup aku

tidak pernah merasa takut pada makhluk apapun! Hanya seorang pemabuk

seperti dia siapa takutkan! Aku bertanya karena dialah yang jadi biang kerok

punya pekerjaan menyebar undangan untuk pesta darah di teluk Penanjung

Pangandaran ini! Diatidaksadardarahnyajugaakantertumpahdisini!”

“MukaBangkai,kautahuiblisPemabuk

itu sebenarnya berada di pihak kita

ataupihakmusuh?”

“Tentusajadipihakkita.Akuakanmendatangkan beberapa gentong besar

berisi minuman keras kesukaannya. Kita akan jamu dia, lalu memperalatnya

untuk menghadapi lawan. Dia boleh menenggak minuman keras sampai

perutnyaambrolaliasmampus!Ha...ha...ha!”

Dua orang di puncak bukit karang itu tertawa gelak-gelak.

MakhlukPembawaBalahentikantawanyalaluberkata.“MukaBangkai,

sudah dua hari dua malam aku tidak tidur. Aku ingin beristirahat memicingkan

mata barang sejenak. Harap kau jangan mengganggu!”

Habis berkata begitu sosok tubuh Makhluk Pembawa Bala merosot turun ke

bawah. Ternyata dia masuk ke dalam sebuah lobang batu. Jadi sejak tadi

sebenarnya orang ini duduk di atas lobang! Gerakannya turun berhenti pada

saat tinggal kepalanya saja yang kelihatan. Makhluk Pembawa Bala senderkan

bagian belakang kepalanya ke pinggiran lobang batu karang. Si Muka Bangkai

tidak tahu apakah manusia ini telah memejamkan mata dan tidur karena ke dua

matanya hanya merupakan rongga-rongga mengerikan.


ENAM


ETELAH cukup lama menunggu akhirnya abdi dalem berusia lanjut yang

dinantikan muncul juga di pendopo yang teduh itu.

“Anak muda harap maafkan kalau kau menunggu cukup lama. Kelihatannya

kaudatangdarijauh.Apayangbisaakulakukanuntukmu?”Siabdidalem

menyapa ramah dan duduk bersila di hadapan Wiro.

“Sayabutuhbeberapaketerangan...”

“Menyangkutkerajaanatauapa...?”

“Sedikitmenyangkutkerajaan,”jawabWiro.

Orangtuaitumengangguk.“Akuakanmenjawabsepanjangkemampuanku

dan selama tidak menyangkut rahasia kerajaan serta keluarga kerajaan.”

“Orang tua, apakah kau pernah mengenal seorang Tumenggung bernama

SinduWinoto?”

“TumenggungSinduWinoto?Hemm… SinduWinoto...SinduWinoto...”Abdi

dalem itu menyebut nama tersebut berulang-ulang. Akhirnya dia gelengkan

kepala danberkata.“AdabanyaksekaliTumenggungbaikdiKeratonmaupun

yang ditugaskan di berbagai Kadipaten. Tapi seingatku tidak ada yang bernama

SinduWinoto.AdasatubernamaJarotWinoyo...”

YangsayacariSinduWinoto.BukanJarotWinoyo,”kataWiropula

.

“TidakadaTumenggungdengannamasepertiitu.”

“Kaupasti,orangtua?’

“Pastisekali.Mengapakautanyakanorangyang tidak pernah ada itu?

Masihpunyahubungankerabatatausanaksaudaradengandia?”

Wirotidakmenjawab.“Tumenggungitumempunyai seorang putera bernama

Handoko…”

“Ada seorang bernama Handoko di Keraton. Bukan putera seorang

Tumenggung.TapipelayankepalamembawahisemuaurusandiKaputeran...”

Wiro terdiam.

“Kalautidakadalagiyangkautanya,akuterpaksa harus kembali ke tempat

pekerjaanku...”kataabdidalemtuaitu.

“Tunggu.Adasatupertanyaanlagi.PuterasangTumenggungdikabarkan

ditemukan telah jadi mayat di hutan Watuireng. Lehernya digorok hampir putus.

Ini tentu merupakan satu peristiwa besar. Apakah kau tahu atau pernah

mendengar hal itu? Kejadiannya belumlamaberselang...”

“Tidak...tidakpernahadakudengarkejadiansepertiitu,”katasiabdidalem

pula.“KalaumemangadatentutelahterjadikegegerandiKotarajaini.”

“Hanyaituyanginginsayatanyakan.Terimakasihatas waktumu, orang

tua...”

Abdi dalem itu mengangguk lalu berdiri dan meninggalkan pendopo dengan

cepat.

Di tempat sepi di bawah pohon Pendekar 212 duduk memikirkan dan

menghubung-hubungkan semua keterangan dengan kejadian-kejadian yang

dialaminya akhir-akhir ini.Sebelum matiRajaObatDelapanPenjuruAnginmemberitahubahwa

pembunuhnya adalah gadis berpakaian merah, bernama Andini alias Dewi

Payung Tujuh! Gadis itu katanya menceritakan tentang nasib perjodohannya

dengan pemuda bernama Handoko yang ditemui mayatnya di hutan Watuireng

mati digorok! Handoko katanya putera seorang Tumenggung bernama Sindu

Winoto. Tapi setelah aku selidiki tidak ada Tumenggung bernama Sindu

Winoto. Tidak ada pemuda bernama Handoko dan juga tidak ada orang yang

ditemui mati di hutan Watuireng! Gila! Apa artinya semua ini?”Murid Sinto

Gendeng garuk-garukkepalalalumelanjutkanberpikir.“PutiAndinibelumlama

datang di tanah Jawa ini. Mana mungkin dia menjalin hubungan cinta dengan

seorang pemuda bernama Handoko yang ternyata tidak pernah ada? Hemm

Siapa pun adanya orang yang mengaku bernama Andini itu pasti telah

memalsudirinya...”LamamuridSintoGendengmerenung.

“Mungkinkahsaatitudalam keadaanmeregangnyawaRajaObatbicaratak

karuan hingga memberikan keterangan aneh yang sebenarnya tidak ada? Atau

memang benar gadis bernama Andini itu yang telah mencelakainya? Buktinya

sebelum aku sempat menghukumnya dia melarikan diri begitu saja! Hemmm...

Atau mungkin ada gadis lain punya nama sama dengan Dewi Payung Tujuh?

Tidak bisa jadi! Andini yang aku kenal itu datang dari Pulau Andalas memang

membawa maksud tertentu. Dia menginginkan Kitab Putih Wasiat Dewa! Itu

sebabnya dia membunuh Raja Obat setelah mendapatkan keterangan

menyangkut diriku! Urusan gila ini benar-benar berbelit!”Wirokembaligaruk

-

garukkepalaDiakiniteringatpadagadisitu.“BidadariAnginTimur,teka

-teki

apa yang kau berikan padaku? Kita bercinta... Kuberikan Kitab Putih Wasiat

Dewa padamu. Lalu kau menghilang begitu saja seolah ingin melarikan kitab

sakti itu untuk selama-lamanya. Lalu ketika kau tiba-tiba muncul sikapmu aneh.

Kau seolah tidak ingat lagi apa-apa yang telah kita lakukan. Dia bahkan

menampar mukaku! Bagaimana aku bisa mendapatkan petunjuk bahwa

memang gadis itu mempunyai saudara kembar? Lalu bagaimana aku bisa

memastikan yang mana Bidadari Angin Timur asli yang membawa kitab itu!

Gila... oh gila sekali! Hari sepuluh bulan sepuluh hanya tinggal sepuluh hari lagi!

Pangeran Matahari tentu sudah menyiapkan segala sesuatunya. Aku masih

saja sibuk dengan persoalan gila ini! Ah... aku benar-benar ingin menemui

seseorang yang bisa diajak bicara dan memberi petunjuk! Tapi siapa? Guruku

entah berada di mana. Kakek Segala Tahu terlalu sulit untuk dicari. Kalau

saja...”

Tiba-tiba terdengar derap suara kaki kuda mendatangi dari arah kiri. Dalam

waktu bersamaan dari arah kanan terdengar suara orang menyanyi tak karuan

diseling tertawa ha-ha hi-hi.

“Akupunyafirasatorangberkudadisebelahkiridanorangyangmenyanyi

dari arah kanan akan bertemu di tempatini.Sesuatuakanterjadidisini!”

Memikir sampai di situ Wiro segera menyelinap di balik serumpunan semak

belukar tinggi dan lebat.

Penunggang kuda muncul duluan. Malah hentikan kudanya tak jauh dari

semak belukar tempat Pendekar 212 bersembunyi. Sepasang mata murid Sinto

Gendeng ini terbeliak besar ketika melihat siapa adanya penunggang kuda itu.

Seorang gadis berpakaian merah berparas jelita tanpa riasan dan bukan lain

adalah Dewi Payung Tujuh alias Puti Andini!

Begitu melihat gadis ini Wiro segera saja hendak melompat keluar dari balik

semakbelukar.“Pembunuh Raja Obat penggantung Bidadari Angin Timur! Kali

inijanganharapbisalolosdaritanganku!”kertaknyasambilkepalkantangan.

Baru saja Wiro hendak bergerak tiba-tiba Dewi Payung Tujuh melompat

turun dari kudanya. Setelah menurunkan bungkusan binatang itu dihalaunya ke

satu tempat. Lalu dengan cepat dia menyelinap ke balik semak belukar di

tempat mana murid Sinto Gendeng mendekam!

Sadar kalau di sampingnya ada seorang lain Dewi Payung Tujuh perlahanlahan palingkan kepala. Gadis ini jatuh terduduk dan beringsut mundur di tanah

saking kagetnya ketika melihat siapa yang ada di dekatnya.

Pendekar 212 menyeringai.

“Sekalipun kau lari ke ujung dunia, ternyata akhirnya kau datang juga

menyerahkan diri untukmenerimahukuman!”

“Pemuda sinting! Siapa bilang aku mau menyerahkan diri!”

Wuttt….!

Kaki kanan Dewi Payung Tujuh melesat ke arah kepala Pendekar 212. Kalau

saja Wiro berlaku ayal dan terlambat menyingkir pasti hidungnya akan remuk

dan bibirnya akan pecah dihantam tendangan keras itu. Begitu serangannya

meleset Dewi Payung Tujuh cepat bergulingan di tanah dan menyambar

bungkusan yang tadi diturunkannya dari atas kuda. Sesaat kemudian gadis ini

telah tegak sambil memegang payung hitam sementara dua payung lainnya

hijau dan putih dilemparkannya ke udara langsung mengembang mengapit

dirinya satu di kiri satu di kanan.

Ketika Wiro bergerak mendekatinya gadis ini membentak.

“Tetap di tempatmu! Tunggu sampai aku menyelesaikan urusan dengan

orang gila satunya itu!”

“Ehoranggilasatunyasiapayangdimaksudkangadisini?!”bertanyaWiro

dalam hati.

Saat itu suara orang menyanyi diseling tawa datang semakin dekat. Hanya

tinggal beberapa langkah lagi dari depan semak belukar, suara orang bernyanyi

dan tertawa mendadak lenyap. Lalu terdengar suara seruan.

“Tidak ada hujan tidak ada panas terik! Mengapa ada dua payung

mengapung di udara? Eh setankah yang memegangi payung-payung itu hingga

tidak terlihat ujudnya? Hik... hik... hik! Lucu juga! Coba kuambil yang warna

putih!”

Wuttt!

Terdengar suara orang berkelebat. Satu sosok tubuh muncul di atas rumpun

semak belukar sambil mengulurkan tangan untuk menyambar gagang payung

putih. Pada saat itu juga Dewi Payung Tujuh jentikkan tangannya dua kali

berturut-turut.

Payung putih menukik lalu melesat ke depan. Ujung runcingnya menyambar

ke arah kepala orang yang barusan hendak mengambilnya. Payung ke dua

yang berwarna hijau datang dari samping laksana gerinda besar menyambar ke

arah pinggang!

“Oolala!Hi

k… hik! Siapa yang berani mengajak bersenda gurau siang

bolong begini?! Siapa yang hendak menjebol batok kepalaku, memutus

tubuhku?!Orang yang mendapat serangan dua payung keluarkan seruan Di udara

tubuhnya bergerak aneh tak karuan seolah jungkir balik ditiup badai. Sesaat

kemudian sosok yang jungkir balik itu laksana batu jatuh dan masuk

menyangsrang ke dalam semak belukar!

Payung hijau membabat ujung semak belukar hingga putus mental laksana

ditebas golok tajam. Payung putih membalik dan melesat ke udara. Dewi

Payung Tujuh begitu melihat serangannya gagal segera menyergap dan

tusukkan payung hitamnya yang telah lebih dulu dikuncupkan.

“O la la! Apa lagi ini!”seru orang yang menyangsrang di dalam semak

belukar. Tangan kirinya diangkat melindungi kepalanya yang hendak ditusuk,

dengan satu gerakan aneh sementara dua kakinya mencak-mencak tak karuan

sedang dari mulutnya keluar suara tawa ha-ha hi-hi!

