Kumpulan Cerita Silat Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212


selamat datang teman teman di.. https://matjenuh-channel.blogspot.com..dari dusun airputih desa sungainaik.. ikuti grup Facebook matjenuh di kumpulan novel wiro sableng.. cukup agan cari saja dengan mengetikan nama grup kumpulan novel wiro sableng di Facebook... subscribe juga channel matjenuh di YouTube ..ketikan nama matjenuh channel... terimakasih..salam santun dari matjenuh channel 🙏🙏🙏🙏

Kamis, 13 Juni 2024

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 WIRO SABLENG - TABIR DELAPAN KEMATIAN

 

https://matjenuh-channel.blogspot.com


SATU


DENGAN bunga matahari yang telah diberi 

mantera sakti oleh Nyi Roro Jonggrang, Ratu Randang

berhasil melenyapkan tanda Pukulan Delapan Sukma 

Merah yang ada di kening dan dada Pendekar 212 

Wiro Sableng. Sebagai ucapan terima kasih, Wiro 

mencium si nenek sampai empat puluh kali. Biasanya 

Ratu Randang yang selalu duluan mencium sang 

pendekar. Gembira tak terhingga mendapat ciuman 

begitu banyak, walau bibirnya jadi jontor, si nenek

cantik segera hendak menolong Dewi Ular. Saat itu 

Dewi Ular memang dalam keadaan cidera akibat 

ntrokan kekuatan tenaga dalam dan kekuatan gaib 

dengan Pangeran Matahari dan Sinuhun Muda yang 

dibantu Sinuhun Merah serta bocah Ksatria 

Junjungan Dirga Purana. Walau keadaannya seperti 

itu, namun Dewi Ular dengan polos minta agar si 

nenek lebih dulu menolong Raja Mataram yang saat 

itu tergeletak ditemani Jaka Pesolek, si gadis cantik 

berkumis halus 

Ratu Randang tidak ingin meninggalkan Dewi 

Ular begitu saja. Maka dia tetap saja lebih dulu 

menolong gadis alam roh itu dengan mengusapkan 

bunga sakti ke bagian depan dan belakang Dewi Ular.

Namun setelah si gadis sembuh, entah mengapa si 

nenek berlaku iseng. Pakaian Dewi Ular di sebelah 

bawah disingkap lalu bunga matahari diusapkan ke 

bagian terlarang di bawah perut Dewi Ular. 

"Hai Nek! Kau ini gila apa?!" Teriak Dewi Ular. 

"Kau bilang aku gila! Nanti lihat saja! Pasti 

banyak lelaki yang tergila-gila padamu! Hik... hik... 

hik!" Ratu Randang tertawa panjang."Nek, bagaimana kalau nanti karena kualat 

bunga itu hilang kesaktiannya. Padahal kau belum 

menolong raja!" Teriak Dewi Ular pula. 

Teriakan Dewi Ular membuat Ratu Randang 

diam-diam merasa khawatir juga. Si nenek segera 

mendatangi Raja Mataram yang saat itu ditemani oleh

Jaka Pesolek si gadis cantik berkumis halus yang 

punya ilmu kepandaian menangkap petir. 

Terpengaruh oleh teriakan Dewi Ular, selintas pikiran 

muncul di benak si nenek. Dia berusaha mencari 

penangkal agar benar-benar tidak ditimpa kualat. 

Maka bunga matahari diusapkannya ke dada Raja 

Mataram Rakai Kayuwangi Lokapala. 

Walau cidera di tubuh Raja lenyap setelah diusap 

bunga, namun saat itu pula muncul gejala aneh. Sang

Raja melompat bangkit sambil mengusap dada yang 

bergerak turun naik. Kepala mendongak, mata 

menatap kosong ke arah langit lalu berkedap-kedip. 

Dari mulut terdengar suara mendesah tiada henti. 

Melihat keadaan Raja yang seperti tengah 

membayangkan dan merasakan sesuatu yang 

menyenangkan, timbul hasrat Jaka Pesolek ingin 

melihat dan memegang bunga matahari. Ketika si 

nenek menampik, maka gadis ini langsung merampas 

bunga. Bunga matahari kemudian diusap dan 

ditekan-tekan berulang kali ke aurat di bawah perut. 

Tak selang berapa lama Jaka Pesolek keluarkan 

jeritan keras lalu jatuh tertelentang. Mata membeliak, 

dua bola mata berputar-putar. Mulut tersenyum-

senyum dan keluarkan suara mendesah-desah. 

Si nenek tertegun. Memandang ke arah Raja lalu 

kembali pada Jaka Pesolek. Tiba-tiba si nenek 

membungkuk mengambil bunga matahari yang 

tercampak di tanah. Seperti yang dilakukan JakaPesolek, bunga sakti itu lalu ditekapkan ke bagian 

bawah perutnya. 

Tidak menunggu lama, "Oala… Oala! Ini 

rupanya!" Ratu Randang berteriak berulang kali. 

Lutut goyah, tubuh limbung lalu jatuh tertelentang di 

atas sebuah batu. Pinggang dan pinggul menggeliat-

geliat. Mata yang juling mendelik memancarkan 

cahaya berseri mulut menganga dan lidah terjulur 

basah. 

Di lereng bukit sebelah atas Sakunta adewi alias 

Dewi Kaki Tunggal membantu Wiro bangkit berdiri 

"Wiro, aku mendengarsuara orang berteriak-

teriak dan tertawa cekik kan di bawah sana. Aneh 

rasanya dalam keadaan seperti ini ada orang mas h 

bisa tertawa.." 

"Aku juga mendengar. Itu suara teriakan Raja 

Mataram Yang tertawa cekikikan sepertinya Ratu 

Randang dan gadisaneh bernama Jaka Pesolek. Sebelumnya aku 

seperti mendengar suara teriakan Dewi Ular Kita 

harus segera menyelidik apa yang terjadi." 

• • • 

SEWAKTU sampai di lereng bukit sebelah bawah 

Wiro dan Sakuntaladewi terheran-heran menyaksikan 

keadaan Raja Mataram. Ratu Randang dan Jaka 

Pesolek. Di tanah, di samping sosok Jaka Pesolek 

tertampak Bunga Matahari sakti. Dengan cepat 

Sakuntaladewi mengambil bunga itu. 

"Apa yang terjadi. Mereka kelihatan seperti orang 

mabok Bica a seperti orang mengigau." Kata 

Sakuntaladewi sambil memperhatikan tiga orang itu 

satu persatu. 

Wiro menggaruk kepala lalu berkata. "Tidak ada 

minuman keras di bukit ini. Mereka tidak mengigau. 

Jangan-jangan mereka kemasukan roh halus 

penghuni bukit" 

"Aku tahu puluhan bahkan mungkin ratusan roh 

berkeliaran di bukit ini. Tapi bisa juga ini pekerjaan 

jahat Sinuhun Merah Penghisap Arwah." kata 

Sakuntaladewi pula. Sekali lompat dia sudah berada 

di hadapan Raja Mataram 

Begitu melihat ada perempuan di depannya 

sepasang mata Raja Mataram membesar. Bibir 

bergerak-gerak. Raja berusaha bangkit tapi hanya 

mampu duduk di tanah. Tangan kanan diulur, tangan 

kiri mengusap dada lalu mulut keluarkan ucapan."Ah... Aku sungguh bahagia Aku senang 

melihatmu. 

Dara cantik, apakah kau datang hendak 

menolongku? Mengapa kau tampak bersedih? 

Bergembiralah di hadapan Rajamu!" 

Wajah Sakunta adewi alias Dewi Kaki Tunggal 

saat itu memang sedih dan cemas melihat keadaan 

Raja Mataram Raka Kayuwangi. Sementara itu banyak 

orang telah berada di situ termasuk dua istri dan 

beberapa putera puteri Raja tidak berani mendekat 

Mereka malah bersurat mundur. Takut kalau tiba-tiba

Raja diluar sadar menjatuhkan tangan kasar. 

Sakuntaladewi gelengkan kepala. "Tidak mungkin 

Raja Mataram berperi laku seperti ini. Aku mau lihat 

Mahlu k halus atau jin atau roh jahat apa yang telah 

menguasai Rajai" Sakuntaladewi lalu pentang lima jari 

tangan kanan hingga memancarkan cahaya biru. 

Kelima jari itu kemudian ditusukkan ke batok kepala

Raja sambil berucap "Yang Mulia, maafkan saya!" 

Desss!" 

Lima cahaya biru yang semula memancar hendak 

memasuki batok kepala Raja Mataram tiba-tiba 

mencuat berbalik kembali, masuk ke dalam tangan 

Sakuntaladewi disertai dorongan dahsyat hingga gadis 

berkaki satu ini terpekik dan terpental sampai tiga

langkah 

"Bukan mahluk halus bukan roh jahat! Lalu apa 

ini?!" Sakuntaladewi berucap dalam hati tereran-

heran sambil usap tangan kanan dengan tangan kiri 

yang terasa kesemutan Tanganku tidak cidera. Tapi ada hawa aneh 

membuat habku seperti berbunga-bunga. Hyang Jagat 

Bathara. Saya mohon perlindungan untuk Raja 

Mataram dan kami semual" 

DI tempat lain Jaka Pesolek yang saat itu 

tergeletak di atas tubuh Ratu Randang sambil 

melejang-Jejangkan kaki perlahan-lahan bergerak 

berdiri. Tubuh terhuyung-huyung, mata m eram 

melek, lidah dljulur-julurmembasahi bibir. Sambil 

lambaikan tangan kanan ke arah Pendekar 212 

sementara tangan kiri menekap bagian bawah perut 

dia mengulum senyum dan berkata. 

"Pemuda gagah idamanku kekasihku. Pendekar 

yang mampu mengeluarkan petir dari tangan kanan. 

Mengapa kita bdak bermain petir-petiran? Ohh " 

Kening Pendekar 212 mengerenyiL Kepala 

digaruk, i 

"Sobatku cantik, aku suka-suka saja bermain 

petir-petiran denganmu. Tapi saat ini aku rasa kau 

telah kesambat setan kesasaratau kemasukan jin 

Bukit Batu Hangus..." 

" hh B caramu membuat aku merinding. 

Kemarikan tanganmu. Aku suka tangan besar dan 

kuat Ayo..." 

"Eh kau mi gila benaran rupanya!" Kata VHro 

sambil melangkah mundur kebka Jaka Pesolek 

hendakmenarik tangan kanannya. 

Tiba-tiba di atas batu, sosok Ratu Randang 

menggeliat Didahului suara tawa ekikjkan nenek ini 

bangkit dan duduk d atas batu. rambut serta pakaian

awut-awutan tak kaiuan."Anak muda yang aku kenal dengan nama Wiro 

Sab eng berjuluk Kesatna Panggilan. Mengapa mau 

memperbodoh diri bicara dengan lelaki yang 

berpakaian dan berdandan seperti perempuan? Apa 

enaknya?! hik hik Aku perempuan asli tempat dan 

aku suka bersenang-senang dari siang sampai malam, 

sampai pagi. H kkk hikk Si nenek tertawa cekikikan 

sambil busung-busungkan dada. 

Murid Sinto Gendeng jadi terkesiap, memandang 

mendelik tak berkesip 

"Nek. kau...kau juga ikutan gila..?! Celaka! Apa 

ini yang sebenarnya terjadi?" 

Ratu Randang menjawab dengan mencibirkan 

bibirnya yang jontor. Mata juling d kedap kedip, 

tangan dilambaikan memberi isyarat agar Wiro datang

mendekat 

"Ada yang aneh Aku melihat mereka bertiga 

selalu memegangi bagian tubuh tertentu. Mengapa? 

Ada yang salah urat atau ada yang mau copot?!" 

Baru saja Wiro berucap seperti itu tiba-tiba 

didahului tenakan keras dan unjukkan wajah gemas 

Ratu Randang dan Jaka Pesolek bers rebut cepat 

melompat hendak merangkul sang pendekar


DUA


WIRO melompat mundur. Dia berhasil 

mengelakkan sambaran Ratu Randang. Tapi tidak 

mampu menghindar dari Jaka Pesolekyang memiliki 

gerakan secepat kilat menyambar. Kamp i saja 

pinggangnya akan kena dipeluk oleh si gadis berkumis 

halus dan wajahnya hendak dicium tiba-tiba satu 

bayangan hijau berkelebat Gerakan yang sebat 

membuat Jaka r Pesolek terjajar ke belakang 

"Oala! Peiempuan mana yang cemburu buta. Jika 

memang suka mengapa tidak melakukan bersama-

sama! Hik hik..hik! Jaka Pesolekhenbkan 

tawa,matadikedap-kedip ketika melihat siapa yang 

ada di hadapannya Ah gadis cantik berjuluk Dewi Ular 

rupanya!" Ucap Jaka Pesolek. "Aku kira siapa! Aku 

tahu kau sudah mengenal Kesatria Panggilan jauh 

lebih dulu dariku. Kalau kau memang mau duluan 

pula bercinta dengannya aku mengalah. Atau kau 

mau berbaik hab ingin bersenang-senang deng«n 

dinku saja Bukankah aku sudah bilang kalau aku ini 

bisa jantan bisa betina? Hik...hik...hik..." 

-Plaaakk!" 

Satu tamparan keras membuat aka Pesolek 

terpekikTubuhnya jatuh terduduk di tanah tapi dengan 

cepat berdiri kembali sambil tidak lupa tangan kiri

tetap masih memegang bagian bawah perut Walau 

diperlakukan seperti itu sampai sudut bibirnya 

berdarah tapi Jaka Pesolek tampaknya bdak marah 

Malah dia kembali tertawa cekikikan dan berkata. 

"Hik..hik! Keras juga tamparanmu. Pipiku tidak 

sakit, tapi hariku kau buat bergetar Kau benar-benar 

gadis penuh kehangatan Apakah kau mau " 

"Diami" Bentak orang yang barusan menampar 

Jaka Pesolek yang ternyata Dewi Ular adanya. Gadis 

cantik alam roh yang mengenakan pakaian sutera 

hijau tipis ini berdiri sambil tangan kiri memegang

bawah perut, satu hal yang sejak tadi menjadi 

perhatian Wiro dan juga Sakuntaladewi 

"Kita semua sudah kena kualat Tahu?!" Teriak 

Dewi 

Ular 

"Kalau kualatnya enak siapa takut?!" Tukas Jaka 

Pesolek sambil usap-usap pipi dan kedipkan mata 

pada Dewi Ular. membuat gadis dari alam gaib ini jadi 

tambah jengkel. Kalau saja tidak sudah menganggap 

Jaka Pesolek sebagai teman, pasb saat itu juga 

diterjangnya. 

Dari balik pakaian Jaka Pesolekmengetuarkan 

cermin, memperhatikan wajari. Lalu 

cepatdiamengeluarkan bedak dan memuputi seluruh 

wajah, terutama bagian pipi yang tadi kena ditampar. 

"Dasar banci kesasar Maki Dewi Ular. Jaka 

Pesolekyang dimaki cuma tersenyum lalu runcingkan 

bibir 

"Kunu Ambm apa sebenarnya yang telah terjadi?" 

Bertanya Pendekar 212. 

"Sahabat kualat apa maksudmu?" Sakuntaladewi 

ikut 

bertanya. 

"Nenek gatal ini yang jadi gara-gara!" Kembali 

Dewi Ular berteriak dan kali ini sambil menuding 

tepat-tepat ke arah Ratu Randang. Yang dituding 

tampak berkerut keningnya, menghela nafas panjang 

dan goleng-golcng kepala. Nenek bertubuh tnggi ini 

setengah berbisik bertanya. "KunbAmbiri. aku mau 

jawabanmu sejujurnya. Waktu bunga itu aku usapkan 

ke anumu apa..apa kau pakai celana atau tidak?" 

Wiro dan Sakuntaladewi yang sempat mendengar 

ucapan si nenek jadi saling pandang terheran-heran.

Sepasang mata Dewi Ularmendelik besar. 

"Nenek bermulut comberan! Segala yang bukan-

bukan kau tanyakan Bentak Dewi Ular. "Kalau aku 

memang tidak pakai celana kau mau apa?l 

Ratu Randang terperangah. Wajah berubah. 

Mulut yang ternganga kemudian berkata. 

"Oalal Disitu kualatnya. Jadi bukan aku yang 

salah!" 

Dewi Ular tidak dapat lagi menahan marahnya. 

Dia melompat hendak menyambar rambut awut-

awutan si nenek. Tapi Wiro cepat mencegah.

Nek, lekas katakan apa yang terjadi." Kata Wiro 

pula. 

"Aku...aku tidak sengaja. Hanya mau iseng..." 

"Tidak sengaja apa! Kau sengaja menyingkap 

pakaianku. Iseng membawa celaka!" 