Dewi Payung Tujuh merasakan gerakannya menusuk tertahan. Dia kerahkan

tenaga dalam. Tapi sia-sia. Payungnya tak bisa bergerak sedikit pun! Malah

tiba-tiba dia melihat satu tangan kurus kering menyelinap di bawah payung.

Sebelum dia sempat berbuat sesuatu tahu-tahu tangan kanannya yang

memegang payung telah dicengkeram orang!

Puti Andini terpekik kaget!

Tiba-tiba tubuhnya terangkat melayang ke atas. Sesaat kemudian melayang

turun ke bawah sampai ke dua kakinya menjejak tanah.

“Ha… ha! Sungguh sedap berpayung-payung dengan gadis cantik jelita!

Cucuku manis ayo kita menari payung bersama-sama! Aku akan menyanyi

sambil kita menari! Ha... ha...ha!”

Lalu terdengar suara orang menyanyi membawakan lagu tak karuan. Puti

Andini berusaha melepaskan diri tapi dirinya laksana dibungkus satu kekuatan

yang tak bisa dilawannya. Tangan kanannya terpentang ke atas memegang

gagang payung hitam. Lengan kanannya sendiri dipegang orang. Lalu ada satu

tangan merangkul pinggangnya. Sesaat kemudian tubuhnya terdorong kian

kemari. Dia seperti tidak menginjak tanah dan mengikut saja ke mana tubuhnya

didorong dan ditarik! Secara sadar dia mengikut saja melakukan tarian aneh!

Dewi Payung Tujuh untuk pertama kali palingkan kepala melihat siapa yang

mengajaknya menari gerabak-gerubuk secara aneh seperti itu. Begitu melihat

paras orang maka terpekiklah gadis ini!

Paras itu paras seorang kakek yang bukan seperti paras manusia, lebih

menyerupai tengkorak karena kulit yang menutupi sekujur mukanya sangat

tipis! Di atas pipi dan rongga mata yang sangat cekung bersarang dua buah

mata mendelik besar. Di atas muka tak berdaging itu tumbuh rambut putih

jarang. Orang ini memelihara kumis dan janggut putih dan mengenakan

pakaian serba putih.

Melihat si gadis menjerit ketakutan orang itu lepaskan rangkulannya dan

batuk-batukbeberapakali.“Ah!Kalaumengikutikemauanrasanyainginaku

menari bersamamu sampai pagi cucuku! Tapi umurku sudah sangat lanjut.

Badan rongsokan ini sudah tidak mau lagi diajak berleha-leha! Ha... ha… ha…!

Anak muda! Apakah kau mau meneruskan tarian tadi bersama cucuku ini?!

Menyesal kalau kau sampai menolak menggandeng gadis secantik ini! Orang

tua bermuka jerangkong itu melambaikan tangannya ke arah Pendekar 212

Wiro Sableng!


TUJUH


PENDEKAR 212 yang sejak tadi menyaksikan apa yang terjadi di depannya

dengan mata melotot tiba-tiba berteriak keras.

“Guru!”Laludiamelompat ke hadapan si orang tua berpakaian putih dan

membungkuk dalam.

“Anak tolol! Kusuruh kau menari dengan gadis cantik cucuku itu kau malah

berbasa-basi!Hilangsudahkesempatanmu!”

“Tua bangka edan! Akubukancucumu!”PutiAndinitiba

-tiba berteriak tak

kalah kerasnya.

“Oolala!Bagaimanabisajaditidakkaruanbegini?!”siorangtuaberkata

sambil tertawa dan usap-usap janggut putihnya. Tubuhnya menghuyung kian

kemari seperti ilalang ditiup angin.

“Aku Puti Andini, murid Sabai Nan Rancak dari Gunung Singgalang! Guruku

memberitugasuntukmencaridanmembunuhmu!”

“GadiskejipembunuhRajaObat

! Jangan kau berani kurang ajar di hadapan

guruku!”bentakWiro.

“Oh

! Jadi tua bangka gila ini gurumu! Bagus! Biar kalian mampus satu kubur

berdua!”teriakDewiPayungTujuh lalu menyergap dengan tusukan payung

hitam.

Si kakek palangkan tangan kirinya yang kurus kering. Payung hitam

melenceng ke kiri.

“Anak gadis! Mari kita bicara dulu!”

“Siapasudibicaradenganorangtuagilasepertimu!Bicarasajanantidengan

malaikat maut!”

“Gadisbermulutkotor!Biarkurobekmulutmu!’teriakWiro.Gerakannya

tertahan karena bahunya cepat dipegang oleh orang tua di sebelahnya.

“Tak usah marah! Gadis ini betul! Aku memang orang tua bangka gila! Itu

sebabnya aku dipanggil orang Tua Gila!Bukanbegitu?Ha...ha...ha!”

“Sudah jangan banyak bicara ngacok! Hadapi kematian dalam kegilaanmu!”

kata Dewi Payung Tujuh pula. Dia gerakan tangannya ke arah bungkusan

miliknya yang ada di dekat semak belukar. Sekali dia menggerakkan tangan,

empat buah payung melesat keluar dari dalam bungkusan itu. Enam buah

payung kini mengembang di udara. Satu berada dalam genggamannya.

Wiro memperhatikan. Ternyata kini Puti Andini telah memiliki lagi sebuah

payung merah yang dulu pernah dihancurkannya.

“Payungbagus! Oo la la! Payung bagus! Ada enam di udara. Satu di tangan!

Siapayangakanmenyanyikalauakumenari?!”Orangtuayangkelihatannya

berotak miring itu tertawa gelak-gelak. Dia bukan lain adalah Tua Gila dari

pulau Andalas yang dikenal dengan dua julukan yaitu Pendekar Gila Patah Hati

dan Iblis Gila Pencabut Jiwa!

Puti Andini membuat gerakan berputar dengan tangan kirinya. Enam payung

yang mengambang di udara melayang berputar ke arah Tua Gila,

mengeluarkan suara menderu deru. Payung-payung ini bergerak bersusun

urun tangga. Berarti ada enam bagian tubuh Tua Gila yang akan menjadi

sasarannya.

“GuruTuaGila!Awas!”teriakWiromemberiingat.Tangankanannyaserta

merta berubah putih menyilaukan tanda dia siap melepaspukulan “Sinar

Matahari”Namun apa yang kemudian terjadi sangat cepat.

Orang tua berpakaian putih itu kelihatan terhuyung-huyung lalu jatuh

berdebam ke tanah. Kakinya melejang-lejang. Dua buah gagang payung kena

sambaran kakinya, mencelat ke udara. Seperti membal tubuh si orang tua

kemudian mencelat ke atas. Tangannya bergerak laksana kilat.

Settt... sett... sett... sett!

Empat buah payung dilemparkannya tinggi-tinggi ke udara. Melayang

bergabung dengan dua payung lain yang ditendangnya sebelumnya.

Apa yang diperbuat Tua Gila tidak cuma sampai di sana. Sambil tertawa haha hi-hi dia jejakkan ke dua kakinya ke tanah. Tubuhnya melesat laksana

terbang melewati enam buah payung. Sambil bernyanyi-nyanyi Tua Gila

melayang turun. Dengan lincah sepasang kakinya menjejak dari kepala payung

satu ke kepala payung lainnya, terus menerus berganti-ganti. Gerakan

tubuhnya walau seperti menari tapi tak karuan. Gerabak gerubuk terhuyung

malah kadang-kadang seperti mau terjerembab jatuh atau terperosok

tertelentang!

“Hai! Astaga! Hari sudah siang! Aku enak-enak saja menari! Urusanku masih

banyak. Cukup bersenang-senang sampai di sini. Aku kawatir ada payung yang

rusak.Cucukupastiakanmarah!Haha...ha!”

Tua Gila melayang turun Tapi tidak turun begitu saja. Sambil turun

tangannya kiri kanan bergerak masing-masing tiga kali. Tahu-tahu enam

payung sudah berada dalam pegangannya. Begitu sampai di tanah enam

payung itu dikuncupkannya. Lalu dia melangkah ke hadapan Dewi Payung

Tujuh.

“Terimakasihkautelahmeminjamkanpayung

-payung bagus ini! Silahkan

ambil payungmu kembali!”Sikakekulurkanenam buahpayungkepadasi

gadis. Puti Andini tegak dengan muka merah padam. Dia tidak bergerak,

apalagi mengulurkan tangan mengambil payung-payung yang disodorkan.

Hanya sepasang matanya yang bagus memandang menyorot pada Tua Gila.

“Oo la la!Cucuku marah beratpadaku!’seru siorang tua.Lalu dia

melangkahkearahWiro.“Kausajayangmenyerahkanpayung

-payung ini

padanya!”HabisberkatabegituenaksajaTuaGilalemparkanenam buah

payung pada Wiro. Mau tak mau Pendekar 212 terpaksa menyambuti. Setelah

enam payung berada dalam pegangannya dia jadi bingung sendiri. Bagaimana

dia akan menyerahkan payung-payung itu pada Puti Andini yang sudah

dianggapnya sebagai musuh besar dan ingin sekali dihajarnya sampai mati?!

“Hai!Adaapadi antara kalian sebenarnya?! Yang perempuan berdiam diri,

muka asam cemberut merah padam. Yang lelaki seolah-olah berubah jadi

patung tolol!”

“Guru!Gadisitutelahmembunuhseorangtokohrimbapersilatansahabat

dan penolongku. Dia juga hendak membunuh seorang gadis sahabatku! Aku

bermaksud menghukumnya sampai mati!”

“Sampai mati?! Oo la la! Sungguh hebat kejadian di rimba persilatan akhirakhir ini! Semakin tua usia dunia semakin banyak terjadi keanehan! Dan hanya manusia-manusia tolol saja yang mau terseret ke dalam keanehan lalu mati

dalamkeanehanitu!”kataTuaGila.OrangtuainilantasmenudingkearahPuti

Andini.“Gadisitu tadibilang dia ditugaskan gurunya untukmencaridan

membunuhku! Rupanya gurunya berteman dengan malaikat maut. Kau sendiri

barusan berkata hendak menghukumnya sampai mati! Aku tidak tahu apa

hubunganmu dengan malaikat maut. Tapi membunuh karena alasan sepele

sungguhperbuatantidakterpuji!”

Puti Andini keluarkan suara mendengus keras hingga si orang tua berpaling

kearahnya.“Aku tahu riwayat hidupmu orang tua! Kau pernah menghabisi

nyawa manusia sampai tiga ratus orang! Apa kau punya alasan tepat untuk

membunuhimereka?!”

Paras Tua Gila sesaat tampak tercekat. “Tunggu!” katanya seraya

mendongak sementara tubuhnya kembali menghuyung tak karuan. Dia

memijat-mijatkeningnyaseolahtengahberpikirkeras.“Cucuku...”

“Aku bukan cucumu! Kau bukan kakekku!” bentak Puti Andini.

“Bagaimanapunjugaakutetapakanmembunuhmu!Janganmengiraakutakut

padamu setelah melihat kehebatanmu memamerkan ilmu kepandaian menari di

udara di atas payung-payungku!”

Tua Gila tertawa pendek lalu geleng-gelengkan kepala.

“Gadis cantik kau dengar baik

-baik. Mengenai riwayatku kau tentu

mendengardariseseorang...”

“Gurukuyangmenceritakan!”

“Tidak salah dugaanku!”kata Tua Gila pula. “Ketika peristiwa itu terjadi

puluhan tahun silam, kau belum lahir. Kau masih jadi angin! Hik... hik! Kau

kemudian mendengar cerita dari gurumu. Apakah dia mengatakan semuanya

denganjujurpadamu?”

“Gurukutakmungkinberdusta!”‘

“Aku tidak mengatakan gurumu si Saban Nan Rancak dari Gunung

Singgalang itu berdusta. Tapi aku yakin ada kepentingan pribadi yang membuat

dia menyisihkan mana yang baik buat dirinya dan menimpakan mana yang

buruk bagi orang lain! Urusanku dengan gurumu biar kami yang tua-tua ini

menyelesaikansendiri...”

“Aku tidak akan kembali ke Singgalang berhampa tangan!”jawab Puti Andini

keras. Lalu berkelebat kirimkan serangan ganas. Payung hitam disapukan ke

udara hingga mengeluarkan angin deras dan sinar redup hitam. Tangan kiri

membuat gerakan mencengkeram, diarahkan ke leher Tua Gila.

“Gadis laknat! Ambil payungmu!”Pendekar 212 menerjang ke depan

menyongsong serangan Puti Andini. Enam buah payung yang sejak tadi

dipegangnya dilemparkan ke arah si gadis. Lemparan ini bukan lemparan biasa

karena disertai tenaga dalam. Enam payung berubah menjadi enam senjata

maut yang melesat ke arah kepala dan bagian-bagian tubuh Puti Andini!