"Sahabat lekas katakan apa yang terjadi. Kenapa 

semua kalian di sini pada memegangi bagian bawah 

perutdan bersikap aneh seperti orang kesurupan..." 

Sakuntaladewi kini yang bertanya. 

"Kau mau tahu apa yang terjadi? Dewi Kaki 

Tunggal, mari, ikuti aku! Kau lihat sendiri apa yang 

terjadi dengan auratku!" Jawab Dewi Ular. Lalu dia 

menarik tangan kiri Sakuntaladewi dan membawanya 

ke balik satu pohon besar Ketika Wiro hendak 

mengikuti dia segera membentak. Tetap di tempatmu! 

Jangan mau tahu urusan perempuan!" 

Di balik pohon besar Dewi Ular menarik ke atas 

tinggi-tinggi pakaian hijaunya. "Kau lihat sendiri!

Katanya pada gadis kaki tunggal. 

Dari balik pohon Wiro mendengar suara 

Sakuntaladewi terpekik lalu tampak gadis berkaki 

satu ini buru-buru melompat keluar dengan wajah 

kelam merah. Wiro cepat mendatangi lalu bertanya. 

"Ada apa? Apa yang diperlihatkan gadis itu 

padamu?" Tenggorokan Sakuntaladewi bergerak turun 

naik. Kepala digelengkan.Kalau kau tidak mau memberi tahu ya sudah. 

Kita harus melakukan sesuatu untuk menolong 

orang-orang lainnya." 

Wiro memutar tubuh tapi lengannya cepat 

dipegang oleh Sakuntaladewi. Gadis ini kemudian 

berkata gagap dan setengah berbisik. 

"Aku aku tidak tahu apakah Dewi Ular itu 

seorang lelaki atau perempuan..." 

"Maksudmu?" Tanya Wiro.


TIGA


KETIKA Sakuntaladewi tidak menjawab Wiro 

berkata "Aku bisa menduga apa yang 

diperlihatkannya padamu. Apa dia memiliki dua jenis

anu...Maksudku apa anunya bertambah lengan anu 

laki-laki?" 

Sakuntaladewi menggeleng. "Dia tidak punya apa-

apa...-" 

"Tidak punya apa-apa bagaimana?!" Tanya Wiro 

pula. 

"Anunya...semuanya kulihat licin belaka." Hati? 

Wiro terbelalak, menggaruk kepala. Hendak tertawa 

bergelak tapi cepat menutup mulutnya. 

Dewi Ular memberi tahu kalau nenek bernama 

Ratu Randang itu mengusapkan Bunga Matahari sakti 

ke bagian bawah perutnya..." 

"Nenek sinting! Bunga sakti dijadikan mainan! 

Tapi mengapa sekarang mereka jadi tidak karuan 

begini rupa?! 

"Kurasa mereka semua telah kejatuhan kualat. 

Itu yang dikatakan Dewi Ular. Wiro, aku bingungi Aku 

juga tidak mengertil Sebaiknya cepat kau tanyakan 

langsung pada nenek itu apa yang telah 

dilakukannya!" 

Tidak tunggu lebih lama Wiro segera mendatangi 

RatuRandang. Belum sempat Wiro bertanya si nenek 

sudah bicara duluan. 

"Aku akan ceritakan. Aku akan katakan! Setelah 

mengobati dirimu, aku menemui Dewi Ular Gadis itu 

minta agar aku menolong Raja lebih dulu. Aku tidak 

pergi begitu saja. Aku menyapukan Bunga Matahari 

ke beberapa bagian tubuh Dewi Ular yang cidera. Lalu 

aku cuma iseng. Bunga Matahari aku susupkan ke 

balik pakaiannya dan kuusapkan ke bagian bawah 

perutnya. Aku...aku tidak tahu apa saat itu dia pakai 

celana dalam atau tidak. Dewi Ular kudengar 

berteriak khawatir kalau aku akan kena kuaiatdan 

Bunga Matahari akan hilang kesaktiannya. Ketika aku

menolong Raja, karena takut benar-benar kualat aku 

punya pikiran sebaiknya Bunga Matahari itu aku 

sapukan pula ke bagian bawah perut Raja..." 

"Gilai" Teriak Wiro. 

Cerita si nenek terhenti sebentar lalu dia 

melanjutkan. 

"Ketika hal itu kulakukan Raja Mataram memang 

sembuh tapi ternyata satu malapetaka telah menimpa 

dirinya. Raja tampak seperti orang yang menggelora 

hasratnya. Hal yang sama juga terjadi dengan Jaka 

Pesolek. Gadis itu meramp m bunga dari tanganku 

lalu mengusapkan ke bawah perutnya Lalu.. lalu aku 

ikutan melakukan hal itu. Oh enaknya. Tiba-tiba saja 

aku merasakan satu hal yang luar biasa nikmat. 

Aku...aku...kau lihat sendiri. Oh aku ingin sekali 

bercinta dengan dirimu..""Nenek siali Biar aku hajar dulu mulut cabulmu. 

Ku pecah kan kepalamu yang berotak mesum 

Yang membentak adalah Dewi Ular yang saat itu 

sudah keluar dari balik pohon besar. Gadis alam roh

delapan ratus tahun mendatang ini langsung 

menyerang dengan satu jotosan tangan kanan ke 

kepala Ratu Randang. 

Wiro cepatmemeluk Dewi Ular dan berbisik. 

"Jangan ikuti amarahmu. Kita harus mencari jalan 

agar bisa keluar dari kejadian aneh ini..." 

Dewi Ular tersenyum. Mata berbinar bercahaya. 

Tiba-tiba dia balas memeluk kencang sekali, 

kemudian mencium Wiro. Setengah keiagapan Wiro 

berkata. 

"Kunti, lepaskanl Aku tahu kau diluar alam 

sadar. Tapi jangan beginil" 

Bukannya melepaskan rangkulan tapi sambil 

tertawa bergairah Dewi Ular malah memctuksang 

pendekar tambah kuat 

"Kunti. maafkan aku. Aku terpaksa menotokmul" 

Dengan satu gerakan cepat Wiro menotok urat 

besar di punggung Dewi Ular. Yang ditotok menggeliat, 

sepasang mata berbinar-binar. Lalu tubuhnya diam 

tak bergerak. 

"Wiro, kau tega aku bercinta seperti orang 

lumpuh tiada gairah...?" 

Wiro gerakkan tangannya sekail lagi. Kali ini 

menotok urat besar di pangkal leher Dewi Ular. Saat

itu juga si gadis tidak bisa lagi mengeluarkan suara. 

Wiro berpaling padaSakuntaladewi. 

"Dewi, aku akan menolong Raja. Kau lekas 

menolong Ratu Randang dan Jaka Pesolek..." Lalu 

dengan cepat Wiro melompat ke tempat Raja duduk 

tersandar di batu besar. 

Ketika Sakuntaladewi mendatangi Ratu Randang 

hendak menolaknya, si nenek menyambut dengan 

senyum mesra dan dua tangan dikembang 

"Kau hendak menotokku? Aku sudah siap. 

Carilah bagian tubuhku yang kencang. Hik...hik.. 

hik!" 

Lalu breetti Ratu Randang robek dada pakaian 

yang memang sudah tidak karuan hingga auratnya 

sebelah atas tersembul putih dan masih kencangi 

Wiro terkesiap. Sakuntaladewi cepatmembuang muka. 

Di saat itulah tiba-tiba satu bayangan merah 

berkelebat. 

"Ratu Randang, orang-orang ini hanya 

menggerocoki kita. Mari kita mencari tempat yang 

tenang dan indahi Hlk...hik.iilkJ" 

Lalu wuutttj Tubuh si nenek lenyap dari tempat 

itu. 

"Jaka Pesolek! Kau mau bawa kamana nenek Hu! 

Kembari ke sini!" Wiro berteriak sambil menatap jauh 

ke udara di atas bukit dimana Jaka Pesolek tampak 

seperti terbang, memanggul Ratu Randang di bahu 

kiri. 

"Aku akan mengejar!" Kata Sakuntaladewi pula 

"Percumal Gadis itu punya kecepatan seperti kilat 

Kita tidak mungkin mengejar. Lebih baik cepat 

menolong Raja...""Dewa Agung! Hyang Jagat Bathara!" Mendadak 

Sakuntaladewi berteriak. 

"Ada apa Dewi?!" Tanya Wiro. 

"Bunga Matahari yang tadi aku pegang tak ada 

lagi!" Jawab gadis berkaki satu dengan wajah tampak

pucat 

"Pasti gadis berkumis itu yang mengambil. Hanya 

dia yang mampu melakukan karena memiliki 

kecepatan gerak seperti kilati Jika bertamu aku akan 

memberi pelajaran padanya!" 

"Aku kawabr Kalau bunga itu disalah gunakan, 

keadaan bisa semakin tidak karuan * 

Sakuntaladewi kemudian terdiam. Ingatannya 

masih ke bunga yang hilang namun tiba tiba saja dia

menyadari satu hal. 

Wiro.Aku mendadak ingat seseorang." berkata 

Sakuntaladewi sambil layangkan pandangan 

berkeliling. "Apa? Siapa Dewi?" 

"Anak perempuan itu. Ni Gatril Sejak tadi aku 

tjdak melihat dirinya..." 

"Astaga! Aku sampai lupa anak itu!" Wiro 

tersentak kaget, baru sadar. Memandang berkeliling 

dia berteriak memanggil Ni Gatri Orang-orang yang 

ada di bukit Ikut membantu berteriakdan mencari. 

Namun anakperempuan empat belas tahun itu tidak 

berhasil ditemui. Orang-orang di Bukit Batu Hangus 

menjadi gempar. 

"Wiro, kau ingat ketika sinar kuning kemerahan 

turundari langit?" Kata Sakuntaladewi pula. "itu adalah 

cahaya kesaktian Dirga Purana, Kesatria Junjungan 

yang membantu Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah." 

"Aku khawatir seseorang telah menculik anak itu. 

Mungkin sekali bocah keparat yang kau sebutkan 

namanya barusan! Gilai Urusan yang ada belum 

selesai) Datang lagi satu masalahl" Wiromerutuk 

habis-habisan. Kepala digaruk berulang kali 

"Dewi. bantu aku mencari anak itu di seluruh 

bukit Aku harus menolong Rajai" Kata Wiro lalu 

melompat mendatangi Raja Mataram yang dudukdi 

tanah tersandar ke sebuah batu. Tangan kiri masih 

terus menekap bagian bawah perut sementara mata 

berkedap kedip meram melek dan mulut senyum-

senyum. 

Wiro tarik tangan kiri Raja Mataram. 

Rakai Kayuwangi angkat kepala, menatap tajam 

tapi tersenyum pada Wiro. 

"Kesatria Panggilan, jangan berani mengganggu 

kesenanganku. Jka kau Ingin..." 

Ucapan Raja hanya sampai di situ karena dengan 

dua jari tangan kirinya Pendekar 212 menotok urat 

besar di dada kiri, membuat Rakai Kayuwangi lumpuh 

dan sekaligus tak bisa bicara. 

Di tempatnya tegak tertegun, Dewi Uiar kerahkan 

hawa sakti yang adadi perutnya. Sepasang mata 

memancarkan cahaya hitam. Dari ubun-ubun 

membersit samar kepulan asap kuningkemerahan. Ini pertanda bahwa gadis alam roh 

ini walau sedikit namun telah memiliki sebagian ilmu 

kesaktian Sinuhun Merah Penghisap Arwah. 

"Desss...desss!" 

Dengan kesaktiannya Dewi Ular mampu 

memusnahkan totokan yang membuat tubuhnya kaku 

dan tak bisa bicara. Gadis ini melompat ke hadapan 

Wiro dan Sakuntaladewi. Tangan kiri dibawah perut, 

hembusan nafas terasa keras dan panas. Sepasang 

mata berpijar aneh. Lidah teijulurmerah dan I asah.

"Sahabat berdua. Aku tak sanggup berada lebih 

lama di sini. Aku.aku tubuhku semakin panas. Aku 

mulai merasa gatal tak karuan! Dewi Kaki Tunggal, 

kau mana mungkin mau m enolongku. Kita 

bersamaan jenis. Dan kau Wiro, saat ini hanya kau 

yang mampu menolong dan itu memang sangat aku 

harapkan. Tapi apakah kau bersedia? Aku akan 

mengejar kedua orang itu." Setelah diam sejenak Dewi 

Ular lanjutkan ucapan sambil menatap ke arah 

Sakuntaladewir» "Aku sempat melihat ij adis aneh itu 

mengambil Bunga Matahari dari tanganmu. Bunga itu 

yang menjadi pangkal celaka. Haya bunga itu pula 

yang b s a menyembuhkan!" 

Dewi Ular goyangkan dua bahunya. 

•Wuss!" 

Saat itu juga wajah dan sekujur tubuhnya yang 

molek berubah menjadi sosok seekor ular hitam besar

berkepala putih."Aku pergi sekarangl" 

"Kunti Ambiri! Tunggul" Teriak Wiro. 

Tapi ular hitam besar telah melesat ke udara, ke 

arah lenyapnya Jaka Pesolek dan Ratu Randang. 

"Kunti Ambiri! Jangan pergi! Kami butuh 

bantuanmu di sini! Kembali Wiro berteriak lagi. 

DI udara siang yang mulai terik terdengar 

jawaban Dewi 

Uar. 

"Kalian berdua tidak usah memikirkan diriku. 

Harap kalian mau menolong dan membawa Raja 

bersama para pengikutnya ke Kotara/a. 

Dari atas sini aku hhat genangan air merah 

sudah surut Keadaan cukup aman. Namun tetap 

berlaku waspada Sinuhun Muda dan Sinuhun Merah 

pasti akan muncul lagi secara bdak terdugal Wiro, 

Jika aku bisa selamat dari malapetaka gila ini. aku

tunggu kau di Candi Kalasanl Uuuhhhh P 

"Candi Kalasan...?" Ujar Sakuntaladewi pula. Dia 

coba mengingat-ingat tapi karena jalan pikiran sedang 

kacau gadis kaki satu ini bdak mampu melakukan. 

Akhirnya dia berkata pada Wiro. 

"Wiro, aku harus mendapatkan bunga sakti 

pemberian Nyi Roro Jonggrang itu kembali. Aku harus

bertanggung jawab kalau sampai terjadi apa-apa. 

Dewa Agung, jangan sampai Nyi Roro Jonggrang 

marah besar padaku! Aku akan mengeja/ Jaka 

Pesolek. Ratu Randang dan Dewi Ular.""Tapi Dewi. masih banyak yang harus kita 

lakukan di tempat ini. Menolong Raja. mencari Ni 

Gatri. Tunda dulu kepergianmu..." 

Tiba-tiba dari arah lereng bukit sebelah selatan 

melayang benda hitam berbentuk peb hitam besar 

yang bukan lain adalah sebuah peti mati Penutup peti 

mati dalam keadaan terbuka. Di dalam peti berdiri 

empat mahluk aneh yang tentu saja adalah Empat 

Mayat Aneh atau Empat Mayat Bersaudara! Keempat 

mahluk ini melambai-lambaikan tangan ke arah 

Sakuntaladewi sementara peti mati dengan cepat 

melayang turun ke bawah.


EMPAT


SEBE LUM peti mati menjejak bagian tanah rata 

di Bukit Batu Hangus, Empat Mayat Aneh sudah 

berlompatan keluar. Selain tubuh memancarkan 

cahaya kecoklatan empatmah ukaneh ini 

sebagaimana biasa unjukkan sikap dan sifat masing-

masing. Mayat Aneh Kesatu berdiri sambil menutup 

mata dengan kedua tangan. Mayat Aneh Kedua 

menutup mulut juga dengan dua tangan, sedang 

Mayat Aneh Ketiga tekapkan dua tangan ke telinga 

kiri kanan. Mayat Aneh Keempat sambil cengengesan 

berdiri dengan dua tangan menekap kemaluan! 

Lalu satu persatu Empat Mayat Aneh 

menyerukan ujar-ujar. 

Pel hara mata hanya melihat kebaikan." 

"Pelihara mulut hanya bicara kebaikan." 

"Pelihara telinga hanya mendengar kebaikan." 

"Pelihara kemaluan hanya untuk kebaikan." 

"Empat Mayat Aneh..." Ucap Wiro perlahan 

sambit menggaruk kepala. "Mudah-mudahan mereka 

muncul dengan niat baik membantu. Bukannya 

malah menambah kaluturusanl" 

Empat Mayat Aneh melangkah mendekati 

Sakuntaladewi. Dua tangan serentak diturunkan ke 

sampinglalu keempatnya membungkuk memberi 

penghormatan. Mereka juga memberikan 

penghormatan pada Pendekar 212 dengan cara yang 

sama. 

"Sahabatberdua, kami gembira bisamenemui 

kalian di sini." Berkata Mayat Aneh Pertama atau 

Mayat Aneh Kesatu. 