Si gadis kertakkan rahang. Dia melesat ke udara untuk menghindari

serangan payung miliknya sendiri. Dari udara payung hitam dilemparkannya ke

arah Wiro. Begitu melempar dia membuat gerakan jungkir balik. Tahu-tahu

tubuhnya menukik menyambar ke arah Tua Gila!

“Hebat! Luar biasa!”memuji Tua Gila.

Sementara Wiro melompat menghindari serangan payung hitam. Tua Gila

miringkan badan ke samping. Sambaran tangan si gadis lewat di samping

telinga kirinya. Ketika dia hendak mencekal tangan itu tiba-tiba kaki kanan

lawan menghantam ke arah dadanya.

Bukkk!

“Guru!”teriakWiroketikamelihatTuaGilaterlempar sampai dua tombak

akibat tendangan keras yang dilancarkan Puti Andini Tapi si orang tua sendiri

hanya senyum-senyum. Dia mengangkat tangan kirinya tinggi-tinggi

memperlihatkan sesuatu.

Puti Andini keluarkan seruan tertahan. Wiro melotot lalu menyeringai sambil

garuk-garuk kepala. Di tangan kiri Tua Gila saat itu ada kasut kaki kanan milik

si gadis!

Tua Gila dekatkan matanya ke kasut yang dipegangnya seolah-olah meneliti.

“Untung tak ada bagian kasut ini yang rusak. Kalau sampai rusak bagaimana

aku menggantinya.Kasutsepertiinitentumahalsekaliharganya!”

Tua Gila tersenyum. Dia melangkah ke hadapan Puti Andini yang tegak

bergerak dengan muka merah padam. Jika orang tua itu tadi mau

mencelakainya pasti mudah saja baginya. Semudah dia mencabut kasut di kaki

kanannya tanpa dia merasakannya.

Di hadapan Puti Andini Tua Gila membungkuk seraya berkata, “Harap

maafkan tua bangka ini. Biar aku tolong mengenakan kasut ini ke kakimu

kembali!”

Entah marah entah sangat malu Puti Andini melompat menjauhi Tua Gila.

Dia mengumpulkan tujuh payungnya dengan cepat lalu tanpa berkata apa-apa

lagi dia berlari kencang meninggalkan tempat itu. Di sudut matanya tampak

genangan air mata!

Ketika si gadis melarikan diri. Pendekar 212 hendak mengejar tapi lengannya

cepat dipegangolehTuaGila.“Takperludikejar.Nantikauakanbertemujuga

dengan dia! Lebih baik kita duduk-duduk dulu di sini. Berbincang-bincang.

Bertahun-tahun aku tidak bertemu denganmu. Tentu banyak cerita yang bakal

akudengardarimu!”

“Tua Gila, apakah selama ini kau baik-baiksaja?”tanyaWiro.

“Ya begitulah Banyak perubahan terjadidiPulau Andalas. Banyak

perubahan terjadi pada diri tua ini. Semakin lama aku merasa diri yang sudah

rongsokan ini tidak ada harganya lagi. Kadang-kadang aku berpikir mengapa

aku tidak segera saja mati! Tapi malaikat rupanya selalu kesasar datang

mencarikunamunoranglainyangdicabutnyanyawanya.Ha...ha...ha...!”

“Tua Gila, aku perlu memberitahu padamu walau tadi kau sudah mendengar.

Gadis tadi bernama Puti Andini. Dia jugadariPulauAndalas...”

“Akusudahtahusiapadiaadanya!”memotongTuaGila.

“Baguskalaubegitu.Siapapundiaadanyadiaadalahpembunuhsahabat

dan tuan penolongku Raja Obat Delapan Penjuru Angin. Dia juga yang hendak

menggantung gadis yang kucintai...”

Tua Gila batuk-batuk beberapa kali.

“Iniberitahebat

! Kau punya gadis yang dicintai. Berarti punya kekasih.

Punya kekasih berarti punya calon istri! Apakah gurumu si Sinto Gendeng itu

sudahkauberitahu?”

“Memangbelum.Saatnyaakantiba...”

“Yangpentingapakahgadisitumencintaidirimu?’tanyaTuaGilaseraya

senyum-senyum “Dia mengaku mencintaiku. Bahkan untuk membuktikan cintanya dia

bersediamenyerahkantubuhnyadankehormatannya!”

Tua Gila menyeringai. Lalu keluarkan suara berdecak berulang kali.

Saat itu hari telah larut petang. Karena tempat itu ditumbuhi banyak pohonpohon rindang, keteduhan membuat keadaan di situ lebih cepat menjadi gelap.

Tanpa diketahui kedua orang yang asyik bercakap-cakap itu sesosok tubuh

mengendap-endap lalu mendekam di satu tempat mendengarkan pembicaraan

mereka



DELAPAN



WIRO pandangi orang tua di hadapannya. Lalu bertanya. “Kenapa kau

menyeringaiTuaGila?Sepertinyakaumenganggapcintaitusatuketololan?!”

Tua Gila tertawa mengekeh. Dia menepuk nyamuk yang lewat di depan

hidungnya. “Cinta tidak tolol. Cinta sesuatu yang suci jika saja manusia mau

berlaku jujur. Justru para manusia yang katanya berotak dan lebih tinggi

derajatnyadaribinatangitulahyangberlakutolol!”

“Kau menyindirku!”kataWirosambilmenggarukkepala.

“Tidak,tidakmenyindir.Tapisekedaruntukmembuatmatamuterbukadan

otakmubekerja!”

“Heh,apamaksudmusebenarnya,Guru?!”

“Kau dengar baik-baik apa yang aku ucapkan! Katamu gadis yang kau cintai

itu menyatakan cintanya dengan bersedia menyerahkan tubuh serta

kehormatannya padamu! Hal seperti ini tidak akan ditemui dalam dunia

percintaan yang wajar. Muridku! Tidak ada seorang gadis akan mau

mengeluarkan ucapan seperti itu bagaimanapun dia mencintai seorang

pemuda.Kecuali...”

“Kecualiapa?!’tanyaWiroketikaTuaGilamemutusucapannya.

“Kecuali ada sesuatu di luar wajar dibalik semua itu. Muridku, jika kau tidak

keberatan harap kau menceritakan secara jelas apa saja yang sebenarnya

telahterjadi.”

“Kalaubegitumaumu,baiklahTuaGila.”LaluPendekar212menceritakan

kisah panjang sejak terbunuhnya Raja Obat Delapan Penjuru Angin, ditemuinya

Bidadari Angin Timur yang hampir menemui ajal digantung kaki ke atas kepala

ke bawah. Lalu lenyapnya Bidadari Angin Timur bersama Kitab Putih Wasiat

Dewa, disusul pertempuran dengan Dewi Payung Tujuh di halaman rumah

makan dan ditutup dengan pertemuan terakhir kali dengan Bidadari Angin

Timur yang dirasakan sangat aneh oleh Wiro.

Mendengar cerita Wiro, Tua Gila geleng-gelengkepala.“Puluhan tahun

hidup di dunia baru sekali ini aku mendengar cerita begini hebat! Tapi anak

muda, jika aku boleh mengeluarkan pendapat maka terus terang aku katakan

siapa pun gadis binal yang membunuh Raja Obat, dia bukanlah Puti Andini

aliasDewiPayungTujuh!”

“TuaGila

! Kau membela gadis jahanam itu!”kata Wiro dengan suara keras.

“Aku tidak membela siapa pun karena tidak ada untungnya bagiku! Tapi coba

kau pikir dalam-dalam. Kau bakal melihat keanehan dan kejanggalan. Mungkin

benar ada dua Bidadari Angin Timur, yang satu jahat yang satu baik. Entah

yang mana Bidadari yang kau cintai itu. Tapi mungkin pula cuma ada satu saja

dan menjalankan peran ganda. Sekarang tergantung pada kepandaianmu

menyelidik!”

Wiro menarik nafas panjang dan menggaruk kepala berulang kali.

“KaumasihhendakmembunuhgadisdariPulauAndalasitu?!”tanyaTua

Gila.Lama baru Wiro menjawab. “Kedatangannya ke tanah Jawa ini jelas hendak

mendapatkanKitabPutihWasiatDewadanmembunuhku...”

“Tunggu dulu anak muda! Hal yang satu itu jangan kau sangkut pautkan

dengan kematian Raja Obat serta penggantungan kekasihmu. Itu adalah dua

halyangberbeda...”

“Ah.semakinbingungakujadinya!’kataPendekar212pula.

“Kalau begitu biar kita alihkan pembicaraan pada hal lain. Aku ingin bertanya.

Di luar tersebar kabar akan terjadi satu peristiwa besar di Pengandaran pada

hari sepuluh bulan sepuluh! Tolong kau jelaskan kegilaan apa yang hendak

dibuat orang-orangrimbapersilatankaliini!”

“Aku sendiri mendapat undangan datang ke sanadariIblisPemabuk...”

“Maksudmu si Dewa Tuak tua bangka geblek yang hendak menjodohkan

muridnya denganmu?”tanya Tua Gila lalu tertawa mengekeh.

Wiro menyengir. “Rupanya urusan itu sampai juga ke telingamu! Iblis

Pemabuk tidak sama dengan Dewa Tuak. Dia seorang sakti aneh yang

membunuh manusia semudah dia mengedipkan mata. Aku sendiri hampir jadi

korbannya!”

“Hemmm... Mendengar keteranganmu rupanya semakin banyak orang-orang

saktiyangtidakakukenalbermunculandirimbapersilatan...”

“Ditengahsemuakejadian itu aku paling bernasib jelek. Dua senjataku

Kapak Naga Geni 212 dan batu hitam pasangannya lenyap dirampas kawanan

Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan. Senjata-senjata itu diserahkannya pada

Pangeran Matahari!”

“Kau menyebut nama itu! kata Tua Gila setengahberteriak.“Akuberani

bertaruh mengentuti hidung masing-masing! Pangeran keparat itu racun yang

menjadi biang kerok semua ini! Berarti... lalu ada yang mengatur pertemuan

kau dengan dia di Pangandaran! Ada yang benar-benar menginginkan

kematian Pangeran Matahari, tapi ada yang berusaha mencari untung...

Kegegeranbesarakanberlangsungdisana!”

“KaumungkinbenarTuaGila...”

“Hari sepuluh bulan sepuluh tidak berapa lama lagi. Apakah kau sudah

bersiap-siap Wiro?”

“Itulahyangakukhawatirkan.Pikiranku banyak tersita pada apa yang terjadi

belakangan ini. Dua senjata sakti andalanku tak ada di tanganku. Kitab Wasiat

Dewa lenyap begitu saja. Lalu Pangeran Matahari telah menguasai Kitab

WasiatIblis...”

“Tugasmuberatamat.Muridku!Kalausajanyawamu ada tiga aku tak akan

ikut-ikutanbingung...”kataTuaGiladengannadasedihtapilantasdiatertawa

mengekeh membuat Pendekar 212 jadi jengkel.

“TigaBayanganSetanakanmenjadisalahsatumusuhberatbagiku,”kata

Wiro. Dia memiliki ilmu iblis yang membuatnya tidak bisa dikalahkan, tidak bisa

mati! Iblis Pemabuk pernah mengatakan padaku kelemahan manusia itu. Tapi

aku tak bisa memecahkan petunjuknya!’’

“Apa yang”tanyaTuaGila pula.

“Tepat tengah hari bolong.Pilih yang ditengah.”

“Dasar Iblis Pemabuk!Memberit ”menggerutu Tua

Gila.“Sulitakumemecahkanartipetunjuknyaitu.Mungkina ku harus mabuk dulu baru bisa menerka... Tapi! menurut keteranganmu dia memiliki ilmu hitam

aneh. Tiga makhluk jejadian berbentukraksasakeluardarikepalanyadan...”

Ucapan Tua Gila terputus ketika tiba-tiba dia melihat sesosok bayangan

berkelebat di kegelapan.

“Adaorangmencuridengarsemuapembicaraankita!”serusiorangtua.

Serta merta dia melompat ke arah kegelapan. Wiromengikuti.“Sial!”gerutu

Tua Gila. Dia berhasil melarikan diri! Sosoknya seperti sosok perempuan!

Wiro mendongak lalu menghirup udara berulang kali.

“Kulihatkausepertibabibuntingyangmauberanak!”kata Tua Gila lalu

tertawamengekeh.“Apayangtengahkaulakukan?”

“Akuberusahamembaui.KalauBidadariAnginTimuryangmunculbiasanya

harumtubuhdanpakaiannyamasihtertinggalbeberapalama...”

“Laluapakaumenciumbauharumitu?’

Wiro menggeleng.

“Berarti bukan bidadarimu itu!”ujarTuaGila.Dia memandang berkeliling.

“Astaga!Ternyatamalamsudahtiba!AkuharusmeninggalkanmuMuridku...”

“TuaGila!Tunggudulu!”panggilWiro.Tapisanggurusudahlenyapdalam

kegelapan malam. (Mengenai Tua Gila harap baca serial Wiro Sableng berjudul

Banjir DarahdiTambunTulang”).

Pendekar 212 dudukkan diri di bekas Tua Gila tadi duduk. Saat itu baru

disadarinya betapa letihnya sekujur tubuhnya. Dia berusaha mengatur jalan

nafas dan peredaran darah namun tidak mampu memusatkan pikiran. Wajah

Bidadari Angin Timur muncul silih berganti dengan paras Dewi Payung Tujuh.

Siapa di antara kedua gadis itu yang bisa dipercayanya?

“Puti Andini jelas tak bisa kupercaya. Dia datang membawa tugas untuk

membunuhku! Tapi Bidadari Angin Timur sendiri setelah mendapatkan Kitab

Putih Wasiat Dewa mengapa bersikap aneh terhadapku?! Sampai-sampai aku

ditamparnya!Sialanbetul!”Wirobangkitberdiri.Saatituterbayangpulaparas

Ratu Duyung di pelupuk mata Wiro. “Bagaimana keadaan gadis itu? Kasihan

kalau dia tidak sampai mendapatkan jalan keluar penyembuhan atas kutukan

yang dialaminya... Kalau saja dia ada di sini mungkin banyak petunjuk yang

bisakudapatkan.Mungkinkahdarisiniakudapatmelihatnya...?”

Pendekar 212 lantas salurkan tenaga dalamnya ke mata. Lalu dia berdiri

menghadap ke arah pantai selatan. Ke dua matanya dikedipkan dua kali. Dia

kini mengerahkan ilmu melihat jauh yang disebut “MenembusPandang”yang

didapatnya dari Ratu Duyung.“Ratu,perlihatkandirimu...”Dalam hatiWiro

membatin. Mula-mula hanya kegelapan yang terlihat. Lalu samar-samar muncul

bentangan laut luas. “RatuDuyung...”bisikPendekar212.Dadanyaberdebar

ketika tiba-tiba dia melihat sosok tubuh seorang perempuan berjalan

membelakanginya. Di kepalanya ada sebuah mahkota biru. Pakaiannya terbuat

dari untaian manik-manik berkilauan. “Aku berhasil melihatnya. Dia melangkah

memasuki sebuah ruangan. Aku pernah berada di ruangan itu. Dia keluar dari

ruangan... memasuki sebuah lorong. Ah, sayang aku tidak dapat melihat

wajahnya. Di ujung lorong ada satu ruangan aneh... berbentuk bundar. Di

tengah ruangan... apa itu. Satu benda setinggi manusia tertutup selubung

kain... Ratu Duyung menarik kain penutup. Eh...! Astaga... Aku melihat diriku

berdiri di tengah ruangan bundar itu Bukan... bukan diriku. Tapi sebuah patung.

Ratu Duyung memeluki patung diriku..aku


Perlahan-lahan Ratu Duyung letakkan kepalanya di dada patung. Tangannya

merangkul ke punggung patung. Ketika kepalanya digeserkan ke samping

kanan Wiro dapat melihat sebagian paras sang Ratu. Ada air mata

menggelinding jatuh ke pipinya yang licin. Wiro merasakan tenggorokannya

seperti tersekat. Kepalanya mendenyut. Bayangan ruangan bundar, Ratu

Duyung dan patung dirinya lenyap dengan seketika.

“Patungitu...”kataWirodalam hati.“Waktuakudisanatak pernah aku

melihat. Berarti sengaja disembunyikan. Sejak kapan diriku dalam bentuk

patung berada di tempat itu? Ah anehnya dunia ini!”Wirobangkitberdiri.

Dengan pikiran dibuncah oleh berbagai hal dia tinggalkan tempat itu.


SEMBILAN


DELAPAN bayangan merah berkelebat laksana topan menuju danau

Karangpucung yang terletak di tengah rimba belantara sunyi sepi. Di tengah

danau yang cukup luas itu terlihat satu bangunan bambu bertingkat dua. Antara

tepi danau dengan bangunan bambu sama sekali tidak ada jembatan

penghubung. Juga tidak kelihatan perahu atau getak di sekitar situ. Yang

tampak hanya potongan-potongan bambu menyembul setinggi dua jengkal di

atas permukaan air danau yang tenang. Potongan bambu ini ditancap ke dasar

danau demikian rupa berjarak satu tombak satu dengan lainnya, membentuk

garis-garis patah, mulai dari salah satu tepi danau sampai ke hadapan

bangunan bambu.

Delapan bayangan tadi yang ternyata memiliki keringanan luar biasa,

menjejakkan kaki dari satu ujung bambu ke ujung bambu berikutnya hingga

akhirnya sampai di serambi bawah rumah bambu. Serambi itu tidak seberapa

besar. Namun diberati oleh delapan sosok tubuh tinggi besar berjubah merah

darah sedikit pun tidak bergerak apalagi miring. Delapan manusia ini memiliki

kepala botak plontos bercat kuning. Masing-masing kepala dihias dengan satu

angka, mulai dari angka 1 sampai angka 8. Luar biasanya delapan orang

berjubah dan botak ini memiliki wajah mirip satu dengan lainnya. Mereka inilah

yang dijuluki Delapan Tokoh Kembar. Selama beberapa tahun mereka malang

melintang d kawasan timur mencari pengalaman sambil menambah ilmu. Kini

mereka muncul di barat setelah mendengar banyak hal-hal menarik dalam

rimba persilatan di kawasan ini.

Orang yang kepalanya berangka 1 begitu menjejakkan kaki di lantai bambu

memberi tanda pada tujuh kawannya yang menyusul satu persatu.

“Jauh

-jauhkitadatangkesini,ternyatakitasudahkedahuluanorang...”kata

sinomor1.“Adatamutakdiundangmenyusupketempatkediamankita!”

Si botak bernomor 4 memandang berkeliling. “Aku sudah punya firasat sejak

beradaditepiandanautadi.Kitaharusmenggeledahseluruhbangunanini!”

“Mengapa susah-susah menggeledah segala!”kata orang si botak nomor 3.

“Marikitabermainjingkrak

-jingkrakan. Ingat waktu kita masih kanak-kanak dulu

bermaindiatasrakitdimuaraKaliJatiroto?!”

“Kaubetul

! Marikitamulaisaja!’menjawabsibotaknomor8yakniDelapan

Tokoh Kembar paling bungsu.

Delapan orang berjubah angkat tangan mereka ke atas lurus-lurus. Kepala

didongakkan. Lalu serentak mereka meniup. Terjadilah satu hal yang hebat.

Angin tiupan mereka menggemuruh laksana puting beliung. Langit di atas

danau seperti terbongkar. Bangunan bambu bergoncang keras tetapi anehnya

tidak ambruk

“Mulai!”Si Botak nomor 1 berteriak memberi! aba-aba.

Delapan pasang kaki di balik jubah merah darah melesat setengah tombak

ke atas lalu turun lagi menjejak lantai bambu. Demikian terus berulang ulang

hingga bangunan bambu bertingkat itu sebentar oleng ke kiri, sebentar oleng kekanan seolah, mau roboh dan amblas ke dalam danau! Di lain saat bangunan

berputar keras hingga air danau bergejolak bergelombang keras. Sambil

melompat Delapan Tokoh Kembar ini terus saja meniup.

“MerobohLangitMembuncahBumi!”teriakDelapanTokoh Kembar nomor 1

menyebut nama jurus yang mereka lakukan. Tujuh saudaranya menyambut

dengan teriakan keras lalu kembali meniup dan terus berjingkrak-jingkrak.

Bangunan bambu berderak-derak. Gelombang air danau semakin membuncah.

“Sambilmenyelam minum air! Ha... ha...! Mencari penyusup memunggah

ikan!Lihatkitakejatuhanrejeki!”Sibotaknomor6berserusambilmenunjukke

seputar air danau. Saat itu di permukaan air danau kelihatan mengambang

puluhan ikan besar menggelepar-gelepar. Akibat perbuatan Delapan Tokoh

Kembar yang seolah membuncah air danau, ikan-ikan yang ada di danau itu

menjadi mabuk, naik ke atas air dalam keadaan setengah mati setengah hidup.

“Saudara saudaraku!”tiba-tiba si bungsu nomor 8 berseru. “Tamu gelap kita

sudah ikut mabok! Lihat dia melayang turun dari bangunan sebelah atas. Aduh

harumnya... !”

Delapan pasang mata ditujukan ke bangunan bambu sebelah atas. Dari

sebuah jendela yang terbuka tampak melayang turun sosok perempuan

berambut pirang, berpakaian biru tipis. Angin kencang menebar bau harum

yang keluar dari tubuh dan pakaiannya.

“Amboi!Tamugelapkitaternyataseorangbidadari!”teriaksibotaknomor1

.

“Pakaiannyatipissekali!Akudapatmelihatsetiaplekukantubuhnya!”serusi

botak nomor 7.

Sosok yang melayang itu begitu menjejakkan kaki di lantai bambu segera

saja dikurung oleh delapan lelaki botak berjubah merah. Karena bangunan itu

tidak seberapa besar maka yang terkurung dan mengurung hanya terpisah

beberapa jengkal saja! Delapan pasang mata membeliak menyaksikan wajah

seorang gadis cantik jelita mengenakan pakaian tipis biru tembus pandang.

Delapan Tokoh Kembar berdiri dengan rangkapkan tangan di muka dada,

memandang tak berkesip. Sementara gadis baju biru itu sesaat tampak tegak

dalam keadaan masih menghuyung pertanda jurus “Meroboh Langit

Membuncah Bumi”yang dimainkan oleh Delapan Tokoh Kembar tadi masih

mempengaruhinya. Itulah yang menyebabkan dia tidak dapat bertahan lebih

lama di bangunan sebelah atas dan terpaksa turun ke bawah.

“Kaliansemuadengar!”sigadistiba-tiba berkata sambil rapikan rambutnya

yangpirang.“Jangansalahsangka!Akubukantamugelap...”

“Ah!Bagus

!”TokohKembarnomor2menyahuti.Kalaubegitusiapadirimu!

Harap beri tahu nama!”

“Akudatangdenganmaksudbersahabat.Mengenainamakukauboleh saja

menyebutdirikuBidadari.Apakaurasaitucukupcocok...?”Sambilbertanya

gadis berbaju biru itu menarik nafas panjang hingga dadanya yang montok

membusung. Apa lagi saat itu bagian atas pakaiannya agak tersingkap hingga

semua mata dapat melihat satu pemandangan mencolok yang mendebarkan.

“Cocok!Kausangatcocok!”berkata si nomor 2.

“Bidadariberambutpirang!Kamiingintahumaksudkedatanganmu,masuk

kebangunaninitanpasetahudanizinkami!”TokohKembarnomor5ajukan

pertanyaan.Gadis berpakaian biru lemparkan senyum manis. Lidahnya dijulurkan sedikit

untuk membasahi bibirnya. Delapan Tokoh Kembar jadi semakin kelangsangan

dan beberapa di antara mereka jadi usap-usap kepala masing-masing.

“AkudatangkemarimembawapesanbersahabatdariPangeranMatahari!’

“Astaga!JadikauorangnyaPangeranyangterkenalitu?Hemmm...”Tokoh

Kembar nomor 3 geleng-geleng kepala.

Stbotaknomor1segeramembukamulut.“Selamainikamitidakpernah

berhubungan dengan Pangeran Matahari! Kami tidak menganggapnya sebagai

teman juga tidak sebagai musuh. Coba kau katakan apa pesan Pangeranmu

itu!”

“Kalian sudah mendengar tentang Kitab Wasiat Iblis?”

Delapan kepala botak sama mengangguk.

“Kitab maha sakti itu kini berada di tangan Pangeran Matahari. Ini berarti

bahwa sudah ada kepastian bahwa dia akan menjadi raja diraja dunia

persilatan!”

Delapan Tokoh Kembar tertawa lalu mendongak dan sama meniup ke atas.

Suara menggemuruh merobek danau Karangpucung Air danau bergelombang.

“Kalian pernah mendengar satu senjata mustika luar biasa bernama Kapak

MautNagaGeni212?!”tanyasigadislagi.

“Itu senjata sakti milik Pendekar 212 dari Gunung Gede!”menyahuti si botak

nomor 3.

“Sekarang tidak lagi! Senjata itu sudah jatuh ke tangan Pangeran Matahari!”

“Uuuuhhh….!”Delapan kepala kembali mendongak dan delapan mulut

kembali meniup. Suara bergemuruh kembali menggelagari seantero danau.

“Apa kalian juga sudah mendengar tentang satu kitab sakti lain bernama

Kitab Putih Wasiat Dewa?”

“Justrukamijauh

-jauh datang dari timur karena tertarik dengan kitab sakti

itu...”jawab Tokoh Kembar nomor 1.

“Kitabituakanmenjadimilikkalian!”kata si gadis baju biru.

“Uhhh….!Apa?!”Delapanmulutbergumamdanbertanyaberbarengan.