"Dewi Kaki Tunggal, kami datang meneruskan 

rencana yang tertunda," menyambung Mayat Aneh 

Kedua. 

"Rencana yang tertunda? Rencana apa?" tanya 

Sakuntaladewi. 

"Ingat beberapa waktu lalu kami ingin 

membawamu..." 

"Membawa atau menculik?" Sakuntaladewi 

memotong ucapan Mayat Aneh Kedua 

Yang menjawab Mayat Aneh Keempat. "Kami 

tidak bermaksud jahat. Kami waktu itu siap 

membawamu ke Candi Kalasan..." 

"Candi Kalasanl" Kata Sakuntaladewi yang kini 

jadi 

ingat 

"Empat Mayat Aneh mengapa kalian 

hendakmembawa sahabatku ini ke Candi Kalasan?" 

Wiro yang sejak tadi diam saja ajukan pertanyaan. Dia 

tiba-tiba saja ingat pulapada ucapan Dewi Ular 

sebelum melesat lenyap di udara bahwa gadis alam 

roh itu akan menunggu dirinya di Candi Kalasan. 

"Ada apa di Candi Kalasan?" Pikir Pendekar 212. 

Mayat Aneh Keempat saling pandang dengan tiga 

saudaranya. Mayat Aneh Kedua berkata. "Kesatria 

Panggilan,kau Kesatria yang d hormat di negeri ini. Namun 

kami tidak bisa mengatakan. Yang pasti kami tidak 

bermaksud jahat terhadap gadis yang akan menjadi 

calon istrimu ini..." 

Wiro jadi terkesiap mendengar kata-kata Mayat 

Aneh Keempat itu. Kaulan Sakuntaladewi alias Dewi 

Kaki Tunggal rupanya sudah diketahui banyak orang 

di Bhuml Mataram. 

"Kesatria Panggilan, jika kau ingin tahu kami 

sangat mengharapkan sllahkan ikut bersama kami." 

Berkata Mayat Aneh Keempat 

"Aku tidak akan meninggalkan bukit ini. Raja 

harus ditolong. Juga keluarganya. Banyakorang tua 

dan anak-anak yang terlantar di sini. Kehadiranku di 

Bhumi Mataram justru atas keinginan Raja. Dalam 

keadaan seperti ini masakan aku akan meninggalkan 

beliau?" Wiro lalu melangkah ke tempat Raja Mataram

yang saat itu telah terbujur di tanah, dikelilingi para 

Istri dan putera putennya. Nenek bermuka bulat 

tanpa alis dan berdandan medok Rauh Kalidathi 

berjalan mengikuti Wiro. 

"Kesatria Panggilan, kita harus segera membawa 

Raja ke Istana di Kotaraja. Turuti apa yang dikatakan 

Dewi Ular tadi genangan air merah sudah surut dan 

keadaan sudah cukup aman." 

Wiro menggeleng. "Raja memang perlu 

diselamatkan dengan segera. Tapi jangan dibawa ke 

Kotaraja. Raja Mataram dan keluarga serta para 

pengikutnya sebaiknya lebih dulu dibawa ke satu 

tempat aman, rahasia tersembunyi. Raja dan

para pembantu kepercayaannya perlu menyusun 

rencana. Bila keadaan benar-benar aman baru nanti 

berangkat ke Kotaraja." 

Tapi bagaimana kalau orang-orang Sinuhun 

Keparat itu menduduki Keraton?" Tanya Rauh 

Kalidhati. 

"Aku tidak menduga mereka akan melakukan hal 

itu. Jika memang benar mengapa sampai saat ini 

mereka tidak berkeliaran di Kotaraja? Keraton hancur 

lebur bisa dibangun lagi. Tapi kalau nyawa manusia 

sekali amblas apa ada cadangan engganb Padahal 

sangat jelas tujuan utama Sinuhun nyawa kembar itu 

adalah menghabisi Raja Ulu membunuh kita-kita ini 

termasuk aku dan kau..." 

"Sinuhun keparat! Rauh Kalidathi menyumpah. 

Nek, apakah kau tahu satu tempat rahasia untuk 

menyembunyikan Raja...?" 

Si nenek berjubah biru berpikir sambil terus 

melangkah Dua langkah di depan nenek ini berhenti 

dan berkata. 

"Di Bhumi Mataram saat ini boleh dibilang 

hampir tidak ada lagi tempat yang aman. Sinuhun 

Merah Penghisap Arwah boleh dikatakan mengetahui 

seluk beluk negeri ini seperti dia bisa melihat jelas 

telapak tangannya." Si nenek kembali berpikir-pikir. 

Sebelum keduanya sampai di hadapan Raja. Rauh 

Kalidathi berkata agak berbisik. "Aku ingat satu 

tempat rahasia. Mungkin hanya ini satu-satunya 

tempat yang aman." 

"Dimana?" tanya Wiro. 

"Satu tempat angker yang disebut Sumur Api. 

Terletak di sebuah rimba belantara antara kawasan 

Prambanan dan Kali Dengkeng." 

"Aku pernah diceritakan riwayat sumur itu. 

Munculnya tiga tahun silam menjelang terjadi 

pemberontakan besar Nek, apa kau mau 

menceburkan Raja ke dalam sumur sempit itu 

bersama anak istri dan puluhan pengikutnya 

termasuk dirimu sendiri?" 

"Hussl Jangan bicara begitu." Jawab si nenek. 

Hik hik Aku tidak tolol. Aku tahu jalan belakang 

untuk mencapai bagian bawah sumur yang aman. 

Konon tempat itu masih selalu menjadi perhatian 

Satria Lonceng Dewa Mimba Purina karena di sanalah 

Ibundanya pernah tinggal dan di sana pula dia 

dilahirkan. Serahkan semua padaku. Kau tak usai 

khawatir. Yang harus kau kawabrkan adalah anak 

perempuan bernama Ni Gatri. Aku bdak bisa 

membayangkan kalau anak itu tarrpai jatuh ke 

tangan Sinuhun Muda. apa lagi Sinuhun Merah. Kau 

juga harus mencari gurumu gadis molek berdandan 

mertor. Jika kau harus pergi, kau juga harus 

mendapatkan kembali Bunga Matahari yang dibawa 

kabur gadis berkumis haMs bernama Jaka Pesolek 

itu. Kau dengar sendiri ucapan Devi Ular. Bunga itu

yang membuat celaka, bunga itu pula yarg akan 

menjadi penyembuh. Lalu kau juga harus menolong 

Rau Randang, nenek juling montok dan genit yang 

aku duga su<a berat padamu. H k hik" 

"Bagaimana dengan gadis berkaki satu itu Nek? 

EmpatMayat Aneh berusaha membawanya ke Candi 

Kalasan. Tadi aku melihatdiamulai bimbang..." 

"Aku tidak yakin dia akan meninggalkan kita 

begitu saja. Apa lagi bukankah kau sudah dikaulkan 

menjadi calon suaminya? Empatmahluk aneh itu saja 

tahu. Seorang istri harus ikut apa kata suami. 

Dimana suami berada disitu sang istri juga harus 

berada. Kemana suami pergi kesitu pula istri 

mengikuti Tapi..." 

Tapi apa Nok? Aku belum menjadi suaminya!" 

"Hik...hik!" Rauh Kalidathi tertawa. "Kalaupun dia 

pergi mengikuti Empat Mayat Aneh. maka aku rasa 

pasti ada satu urusan sangat besar yang akan 

ditanganinya. Yang tentunya menyangkut 

keselamatan Raja dan Kerajaan. Walau empat 

mahlukitu ujud mereka salah kaprah, setahuku 

mereka berpihak pada Kerajaan dan pernah menolong 

Raja Mataram." 

Wiro garuk-garuk kepala. "Lalu kemana aku 

harus mencari orang-orang itu Nek. Tentang Bunga 

Matahari itu seharusnya gadis berkaki satu itu yang

lebih tepat mencarinya Kalau aku tidak salah Dewi 

Kaki Tunggal mendapatkan bunga sakti itu dari Nyi 

Roro Jonggrang. Nek, aku pernah bertemu dengan Nyi 

Roro Jonggrang. Kami bicara..." 

"Jangan ngacokl Patung mana bisa bkaral" Tukas 

Rauh Kalidathi. 

Wiro terdiam lalu garuk-garuk kepala. Tidak 

berusaha menjelaskan.Sementara itu Empat Mayat Aneh terus 

membujuk Sakuntaladewi agar ikut bersamamereka 

hingga gadis berkaki satu ini menjadi bingung. 

Mayat Aneh Ketiga berkala "Dewi. dulu pertama 

kali kau ka.nl ajak melayang di dalam peti mab. kau

mengeluh mengatakan di dalam peb sangat gelap dan 

pengap. Tidak bisa melihat pemandangan di luar. Kau

saksikan sendiri. Kami sudah membuatkan dua 

jendela di samping kiri dan dua jendela di samping 

kanan peti mati. Jika sekarang sekati lagi kau terbang 

di udara, kau bdak akan pengap dan kegelapan lagi, 

nanb kau akan melihat pemandangan yang indah-

indah seperti yang kau inginkan." 

Sakuntaladewi tatap empat wajah pucat Empat 

Mayat Aneh. "Mereka membujukku terus. Memaksa 

secara halus.Aku Jadi curiga. Apakah mahluk-mahluk 

ini dapat dipercaya?


LIMA


SAKUNTALADEWI lalu melirik ke arah peti mati 

hitam besar. Memang saat itu dia melihat ada dua 

lubang besar berbentuk segi empat menyerupai 

jendela di kedua sisi peti. Si gadis berpaling pula ke 

arah lain yaitu ke tempat dimana Wiro dan Rauh 

Kalidathi berada bersama Raja. 

"Sahabat berempat, rasanya aku tidak mungkin 

ikut kalian. Bukan saatnya untuk terbang bersenang-

senang melihat pemandangan indah. Sementara 

banyak masalah di sini. Bukan cuma menyembuhkan 

dan menyelamatkan Raja serta keluarga dan para 

pengikutnya, tapi juga bagaimana menemukan anak 

perempuan yang pernah ikut masuk bersamaku ke 

dalam peti mati. Dia lenyap, sudah dicari tidak 

ditemukan..." 

"Dewi, maksudmu anak perampuan ayu 

berbadan sintal bernama Ni Gatrl itu?" Tanya Mayat 

Aneh Keempat sambil menekap bagian bawah perut 

dengan kedua tangan. 

Sakuntaladewi mengangguk, 

Empat Mayat Aneh saling pandang. Lalu 

dongakkan kepala ke langit dan menghirup udara 

dalam-dalam. Lalu mewakili saudara-saudaranya 

Mayat Aneh Kesatu berkata."Kuharap kami tidak salah menghirup bau udara 

alam gaib. Kam i menduga anak perempuan itu 

berada di satu tempat di kaki selatan Gunung Merapi. 

Ada delapan kekuatan aneh yang mengeluarkan 

cahaya kuning kemerahan di sekitar dinnya hingga 

anak itu tidak bisa pergi kemana-mana. Kasihan. 

Kami ingin menolong tapi ada urusan besar yang lebih 

dulu harus kami lakukan. Yaitu membawamu ke 

Candi Kaiasan." 

"Jika kalian punya ilmu kesaktian menjajaki 

keberadaan seseorang coba kalian selidiki dknana 

beradanya seorang gadis berdandan menor bertubuh 

sintal yang datang dari alam delapan ratus tahun 

mendatang. Kalau tidak salah namanya Slnto 

Gendeng. Dia guru Kesatria Panggilan." 

Sakuntaladewi mengalihkan pembicaraan sekaligus 

Ingin menjajal sampai dknana kehebatan Empat 

Mayat Aneh. 

"Jika itu pintamu, kami akan lakukan. Tapi 

setelah itu kau harus ikut kami." Kata Mayat Aneh 

Kedua. 

Tanpa menunggu jawaban si gadis Empat Mayat 

Aneh kembali dongakkan kepala ke langit Mata d 

pejam hidung menghirup udara dalam-dalam sampai 

hidung mereka kelihatan melesak. Tiba-tiba ke 

empatnya sama-sama keluarkan jeritan keras, terjajar 

ke belakang nyaris jatuh duduk. 

"Ada apa? " Tanya Sakuntaladewi terkejut 

Dilihatnya tampang Empat Mayat Aneh bertambah 

pucat 

Mayat Aneh Ketiga menjawab "Ada satu kekuatan 

hebat dan aneh melindungi gadis itu. Kekuatan aneh 

ini menebar baubusuk bangkai..." 

"Yang bisa aku! ihat secara samar, kekuatan 

dahsyat itu berujud delapan benda setinggi manusia 

membentuk tabir berwarna hitam..." Berkata Mayat 

Aneh Kesatu. 

Lalu Mayat Aneh Kedua setelah mengusap mata 

menyambung. "Kami mohon maaf. Kami empat 

bersaudara mohon maaf karena tidak dapat 

mengetahui jelas dimana keberadaan guru Kesatria 

Panggilan itu." 

Sakuntaladewi berpikir cepat lalu berkata. 

"Sahabat berempat, jika kalian sudah tahu dimana 

beradanya Nl Gatri lebih baik kalian tolong 

menyelamatkan gadis itu. Sementara aku sendiri 

menyelamatkan Raja dan orang-orang yang ada di 

bukitini. Bukankah itu lebih baik dari pada aku 

ikutdenganmu yang urusannya tidak ketahuan apa 

untrungannya 

Mendengar ucapan Sakuntaladewi, Mayat Aneh 

Kesatu berkata. "Dewi, menyelamatkan Kerajaan 

bukan berarti hanya menolong Raja. Raja memang 

sangatpenbng. Dan banyak cara serta hal lain yang 

bisa dilakukan untuk menyelamatkan Raja. Seperti 

yang kami katakan, kami membawa dirimu kesatu 

tempat untukmempertamukanmu dengan seseorang. 

Semua ini adalah juga salah satu bagian dari usaha 

menyelamatan Kerajaan dan Raja Mataram..." 

"Sahabat berempat dengar..." Kata Sakuntaladewi 

setelah berdiam diri sejurus. "Kau memang memberi 

tahu mau membawa diriku kemana. Candi Kalasan. 

Tapi selama kau tidakmau mengatakan aku ini akan dipertemukan 

dengan siapi dan untuk kepaduan apa, maka jangan 

marah kalau aku tidak mau lkutdengan kalian..." 

"Dewi. waktu kita sangatterbatas Kita harus 

melakukan sesuatu sebelum orang-orang penimbul 

malapetaka Malam Jahanam itu bergerak lebih dulu." 

"Sahabat berempat, aku..." 

"Jika kau bersikukuh baiklah, aku terpaksa 

memberi tahu walau ini sebenarnya menyalahi pesan 

amanat Untuk itu kami berempat mohon ampun pada 

Para Dewa karena terpaksa berbuat kelirul Kata 

Mayat Aneh Ketiga. 

Belum sempat Mayat Aneh Ketiga menyambung 

ucapan memberi tahu siapa adanya orang yang akan 

ditemui Sakuntaladewi bba-tiba dari langit sebelah 

utara menyambar cahaya kuning kemerahan disertai 

melesatnya beberapa sosok anehi 

"Dewi! Awasi Ada orang mengirim cahaya jahat 

dan mahluk-mahluk aneh pembunuh untuk 

menghabisi Kita!" Berteriak Mayat Aneh Kesatu. 

"Celaka! Ini mungkin tulah kutuk kemarahan 

Para Dewa karena kita mau memberi tahu orang yang 

hendak ditemui di Candi Kerasan. Baru mau memberi 

tahu saja sudah celaka, apa lagi tempat menyebut 

namai" Teriak Mayat Aneh Keempat sambil menekap 

bagian bawah perutnya kuat-kuat 

"Dewi lekas masuk ke dalam peti!" Teriak Mayat 

AnehKetiga begitu di langit dilihatnya ada pula cahaya 

lain menyambar yakni cahaya merah laksana lidah api

raksasa hendak membelah bumi 

Tidak, aku tetap akan menolong Rajai" Jawab 

Sakuntaladewi. Lahi dengan cepat gadis berkaki satu

ini melesat ke atas. Tubuhnya membal ke udara 

namun setengah jalan, sebelum melayang turun ke 

tempat Raja terbaring tiba-tiba Empat Mayat Aneh 

gerakkan tangan kanan masing-masing Krumu 

Secara aneh gulungan kain putih yang 

membungkus tangan mereka melesat panjang ke 

udara, melibat dua tangan, pinggang serta kaki kiri

Sakuntaladewi. Sekali disentakkan tubuh gadis itu 

melayang turun ke bawah dan masuk ke dalam peti 

mati besar. 

"Retttt!" 

Empat gulungan kain kembali melibat di tangan 

Empat Mayat aneh. 