“Dengar,pada harisepuluh bulan sepuluh akan ada satu peristiwa

menggegerkan di Pangandaran. Pangeran Matahari akan menghabisi tokohtokoh golongan putih dipimpin oleh Pendekar 212. Pangeran merasa kurang

berkenanjikakaliantidakdiberitahudantidakdimintabantuannya...”

“Ah,Pangeransegalacerdiksegalalicikitu hendak memperalat kita”kata si

bungsu nomor 8.

“Jangansalahmenduga!”gadisbajubirucepatmemotong.“Jasakaliantidak

akan dilupakan. Kaitan akan mendapat kedudukan sangat tinggi begitu

PangeranMatahariberkuasa...”

“Kamitidak ingin jabatan setinggi apa pun. Kami lebih suka malang

melintang ke mana kami senang...”

“Itubisadiatur...”

“Tidak!Bukan Pangeranmu yang mengatur,tapikamiDelapan Tokoh

Kembar!”tukasTokohKembarnomor1.

“Kaliantidakusahkawatir.Kalaukaliantidaksukajabatantinggi masih ada

imbalanlainyangdijanjikanPangeranMatahariuntukkalian...”

“Hemmm...apa?”tanya si nomor 1.Diriku!”jawabsigadisbajubiruserayamerapikanrambutpirangnyadan

mengangkat bagian bawah pakaiannya hingga kakinya yang putih tersingkap

sampai di atas lutut.

Delapan pasang mata membeliak menyaksikan kaki putih mulus bagus itu.

“DelapanTokohKembar,selesaiurusanbesardiPangandarankalianbisa

memilikidirikusampaikalianbosan!”

Delapan Tokoh Kembar saling pandang satu sama lain. Beberapa di antara

mereka usap-usap kepala botak mereka yang berwarna kuning. Lalu tampak

mereka berbisik-bisik.

Sigadismaklumkalaujeratnyamulaimengena.Makadiapunberseru.“Hai

!

Apa yang kalian bisikkan?! Apa wajahku kurang cantik dan tubuhku tidak

menarik?!”Habisberkatabegitusigadisangkatlagipakaiannyalebihtinggi

dengan tangan kiri sementara tangan kanan dipakai untuk mengusap-usap

perutnya.

Delapan pasang mata Delapan Tokoh Kembar seperti silau melihat paha

yang tersembul putih hampir sampai ke pangkal! Gerakan mengusap perut

yang diperagakan si gadis membakar nafsu mereka!

TenggorokanDelapanTokohKembarnomor1turunnaik.“Baik!Kamiterima

tawaran Pangeran Matahari. Tapi kami inginkan dirimu sekarang juga! Tidak

setelah urusan selesai!”

“Kalian boleh tidak percaya pada Pangeran Mata hari. Tapi aku tidak

berdusta akan menyerahkan diriku untuk kalian! Aku belum pernah melihat

delapanoranggagahsepertikalian.Akubelumpernahmerasakan...”

Tokoh Kembar nomor 4 tiba-tiba melompat ke depan hendak merangkul si

gadis penuh nafsu.

“Kalau kalian berlaku kurang ajar terpaksa aku meninggalkan tempat ini!

Kalianakanmenyesaldankecewabesar!”katasigadisserayaangkattangan

kirinya dan mendorong ke depan. Gerakan Tokoh Kembar nomor 4 tertahan.

Tubuhnya laksana didorong oleh satu tembok kokoh hingga ke dua kakinya

bergetar ketika berusaha bertahan. Walau berhasil menolak niat keji orang

namun diam-diam gadis berbaju biru itu merasa ngeri. Kalau semua lelaki botak

di sekelilingnya tidak dapat mengendalikan nafsunya, celakalah dirinya.

“Baik!”tiba

-tibatokohnomor1kembalimembukasuara.“Kamipercayapada

janjimu.Tapiuntukmeyakinkankamiterpaksamemintamumenelansesuatu!”

“Menelanapa?!”tanyasigadis.Dadanyamendadakberdebar.

“Obat. Obat ini baru bekerja dua hari setelah hari sepuluh bulan sepuluh.

Jika kau mendustai kami kau akan menemui ajal! Tapi kalau tidak kami akan

memberikanpenangkalnya!”

Tengkuk gadis berbaju biru menjadi dingin mendengar ucapan Tokoh

Kembar nomor 1 itu.

“Bidadari!Mengapakauterdiam?!”sibungsunomor8bertanya.“Jikakau

tidak menerima aturan kami berarti memang kau datang ke sini dengan maksud

licik!”

“Kalaubegitubiartubuhnyakitapesiangisekarangjuga!”katasibotaknomor

2 seraya maju mendekati si gadis.

Gadis yang terkurung di tengah-tengahsunggingkansenyum lebar.“Tadi

sudah kubilang aku suka kalian... Kalian tuan rumah di sini. Aku harus

menerimaaturanyangkalianbuat.Manaobatitu!Baru saja si gadis bertanya si botak nomor 1 jentikkan jari-jari tangan

kanannya. Sebuah benda hitam seujung jari kelingking melesat. Sebelum gadis

itu sempat mengelak benda itu telah masuk ke dalam mulutnya langsung

tertelan!

“Nah urusan pertama sudah selesai! Sekarang katakan ke mana kami harus

mengikutimu?”bertanya Tokoh Kembar nomor 1.

“Pengandarancukupjauhdarisini.Harisepuluhbulansepuluhhanyatinggal

beberapaharisaja.Sebaiknyakitasegeramenujukesana,”menjawabgadis

baju biru.

“Bagus, kalau begitu aku akan jalan duluan Kau berikutnya dan saudara

saudarakumenyusuldibelakang!”

“Tunggu...”katasigadis.

Delapan Tokoh Kembar yang siap berkelebat urungkan gerakan mereka.

“Adaapa?”tanyasinomorsatudenganpandanganmatamenyelidik.

“Saat ini kepalaku masih pusing akibat jurus Meroboh Langit Membuncah

Bumi yang kalian mainkan tadi! Kalau boleh aku minta tolong, harap ada

seseorangyangmenolongmenggendongkumembawakeseberang...”

Delapan Tokoh Silat serentak sama-sama maju berebut rejeki. Si gadis

memandangberkelilingsambiltersenyum.“Aku memilih saudara kalian yang

nomor4!”katanya.

Si botak nomor 4 tertawa bergelak sambil acung-acungkan tangan

kanannya. Tujuh saudaranya tampak kecewa. Si gadis langsung saja

sandarkan dirinya ke dada si nomor 4. Tidak tunggu lebih lama lelaki ini segera

menggendong gadis cantik jelita yang harum tubuhnya menimbulkan

rangsangan. Si gadis sebenarnya hanya berpura-pura. Sejak adi dia tahu di

antara Delapan Tokoh Kembar itu, yang. nomor empat adalah yang paling

bernafsu terhadap dirinya.

Selagi berada dalam gendongan dan si nomor 4 itu melompat dari satu ujung

bambu ke ujung lainnya gadis berbaju biru berbisik. “Kau tahu, kau adalah yang

paling gagah dan kekar di antara saudara-saudaramu. Jika ada kesempatan

aku ingin berdua-duaansajadenganmu...”

Si botak berangka 4 ini menyeringai. Cuping hidungnya langsung

mengembang dan darahnya, menjadi panas. Jangan khawatir, aku akan

mencarikesempatan...”

“Ah,bahagiasekalirasanyamembayangkanberdua

-dua denganmu. Aku

suka lelaki gagah dan kuat sepertimu. Kau pasti sanggup bercumbu berlamalama...”

“Apa maumu akan kuturuti. Kau mau kucumbu, satu hari satu malam tidak

ada masalah. Sampai tiga hari tiga malam pun akan kulayani”jawab si nomor

4. Lalu tangan kirinya bergerak mengelus bagian belakang tubuh si gadis.

“Ah,aku benar-benar bahagia menemui seorang lelaki jantan sepertimu.

Namunakupunyasatusyarat...”katasigadissambilbalasmembelaitengkuk

si nomor 4 ini.

Sebutkan saja apa yang harus kulakukan. Kukira malam ini kita bisa

memisahkan diri dengan mereka...”

“Berikan padaku obat penangkal racun yang tadi dimasukkan kakakmu ke

dalammulutku...Ah,itu!”suara sinomor4 setengah mengeluh.Aku tidakpunya obat

penangkal itu. Yang memiliki hanya kakak sulungku si nomor 1 itu...”

“Aku tahu. Tapi kau pasti mampu mencurinya!”tekan si gadis seraya kembali

mengusap tengkuk si botak nomor 4 itu.

Kepala kuning si nomor 4 menggeleng. “Tidakmungkin,”katanya.“Kakakku

menyimpan obat penangkal itu di dalam mulutnya. Ditempelkan ke langit-langit

diataslidahnya...”

“Jahanam!”makigadisbajubiru.Sayangsekalikalaubegitu.Ternyatakau

tidak sejantan yang aku duga. Lepaskan diriku! Akusanggupberjalansendiri...”

Gadis baju biru lepaskan dirinya dari dukungan si nomor 4. Tubuhnya

melesat ke udara dan sesaat kemudian tampak dia berada di belakang Tokoh

Kembar nomor 3, melompat dari ujung bambu satu ke ujung bambu lainnya,

berkelebat menuju ke tepi danau


SEPULUH


HARI delapan bulan sepuluh, Makhluk Pembawa Bala masih mendekam di

dalam lobang batu. Tak jauh dari lobang batu Si Muka Bangkai alias Si Muka

Mayat duduk bersila terbungkuk bungkuk di alas satu gundukan batu karang.

Sejak tadi malam dia melakukan samadi dan merencana baru akan

menyelesaikan samadinya sebelum matahari terbit pada hari sepuluh. Saat itu

rambutnya yang putih panjang kelihatan bergoyang-goyang. Bukan oleh tiupan

angin teluk tetapi oleh kekuatan dahsyat yang keluar dari tubuhnya. Tak lama

kemudian kepulan asap tipis berwarna kebiruan tampak mengepul keluar dari

batok kepalanya! Ini satu pertanda bahwa orang tua guru Pangeran Matahari ini

memiliki satu kekuatan hebat di dalam tubuhnya.

Namun agaknya Si Muka Bangkai tidak akan mampu meneruskan

samadinya. Dari arah teluk mendadak lapat-lapat terdengar suara orang

menangis. Suara tangis itu walaupun datang dari jauh tetapi mengiang masuk

ke telinga dua orang yang ada di bukit batu karang di mana menancap bendera

besar warna hitam. Bagaimana pun Makhluk Pembawa Bala dan Si Muka

Bangkai menutup jalan pendengarannya tetap saja telinganya seperti tersentaksentak.

Si Muka Bangkai buka sepasang matanya. Mulutnya memaki.

“Jahanam!MakhlukPembawaBala,kaudengarsuaraorangmenangisitu?!”

“Akudengarsobatku!”jawabMakhlukPembawaBala.Tubuhnyamasihsaja

mendekam dalam lobang dan kepalanya mendongak ke arah langit.

“Belum sampai hari sepuluh bulan sepuluh. Sudah ada orang yang minta

mampus! Makhluk Pembawa Bala, aku minta kau menyelidik siapa adanya

orang itu! Kalau teman harap diberi nasihat agar jangan mengganggu dan

minta dia datang bergabung di sini. Kalau musuh kau tahu apa yang harus kau

perbuat!”

“Aku cukup tahu sobatku!”kata Makhluk Pembawa Bala pula dengan

suaranya yang sember.

“Apa?!”tanyaSiMukaBangkai.

“Membunuhnya!’

Si Muka Bangkai tertawa bergelak. Makhluk Pembawa Bala goyangkan

kepalanya yang ditancapi kayu. Lalu tubuhnya melesat keluar dari dalam

lobang batu karang. Di udara dia berjumpalitan tiga kali berturut-turut. Pada

gerakan berikutnya sepasang kakinya yang hanya merupakan tulang-tulang

menghitam menjejak kaki di batu karang. Dia mendongak ke langit. Lalu

berkata.“Dua telingaku memang sumplung!Tapipendengaranku takbisa

ditipu! Yang menangis itu seorang lelaki tua! Dia berada di teluk! Sobatku Muka

Bangkai. Kau tunggu di sini. Aku tak bakal lama!”

“Hati

-hati bergerak! Jangan sampai tubuhmu cerai-berai oleh senjata rahasia

yangkaupasangsendiri!”memperingatkanSiMukaBangkai.

Makhluk Pembawa Bala ganda tertawa. “Aku tahu setiap sudut di mana

senjatarahasiaitukupasang!Takperlukawatir!Habis berkata begitu Makhluk Pembawa Balai berkelebat menuruni bukit

karang. Tak lama kemudian dia sudah sampai di teluk. Sebuah perahu kecil

kelihatan terdampar di atas pasir pantai teluk Penanjung. Mata Makhluk

Pembawa Bala yang cuma satu dan melesak ke dalam sesaat berputar-putar.

Lalu dengan gerakan cepat dia berkelebat menuju perahu.

Di atas perahu duduk seorang kakek mengenakan pakaian selempang kain

putih. Kulitnya hitam legam. Rambutnya digulung dan dikonde di atas kepala.

Sepasang alis matanya panjang hitam, menjulai sampai ke pipi. Orang tua

inilah yang ternyata tengah menangis tersedu-sedu sedih sekali.

Untuk beberapa lamanya Makhluk Pembawa Bala tegak memperhatikan.

“Hemm….!Aku rasa-rasanya pernah mendengar dajal yang punya ciri-ciri

seperti dia!”simakhlukmembatin.Laludiamembentak“Orang gila! Siapa kau!

Mengapakaumenangisdisini?!”

Suara tangisan serta merta lenyap. Kakek di atas perahu palingkan

kepalanya pada Makhluk Pembawa Bala. “Huk...huk...huk...”diaterisak

-isak

beberapa kali. Matanya berputar-putar, sebentar menatap ke langit sebentar

menatap pada sosok mengerikan Makhluk Pembawa Bala. Tangan kirinya

diangkat. Ibu jarinya ditudingkan tepat-tepat ke hidung gerumpung Makhluk

PembawaBala.“Kau...”desissikakek.Lalusuaratangisnya meledak kembali.

Sambil menangis dia mengeluarkan ratapan aneh.

“Akumelihatlangit...Hik...hik...hik...Uhhhhsedihnyadunia...Akumelihat

laut... Hik... hik! Aduh biung sedihnya dunia... Aku melihat bukit-bukit karang...

Hemmm... hik... hik... Uhhhh...Sedihnya dunia!Aku melihatkau!Uhhh...”

Kakek di atas perahu kembali menuding ke arah Makhluk Pembawa Bala lalu

meratap keras. “Aku melihat darah... darah... Sedih... sedih sekali! Aku melihat

maut gentayangan... Dan kau... Kau bakal anak manusia yang akan mampus

pertama kali di tempat ini! Hik... hik... hik! Sedihnya dunia... Aku sedih... Aku

sedih!”Orang tua di atas perahu lantas menangis melolong-lolong.

“Tuabangkajahanam!”teriak Makhluk Pembawa Bala marah sekali. Dia

menggembor keras. Lalu melompat setinggi satu tombak. Di udara dia

berjungkir balik. Ketika melayang turun kaki kanannya yang hangus hitam

melesat ke arah si tua aneh yang menangis dalam perahu.

“Akusedih...akusedih...”Orangdalam perahumasihterusmenangisdan

meratap. Lalu tiba-tiba tubuhnya rubuh sama rata dengan lantai perahu. “Aku

sedih...Akusedih...!”

Wuuuttt!

Tendangan Makhluk Pembawa Bala yang sanggup menghancurkan kepala

kerbau itu lewat menghantam angin.

“Bangsatrendah

! Jangan mengira bisa lolos untuk ke dua kali!”

Hampir tubuhnya menyentuh air laut Makhluk Pembawa Bala kembali

melesat ke atas. Kini tubuhnya kelihatan seolah terbang satu jengkal di atas

permukaan air laut. Sesaat kemudian.

Braakk!

Perahu kayu itu hancur berkeping-keping dihantam tumit kanan Makhluk

Pembawa Bala lalu tenggelam masuk ke dalam laut.

“Mampuskausekarang!”ujarsimakhluk.“Sebentar lagi mayatmu akan

mengambangdipermukaanlaut!”Diamengiraorangtuadalam perahuikut

tenggelam bersama hancuran debu.Aku melihat laut... aku melihat darah! Hik… hik... hik! Uhh Aku sedih.

Sedihnya dunia...! Aku sedih... Aku sedih!”

Makhluk Pembawa Bala tersentak kaget dan cepat berpaling. Orang tua

yang disangkanya sudah hancur dan mati tenggelam di dalam air laut ternyata

kini kelihatan duduk di satu gundukan batu karang yang banyak bertebaran di

teluk! Dan meneruskan tangisnya!.

“Akusedih...Akusedih...”

“Manusiaiblis!”kertakMakhlukPembawaBala.Duakalimelompatdiasudah

sampaidihadapanorangtuaberselempangkainputihitu.“Tamatriwayatmu

sekarang!”TeriakMakhlukPembawaBala.Tubuhnyamelesatkeudara.Kaki

kanannya membabat ke arah tenggorokan orang tua yang tengah menangis.

“MakhlukPembawa Bala!Tahan seranganmu!”Tiba

-tiba satu bayangan

putih berkelebat. Makhluk Pembawa Bala terdorong ke belakang beberapa

langkah. Dia menggembor keras dan hendak menggebut. Tapi batalkan niatnya

ketika melihat yang barusan menghalanginya adalah Si Muka Bangkai alias Si

Muka Mayat.

“Sobatku!Apa kau sudah berubah ingatan hingga menghalangiaku

menghajar pengacau itu?!”teriak Makhluk Pembawa Bala. Matanya yang

tinggal satu dan melesak ke dalam berputar-putar mengerikan.

Tenggorokannya yang robek bergerak-gerak hingga darah busuk kembali

mengucur.

“Jangantolol!Kautidaktahutengahberhadapandengansiapa!”bentakSi

Muka Bangkai.

“Eh,memangnyaorangtuagilaitusiapa...?”Suara Makhluk Pembawa Bala

agak merendah sekarang.

“Dia adalah sahabatyangakan membantu kita!Diatokohbesardunia

persilatan. Pasang baik-baik dua telingamu yang sumplung! Dia adalah tokoh

hebatdanterhormatDewaSedih!”

DaritenggorokanMakhlukPembawaBalakeluarsuaratercekat.“Celaka,

aku memang sudah sering mendengar nama besar manusia aneh ini. Tapi tidak

pernahbertemu.Jadimanaakubisamengenal!”membatinMakhlukPembawa

Bala. Lalu cepat-cepatdiamendekatSiMukaBangkaidanberbisik.“Kau

aturlah urusan dengan dia agar tidak jadi kapiran!

Takusahkawatir,akubisamembujukoranggilasatuini!”jawabSiMuka

Bangkai. Lalu dia melangkah mendekati Dewa Sedih yang duduk di atas batu.

Sambil menjura dalam-dalam hingga mukanya hampir menyentuh lutut orang

dia berkata setengah meratap.

“Sobatku paduka dewa segala dewa yang aku panggildengan julukan

hormat Dewa Sedih, sedih hatimu melihat langit, lebih sedih lagi hatiku! Sedih

hatimu melihat laut, lebih sedih lagi hatiku! Hik... hik... Sedih hatimu melihat

bukit karang, aku terlebih sedih melihat Dunia penuh kesedihan hik... hik...

hik...”SiMukaBangkaikeluarkansuarasesenggukanlaluseolahmengiringi

Dewa Sedih dia pun ikut menangis dan meratap.

Tiba-tiba Dewa Sedih hentikan tangis. Sambi! mengusut kedua matanya

dengan belakang telapak tangan dia menatap kearah Si Muka Bangkai. Lalu

dari mulutnya terdengar pertanyaan.

“Mayat hidup, siapakah kau yang lebih pandai menangis dari padaku? Hik...

hik!“Paduka yang terhormat Dewa Sedih, lama tak bersua menyebabkan lupa.

lama tidak bertemu menyebabkan mata menjadi semu. Aku yang rendah tiada

lain adalah sahabat lamamu Si Muka Bangkai alias Si Muka Mayat. Harap

dimaafkan kalau aku tidak menyambut kedatanganmu sebagaimana mustinya!

Tapi ketahuilah kau adalah tamu pertamaku di Pangandaran ini. Penghormatan

terbesarakuberikanpadamu...”

“Hernmm...Hik...hik!”DewaSedihmengangguksedikitlalusesenggukan

lagi. Dia berpaling ke arah Makhluk Pembawa Bala. Sobatku Muka Bangkai,

siapakahsundalyangtubuhnyamenebarbaubusukini?!”

Dalam hati Makhluk Pembawa Bala menggeram dipanggil sebagai sundal.

Namun karena sudah tahu gelagat dia terpaksa berdiam diri saja walau

matanya yang cuma satu kelihatan berkilat menahan amarah.

“Sobatku,kautakperlumengacuhkandirinya...”

“Kau tahu Muka Bangkai Aku sedih melihatnya... Aku ingin menangis.

Kasihandia...Huk...huk...”LaluDewaSedihmeraungdanmenangispanjang.

“Kasihan bagaimana maksudmu sobatku Dewa Sedih?”tanya SiMuka

Bangkai pula.

“Dia... dia... akan jadi korban pertama pada hari sepuluh bulan sepuluh! Hik...

hik!”

Paras pucat Si Muka Bangkai jadi bertambah pucat. Dia melirik sekilas ke

arah Makhluk Pembawa Bala dan melihat bagaimana muka angker manusia itu

mengelam dan tubuhnya bergetar karena menindih amarah.

“SobatkuDewaSedih,udaraditempatinikurangbaik.Anginkencangdan

hawa laut menebar garam yang bisa menyesakkan pernafasan. Mari ikut aku

ke puncak bukit karang sana. Sambil menunggu hari ke sepuluh ada baiknya

kita menghabiskan waktu berbincang-bincangbertukarpikiran...”

Si Muka Bangkai tersenyum dan ulurkan tangannya memegang lengan

Dewa Sedih.

“Uhh... hik... hik! Hatiku sedih... Aku sedih... Aku melihat darah... aku

sedih…!Aku sedih! Teluk Penanjung akan geger Pengandaran akan geger!

Dunia persilatan akan geger! Aku sedih dalam semua kegegeran itu! Hik... hik...

hik.”Sambilberjalan,mengikutiSiMuka Bangkaiorang tua itu kembali

menangis dan meratap


SEBELAS


HARI sembilan bulan sepuluh. Dua penunggang kuda bersipacu cepat

memasuki Penanjung dari arah utara. Lima tombak sebelum memasuki alur

teluk yang diapit oleh dua gugusan bukit karang mereka menghentikan kuda

masing-masing. Saat itu matahari sedang terik-teriknya. Sambil menadangkan

tangan di depan kening menangkis silaunya matahari mereka memandang

berkeliling.

“Adabenderahitamdipuncakbukitkarangsebelahbarat”kata penunggang

kuda sebelah kanan.“Sesuaipetunjuk itu adalah tanda bukit tempat

berkumpulnya orang-orang Pangeran Matahari! Jadi kita harus segera menuju

kesana!”

“Menurutmu apakah Pangeran Matahari sudah berada di sana saat ini?”

tanya orang di sebelah kanan.

“Tidakbisa kuduga sebelum kita sampaidisana. Kalaupun dia belum

datang, kita harus menunggu sampai dia muncul!

“Terusterangakukawatir

. Apakah dia segera akan menghabisi kita begitu

bertemu muka?!”

Kawan sipenanya menggeleng.“Dalam urusan besar begini rupa dia

membutuhkan kita. Kita tidak usah malu dan takut minta ampun padanya

karena kita telah menipunya. Aku akan katakan bahwa kita berdua bersedia

menyabung nyawa menghadapi orang-orang golongan putih demi menebus

kesalahan kita tempo hari. Menipunya dengan kepala Pendekar 212

bohongan!”

“Kalau begitu katamu aku mengikut saja. Tapi hati-hatilah! Sang Pangeran

adalah manusia segala akal segala licik!”

Ke dua orang itu lantas melanjutkan perjalanan menuju bukit karang sebelah

kanan di mana tampak berkibar sehelai bendera hitam besar. Ketika mencapai

puncak bukit di satu tempat mereka dikejutkan oleh satu bentakan dahsyat.

“Tidakbolehadabinatangmengotoripuncakbukitkarangini!”

Wuuttt!

Wuttt!

Dua gelombang angin laksana prahara menghantam Dua penunggang kuda

berseru keras dan cepat melompat selamatkan diri. Kuda-kuda tunggangan

mereka meringkik keras. Dua ekor binatang itu kelihatan terlempar. Dari perut

mereka yang jebol berbusaian usus dan bermuncratan darah. Binatangbinatang yang malang ini akhirnya amblas masuk ke dalam laut.

Keheningan hanya terjadi seketika. Sesaat kemudian terdengar suara

mengekeh ramai sekali. Ada dua orang yang tertawa! Mereka bukan lain adalah

Si Muka Bangkai dan Makhluk Pembawa Bala. Ketika suara kekehan lenyap,

mendadak terdengar suara orang meratapi.

“SobatkuElang Setan, jangan-jangankitadatangketempatyangsalah!”

berkata lelaki tinggi besar di sebelah kanan. Orang ini mengenakan jubah

hitam, mata sebelah kanan mendelik besar sedang mata kiri tertutup seolah

terpejam. Kepala sebelah kanan berambut lebat sebaliknya yang kiri sudah

plontos. Ditambah dengan brewok cambang bawuk serta tiga guratan aneh di

keningnya manusia ini sungguh mengerikan untuk dipandang. Dia bukan lain

adalah Tiga Bayangan Setan. Momok golongan hitam yang bersama saudara

angkat darahnya berjuluk Elang Setan merupakan makhluk-makhluk ditakuti

dan menjadi musuh besar orang-orang golongan putih.