"Dewi Kaki Tunggal, harap kami dimaafkan!" 

Berkala Mayat Aneh 

Kesatu. "Keadaan sangat berbahaya Kami 

terpaksa memperlakukanmu seperti ini!" 

"Kalian...!" Sakuntaladewi hendak berteriak 

marah 

namun suaranya terputus Karena begitu 

tubuhnya tertelentang di lantai peti mati, 

Sakuntaladewi melihat Empat Mayat Aneh mengusap 

mulut dan bahu masing-masing. Saat itu jugaSakuntaladewi bdak mampu lagi bersuara dan 

menggerakkan anggota tubuhnya 

Penutup peb diturunkan. Empat Mayat Aneh 

melompat ke atas peti. Dari bagian bawah peti 

mengepul asap coklat. Di lain kejap peti besar h tam 

itu telah melesat ke udara. 

Hanya sesaatsetelah peti mati membumbung ke 

udara. 

"Wuusssr 

"Wuuutttr 

Blaaarrri Blaaarrri 

Cahaya kuning kemerahan dan cahaya merah 

angker berkiblat sama-sama menghantam kelereng 

bukit sebelah barat Yang dituju adalah peti mati yang 

di dalamnya ada Sakuntaladewi serta Empat Mayat 

Aneh. Namun saat itu peti mati sudah melesat jauh ke 

udara dan lenyap dari pemandangan. Wiro terkejut 

melihat apa yang terjadi. Dalam kedaaan seperti itu

yang bisa dilakukannya bersama Rauh Kahdath 

adalah melindungi Raja Mataram dan keluarganya. 

Hantaman cahaya merah dan cahaya kuning 

kemerahan membuat bebatuan di lereng bukit sebelah 

barat terbongkar dan longsor hingga keadaannya 

semakin porak poranda. Untungnya dua cahaya ganas 

itu menghantam cukup jauh dari tempat dimana Raja 

Mataram dan keluarga serta para pengikutnya berada 

dikelilingi para pengawal. Debu, tanah dan kepingan

balu bertebaran di udara, membuat keadaan menjadi 

gelap untuk beberapa lama. 

"Kesatria Panggilan, kurasa kau benar," kata 

RauhKalidathi begitu udara mulai terang Keadaan 

maaih belum aman. Buktinya barusan Kesatria Roh 

Jemputan dan Sinuhun Muda mengirimkan serangan 

jarak jauh. Aneh, bagaimana mereka bisa melakukan 

hal itu. Pasti ada yang memberikan ilmu baru pada 

mereka. Siapa lagi kalau bukan Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah! Aku akan segera memimpin 

rombongan untuk menyelamatkan Raja ke Sumur Api. 

Aku akan menyuruh beberapa Perwira Muda dan 

belasan pengawal turun lebih dulu untuk mencari 

gerobak, kereta atau kuda atau apa saja yang bisa 

dipergunakan untuk angkutan. Kuharap kau mau 

mengantar kami sampai ke Kali Dengkeng 

Wiro menggaruk kepala. Lalu dia melangkah 

kehadapan Raja yang masih dalam keadaan kaku dan 

tak bisa bicara. 

"Nek, biaraku membawa Raja lebih dulu. Aku 

tunggu kau di Sumur Api." Lalu dengan cepat Wiro 

memanggul sosok Raja Mataram yang tinggi besar itu 

seolah memanggul sepotong bambu ringan. Namun 

belum sempat Pendekar 212 tinggalkan tempat itu 

bba-bba byaarr! 

Dua buah batu besar di lereng barat bukit 

terpental hancur.Tanah berhamburan dandebu 

beterbangan. Lalu dari dalam tanah bukit mencuat 

satu tangan luar biasa besar penuh ditumbuhi bulu 

lebat Lima kuku jari menyerupai kepala manusia 

angker berkepala botak yang ada tanduk kecil 

berwarna merah, memiliki kumis dan janggut hitam 

menju a Lima jari bergerak menyatu membentuk bnju 

Saat itu juga lima kepala botakbergabung menjadi satu kepala luar biasa besar. 

Di lain kejap begitu kepala melesat ke udara disusul 

menyeruaknya tubuh raksasa dari dalam tanah maka 

di lereng bukit berd n tegak satu sosokmahluk luar 

biasa dahsyat mengerikan. Sepasang mata besar 

menjorok keluar lebih banyak berwarna pulihnya Bola

mata yang hanya merupakan titik kedi berputar liar.

Mulut keluarkan suari mengorok panjang, hembusan 

nafas memerihkan mata Semua orang yang ada di 

tempat hu jadi tercekat bahkan ada yang berteriak 

ketakutan. Para pengawal Raja cepat berjaga-jaga. 

Yang masih memiliki senjata segera menghunus sen 

ata masing-masing namun rasa takut membuat 

mereka sengaja menjaga jarak. 

Hebatnya lagi begitu mahluk raksasa ini tegak 

berdiri di atas tanah bukit di udara berkelebat dua

sosok aneh. DI lain kejap keduanya tahu-tahu telah 

berdiri di atas bahu kiri kanan mahluk raksasa. 

Keduanya mengenakan pakaian hitam, bertampang 

angker. Rambut awut-awutan. Di atas kepala masing-

masing terletak sebuah pendupaan terbuat dari 

tembaga merah menyala, masing-masing 

mengepulkan asap merah dan kuning. Sosok di bahu 

kiri memiliki rambutdan mata berwarna merah. Asap 

yang mengepul keluar dari dalam pendupaan di atas 

kepalanya juga berwarna merah. Mahluk di bahu 

kanan bermata kuning, rambut kuning dan asap yang 

keluar dari dalam pendupaan berwarna kuning pula. 

Inilah ma luk-mah uk jahat dan ganas anak buah 

Sinuhun MerahPenghisap Arwah. (Seperti diceritakan dalam 

episode "Dewi Kaki Tunggal" sebenarnya mereka 

berjumlah tiga orang dan disebut dengan julukan Tiga 

Iblis Menunjung Dupa Kematian". Salah seorang dari 

mereka yaitu Iblis Kedua yang memiliki rambut dan 

mata biru menemui ajal di tangan Kumara 

Gandamayana. Kakek sakti ini dengan disaksikan 

oleh Ratu Randang, dipendam amblas ke dalam tanah 

oleh Sinuhun Muda hama Karadipa dan Dua Iblis 

yang masih hidup) 

Rauh Kalidathi delikkan mataJNulutnya bergetar 

berucap. "Aku tidak percaya. Anyari Ketua\ Penguasa

Candi Miringi Bagaimana mungkin dia muncol 

Aersama kaki tangan Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah. Apakah mahluk yang selama ini jadi 

kepercayaan Raja Raja Mataram dan menjaga Bhumi 

Mataram telah berserikat dengan mahkjk-mahluk 

bejat penimbul Malapetaka Malam Jahanam?" 

"Nek, apa kau mengenal siapa adanya mahluk 

raksasa ini?" Wiro bertanya sambil kepala menyondak

menatap ke atas. 

"Dia dikenal dengan nama Arwah Ketua Mahluk 

gaib yang selama ini menjadi kerabat Kerajaan dan 

penjaga Bhumi Mataram. Jangan-jangan dia sudah 

menjadi kaki tangan Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah. Celaka besar kita semua. Tapi ada satu 

keanehan. Sosok Arwah Ketua tidak berbau. Mengapa 

mahluk ini menebar hawa bau amis..." 

Baru saja Rauh Kalidathi selesai berucap tiba-

tiba Dua blis Menjunjung Dupa berambut merah dan 

kuning berteriakkeras.Laluwuuttt Keduanya melesatlwajehWiro 

Sementara mahluk raksasa tegak menyeringai 

bersidekap dada dan dari tenggorokan keluar suara 

mengorok keras, hembusan nafas memerihkan mata!


ENAM


MELIHAT gelagat dua mahluk menjunjung dupa 

hendak menyerang dirinya, Pendekar 212 Wiro 

Sableng cepatmendekab Rauh Kalidathi seraya 

berkata. 

"Nek. aku serahkan Raja Mataram padamu Lekas 

tinggalkan tempat ini Nanti aku menyusul ke tempat 

rahasia yang kau sebutkan ' 

"Kau mau melakukan apa?"Tanya Rauh Kalidathi 

Menumpas mahluk-mahluk jahat itu!" jawab Wiro lalu 

letakkan tubuh Raja yang masih kaku dan tak bisa 

bicara itu di atas bahu kanan si nenek 

"Oala! Bagaimana mungkin aku sanggup 

memanggul tubuh besar seberat ini?!" Si nenek 

bermuka bulat tak beralis Rauh Kalidathi mengeluh 

"Kau pasb sanggup Nek Kau orang sakti!" Jawab 

Wiro Lalu dia tepuk bahu kiri si nenek sambil diim-

diam mengerahkan tenaga dalam dan hawa sakti. 

Saat itu juga Rauh Kalidathi merasa tubuh berat Raja 

Mataram yang dipanggulnya jadi ringan seolah 

sepotong ranting kayu! 

"Kesatria Panggilan Apa yang telah kau lakukan 

pada diriku hingga aku..." Rauh Kalidathi merasa 

heran dan bertanya"Sudah Nek. Lekas pergi," jawab Wiro. 

Tapi bagaimana dengan Raja. Kau telah 

menotoknya hingga tak bisa bergerak tak mampu 

bicara." 

"Tak usah ka watir Nek. Pada saat sang surya 

tenggelam Raja akan pulih kembali." menjelaskan 

Wiro. "Nah kau tunggu apalagi! Cepat pergi!" 

Rauh Kalidathi mengangguk "Hati-hati. jangan 

sampai tiga mahluk jahat itu mencelakai dirimu," kata 

si nenek.Sebeium berkelebat pergi nenek ini 

keluarkan sebuah benda kecil bulat sebesar ujung ibu 

jari bewama biru. Begitu dilempar ke udara benda ini 

meledak, mengeluarkan asap biru. Dengan cepat asap 

ini menebar di Seantero bukit hingga baik si nenek 

maupun rombongan puluhan pengawal yang 

melindungi para istri, putera puteri Raja dan orang-

orang Mataram yang selama ini ikut menyelamatkan 

diri keBukitBatu Hangus tertutup lenyap dari 

pandangan mata. 

Mahluk raksasa menggembor marah. 

"Asap Biru Empat Mata Angin!" ucapnya dengan 

geram Perempuan setan Rauh Kalidathi! Apa kau bisa 

menipu diriku dengan ilmu tololmu itu?! " Mahluk 

tinggi besar membentak lalu meniup. Angin laksana 

badai menggebubu. Namun asap biru tidak buyar apa 

lagi sima. Semua orang yang meninggalkan bukittetap

tidak terlihat! Mahluk raksasa kembali menggembor 

karena tidak mampu melihat si nenek dan rombongan 

yang menyusul pergi kemudian "Rauh Kalidathi,kau mau kabur kemanal Aku akan 

menghadangmu di kaki Bukit batu Hangus 1" Mahluk 

raksasa kemudian alihkan perhatian pada Pendekar 

212 Wiro Sableng. Didahului suara menggembor 

mahluk ini menunjuk ke arah Wiro dan berteriak. 

"Pateni (Pateni» bunuh) 

Ketika di belakangnya Wiro mendengar suara 

menggembor keras lalu menyusul sambaran angin 

dengan cepat murid Sinto Gendang membalikkan 

tubuh dalam gerak jurus Di Balik Gunung Memukul 

Halilintar sambiI melepas dua pukulan Tangan Dewa 

Menghantam Matahari.

"BlaarlBIaarl" 

Dua letusan dahsyat menggelegar di lereng bukit 

disertai raungan menggidikkan. Yang menjerit adalah

Dua Iblis Menjunjung Dupa Kematian yang saat itu 

siap menyerang Wiro dengan asap mau t yang 

menyembur dari dalam pendupaan di kepala masing-

masing. Tubuh mereka tercabik-cabik ketika dihajar 

dua pukulan sakti yang dilepas Pendekar 212 Wiro 

Sableng lalu berubah jadi asap merah kuning yang 

kemudian pupus dari pemandangan. 

GroooWtkkkk...! Wusssl" 

Suara mengorok dahsyat menggelegar di lereng 

bukit disusui semburan nafas aneh. Sepasang kaki 

Wiro bergoyang keras, tubuh bergetar dan mata terasa 

perih. Dalam keadaan seperti itu di hadapannya sosok 

raksasa menebar bau amis yang oleh Rauh Kalidathi 

diberi tahu adalah Arwah Ketuabergerak mendekati. Satu langkah saja dia sudah 

sampai di hadapan Wiro. Tangan kanan bergerak 

tidak terduga dan tahu-tahu Wiro merasa lehernya 

sudah dicengkeram jari-jari raksasa 

Sebelum lidah terjulur, leher hancur dan nyawa 

putus Wiro segera meniup telapak tangan kanan. 

Begitu di telapak muncul gambar kepala harimau 

putih bermata hijau Wiro langsung menghantamkan 

jotosan ke dada mahluk raksasa yang mencengkeram 

lehernya. Pukulan sakti yang dilancarkan Wiro bukan

lain adalah Pukulan Harimau Dewa pemberian Datuk 

Rao Basaluang Amen, kakek sakti di pulau Andalas. 

Jangankan tubuh manusia, tembok besi atau 

gundukan batu sebesar rumahpun bisa hancur 

berkeping-keping! 

"BukkW" 

Pukulan Harimau Dewa menghantam 

pertengahan dada mahluk raksasa dengan tetak. Sang 

mahluk hanya terjajar satu langkah. Dadanya tidak 

hancur atau jebol, bahkan cidera sedikttpun tidak. 

Sang mahluk yang dipukul malah menyeringai. Selagi 

Wiro terkesiap kaget tidak percaya melihat apa yang

terjadi didahului suara mengorok keras mahluk ini 

angkat tinggi-tinggi tubuh sang pendekar lalu 

dibanting ke tanah bUKit "Braakkr 

Tubuh Pendekar 212 amblas ke dalam tanah 

sampai sebahu. Wiro merasa dirinya seolah remuk 

mulai dari kaki sampai ke dada, kepala seperti mau 

mau meledak. Dia coba mengeluarkan diri dari dalam 

tanah tapi sampai mata mendelik,kuping berdenging muka berkeringatan dan 

geraham bergemeletakan dia tidak berhasil. Mahluk 

raksasa mendongak laku tertawa bergolak 

"Anak manusia yang dipanggil dengan sebutan 

Kesatria Panggilan! Sekali seseorang sudah aku buat

amblas dengan ilmu Arwah Memantek Roh jangan 

harap bisa keluar dan dalam tanah!" 

"Mahluk keparat] Siapa kau?) Kau pasti salah 

seorang kacungnya Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah!" 

Dimaki sebagai kacung mahluk raksasa delikkan 

mata. Kumis berjingkrak dan tanduk di kepala 

memancarkan cahaya merah benderang. 

"Di jagat Mataram tdak ada orang berani memaki 

kurang ajar diriku yang dipanggil dengan sebutan 

Arwah Ketuai Baunks» penguasa tanah dan udara 

Bhumi Mataram!" 

Wiro pencongkan mulut "Kau Arwah Ketua palsui 

Arwah Ketua asli tidak bau amis seperti dirimu!" 

Teriak Wiro yang mendapat tahu kead&au mahluk 

besar ini dari Rauh Kalidathi. 

Tampang mahluk raksasa tampak melengak 

seperti kaget Sepasang mata besar yang menjorok dan

putih berputar iar. 

"Grookkkk!" Mahluk raksasa keluarkan suara 

mengorok. 'Di negerimu kau boleh menjadi orang 

paling hebat Tapi di hadapanku kau tidak lebih dari

seekor kacoak busuki Jadijangan bicara sombong dan kurang ajar! Aku 

sudah menyaksikan sendiri! Ternyata kau tidak punya

kesaktian apa-apa. Di Bhumi Mataram kau hanya 

menimbulkan keonaran! Aku akan kembalikan 

bangkai kacoakmu ke negeri delapan ratus tahun 

mendatang dari mana kau berasal 

Mahluk raksasa membungkuk. Dua tangan 

dipantang kedepan. Secepat kilat membuat gerakan 

mengepruk


TUJUH


 

HANYA seke apan lagi akan menemui ajal dengan 

kepala hancur d kepruk Arwah Ketua tiba-tiba Wiro 

ingat pada ilmu kesaktian bernama Belut Menyusup 

Tanah yang dimilikinya. Secepat dia mengeluarkan 

ilmu itu maka sekujur tubuhnya menjadi licin dan 

mencelat ke udara. Namun setengah jalan salah satu 

tangan Arwah Ketua masih sempat menggebuk bahu 

Ionnya Walau karena licinnya tubuh dan pakaian 

sang pendekar pukulan tersebut mendarat tidak 

begitu telak, namun tetap saja membuat Wiro 

terpental, jatuh bergedebukdi tanah, lalu terguling ke 

balik sebuah batu besar. 

Arwah Ketua menggembor keras, melompat ke 

atas batu. Kaki kanan dihunjamkan hingga batu 

besar hancur berkeping-keping. 

"Grookkkl Kacoak busuk! Kau mau lari kemana?!" 

Wiro yang terkapar di tanah cepat gulingkan diri 

menjauhi kaki Arwah Ketua yang hendak menginjak 

lumat tubuhnya. 

"Braaakk!" 

Satu batu besar hancur, satu lobang besar dan 

dalam menganga di tanah akibat injakan kaki. 

Sebelum tubuhnyajatuh masuk ke dalam lobang Wiro berguling 

menjauhi lobang lalu cepat berdiri. Jaraknya dengan

mahluk raksasa hanya terpaut delapan langkah. 

Bahunya yang tadi kena dipukul mendenyut sakit 

membuat d a bdak bisa berdiri lurus. Mahluk raksasa

menyeringai lalu kembali keluarkan suara mengorok 

keras pertanda akan meyerang lagi. 

Wiro gerak-gerakkan lima jari tangan ke arah 

lengan. Sengaja menantang agar si mahluk raksasa 

mendatanginya. Wiro tengah membuat perhitungan. 

Jika mahluk raksasa itu tadi bdak mempan Pukulan 

Harimau Dewa, apakah dia sanggup bertahan kalau 

dihantam dengan Pukulan Sinar Matahari? 

Sewaktu/nahluk raksasa telah bergerak tiga langkah 

ke arahnya, tiba-tiba selintas pikiran muncul dalam

benak murid Sinto Gendeng. 

"Arwah harus dilawan dengan arwah! Membatin 

murid Sinto Gendeng. Di depan matanya muncul 

bayangan sosok Luh Rembulan alias Hantu Santet 

Laknat, mahluk alam gaib Latanahsilam seribu dua 

ratus tahun silami (Baca serial Wiro Sableng di 

Latanahsilam) Wiro angsurkan kaki kanan ke depan. 

Deretan lima jari dimiringkan. Kaki yang kini 

bertumpuk pada Jari kelingking itu siap menggurat 

tanah bukit Ilmu Membelah Bumi Menyedot Arwah!

Melihat gerakan kaki yang dibuat Pendekar 212, 

mahluk raksasa tampak berubah wajahnya Sepasang 

telinga mencuat ke atas. Dua mata berwarna putih berkedut-

kedut 

k Suara seperti tercekik keluar dari tenggorokan 

mahluk raksasa. 

"Mahluk dajall Kau kelihatan takuti Berarti kau 

bisa kubunuhl Wiro berucap dalam hatj. 

Tlba-tjba di kaki bukitsebelah selatan terdengar 

suara orang meniup seruling dan memukul tambur. 

Wiro terkesiap. Mahluk raksasa sendiri tampak 

hentikan langkah. 

"Si Tambur Bopeng dan Si Suling Burik!" kata 

Wiro dalam hati. "Kalau dua orang aneh itu muncul 

biasanya muncul pula sepasang kakek nenek alam 

gaib Sepasang Arwah Bisu." 

Wiro mendongak ke langit Benar saja saat itu di 

atas sana kelihatan sosok sepasang kakek nenek 

mengenakan pakaian selempang kain putih, 

mengambang di udara. Si kakek menatap ke arah 

Wiro sambil tangan kanan digoyang-goyang. Lalu dia 

membuat gerakan tangan bahasa orang bisu. Wiro 

yang sudah mendapat ilmu membaca dan membuat 

bahasa gerakan tangan orang bisu dari patung Nyi 

Loro Jonggrang di Candi Prambanan segera mengerti 

epa yang di katakan si kakek. 

"Jangan jangan ja an 

Wiro garuk kepala laki membalas dengan 

menggerakkan dua tangan, bertanya. "Apa yang 

jangan 7" 

Si kakek menjawab dengan gerakan tangan yang 

berupa kata-kata. "Jangan guratkan kaki kananmu! 

Jangan keluarkanIlmu kesaktian yang bisa membelah tanah Ku! 

Wiro Jadi melengak "Walau dia tidak menyebut 

nama ilmu itu, tapi bagaimana kakek itu tahu kalau 

aku memiliki ilmu yang bisa membelah tanah. Lalu 

mengapa dia melarangku mengeluarkan ilmu itu 7 

Apa dia bermaksud menolong mahluk raksasa Jahat 

ini 7 Apa berarti sepasang kakek nenek itu kini telah 

menjadi kaki tangan Sinuhun Merah Penghisap Arwah 

pula? Kalau benar kasihan sang cucu Sakuntaladewi 

alias Dewi Kaki Tunggal." 

Suara tiupan suling dan tabuhan tambur 

mendadak sirna. Wiro kembali menatap ke langit 

Bayangan sepasang kakek nenek Arwah Bisu 

memudar lalu lenyap. Di saat bersamaan mahluk 

raksasa telah berada dua langkah dari hadapan Wiro.

"Kakek Arwah Bisu memberi tahu. Pasti ada apa-

apanya. Jika aku tidak menuruti nasihatnya mungkin 

saja akan terjadi sesuatu." Wiro membatin bimbang. 

Ketika Arwah Ketua semakin mendekat Wiro yang 

terpengaruh oleh apa yang dikatakan Sepasang Arwah 

bisu kini memutuskan untuk menghantam lawan 

dengan Pukulan Sinar Matahari. Namun baru saja 

tangan kanannya berubah warna seperti perak putih 

berkilau mendadak seett seetttl 

Dua tangan kiar biasa besar melesat mencuat 

dari dalam tanah. Sepuluh jari berwarna merah 

laksana bara menyalamenebar hawa sangat panas langsung 

mencengkeram pergelangan kaki Wiro kiri kanan. 

Selagi terkesiap karena ternyata sepuluh jari panas

menyala itu tidak melumat leleh malah dua kakinya 

terasa sejuk Wiro berteriak kaget ketika tiba-tiba dua 

kakinya ditarik ke bawah dan cepat sekali tubuhnya 

amblas lenyap ke dalam tanah 

WIRO merasa pengap luar bisa Nafasnya sesak 

sementara kemanapun dia memandang yang tampak 

hanya kegelapan menghitam. 

"Celaka, mahluk apa tadi yang menarik kedua 

kakiku 7 Jangan-jangan kaki tangan Sinuhun keparat 

itu! Tapi jika ada yang berniat jahatmengapa sepuluh 

jari panas merah membara tidak menciderai dua 

kakiku sedikitpun?" 

KawarJr akan terjadi sesuatu mencelakai dirinya 

Wiro siapkan Pukulan Sinar Matahari di tangan kanan 

untuk menghadapi bahaya dari arah depan dan 

samping kiri kanan Lalu tangan kiri menyiapkan 

Pukulan Tangan Dewa Menghantam Rembulan untuk 

menghadang bahaya yang datang dari belakang. 

Walau dua pukulan sakb itu sudah siap untuk 

dipergunakan namun murid Sinto Gendeng tersentak 

kaget kebka menyadari kalau dia bdak mampu 

menggerakkan dua tangan dan juga dua kakinya!"Aku ditarik kebawah. Apa saat ini aku benar-

benar berada di dalam tanah. Celaka, dadaku tambah 

sesak, nafasku menyengal. Tubuhku lemas sekali. 

Rasanya seperti mau mati... 

Mendadak ada seberkas cahaya kelabu di 

bawahnya dan Wiro merasa tubuhnya seperti ditarik, 

bergerak dengan cepat ke arah depan. Sementara saat

demi saat cahaya kelabu berubah menjadi putih dan 

keadaan di sekitarnya kini berubah terang. 

Megap-megap Wiro memandang berkeliling sambil 

berusaha menghirup udaradalam-dalam. Tubuhnya 

yang lemas seperti mengambang dalam satu ruangan 

tidak bertepi tidak berdinding. Wiro merasa ada 

seseorang di dekatnya. Ini membuat dia jadi 

merinding. "Jangan-jangan penguasa alam akhirat 

yang hendak mencabut nyawakul pikir Wiro dengan 

dada berdebar dan tengkuk dingin mengkiriki



DELAPAN


BARU saja Wiromembabn sekonyong-konyong 

dari sebelah bawah ada kepulan asap kelabu. Lalu 

muncul satu kepala, bergerakmelayang ke atas hingga

berhadap-hadapan sejajar dengan wajah Pendekar 

212. 

"Gia IJtn tanah atau setan atau dedemit! Atau 

malaikat maut? Mengapa cuma kepala yang muncul 

gentayangan?" Wiro menatap tak berkesip. 

Kepala di hadapannya memiliki rambut putih 

awut-awutan. Walau kemunculannya terasa 

mengerikan namun kepala itu berupa orang tua 

berwajah jernih. 

Mahluk yang hanya berupa kepala, siapa kau? 

Wiro bertanya. 

Kepala yang ditanya b'dakmenjawab. Mata tak 

berkesip dan mu ut terkancing Sesaat kemudian 

terjadi satu keanehan lagi. Di bawah kepala yang 

melayang muncul leher, lalu menyeruak sosok tubuh 

mengenakan jubah kelabu. Di ujung sosok kelihatan 

sepasang kaki berkasut pubh 

Wiro terus memperhatikan. Kalau tadi dia tidak 

mengenali wajah si orang tua, kini melihat jubah 

kelabu dan kasut pubh selintas ingatan muncul di 

benak Wiro."Orang tua, kau...Apakah aku mengenalmu?" 

Untuk pertama kali mulut yang terkancing 

membuka. "Mata telah melihat, otak telah berpikir. 

Kita pernah bertemu beberapa kali. Apa kau lupa? 

Namaku KumaraGandamayana." 

"Astaga 1 Aku pangling. Selama ini kau selalu 

mengenakan sorban kelabu, sekarang tidak. 

Bukankah kau kakek sakti yang pernah datang ke 

negeri asalku delapan ratus tahun mendatang dan 

berulang kali masuk ke dalam tubuh anak perempuan 

bernama Ni Gatri." 

Si orang tua tersenyum. Lalu mengangguk. 

"BenarsekaliAku... " 

"Tunggu Keki Aku mau tahu dulu. Aku ini berada 

dimana?" Wiro potong ucapan orang. 

"Kita berdua ada di dalam tanah. Tak jauh dari 

kaki Bukit Batu Hangus..." 

Wiro melongo tercengang. 

"tak, aku sulit bernafas. Dadaku sakit sekali..." 

"Berada di dalam tanah memang tidak semua 

orang berilmu tinggi bisa melakukan. Aku akan 

memberikan satu kekuatan padamu. Tenang saja. 

Nanti kau akan bisa bernafas seperb keadaan kau 

berada di alam terbuka. Mudah-mudahan para Dewa 

berkenan menolong." 

"Keki Beritahu Dewa tangan dan kakiku tidak 

bisa bergerak"Kumara Gandamayana kembali tersenyum 

"Sesungguhnya Yang Maha Kuasa tahu dan 

melihat segala-galanya. Kau tidak usah kawat r Tutup 

matamu, bernafas seperti biasa dan kosongkan 

pikiran." 

"Kosongkan pikiran? Aku rasanya sudah 

maumatil Kau malah menyuruh mengosongkan 

pikiran!" 

Kumara Gandamayana, orang sakti kepercayaan 

utama Raja Mataram tersenyum. Dia kembangkan 

telapak tangan kanan lalu ditempelkan ke dada Wiro.

Orang tua ini kemudian kembangkan pula telapak 

tangan kiri, di angkat begitu rupa dan diusapkan di

depan wajah sang pendekar. Saat itu juga diluar sadar 

sepasang mata Wiro perlahan-lahan terpejam. Telapak

tangan kanan yang tadi menempel di dada kini di 

tekapkan ke mulut dan hidung Wiro. Setelah itu 

periahan-lahan Kumara Gandamayana meniup wajah 

sang pendekar. Lalu terdengar suaranya berkata. 

"Sesungguhnya insan berasal dari tanah. Maka 

sesungguhnya pula dia berhak untuk bisa hidup dan 

bernafas di dalam tanah. Wahai Yang Maha Kuasa di 

Swarga Loka. perkenankan permintaan saya agar 

pemuda ini diberi berkah kemampuan dan kekuatan " 

Kumara Gandamayana meniup wajah Wiro sekali 

lagi Saat itu juga satu sinar putih benderang untuk

beberapa lam a berpijar menerangi kepala dan dada 

Pendekar 212. Si orangtua menarik nafas lega. Lalu dengan tangan 

tonnya dia menepuk bahu Wiro. Begitu Wiro 

membuka mata Kumara Gandamayana bertanya. 

"Kesatria Panggilan, apakah dadamu masih sakit? 

Apakah nafasmu masih sesak? Apakah kau masih 

merasa seperti mau mati?" 

Wiro tatap wajah orang tua di hadapannya lalu 

gelengkan kepala. Setelah menarik nafas dalam-dalam

dan memandang berkeliling dia bertanya. 

Ke k, apa yang telah kau lakukan padaku?" 

"Pertanyaan itu tidak penting. Yang jelas saat ini 

kau telah memiliki satu ilmu dan kekuatan serta 

kemampuan baru hingga bisa bernafas seperti biasa 

walaupun berada di dalam tanah. Dengan kata lain 

jika kau mau kau kini mampu mengamblaskan diri 

masuk ke dalam tanah kapan saja kau menghendaki. 

Namun ingat Karena Ilmu kepandaian itu datangnya 

dari Yang Maha Kuasa maka harus dipergunakan 

untuk kebaikan dan kebajikan." 

Wiro terkejut, tidak menyangka tidak percaya. 

Terlebih ketika dia menyadari saat itu dia telah 

mampu menggerakkan tangan dan kakinya kembali. 

Buru-buru Wiro merunduk sambil berkata. Kek, aku 

sangat berterima kasih padamu." Tangan kanan si 

kakek dicium berulang kali. 

"Jangan berterima kasih padaku, tapi berterima 

kasih pada Yang Maha Kuasa." Jawab Kumara 

Gandamayana.Wiro manggut-manggut dan dalam hati 

mengucapkan rasa syukur beru ang kail pada Gusti 

Allah. Lalu Wiro berkata 'Orang tua, aku tidak 

bermaksud lancang. Sebenarnya aku ingin 

menanyakan bagaimana kau bisa berada di dalam 

tanah Lalu bukankah kau yang menarik dua kakiku 

hingga masuk ke sini?" Wiro memperhatikan tangan 

kiri kanan si orang tua. Dua tangan itu tampak biasa-

biasa saja, tidak beda dengan tangan manusia. 

Padahal sebelumnya jelas-jelas dia melihatdua tangan 

itu selain besar luar biasa juga berbentuk bara 

menyala. 

"Aku memang yang menarikmu ke dalam tanah 

sini dengan ilmu Menembus Tanah Menarik Petaka. 

Dalam ujudnya yang seperti bara panas menyala, dua 

tanganku bisa membuat lumat dan leleh siapa saja 

mahluk yang berhati jahat Sebaliknya orang-orang 

berhati baik dia akan merasakan kesejukan begitu 

bagian tubuhnya kusentuh..." 

Wiro mesem-mesem sambil garuk kepala. "Kek, 

terus terang, aku belum termasuk orang berhati baik

seperti yang kau katakan itu. Mungkin hanya nasib 

dan rejeki saja yang baik. Aku memang merasakan 

kesejukan waktu dua tanganmu mencekal 

pergelangan dua kakiku..." 

Kumara Gandamayana tertawa mendengar 

ucapan Wiro. 

"Anak muda dari negeri jauh, apakah dengan 

kehendak Yang Maha Kuasa kau jugamengingmkan 

aku memberikan ilmu yang membuat dua tanganmu 

bisa jadi besar dan berbentukbara panas menyala?" 

Tidak Kek." jawab Wiro sambil mundur satu 

langkah dan geleng-geleng kepala "Mana aku berani 

menerima. Ilmu bisa masuk dan bernafas di dalam 

tanah saja sudah sangat luar biasa bagiku. Aku tidak 

tahu bagaimana dan kapan bisa membalas budi 

besarmul" 

Kumara Gandamayana tertawa lalu berkata. 

"Sesungguhnya manusia itu hidup dalam lingkaran 

budi. Hanya sayang, tidak semua menyadari hal itu."

"Orang tua, kau belum menjelaskan mengapa kau 

berada dalam tanah. Apakah sengaja menungguku. 

Bukankah kehadiranmu di luar sana sangat 

diperlukan oleh Raja dan rakyat Mataram T 

Atas pertanyaan Wiro itu Kumara Gandamayana 

menceritakan pertarungannya dengan Sinuhun Muda 

sewaktu membantu Ratu Randang dan 

menyelamatkan Ni Gatri beberapa waktu lalu. 