“Dua manusia berwajah setan!”Tiba

-tiba ada suara berseru dari puncak

bukit karang. “Teruskan langkah kalian ke puncak sini. Kalian tidak datang ke

tempat yang salah! Ini adalah tempat yang besok akan menjadi tempat

pembantaian para tokoh silat golongan putih!”

Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan saling berpandangan. Baru saja

mereka hendak melangkah tiba-tiba di atas bukit sana terdengar suara orang

menangis!

“Jahanam!Apayangkitatakutkan!”kertakTigaBayanganSetan.“Ayo!”

Dua orang itu lalu berkelebat dan sesaat kemudian keduanya sudah berada

di puncak bukit karang. Di situ mereka melihat tiga orang yang membuat

mereka jadi kerenyitkan kening karena merasa aneh dan juga ngeri!

Orang pertama hanya kepalanya saja yang terlihat. Sebatas leher ke bawah

tenggelam dalam lobang batu. Kepalanya ditancapi sebatang kayu. Mukanya

yang seram tertutup darah kering. Bau busuk yang bukan alang kepalang

membersit dari kepala dan tubuhnya.

Orang kedua seorang kakek berselempang kain putih yang rambutnya

dikonde di atas kepala, duduk di atas gundukan batu karang dan menangis

tiada henti. Orang ke tiga kakek bungkuk bermuka seperti mayat hidup.

“Kalianinisiapa?!’membentakElangSetan.Diamenutuphidungnyadengan

belakang telapak tangan kiri. Tidak tahan oleh bau busuk yang keluar dari

tubuh dan kepala Makhluk Pembawa Bala.

“Manusia

-manusia setan tidak tahu peradatan! Kami yang layak bertanya

siapa kalian!”

Elang Setan mendengus sedang Tiga Bayangan Setan menyeringai dan

meludahketanah.“Sobatku,kauberitahusajasiapakitaagartuabangka

bungkuk ini tahu diri!”

Elang Setan yang mengenakan pakaian tebal dekil dan rombeng busungkan

dada dan angkat ke dua tangannyayangberbentukcakarelangkeatas.“Aku

dikenal dengan julukan Elang Setan. Saudaraku ini menyandang gelar Tiga

BayanganSetan!”

“Hemm…!Julukan-julukan bagus?”memuji kakek bungkuk lalu tertawa

mengekeh.

“Akumelihatlangit...Akusedih...hik...hik... hik! Aku melihat laut... Aku

sedih...! Aku melihat bukit karang... Ooo sedihnya dunia! Aku sedih... Hik...

hik...hik!”Tiba

-tiba Dewa Sedih meratap keras membuat Tiga Bayangan Setan

dan Elang Setan palingkan kepala dan mendelikkan mata.

Belum pernah aku melihat orang yang gilanya macam begini! kata Tiga

Bayangan Setan.

“Mulutnyapantasdisumpal!”tukasElangSetan

!

“Pantatnyasekalian!”sambungTigaBayanganSetan.Lalukeduaorangini

tertawa gelak-gelak.

Hekk!

Hekk!

Suara tawa ke dua orang itu mendadak sontak lenyap. Keduanya pegangi

leher masing-masing yang seperti dicekik oleh tangan-tangan yang tidak

kelihatan.

“Aku sedih... hik... hik... hik! Aku melihat dua makhluk biadab... Datang

mencari mati! Hari sepuluh bulan sepuluh! Di langit malaikat sudah mengukir

nyawamereka!Oo...dunia!Akusedih...Hik...hik...hik!”

Dewa Sedih meratap berhiba-hiba. Sambil menangis jari telunjuk tangan

kanannya diarahkan lurus-lurus ke leher Tiga Bayangan Setan dan Elang

Setan. Saat itu muka-muka seram ke dua orang itu telah membiru. Nafas

mereka menyesak. Mereka menggapai-gapai berusaha melepaskan cekikan

tangan yang tidak kelihatan.

Perlahan-lahan Dewa Sedih turunkan ke dua tangannya ke bawah hingga

menyentuh batu di depan kakinya. Bersamaan dengan itu pula kepala Tiga

Bayangan Setan dan Elang Setan seolah ditarik oleh satu kekuatan dahsyat

ikut rebah ke batu.

“Bersujud... bersujud... Nah bagus... bagus! Hik... hik! Kalian telah mencium

tanah daerah kematian kalian! Hik... hik... hik. Aku sedih... benar-benar

sedih...!”

Perlahan-lahan Dewa Sedih tarik tangannya. Bersamaan dengan itu tubuh

Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan bergelimpangan di atas batu karang.

Cekikan pada leher masing-masing lenyap secara aneh. Megap-megap

keduanya bangkit berdiri.

Tiga Bayangan Setan memandang dengan mata menyorot pada Dewa Sedih

yang kembali meratap. Mulutnya berkomat-kamit. Tiba-tiba Tiga Bayangan

Setan kepalkan kedua tinjunya lalu diadu satu sama lain. Tiga guratan di

keningnya mengeluarkan kilatan-kilatan aneh. Dari mulut manusia ini kemudian

keluar bentakan garang.

“Bunuh!”

Tiga kepulan asap putih kelabu melesat keluar dari kepala Tiga Bayangan

Setan. Si kakek yang sudah tahu ilmu andalan lawan, sebelum kepulan asap

kelabu berubah menjadi tiga momok yang menakutkan segera dorongkan

tangan. Tubuh Tiga Bayangan Setan terjungkal jatuh duduk.

“Anjingtaktahudiri!Kaukirakauberhadapandengansiapasaatini?!”

bentak si bungkuk.

“Setanalas!Memangnyakausiapa?!”balasmenghardikTigaBayangan

Setan. Karena jampai-jampai yang dirapalnya tidak keterusan maka kepulan

asap di kepala pupus sirna.

“AkuSiMukaBangkaialiasSiMukaMayat!GuruPangeranMatahari!”

Mendengar ucapan itu. Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan menjadi

geger. Langsung tampang setan dua manusia di depan kakek bungkuk menjadi

berubah. Tiga Bayangan Setan cepat bangkit. Elang Setan segera jatuhkan diri.

Keduanya terus membual gerakan seperti menyembah.

“Harap dimaafkan dan mohon ampunanmu! Kami berdua tidak pernah

mengenalmu. Kami sendiri adalah teman-teman Pangeran Matahari. Kami

datang ke sini untuk menemuinya. Kami yang tidak punya kepandaian apa-apa

ini ingin menyumbangkan sedikit tenaga membantunya menghadapi musuhmusuhnyapadaharisepuluhbesok...Si Muka Bangkai terdiam sesaat. Bola matanya yang berada dalam rongga

mata dan pipi sangat cekung tanpa daging berputar liar. Lalu meledak tawa dari

mulutnya.“Muridku belum datang.Tapiaku mewakilinya untukmenerima

kedatangan kalian!”SiMuka Bangkai kembali tertawabergelak.DewaSedih

semakin keras sementara Makhluk Pembawa Bala mendongak ke langit,

mengeluarkan suara menggembor


DUA BELAS


 HARI sembilan bulan sepuluh malam hari. Langit gelap menghitam. Tak ada

bulan bahkan bintang-bintang pun seolah takut menampakkan diri. Angin dari

teluk bertiup kencang dan dingin, membuat bendera hitam yang menancap di

puncak bukit karang Pangandaran berkibar-kibar mengeluarkan suara angker.

Dalam kegelapan malam, laksana setan-setan bergentayangan tampak

berkelebat sosok-sosok tubuh manusia. Ada yang bergerak seorang diri, ada

yang berteman satu dua orang. Mereka datang dan muncul dari berbagai

jurusan. Begitu sampai di teluk mereka berkelebat memilih salah satu dari dua

puncak bukit karang sebagai tujuan. Satu kali terdengar suara aneh. Suara

gemeletak roda-roda yang berputar perlahan. Lalu melengking ringkikan kuda.

Seolah membangunkan makhluk lainnya, suara ringkikan itu disambut oleh

suara lolongan anjing dan suara berbagai binatang malam lainnya.

Malam merayap tenang dan sunyi. Sesekali terusik oleh debur ombak besar

yang memecah di pantai teluk. Dibalik ketenangan dan kesunyian itu sosoksosok tubuh yang berkelebat menyelinap me¬nuju puncak dua bukit karang

diam-diam merasakan adanya satu ketegangan menggantungan di udara

malam yang hitam pekat dan dingin. Datangnya pagi sekali ini terasa lama dan

seolah menunggu sesuatu yang menakutkan!

Hari sepuluh bulan sepuluh akhirnya datang!

Beberapa saat sebelum sang surya muncul di timur di puncak bukit karang

sebelah timur yaitu di mana menancap bendera hitam sekonyong-konyong

terdengar suara aneh. Dikatakan terompet bukannya terompet. Diduga sebagai

suara seruling juga bukan. Suara itu mengalun perlahan, tapi menggetarkan

telinga siapa saja yang mendengar, mencekam hati dan membuat bulu tengkuk

berdiri.

Perlahan-lahan langit di timur tampak kekuningan. Air laut laksana disepuh

sinar keemasan yang saat demi saat berubah menjadi putih. Matahari terbit

sudah. Dalam terangnya udara pagi ini segala sesuatunya terlihat dengan jelas.

Dan tampaklah satu pemandangan luar biasa.

Di bukit karang sebelah barat, tepat di bawah kibaran bendera hitam tegak

seorang lelaki gemuk pendek. Mukanya seram dan tambah seram karena

warnanya yang merah gelap. Pada cuping hidungnya sebelah kiri mencantel

sebuah anting terbuat dari akar bahar. Dia tidak mengenakan baju hingga dada

dan perutnya yang gemuk berlemak dan juga berwarna merah kelihatan

bergoyang-goyang. Orang ini tegak mendongak langit. Di mulutnya ada sebuah

kendi yang bagian bawahnya diberi berlobang. Kendi yang ditiup si gemuk

pendek inilah ternyata yang mengeluarkan suara aneh. Karena di dalam kendi

terdapat cairan minuman keras maka alunan suara terdengar naik turun

menyengat telinga! Orang ini memakai sebuah ikat pinggang besar. Dua belas

kendi berisi minuman keras bergelantungan seputar ikat pinggang. Dari rambut

sampai ke kaki si gemuk pendek ini menebar bau minuman keras.Di belakang si gemuk pendek yang meniup kendi terletak lima buah gentong

besar berisi tuak. Di samping si gemuk tegak Elang Setan memegang sebuah

gayung. Sekali-sekali gayung dipakainya untuk menciduk tuak dalam gentong

lalu diguyurkan ke kepala si gemuk. Semakin sering minuman keras itu

diguyurkan semakin keras tiupan kendi! Di samping kanan Elang Setan

tegaklah saudaranya yaitu Tiga Bayangan Setan dengan mata jelalatan kian

kemari.

Satu bayangan hitam berkelebat. Tiupan kendi si gemuk mencuat laksana

mau merobek langit.

“Pangerandatang!”Seseorangberseru.

Si gemuk pendek merah segera berhenti meniup kendi. Dia berputar lalu

melangkah mendekati sebuah gentong. Enak saja kemudian dia mencelupkan

kepalanya ke dalam gentong berisi minuman keras itu. Dia tidak hanya

membasahi kepala tapi juga mereguk tuak keras itu selahap-lahapnya

Seorang pemuda bertubuh tinggi kekar, berikat kepala merah, mengenakan

pakaian serba hitam lengkap dengan mantel tegak dengan kaki direnggangkan

dan dua tangan di pinggang. Tampangnya keren tapi penuh keangkuhan dan

tak dapat menyembunyikan kelicikan yang menjadi sifatnya mendarah daging.

Ketika angin teluk menyingkapkan mantel hitamnya, di pinggang pemuda ini

kelihatan terselip Kapak Maut Naga Geni 212.

Begitu mengetahui siapa yang datang Tiga Bayangan Setan dan Elang

Setan segera mendatangi dan jatuhkan diri.

“Pangeran!Kamidatangkemariuntukmintaampunandarimu!”kata Tiga

Bayangan Setan.

Elang Setan lalu menyambung.“Jika diperkenankan kamiingin ikut

menyabung nyawa membunuh musuh-musuhmu. Hitung-hitung sebagai

penebusdosamendustaimutempohari”

Pangeran Matahari melihat pun tidak kepada kedua orang itu. Kaki kanannya

diangkat. Tumitnya diletakkan di kening Tiga Bayangan Setan lalu didorongnya

hingga orang ini terjengkang menggeletak. Hal yang sama dilakukannya pada

Elang Setan. “Kalian kuampuni! Tapi setelah urusan hari sepuluh bulan sepuluh

ini selesai, aku minta kalian dengan suka rela menyerahkan jantung masingmasing padaku!”