"Sinuhun Muda mengandalkan tiga mahluk jahat 

bernama Tiga Iblis Menjunjung Dupa. Dari dalam 

pendupaan di atas kepala tiga iblis itu keluar tiga

mahluk yang disebut Tiga Jerangkong Penebar Arwah. 

Ratu Randang berhasil menghabisi tiga jerangkong 

dengan ilmu Tombak Dewa Memancung Berhala. Aku 

sendiri dapat membunuh Iblis Menjunjung Dupa 

Kedua dengan cara menarik sosoknya amblas ke 

dalam tanahNamun nasibku buruk. Selagi aku berada di 

dalam tanah Sinuhun Muda dibantu Dua Iblis 

Menjunjung Dupa yang masih hidup menutup dan 

mengunci diriku. Seharusnya saat itu aku sudah 

menemui ajal, leleh lumat jadi satu dengan lapisan 

tanah. Namun Yang Maha Kuasa masih menolong 

diriku melalui tangan sakti seorang anak keramat 

bernama Mimba Purana Hanya nasibku tetap saja 

buruk. Walau di dalam tanah aku bisa pergi kemana 

saja namun seumur-umur aku bdak akan bisa keluar 

dari dalam tanah. Kecuali Para Dewa memberi 

pertolongan." (Mengenai pertarungan Kumara 

Gandamayana dengan Sinuhun Muda dan Tiga Iblis 

Menjunjung Dupa dapat dibaca dalam episode 

berjudul "Dewi Kaki Tunggal") 

Kejut Pendekar 212 bukan alang kepalang ketika 

mendengar ucapan si orang tua bahwa seumur-umur 

dia tidak akan btsa keluar dari dalam tanah. 

"Kek, kalau kau seumur-umur bdak bisa keluar 

dari sini. apa berarti seumur-umur aku juga akan 

terpendam di dalam tanah ini?" 

Kumara Gandamayana menggeleng lalu 

menjawab. 

"Kau bdak perlu kawabr. Ilmu jahat Sinuhun 

Muda hanya ditujukan pada diriku. Tidak ada 

pengaruh atas dirimu. Sebap saat kau bisa 

meninggalkan tempat ini." 

Wiro terdiam. Kepala digaruk. 

"Kakek Kumara, aku tahu kau telah menolong 

diriku

sewaktu kau sengaja menarik diriku ke dalam 

tanah. Lalu kau masih menanam budi besar lag 

dengan memberikan ilmu masuk dan bernafas di 

dalam tanah. Apapun yang terjadi aku tidak akan 

meninggalkanmu." 

"Semua yang aku lakukan tidak mengharapkan 

balas budi dan pamrih. Kau pergilah. Raja dan rakyat 

Mataram masih memerlukan pertolonganmu." 

"Kau benar Kek sahut Wiro. "Selain itu aku masih 

harus mencari guruku Eyang Sinto dan anak 

perempuan bernama Ni Gatri. Anak itu lenyap begitu 

saja dari Bukit Batu Hangus ketika terjadi 

pertarungan ilmu kesaktian hebat " 

"Gurumu, bukankah dia gadis cantik yang 

memakai empat tusuk konde d kepalanya?" 

"Sebenarnya ada lima, tapi yang satu musnah 

sewaktu menolong seseorang bernama Swara 

Pancala..." 

"Orang yang ditolong gurumu itu adalah 

sahabatku seperjuangan. Oia menemui ajal di tangan 

Sinuhun Muda. Sebelumnya dia telah menceritakan 

bagaimana gurumu menolongnya dari satu serangan 

gelap dengan mempergunakan tusuk konde perak. 

Aku berjanji akan mengganti tusuk konde itu..." 

"KurasaEyang Sinto tidak minta penggantian 

segala." Kata Wiro pula 

"Aku mengerti," ucap Kumara Gandamayana 

Kakek ini lalu menghela nafas dalam, wajahnya sedikit 

suram. "Ada satu hal perlu aku beritahukan mengenai

gurumu. Sewaktu dirimu dicelakai oleh gurumu dan 

orang-orang Mataram berusaha menolongmu, seorang 

anak lelaki keramat bernama Mimba Pu rana Satria 

Lonceng Dewa secara samar d alam bentuk cahaya 

muncul menyelamatkan lalu memasukkannya ke 

dalam satu goa. Gurumu telah dicuci otaknya oleh 

Sinuhun Merah Penghisap Arwah dengan Ilmu 

Delapan Jalur Arwah Pencuci Otok sehingga dia telah 

menjadi kaki tangan mahluk-mahluk jahat penimbul 

bala Malam Jahanam itu. Oi dalam goa gurumu 

berada dalam keadaan tidak berdaya karena kekuatan 

luar dan kesaktiannya terpaksa dilumpuhkan 

sementara iimu jahat yang menguasai otaknya 

berusaha dilenyapkan. Namun sebelum gurumu dapat 

disembuhkan, orang-orang Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah berhasil menemukan goa tempat gurumu di 

sembunyikan. Gurumu diculik. Disekap di saru 

tempat Kurasa saat ini dia dijaga ketat oleh delapan 

mahluk hitam. Mahluk-mahluk itu dikenal dengan 

julukan Tabir Delapan Mayat. Tidak ada yang bisa 

menerobos tabir mayat apa lagi menumpasnya. 

Kecuali kekuatan Yang Maha Kuasa. Aku punya 

dugaan sesuai rencana Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah akan melepas gurumu dalam waktu dekat Jika 

itu terjadi maka bencana besar akan menimpa semua 

orang yang menjadi musuh Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah. Kau harus berhati-hati karena aku yakin 

gurumu tidakmengenali dirimu lagi." 

"Jika guruku sampai celaka, aku bersumpah 

tidak akan kembali ke negeri asalku sebelum 

menumpas Sinuhun keparat dan kaki tangannya f" 

Kata Wiro pula penuh geram. Lalu dia bertanya.' 

'Kakek Kumara. apa kau tahu dimana tempat guruku 

disekap?" 

Si kakek gelengkan kepala. "Mudah-mudahan 

aku atau siapa saja akan segera mendapat petunjuk."

"Dalam usianya yang sudah sangat lanjut Eyang 

Sinto masih bersemangat 

untukmenumpassegaiamacam kejahatan. Kek. kau 

tahu mengapa guruku sampai terpesat ke Bhumi 

Mataram ini?" 

Kumara Gandamayana tidak menjawab. 

Diamenatap ke lapisan tanah di atasnya. 

"Maafkan aku Kek kalau bicara terus terang. 

Setahuku riwayat mengapa sampai guruku Eyang 

Sinto terpesat sampai ke negeri ini karena dia tertarik 

dan suka padamu." 

Wajah jernih Kumara Gandamayana tampak 

bersemu merah. Wiro lantas cepat-cepatmerubah 

pembicaraan. 

"Kek! Kau berada di dalam tanah. Tapi tahu 

semua apa yang terjadi di luar sana" 

"Jika kau keluar dari smi, hati-hatilah. Kurasa 

mahluk raksasa Arwah Ketuamasih berada di atas 

sana, menunggumu." 

"Jadi kau juga tahu apa yang barusan terjadi di atas diriku Kek 7" 

SI orang tua mengangguk. "Bukankah kau telah 

membunuh Dua Iblis Menjunjung Dupa?" 

Wiro tercengang tak habis heran. 

"Kalau begitu aku mau bertanya." kata Wiro pula. 

"Menurut nenek bernama Rauh Kalidathi. mahluk 

raksasa yang hendak membunuhku itu bernama 

Arwah Ketua. Merupakan mahluk alam gaib kerabat 

dekat Raja dan Kerajaan Mataram. Tapi mengapa dia 

kini menjadi kaki tangan Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah? Lalu di atas sana. ketika aku hendak 

mengeluarkan satu ilmu untuk menghadapi Arwah 

Ketua, sepasang kakek nenek bisu yang dikenal 

dengan nama Sepasang Arwah Bisu mendadak 

muncul di langit Si kakek memberi tahu lewat 

gerakan tangan agar aku tidak mengeluarkan Ilmu 

kesaktian itu. Aku heran Kek. Mengapa aku tidak 

boleh membunuh mahluk jahat itu yang jelas-jelas 

kaki tangan Sinuhun Merah Penghisap Arwah 

dedengkot penimbul malapetaka di Bhumi Mataram." 

Tidak ada hai yang mengherankan. Aku tahu 

cerita kejadbnnya," jawab Kumara Gandamayana lalu 

rambutnya yang panjang awut-awutan digulung dan 

dikonde di atas kepala. 

"Kalau kau mau menceritakan, aku sangat ingin 

tahu Kek," kata Wiro. Lalu dia duduk bersila di tanah. 

"Mengapa kau duduk, mengapa tidak segera 

pergi?"Tanya si orang tua berjubah kelabu berkasut 

putih. 

"Aku mau dengar ceritamu dulu," jawab Wiro 

enteng. 

Si orang tua menghela nafas dalam. Sepasang 

mata memperhatikan wajah Pendekar 212 lalu 

pandangannya turun ke bagian tubuh Wiro. Mata 

berkedip, hati tersentak, jantung berdebar. 

Pandangan menembus raga. Diam-diam si orang tua 

membatin. 

"Kapak sakti yang aku lihat dalam mimpi dua 

puluh satu hari lalu. Berada di dalam tubuh pemuda 

ini. Hyang Jagat Bathara! Kalau Keris Kanjeng Sepuh

Pelangi tidak mampu merubah keadaan maka 

agaknya hanya kapak bermata dua itulah satu-

satunya senjata yang diharapkan bisa jadi andalan.



SEMBILAN


KUMARA GANDAMAYANA ikutan duduk di tanah, 

bersila di hadapan Wiro. Sebelum bercerita orang tua 

ini lebih dulu bertanya. 

"Ketika kau berhadapan dengan mahir; raksasa 

bernama Arwah Ketua itu, apakah kau mencium 

kalau sosoknya menebar bau busuk amis?" 

'Benar sekafi Kek. Tubuhnya memang bau amis. 

Menurut si nenek Rauh Kalidathi sosok asli Arwah 

Ketua tidak amis seperti itu." 

"Kejadiannya berlangsung beberapa waktu lalu. 

Sinuhun Merah Penghisap Arwah berhasil menguasai 

Arwah Ketua. Untuk mengendalikan Arwah Ketua 

Sinuhun Merah kemudian menyusupkan arwah gaib 

Ketua Jin Seratus Perut Bumi ke dalam tubuh Arwah 

Ketua. Itu sebabnya kakek bisu b'dakmau kau 

menyerang Arwah Ketua dengan ilmu kesaktian yang 

bisa membunuhnya. Karena Arwah Ketuaberbuat 

segala apa secara tidak sadar..." 

"Aku mengerti sekarang." kata Wiro sambil 

menggaruk kepala. "Aku melihat sendiri Ketua Jin 

Seratus Perut Bumi melarikan diri masuk ke dalam 

tanah setelah kaki kirinya putusterkena pecahan sinar merah senjata Lentera Iblis 

Pangeran Matahari alias Kesatria Roh Jemputan " 

N ih kalau kau sudah mengerti dan karena 

ceritaku sudah selesai, kau sekarang boleh pergi." 

Wiro menatap wajah jernih orang tua di 

hadapannya, 

"Kek, tadi aku sudah bilang, aku tidak akan 

meninggalkanmu di tempat ini." 

"Ingat, orang-orang di luar sana sangat 

membutuhkan pertolonganmu" 

Wiro beringsut mendekati Kumara Gandamayana. 

Dengan gerakan cepat dia menggelung pinggang orang 

tua itu. dipanggul di bahu kiri lalu bangkit melompat 

Ketika Wiro melesat ke atas untuk bisa keluar dari 

dalam tanah tiba-tiba dukkl Kepalanya membentur 

dinding keras yang tidak kelihatan. 

Wiro cepat melayang turun menatap ke atas 

sambil menahan sakit 

"Kek, aku bdak melihat atap atau dinding di atas 

sapa Tadi kepalaku membentur apa...?" Wiro usap-

usap kening. 

Kumara Gandamayana tidak menjawab. 

Penasaran Wiromelesat lurus ke depan «J«t':

"Dukkkl^MAw 

Kali ini dua kaki si kakek yang membentur benda 

kans 

"Kesatria Pangglan semua usahamu 

untukmembawakukeluar dari dalam tanah ini akan sia-sia belaka 

Jika kau tak percaya, turunkan diriku. Lalu kau coba 

melesat ke atas Dalam sekejapan kau akan keluar 

dari tempat ini." 

"Aku tak percayai" Kata Wiro pula tapi tubuh si 

kakek diturunkannya dari panggulan. 

"Lakukanlah" berkata Kumara Gandamayana. 

"Kek, kau tetap di situ. Jangan pergi kemana-

mana " 

Si orang tua hanya tersenyum sambil lambaikan 

tangan. 

Wiro menatap ke atas. Dia tidak melihat apapun 

yang menjadi penghalang. Dua kaki dijajakkan ke 

tanah. Wuuuttti Sosok Wiro meiesat tembus dan 

dilain kejap dia telah berada di satu tempat di selatan 

kaki Bukit Batu Hangus. 

"Gila! Bagaimana bisa begini?!" Wiro tercengang-

cengang, memandang berkeliling. Mendadak di 

kejauhan dia mendengar suara menggembor. 

Dia cepat berpaling. Dari balik pucuk pepohonan 

dia melihat menyembul satu kepala botak bertanduk. 

"Jahanam Arwah Ketuai" maki Wiro. Dia menatap 

ke tanah. Ragu-ragu sesaat Lalu melompat ke udara 

setinggi setengah tombak. Ketika dua kakinya 

menyentuh tanah, sosoknya langsung amblas. Di lain 

kejap dia sudah berada di bawah tanah dan di 

depannya telah berdiri Kumara Gandamayana! 

"Kesatria Panggilan, mengapa kau kembali? 

Arwah Ketua menghadangmu?""Bukan itu. Aku kembali untukmembawamu." 

"Kau sudah mencoba sendiri. Apa kau masih 

belum percaya kalau aku bdak mungkin bisa keluar 

dari tempat ini?" 

"Aku memang sudah membuktikan sendiri Kek. 

Tapi aku yakin pasti ada cara untuk membawamu 

keluar dari dalam tanah ini "Wiro melangkah 

mundarmand rsambi menggaruk kepala. 

"Kesatria dari negeri delapan ratus tahun 

mendatang. Terus terang sebenarnya aku mengetahui 

memang ada satu cara agar aku bisa keluar dari sini. 

Namun aku tidak ingin kau punya sangkaan bahwa 

hal itu sebagai permintaan balas budi darimu." 

"Kakek Kumara, apa maksudmu? Ikut bicaramu 

aku bisa menolongmu tapi kau tidak mau 

mengatakan caranya Kek, kau ingin mendekam terus 

di sini sementara orang-orang Mataram 

membutuhkan pertolonganmu?" 

Kumara Gandamayana terdiam sejurus. 

Kelihatannya tengah merenung berpikir-pikir. Apa 

yang tadi dikatakannya pada Wiro kini orang 

mengatakan pada dirinya sendiri. 

"Kesatria Panggilan, kalau hatimu polos dan tulus 

mau menolongku aku akan mengatakan." 

"Tentu saja aku akan menolongmu kalau bisa 

Kek. Aku tidak akan pergi tanpa membawamu. Lalu 

buat apa kita berdua-dua mendekam menjadi cacing 

tanah di tempat ini?"Kumara Gandamayana terdiam. Dia seperti dalam 

kebimbangan. 

"Kesatria Panggilan, baiklahJXku akan 

mengatakan padamu bahwa kau memiliki satu ilmu 

kesaktian. Dengan ilmu kesaktian itu kau bisa 

membawaku keluar dari dalam tanah." 

"Katakan Kek, ilmu kesaktianku yang mana yang 

bisa membawamu keluar dari tempat ini." Ucap Wiro 

pula. 

"Kau memiliki ilmu kesaktian yang disebut 

Meragu Sukma Umu Hu kau dapat dari seorang sakti 

di pantai selatan..." 

"Betul sekali Kek. Kau tahu banyak tentang 

diriku. Aku memang punya ilmu kesaktian itu. 

Katakan bagaimana caranya aku bisa menolongmu." 

"Keluarkan sukmamu dari dalam raga. Sukma itu 

akan mampu membawaku keluar dari tempat ini. Jika 

kau berkenan dan Yang Maha Kuasa menolong..." 

Mendengar ucapan si kakek, tidak menunggu 

lebih lama lagi Wiro segera duduk bersila di tanah.

"Tunggu. Ada yang harus aku beritahu terlebih 

dulu. Jika aku sudah berada di luar sana, aku akan 

meninggalkanmu, bergabung dengan Rauh Kalidathi 

untuk menyelamatkan Raja ke tempat rahasia. Kau 

sendiri segeralah pergi mencari gurumu dan Ni Gatri

Lalu kau juga harus pergi ke Candi KaJasan. Sahi 

peristiwa besar akan terjadi di sana. Secepatnya Raja 

selamat di tempatyang dituju aku akan menyusulmu 

ke Candi Kerasan "Wiro lantas saja ingat pada ucapan Dewi Ular 

yang mengatakan kalau gadis alam gaib itu akan 

menunggunya di Candi Kalasan. "Orang tua ini 

sungguh luar biasa. Meski berada di dalam tanah tapi 

dia tahu hampir semua hal di luar sana." Wiro berkata 

dalam hati. Lalu dia ingat pada sang Arwah Ketua. 

"Kek. apakah kita tidak berusaha bagaimana 

mengeluarkan Ketua Jin Seribu Perut Bumi yang 

mendekam di tubuh Arwah Ketua?" Wiro bertanya. 

"Ah, itu memang satu hal yang harus segera 

dilakukan sebelum Arwah Ketua tanpa sadar berbuat 

lebih banyak kekacauan. Tapi itu tidak mudah. 

Serahkan hal itu padaku. Aku akan menemu Satria 

Lonceng Dewa Mimba Purana. Mudah-mudahan anak 

keramat kesayangan Para Dewa itu mau menolong." 

"Baik Kek. Apa katamu akan aku lakukan." Wiro 

lalu duduk bersila dengan khidmat Dua lengan 

disilang, dua telapak tangan ditempelkan di atas 

dada. Perlahan-lahan sepasang mata dipejamkan. 

Lalu perlahan-lahan pula mulurnya mengucap 

Bismillah tiga kali disusul kata-kata Meraga Sukma 

juga tiga kali. 

Saat itu juga Wiro merasa tubuhnya dirasuk 

hawa d ingin luar biasa. Namun anehnya keringat 

mengucur di seluruh badan dan wajah. Asap putih 

mengepul dari ubun-ubun. Didahului satu getaran 

hebat dari tubuh Pendekar 212 kemudian

menyeruak keluar satu bayangan samar dan 

ketika bayangan berubah menjadi jelas sosok dan 

wajahnya ternyata sangat sama dengan diri sang 

pendekar inilah sosok sukma yang telah keluar dari 

raga asli. Sementara raga Wiro masih tetap duduk 

bersila, dengan gerakan seperti melayang sang sukma

mendekati Kumara Gandamayana yang sejak tadi 

memperhatikan dengan penuh tercekat 

'Kek, aku sudah siap membawamu." Sukma 

Pendekar 212 berkata. 

Si kakek segera berdiri. Sukma Pendekar 212 

cepat merangkul pinggang orang tua itu. Lalu sekali

bergerak tubuhnya melesat ke atas. 

"Wusss l" 

Sukma dan sosok Kumara Gandamayana 

mencuat keluar dan dalam tanah tanpa ada benda 

yang menghalangi 

"Kita sudah berada di alam terbuka. Tempat ini 

tak jauh dari kaki selatan Bukit Batu Hangus..." kata 

Kumara Gandamayana sambil memandang 

berkeliling. "Kesatria Panggilan, kembalilah ke dalam 

tanah dan cepat masuk ke dalam ragamu." Sebelum 

sukma Pendekar 212 bergerak, dari balik jubah 

kelabunya si kakek keluarkan sebuah benda yang 

ternyata adalah tusuk konde terbuat dari emas. 

"Bilamana kau menemui gurumu, tancapkan tusuk 

konde ini di kepalanya. Mudah-mudahan Yang Maha 

Kuasa akan melepaskan dirinya dari sirapilmu jahat pencuci otak Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah. Jika dia berhasil disembuhkan, 

sampaikan salamku padanya." 

"Terima kas*h Kek. Budimu sungguh besar." 

Sukma Wiro cepat ambiI tusuk konde emas lalu sekali

dia menghunjamkan kaki sosoknya amblas lenyap 

siap masuk kembali ke dalam raganya yang masih 

berada di dalam tanah.


SEPULUH

MALAM HARI, kurang satu hari dari saat Dewi 

Kaki Tunggal dibawa pergi Empat Mayat Aneh. Di 

sebuah pedataran miring dan sempit di lereng barat 

Gunung Merapi terlihat satu pemandangan aneh. 

Delapan batu hitam menyerupai tonggak setinggi 

manusia menancap di tanah keras berbatu-batu, 

membentuk lingkaran Di udara yang cukup dingin 

menebar bau sangat busuk seperti bau busuk bangkai 

manusia. Begitu hebatnya bau busuk ini seseorang 

yang tidak memiliki ilmu pertahanan diri mungkin 

saja bisa pingsan, paling tidak akan dilanda pening

dan mual lalu muntah-muntah 

Salah satu dari tonggak batu yang delapan 

tertutup oleh ribuan lalathljau yang entah dari mana 

datangnya. 

Ketika di langit sebelah utara awan kelabu 

berarak bergerak menuju ke timur tiba-tiba di arah 

selatan terdengar satu suara suitan keras disertai 

munculnya satu titik merah menyala. Titik merah ini

melesat ke bawah, semakin mendekat ke lereng 

gunung semakin membesar dan pada akhirnya 

membentuksatu ujud seorang kakek bertampang 

dingin angker. 

Orang tua ini berdiri berkacak pinggang sambil 

mata tak berkesip memperhatikan delapan tonggak 

batu. Di kepalanya bertengger sebuah belangkon 

merah Di bagiandepan belangkon tersemat hiasan bintang sudut 

delapan terbuat dari suasa muda atau perunggu. 

Orang tua berwajah angker dingin ini memiliki janggut 

kumis, berewok serta sepasang alis berwarna merah. 

Delapan benjolan merah terlihat jelas di kening. 

Bagian mata yang seharusnya pubh ternyata juga 

berwarna merah. Sesekali dari mulutnya mencuat 

keluar lidah panjang basah dan merah. Orang ini 

dongakkan kepala, menghirup udara dalam-dalam 

seolah tidak merasa busuknya bau bangkai. Lalu 

lidah d julur ke atas sampai setinggi satu tombaki 

Sepasang mata kemudian mengawasi delapan tonggak 

batu hitam. Untuk beberapa lama pandangannya 

lebih memperhatikan pada batu yang diselubungi 

ribuan lalat hijau. 

Siapa gerangan orang ini. Jelas dia bukan lain 

adalah adalah Sinuhun Merah Penghisap Arwah 

mahluk alam roh penimbul bencana Malam Jahanam 

di Bhumi Mataram 

Sinuhun Merah melangkah mengelilingi lingkaran 

batu hitam dua kali. Pada kali yang ke tiga dia 

hentikan langkah tepat di depan babi hitam yang 

diselubungi lalat hijau lalu berteriak. 

"Sinuhun Muda Ghama Karadipal Kesatria Roh 

Jemputan! Jangan membuat aku menunggu berlama-

lama! Hari ini hari luar biasa pentingl Keputusan 

besar harus segera dibuarJ Apa kalian sudah berada 

di sini?l" 

Belum habis gema suara teriakan Sinuhun Merah 

tiba-tiba blaar! Blaarr! Tanah pedataran sempit 

menganga di dua tempat Bersamaan dengan 

berhamburannya tanah danbebatuan, dari dalam tanah melesat keluar dua 

sosok, satu berpakaian dan benkat kepala hijau, 

satunya lagi berikat kepala merah dan berpakaian 

serta mantel hitam. Mereka bukan lain adalah 

Sinuhun Muda Ghama Karadipa, saudara nyawa 

kembar Sinuhun Merah dan Pangeran Matahari alias 

Kesatria Roh Jemputanl 

Sinuhun Muda menjawab. 

"Sinuhun Merah, kau lihat sendiri, kami sudah 

berada di sini, siap menunggu kedatanganmu dan 

siap melakukan apa, yang menjadi keputusanl" 

Sinuhun Merah perhatikan dua orang yang 

berdiri di hadapannya. Kumis, janggut serta cambang

bawuk hitam Sinuhun Muda Ghama Karadipa 

kelihatan meranggas panjang tidak terpelihara 

membuat wajahnya tampak lebih garang dari 

biasanya. Kesatria Roh Jemputan berdiri dengan kaki

merenggang, seperti biasa penampilannya tetap 

congkak. Hal ini membuat Sinuhun Merah merasa 

kurang senang. Di tangan kanan dia memegang 

Lentera Iblis. 

"Kalian berdua, apa kalian sudah memeriksa 

keadaan delapan tanaman keramat?! Sinuhun Merah 

bertanya. 

Yang menjawab adalah Sinuhun Muda. "Sinuhun 

Merah, kau saksikan sendiri. Delapan tanaman telah 

menyembul dari dalam tanah." 

Sinuhun Merah melirik ke arah delapan batu 

hitam. "Aku sudah menyaksikan. Yang aku ingin tahu 

apakah saatnya panen sudah dapat dilaksanakan? 

Keadaan di luar sana tidakmenguntungkan pihak kita!" 

"Sinuhun Merah, jika kau inginkan, panen bisa 

dilaksanakan sekarang juga!" 

Sinuhun Merah pelintir ujung alis merah kiri 

kanan. 

"Memang harus dilakukan sekarang juga! 

Keadaan sudah sangat mendesak. Keadaan di luar 

sana tidak seperti yang aku harapkan." 

"Bukankah Sinuhun telah berhasil menguasai 

Arwah Ketua di Candi Miring, pimpinan semua arwah 

di Bhumi Mataram?" Bertanya Sinuhun Muda 

sementara Kesatria Roh Jemputan alias Pangeran 

Matahari memperhatikan dan mendengar 

pembicaraan kedua orang itu. 

"Memang benar kita telah menguasai Arwah 

Ketua. Aku memasukkan Ketua Jin Seratus Perut 

Bumi ke dalam ujudnya untuk mengendalikan 

dirinya! Tapi sampai saat ini dia belum mampu 

menghabisi Kesatria Panggilan. Aku sekarang 

menugaskannya memburu Rauh Kalidathi yang 

tengah berusaha menyelamatkan Raja Mataram dan 

keluarga serta para pengikutnya ke satu tempat 

rahasia yang belum bisa aku ketahui. Aku 

menerapkan Ilmu Tanpa Mata Mengandalkan 

Penciuman untuk mengetahui kemana tujuan mereka. 

Tapi gagal karena Rauh Kalidathi nenek keparat itu 

telah lebih dulu menylrap keadaan dengan Ilmu Asap 

Biru Empat Mata Angin. Ada satu hal yang kurang 

menyenangkan dan membahayakan. KumaM 

Gandamayana yang telah dikunci dan dipendam di 

dalam tanah berhasil keluar. Pasti ada seseorang yangmenolongnya." 

"Satria Lonceng Dewa Mimba Purana?" Ujar 

Sinuhun 

Muda. 

"Kurasa bukan dia. Ilmu yang dipergunakan 

untuk mengeluarkan Kumara Gandamayana dari 

dalam tanah merupakan satu ilmu sangatlangka yang 

tidak dikenal di Bhumi Mataram." 

"Berarti si penolong adalah mahluk panggilan 

keparat bernama Wiro Sableng itul" Kata Kesatria Roh 

Jemputan alias Pangeran Matahari 

"Bagus, kau bisa menduga. Apakah kau bisa 

mengetahui apa nama ilmu yang dipergunakan untuk 

menolong Kumara Gandamayana itu?" 

Pangeran Matahari menggeleng "Sulit untuk 

mengetahui kalau tidak melihat sen di ri..." 

"Kau mahluk alam roh. Seharusnya kau punya 

kemampuan untuk melihat ke dalam alam gaib." 

Tukas Sinuhun Muda. 

"Kalau aku bisa mengalahui pasti sudah aku 

katakan pada kalian berdual" Kata Pangeran Matahari

pula yang membuatmembuat jengkel dua Sinuhun. 

Sinuhun Merah lantas berbisik pada saudara 

nyawa kembarannya Terus terang aku sudah sejak 

lama tidak menyukai mahluk satu ini. Dia tidak 

memberi pertolongan apa-apa pada kita..." 

"Kita masih memerlukannya. Kita masih bisa 

memerastenaga dan kesaktiannya. Jika sudah tidak 

berguna biar aku yang memecahkan kepalanya!" 

Jawab Sinuhun Muda dengan berbisik pula. 

"Ada satu kabar buruk Kesatria Panggilan 

berhasil membunuh Iblis Menjunjung Dupa Kematian 

Kesatu dan Ketiga. Aku mengutus mereka bersama 

Arwah Ketua untuk membunuh Kesatria itu. Memang 

sudah saatnya panen dilaksanakan! Kalian berdua 

harap berjaga-jaga. Segala hal yang tidak diharapkan 

bisa saja muncul tidak terduga! 

Habis berkata begitu Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah susun dua telapak tangan di atas kepala. 

Delapan jari menunjuk lurus ke langit, dua jari tengah 

ditekuk. 

"Wusss!" 

Delapan sinar merah berkiblat Saat itu juga 

tubuh Sinuhun Merah Penghisap Arwah melesat ke 

udara lalu turun mengambang di atas tonggak batu 

hitam yang penuh dengan kerumunan lalat hijau. 

Mulutnya berteriak keluarkan seruan. 

"Mayat Kunci Bangkai Inb! Tabir Delapan Mayat! 

Saal panen sudah bjpa' Aku Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah datang menjemput kalian!" 

"Wuuuttr 

Tonggak batu dibawah kaki Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah amblas masuk ke dalam tanah. 

Ribuan lalat hijau beterbangan mengeluarkan suara 

menggidikkan membuat keadaaan di tempat itu untuk 

beberapa ketika menjadi gelap. "Blessl Blessl BJess

Tujuh tonggak batu satu persatu meluncur 

kebawah dan akhirnya semua lenyap dari pandangan 

mata. 01 tanah bekas delapan tonggak batu 

menancap kini kelihatan mahluk mengerikan berupa 

delapan mayat telanjang yang keadaannya membusuk 

jijik dan mengerikan. Dari liang mata, hidung, mulut 

dan telinga menggeliat keluar puluhan belatung yang

juga berwarna hitam. Ribuan lalat hijau yang tadi 

berterbangan di udara melayang turun dan hinggap 

mengerumuni salah satu dari delapan mayat busuk 

lalu terbang lagi ke udara dan lenyap. 

Tabir Delapan MayatJ Melalui alam gaib aku 

sudah mamberitahu apa tugas kalian! Cepatikuti 

akui" 

Delapan mayat busuk dongakkan kepala. Mulut 

menyembur cairan hitam kepala digoyang membuat 

gerakan melingkar. Lalu wuuutJ Tubuh mereka 

berubah menjadi bayang-bayang samar dan membuat 

gerakan Hiatmembentuktabiraneh berputar-putar. 

Lalu satu persatu melesat ke udara, lenyap dari 

pandangan mata meninggalkan berkas tabir samar 

aneh sepanjang belasan tombak, mengambang dari 

utara ke selatan.


SEBELAS


KAMI AJAK dulu pembaca pada apa yang terjadi 

dengan Ratu Randang yang dibawa terbang Jaka 

Pesolek meninggalkan Bukit Babi Hangus. Di langit 

lepas, sambil memanggul si nenek cantik kencang-

kencang Jaka Pesolek bada henti keluarkan suara 

mendesah lalu tertawa cekikikan. Sepasang mata 

terkadang dipejamkan lalu dibuka lagi. Lidah 

berulang kali d ulur membasahi bibir. Nakalnya, 

sesekali dia pergunakan tangan kiri mengusap pantat

Ratu Randang hingga si nenek memaki panjang 

pendeki Sementara tangan kanan memegang Bunga 

Matahari yang dirampasnya dari Sakuntaladewi. 

"Gadis salah ujudl Jangan kurang ajari Kau mau 

membawaku kemana? Lepaskan! Turunkan aku atau 

kubuat bolong kepalamu!" Teriak Ratu Randang. 

"Nenek cantik bertubuh molek. Jangan buru-

buru marah. Apa kau tidaksadar kita senasib. 

Maksudku kita sedang sama-sama merana tapi 

sekaligus merasa nikmat Hik-hlk. Aku tahu satu 

tempat yang bagus untuk kita berdua bersenang-

senang..." 

'Aku memang dikungkung gairah. Tapi jika kau 

mencoba-coba..." Meskipun ada kelainan di dalam 

dirinya, rupanya sinenek masih memiliki pikiran Jernih. 

Ratu Randang pentang lurus dua jari tangan 

kanan. Sinar biru memancar. Siap untuk 

menusukkan serangan Tombak Dewa Memancung 

Berhala. Jangankan kepala manusia, tembok besipun 

bisa jebol! Ilmu kesaktian inilah yang telah 

menghabisi riwayat Tiga Jerangkong Penebar Arwah, 

kaki tangan Sinuhun Merah Penghisap Arwah. 