“Pangeran!”seru Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan berbarengan.

“Jangan banyak mulut! Atau kau ingin aku mempercepat kematian kalian?!

bentak Pangeran Matahari.

Tiga Bayangan Setan dan Elang Setan beringsut mundur.

Pangeran Matahari memandang ke arah bukit karang di sebelah barat.

Seseorang melangkah mendekatinya. Tanpa menoleh Pangeran Matahari

sudah tahu siapa yang datang. Maka dia pun berkata.

“Guru, terima kasih kau mau datang!”

“Aku dan teman

-teman sengaja datang duluan. Untuk mengatur segala

sesuatunya.Membuatmulusjalanmumenjadirajadirajaduniapersilatan!”

“Sekali lagi terima kasih. Aku ingin tahu siapa saja teman-temankitaitu!”

“Kausudahmelihatsipeniupsangkakala tadi. Iblis Pemabuk! Dia salah satu

andalan kita! Tidak percuma kita susah payah mengirimkan lima gentong besar

berisituakkerasitukesini!”Sangguru yaitu SiMukaBangkai tertawabergelak

Pangeran Matahari hanya sunggingkan seringai lalu berkata. “Yang lainlainnya siapa?!”

Si Muka Bangkai angkat tangan kanannya tinggi-tinggi lalu tukikkan

kepalanya ke arah lereng bukit karang di sebelah bawahnya. “Teman-teman!

Harap perlihatkan dirimu pada Pangeran Matahari!”

Saat itu juga dari balik gundukan batu-batu karang di lereng bukit sebelah

bawah bermunculan sepuluh sosok tubuh. Dua perempuan dan delapan orang

lelaki. Yang menarik adalah delapan lelaki ini. Mereka semua mengenakan

jubah merah darah. Kepala mereka yang botak licin dicat kuning. Tepat pada

ubun-ubun masing-masing tergurat dengan cat hitam angka 1 sampai 8. Yang

luar biasanya mereka memiliki wajah sama semua!

“Delapan Tokoh Kembar...”desis Pangeran Mataharidengan senyum

dikulum. “Hemm...”Diaberpalingkekirikearahgundukanbatukaranglancip di

mana berdiri seorang gadis berpakaian serba biru berambut pirang panjang

yang melambai-lambaiditiupanginteluk.“DiaberhasilmembujukDelapan

Tokoh Kembar dan membawanya ke mari. Kematiannya kelak akan kupilihkan

yang paling tidak menyakitkan...”SangPangeranlalupalingkankepalanyake

jurusan kanan. Di situ tegak seorang dara berpakaian merah, membekal

sebuahbungkusanberisitujuhbuahpayung.“Hemm...Yangsatuinisungguh

tidak terduga! Ini bakal menambah kegegeran di Pangandaran! Hemmm... apa

yang membuatnya memilih berada di pihakku? Aku akan membalas jasanya

dengan kenikmatan...” Kembalisenyum tersungging dimulutPangeran

Matahari.DiaberpalingpadaSiMukaBangkai.“Guru,jadiinisemuateman

-

temankita?”

“Masih ada satu lagi Muridku!Biarakupanggil!”SiMukaBangkaimenoleh

ke belakang lalu berseru. “Sobatku,harapkausukakeluardaridalamlobang!”

Baru saja seruan kakek bungkuk itu lenyap sesosok tubuh yang menyebar

bau busuk melesat di udara, jungkir balik dua kali berturut-turut lalu settt. Dia

tegak di hadapan Pangeran Matahari dengan segala keseramannya. Dia bukan

lain adalah Makhluk Pembawa Bala.

“Tokohbesarmahagagah!”berkataPangeranMatahari.Satukehormatan

bagiku kau berada di pihakku. Kelak aku akan memberikan satu jabatan tinggi

padamujikaakusudahberadaditampuktertinggirimbapersilatan...”

“Terima kasih Pangeran!”kata Makhluk Pembawa Bala dengan suara

sembernya.

“Jahanam!Belum pernahakumelihatmakhlukmengerikandanbusukluar

biasa seperti ini! Rasanya mau kumuntahi mukanya saat ini juga!”menyumpah

sang Pangeran dalam hati.

Saatitu SiMuka Bangkaiterdengarberkata pada muridnya.“Makhluk

Pembawa Bala telah mengatur segala peralatan rahasia di kawasan ini. Musuhmusuhmu akan menemui ajal sebelum mereka sempat menjamahmu!

“Hemmm… bagus! Hadiah untukmu akan kulipat gandakan. Sekarang harap

kau suka menyingkir dari hadapanku dan bersiaplah menentukan korban yang

bakalkaucabutnyawanya!”

Gluk! Gluk! Gluk!

“Aku tidak perlu jabatan tinggi. Aku tak perlu hadiah berlipat ganda. Aku

hanya tahu minuman keras! Gluk! Gluk! Gluk!

Pangeran Matahari berpaling mendengar ucapan itu

Ah! Orang hebat tiada tandingan! Aku benar-benar gembira melihat kau ada

di sini membantu perjuanganku! Aku tahu kalau bukan karenamu semua

perhelatan besar di Pangandaran yang kelak bakal menggegerkan dunia

persilatan tidak bakal kesampaian. Jasamu tidak akan aku lupakan. Begitu

urusan di tempat ini selesai aku akan membangunkan satu Istana dikelilingi

kolam minuman untukmu. Sekarang, Iblis Pemabuk terimalah hormatku!”

Pangeran Matahari lalu menjura pada Iblis Pemabuk yang duduk berjuntai di

salah satu pinggiran gentong. Yang diajak bicara hanya menyeringai lalu

jatuhkan diri ke dalam gentong berisi tuak keras itu!

Pangeran Matahari hendak melangkah ke kiri ketika tiba-tiba seolah untuk

pertama kalinya dia mendengar suara itu. Dia berpaling ke kanan.

“Dewa Sedih! Ternyata kau tidak melupakan diriku!”seru Pangeran Matahari.

Laksana terbang dia melompat ke hadapan Dewa Sedih yang duduk di atas

satu gundukan batu dalam keadaan menangis.

“Akumelihatlangit...AkusedihiAkumelihatlaut...Akusedih...Hik...hik...”

PangeranMatahariyangsudahtahugelagatsegeramemotong.“Apayang

kau lihat, juga terlihat olehku Dewa Sedih. Kesedihanmu adalah juga

kesedihanku. Aku akan membuatkan sebuah puri untukmu. Dipenuhi oleh

orang-orangyangmaumenangisbersamamuseumurhidupmu!”

Tangis Dewa Sedih tersendat-sendat. Dia manggut-manggut beberapa kali

lalu kembali menyambung ratapannya

Sang Pangeran geleng-gelengkan kepala lalu beranjak mendekati gurunya.

“Bukit karang di seberang sana! Aku tidak melihat satu orang pun di situ! Apa

merekaterlalupengecutuntukdatang?!”

“Merekapastidatang.Muridku!Datanguntukmenerimakematian!”jawab Si

Muka Bangkai lalu tertawa gelak-gelak. Mendadak dia hentikan tawanya dan

memandang ke arah bukit batu karang di seberang sana. Aku mendengar

suarasesuatu...”katanyaperlahan.Semuamatalaludiarahkankebukitbatu

karang di seberang barat.

Dari balik bukit batu karang di sebelah timur kelihatan muncul sebuah kereta

kencana berwarna putih, ditarik oleh dua ekor kuda putih pula. Kusir kereta

seorang gadis cantik berpakaian panjang warna hitam yang sangat ketat. Di

sebelah atas dada pakaiannya dipotong rendah hingga hampir setengah dari

payudaranya yang putih tersingkap membusung. Di sebelah bawah pakaian

hitam itu dibelah setinggi pinggul. Duduk di atas kereta dengan sendirinya

kakinya mulai dari betis sampai ke paha tersingkap lebat. Di sebelah kusir

kereta yang cantik ini duduk seorang gadis yang parasnya tak kalah menawan,

mengenakan pakaian yang sama dan memegang sebatang tongkat terbuat dari

besi.

Dua mata Pangeran Matahari berputar liar. Rahangnya menggembung.

Walaupun belum pernah bertemu tapi sang Pangeran sudah bisa menduga

siapa adanya orang di dalam kereta putih. Dia dan juga semua orang yang ada

di bukit karang sebelah barat tidak menunggu lama. Tepat di puncak bukit

kereta berhenti. Pintu kereta terbuka. Sesosok tubuh yang bagus terbungkus

pakaian ketat terbuat dari manik-manik merah turun dari kereta kencana. Di

atas keningnya ada sebuah mahkota kecil terbuat dari untaian kerang kerang

berwarna biru. Kalung serta gelang yang menjadi hiasannya juga terbuat dari

benda yang sama. Sepasang matanya yang sangat bagus berwarna biru.

berkilat cemerlang. Wajahnya secantik bidadari. Di tangan kanannya gadis ini

memegang sebuah cermin bundar yang memantulkan sinar angker

menyilaukan setiap terkena sinar matahari. Dia tegak dengan anggunnya di

samping kereta, memandang ke arah bukit di sebelah timur.

Semua orang yang ada di bukit karang barat menjadi geger.

“RatuDuyung...”desis Pangeran Matahari. Suaranya jelas bergetar tanda

hatinya tidak enak. “Bertahun-tahun dia tidak pernah muncul di daratan. Kalau

kini dia memperlihatkan diri benar-benar tidak terduga. Dia bisa melakukan apa

saja merusak keadaan! Perempuan terkutuk! Sejauh mana hubunganmu

dengan Pendekar 212 hingga kau mau-mauan keluar dari sarangmu di laut

selatan?!”

Apa yang terasa di hati Pangeran Matahari terasa juga di hati sang guru Si

Muka Bangkai alias Si Muka Mayat. “Kalau sampai Ratu Duyung muncul

urusan muridku tidak akan semulus yang aku perkirakan. Aku harus mencari

akal melumpuhkan musuh yang satu ini!”Orang tua bungkuk bermuka pucat ini

berpaling pada muridnya. Untuk membesarkan hati dan semangat sang

Pangeran dia berkata.

“Muridku,gadisitupantasmenjadipendampingmuseumurhidup...”

“Kesaktiannya sukar dijajagi. Celakanya dia berada di pihak musuh!”

“Dengan Kitab Wasiat Iblis berada di tanganmu apa sulitnya menundukkan

dirinya!”bisik Si Muka Bangkai. Lagipula aku punya satu gagasan. Sebelum

pertempuran berdarah yang menggegerkan di Pangandaran ini terjadi aku akan

mendatanginya. Aku punya akal untuk mengajaknya menyeberang ke pihak

kita.”

Tanpa berpaling pada sang guru Pangeran Matahari sunggingkan seringai

dan gosok-gosokkan ke dua telapak tangannya.

“AkupercayapadamuGuru.Mengapakautidaksegerasajamenyeberang

kebukitsanamenemuiRatuDuyung?!”

“Pintamu akan segera aku lakukan, Muridku. Namun aku harus memberi

nasihat. Harap kau berlaku tabah. Aku mendapat firasat tidak lama lagi akan

bermunculan tokoh-tokoh silat golongan putih di bukit sebelah timur sana. Kau

tak usah kawatir. Kau sudah ditakdirkan untuk menjadi penguasa tunggal rimba

persilatan! Kita akan benar-benar membuat kegegeran di tempat ini! Setelah

urusan selesai kuharap kau tidak lagi menolak menyerahkan Bidadarimu itu

padaku!Hik...hik...hik!”

Pangeran Matahari hanya mengangguk perlahan. Hatinya tetap saja tidak

tenteram. Sebelum pergi Si Muka Mayat mendekati Makhluk Pembawa Bala

lalu berkata.

“Dalam waktu dekat di bukit sana akan segera bermunculan musuh-musuh

kita. Harap kau mengawasi baik-baik peralatan rahasiamu. Begitu mereka

muncul lekas kau hubungkan kawat-kawat penghidup semua peralatan rahasia

dan bola-bola peledak!”

Makhluk Pembawa Bala menyeringai lalu berkata dengan suaranya yang

sember. “Kegegeran apa lagi yang paling hebat kalau tidak disertai genangan

darah tokoh-tokoh persilatan golongan putih itu!”

           TAMAT

PENULIS : BASTIAN TITO

CREATED : MATJENUH CHANNEL

BLOG : https://matjenuh-channel.blogspot.com

SEGERA MENYUSUL. 

KIAMAT DI PANGANDARAN


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Post Terdahulu

https://matjenuh-channel.blogspot.com

Jumlah pengunjung

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
nama :saya matjenuh berasal dari dusun airputih desa sungainaik.buat teman teman yang ingin mengcopas file diblog ini saya persilahkan.. motto:bagikan ilmu mu selagi bermanfaat buat orang lain agama:islam.. hobby:main game

Memburu Iblis

 

Pengikut

Blog Archive