"Nek, kalau kau mau membunuhku maka aku 

b'dak bisa membawamu turun ke tanah! Kita akan 

sama-sama hancur luluh amblas ke bumil Tapi aku 

juga bisa secepat kilat' membawamu kembali ke Bukit

Batu Hangus. Kau akan diminta pertanggungan jawab 

atas perbuatan keji yang telah kau lakukan. Syukur-

syukur Raja Mataram tidak menyuruh pengawalnya 

memenggal kepalamu! 

"Gertakan ayam kampung jawab Ratu Randang 

lalu ciblrkan bibirnya yang jontor Dua jari tangan 

yang dipentang ke arah kepala Jaka Pesolek tampak 

bergetar. Cahaya biru memancar lebih terang 

pertanda serangan yang hendak J lancarkan si nenek 

mengandalkan tenaga dalam penuh. Saat itu juga 

Jaka Pesolek merasa hawa sangat dingin memancar 

dari dua jari tangan si nenek. Tengkuknya jadi 

merinding. Si enek rupanya bdak main-main Kecuali 

memiliki berbagai ilmu jerakan kilat dan mampu 

terbang laksana seekor burung besar serta ilmu 

menangkap petir. Jaka Pesolekmem ang tidak punya 

ilmu kepandaian lain yang namanya ilmu silat apa 

lagi segalamacam Umu kesaktian. 

"Aku belum mau mati! Jika kau tidak mau kuajak 

bersenang-senang tidak jadi apa!" Jaka Pesolekdengan 

cepat membuat gerakan aneh. Tubuhnya yang melesat 

di udara dan masih memanggul si nenek tampak 

jungkir balik berputar seperti titiran. Dengan cara

begini dia mampu meredam kecepatan turun ke tanah 

hingga tidak celaka. 

Dalam kedaan tubuh terputar begitu rupa Ratu 

Randang tidak mungkin meneruskan melancarkan 

serangan dua jari tangan. Takut terlepas jatuh ke 

tanah dari ketinggian lebih dari seratus tombak si 

nenek bergayut erat-erat ke leher Jaka Pesolek. 

Tubuhnya dingin gemetaran. 

Tiba-tiba Jaka Pesolek mencium bau tidak enak 

serta ada cairan hangat muncrat ke dada dan tengkuk

serta membasahi pipinya sebelah kiri. Langsung dia 

berteriak sambil menggebuk pantat Ratu Randang. 

"Nenek sialan! Kau ngompol mengencingi akui" 

Tidak terdengar jawaban si nenek. Jangan-jangan 

sudah pingsanl Menjelang belasan tombak kedua 

orang itu akan jatuh di atas satu pedataran yang 

banyak ditumbuhi pohon jati tiba-tiba dari arah barat 

bergemuruh tiupan angin. Begitu dahsyatnya hingga 

mengeluarkan suara mengerikan, membuat udara 

bergetar, bumi bergoncang. Ratusan pohon jati 

meliuk-iiuk. Ada yang kemudian terbongkar tumbang, 

banyak pula yang berpatahan. Sungai yang melintas 

di tengah pedataranairnya bergelombang menimbulkan arus luar 

biasa deras ke arah hilir. 

"Badai di siang bolong' Teriak Jaka Pesolek. 

"Celakai Aku mana mampu menangkap angin! Nek. 

celaka kita berdua 

Mendadak satu gelombang angin badai luar biasa 

hebat menghantam ke dua orang itu hingga 

bermentalan di udara, terpisah satu sama lain sejarak 

sepejangkauan kemudian melayang jatuh 

berbarengan ke bawahi 

"Byurrr! Byuur!" 

Terdengar suara dua tubuh tercebur ke dalam 

air. Lalu sunyi karena saat itu badai yang melanda 

sudah melesat jauh ke kawasan lain. 

Kepala seseorang menyembul keluar dari dalam 

«r. Megap-megap orang ml berseru _ 

"Nek. aku masih hidup. Kau dimana Nek? " Orang 

yang berseru ternyata adalah si gadis berkumis Jaka

Pesolek. Dia coba memperhatl-kan keadaan 

sekitarnya, berusaha mengetahui berada (Smana 

namun tubuh dan kepalanya kembali tenggelam. Dua 

tangan menggapai-gapai. Tangan kanan masih 

memegang Bunga Matahari. Sebelum lenyap dari 

permukaan Jaka Pesolek kembali berteriak. "Nek, 

tolong! Aku dak bisa berenang!" Bleeppl Kepala gadis 

berkumis halus itu lenyap dari permukaan air. 

Di bagian lain muncul pula satu kepala lagi. 

Kepala Ratu Randang. Si nenek megap-megap 

berusaha menarik nafaspanjang. Tapi Karena bisa berenang maka dengan 

cepat dia menguasai diri hingga bdak kembali 

tenggelam. Selain itu dia juga sempat melihat dimana 

dia berada Ternyata dia tadi jatuh ke dalam sebuah 

telaga yang cukup besar, berair sejuk berwarna hijau 

kebiruan. 

Ketika Ratu Randang muncul di permukaan air, 

nenek ini tidak mendengar suara teriakan Jaka 

Pesolek. Namun dia masih sempat melihat Bunga 

Matanan yang dipegang gadis itu di tangan kanan 

sebelum lenyap tenggelam ke dalam air. Ratu v

Randang menunggu beberapa ketika. Sewaktu Jaka 

Pesolek tidak muncul-muncul maka nenek ini segera 

menyelam ke dalam air. 

Tidak lama berselang Ratu Randang timbul lagi 

ke permukaan air. Kali ini sambil berenang dia 

mencekal leher pakaian Jaka Pesolek dan 

membawanya ke tepi telaga. 

Selamat sampai di tepi Ratu Randang baringkan 

tubuh menelan tang di tanah. Aneh, nafasnya tidak 

menyengat padahal berenang cukup jauh dan menarik 

Jaka Pesolek pula. Tubuhnya tidak terasa letih malah 

terasa sejuk dan nyaman. Rasa sakit akibat lebam di

pipi dan mata juga lenyap Ketika si nenek memegang 

bibirnya ternyata bibir itu tidak jontor lagi! Yang

paling membuatnya jadi terkesiap adalah perasaan 

gairah yang membangkitkan nafsu selama beberapa 

waktu yang lalu saat itu juga lenyap! Otaknya jernih, 

pemandangan terang. Tangan tidak lagi mengusap 

atau memegang bagian bawahperut Jika saja saat itu Ratu Randang bisa 

melihat wajahnya sendiri dia pasti akan terkejut 

besar. Bukan saja lebam di pipi serta matanya lenyap 

tapi wajahnya sekarang tampak lebih segar dan lebih

mudai Dia juga tidak menyadari kalau goresan luka di 

badan dan kakinya telah hilang tanpa bekas. Selagi si 

nenek menduga-duga apa yang terjadi, di sampingnya 

sosok Jaka Pesolek menggeliat bergerak bangun dan 

duduk di tanah. 

Gadis ini pandangi tubuh dan pakaiannya yang 

basah kuyup, mengusap wajah dan rambut Lalu 

memperhatikan Ratu Randang yang terbanng kini 

dengan mata terpejam sambil terus berpikir dan 

menduga-duga. 

"Heh...?" Jaka Pesolek terheran-heran. "Nenek 

satu ini. kenapa wajahnya jadi lebih muda dan 

tambah cantik?! Si gadis lalu goyang-goyang bahu 

Ratu Randang. "Nek, bangun. Kau pingsan atau 

ketiduran? Apa yang telah kau lakukan? Apa yang 

terjadi dengan wajahmu?"



DUA BELAS


MENDENGAR pertanyaan Jaka Pesolek. Ratu 

Randang serta merta buka sepasang mata julingnya 

yang terpjdng laki bangun dan duduk. Dua tangan 

mengusap wajari yang biasa berdandan mencorong, 

mulut bertanya "Memangnya ada apa. Wajahku rusak 

hancur-hancuran?" 

"Justru sebaliknya! Wajahmu kulihat jadi lebih 

muda. Pipimu licin Keriputan di pinggiran matamu 

tidak ada lagi. Rambutmu lebih hitam mengkilap..." 

"Jaka Pesolek, kau jangan bergurau. Aku tahu 

bibirku jontor. Juga habis digebuki orang. Tampangku 

pasti babak beluri Bagaimana enak saja kau bisa 

bilang pipiku lldn, aku tampak lebih muda..." 

"Sumpah Nek! Sumpah. Aku tidak dusta. Kau 

jauh lebih cantik dari sebelumnya 

Ratu Randang tarik-tarik bibirnya lalu usap 

wajahnya berkail-kail. 

"Cermin!" ucap si nenek pula. "Aku tahu kau 

punya cermin. Coba keluarkan, aku mau meanat 

sendiri kalau kau tidak ngacokl" 

Jaka Pesolek segera memeriksa ke balik 

pakaiannya.Wajahnya mendadak berubah. Lalu gadis ini 

terpekik. 

"Ada apa? Anumu digigit semut rangrang?! Tegur 

Ratu Randang. "Mana cerminmu?" 

"Ampun! Cerminku lenyap. Juga kotak bedak, 

alat pemerah bibir, kayu penghitam alis. Hilang 

semual Pasti jatuh di dalam telaga ketika aku 

keceburl Oala. bagaimana nanti aku mau 

berdandan..." 

Itu tandanya kau memang tidak perlu berdandan. 

Kau ini laki-laki atau perempuan! Edani" 

Jaka Pesolek sesenggukan menahan tangis. 

"Jangan cengeng pakai menangis segala!" Bentak 

Ratu Randang. 

"Kau tidak tahu bagaimana perasaanku Nek." 

"Siapa perduli perasaanmu!" 

Jaka Pesolek pupus air matanya. Dia memandang 

berkeliling. "Nek Nek. kita ada di mana?" Jaka Pesolek 

bertanya. 

"Kau punya mata, lihat sendiri!" 

"Aku tahu Nek. kita ada di pinggir telaga." 

"Kalau sudah tahu mengapa masih bertanya?! 

Eh. Jaka, apa kau tidak sadar dan segera bersyukur 

berterima kasih pada Yang Maha Kuasa karena dirimu 

diselamatkan dari kematian mengerikan jatuh 

tercebur ke dalam telaga, bukan cfi atas tanah yang

bisa membuat tubuhmu hancur remuk tak karuan! 

Apa apa kau sendiri sudah bersyukur dan 

bertemankasih pada Para Dewa Nek?" Tanya Jaka Pesolek. 

"Tentu saja sudahi" Jawab Ratu Randang pula. 

Jaka Pesolek terdiam, lalu manggut-manggut dan 

picingkan mata. Mulut berkomat kamit Agaknya dia 

tengah memanjatkan puji syukur pada Yang Maha 

Kuasa. Ratu Randang memperhatikan sambil senyum-

senyum karena sebenarnya dia sendiri belum 

memanjatkan puji syukur terima kasih pada Yang 

Maha Kuasa. Ketika nenek ini hendak mulai 

melakukan hai itu dia merasa ada satu kelainan di 

wajah Jaka Pesolek. Dia terus menatap. Tiba-tiba 

Ratu Randang berteriak sambil menepuk bahu Jaka 

Pesolek. 

Jaka Pesolek tersentak dan buka sepasang mata. 

"Kau ini apa-apaan Nek? Tadi kau menyuruh aku 

bersyukur dan berterima kasih pada Yang Maha 

Kuasa. Kini kau malah menggangguku." 

"Dengar, aku bukan mengganggu, tapi..." Si 

nenek tidakmeneruskan ucapan, malah tertawa 

cekikikan. "Wajahmu juga berubah!" 

"Apa katamu Nek?" Jaka Pesolek sekarang yang 

terkejut Seperti si nenek tadi kini giliran dia yang 

mengusap wajah. Hidung d pencet-pencet, bibir 

disentuh dan matadiusap. "Ada yang salah dengan 

wajahku Nek? Apa kulit wajahku beruntusan? Apa 

mukaku jadi peang? Atau mataku jadi jul ng seperti 

matamu?!" 

Ratu Randang tertawa geli"Oda, kaumalah tertawa! Jaka Pesolek tam bah 

khawatir Dia bedarf ke tepi telaga Mendekatkan 

wajahnya ke air, namun dia tidak mungkin melihat 

jelas seperti orang bercermin Gadis ini kembal 

mendatangi Ratu Randang. "Bilang Nek, apaku yang 

berubah?" 

"Kumis halus di atas bibirmu itu, tahui" Kata 

Ratu Randang. 

"Oalal Celaka! Apa kumisku bertambah tebal?" 

Jaka Pesolek raba bagian atas bibir di bawah hidung. 

"Bukan tambah tebal, tapi hilang semual" Jawab 

Ratu Randang 

Jaka Pesolek terpekik saking kagetnya. Bibirnya 

sebelah atas diusap berulang kali sementara mata 

nyalang tak berkesip dan kening mengerenyit 

"Kau benar Nek, aku tidak merasa bulu-bulu 

halus itu. Bagaimana mungkin? Dewa Agung) 

Sekarang wajahku benar benarmu us Tapi Mendadak 

muncul bayangan kekawabran di wajah Jaka Pesolek. 

Dia memandang pada Ratu Randang. Setengah 

berbisik gadis ini berkata. "Nek, aku takut Kalau bulu 

halus menyerupai kumis di bibirku lenyap secara 

aneh. jangan-jangan..." 

"Jangan-jangan apa? Tanya Ratu Randang meski 

dia sudah bisa menduga-duga apa yang dimaksud 

dan d kawabrkan Jaka Pesolek. 

Jaka Pesolek perlahan-lahan singsingkan ke atas 

bagianbawah pakaian merah muda yang dikenakannya 

hingga pergeiangan kaki tersingkap lalu naik sampai

ka betis dan lutut 

uNek...Juttjffhatsen<flri. bulu kakiku juga 

lenyap," kata Jaka Pesolek kemudian. 

"Ya, aku Uhat Lalu kau mau memeriksa bulu 

mana lagi?" Ratu Randang tidak dapat menahan tawa 

cekikikan. Sedang Jaka Pesolek tampak semakin 

kawatlr Dia hendak menyingkapkan pakaian leoti ke 

atas namun memandang pada si nenek dia batalkan 

dan malah lari ke balikserumpunan semak belukar. 

Tak lama kemudian gadis itu keluar dari balik semak-

semak, melangkah ka arah si nenek. Wajahnya 

tampa> lega dan malah sudah bisa tersenyum-

eenyum. 

"Apa bulumu yang itu juga lenyap?" Tanya Ratu 

Randang. 

'Tidak Nek, untung tidak lenyap," jawab Jaka 

Pesolek dengan suara dan raut wajah gembira lega 

laki tertawa cekikan. "Ada satu hal lagi Nek. Mengapa 

diriku rasanya tidak bergairah lagi. Hai., mengapa 

mataku tidak meram melek lagi.Kemana lenyapnya 

kenikmatan itu. Oala...gairahku hilangi Lihat)" Jaka 

Pesolek kembangkan dua tangan ka atas. "Aku tidak 

lagi memegangi...hik...hik." Gadis itu hendak 

mengusap bagian bawah perutnya dengan tangan 

kanan tapi mendadak tangannya cepat-cepat ditarik. 

Jaka Pesolek lalu menatap Ratu Randang. "Nek. 

sebelumnya aku melihatmu sangat mempesona, 

membuat nafsuku meledak-ledak. Sekarang aku lihat 

kau tambah muda, tambah cantik. Tapi mengapa aku 

tidaklagi bergairah! Rasanya diriku lebih tenangi" 

"Berarti kau juga mengalami seperti apa yang 

kejadian dengan diriku." 

"Aku tidak mengerti..." Kata Jaka Pesolek sambil 

mengurut rambutnya yang basah agar kering. 

"Secara aneh kita terlepas dari kualat gara-gara 

aku mengusapkan Bunga Matahari ke anunya Dewi 

Ular. Hai Bunga Matahari Hul Waktu kecebur ke 

dalam telaga kau kulihat mas* memegangi bunga 

sakti itu. Sekarang kemana perginya?" 

Jaka Pesolek mengangkat bahu. "Sepertinya Ikut 

tenggelam ke dasar telaga bersama cermin dan 

bedakku." 

"Jaka Pesolek, kita harus menyelidik. KHa sama-

sama sembuh setelah kecebur dan keluar dari dalam 

telaga. Pasb semua ini kuasahfya Para Dewa. Telaga 

apa ini namanya..." 

"Aku juga Ingin sembuh Nekl Tiba-tiba ada suara 

perampuan berseru. Lalu satu benda hitam panjang 

berkilat bermoncong putih seolah melayang turun dari 

langit melesat masuk ke dalam air telaga. 

Astaga! Itu suara Dewi Ular!" Seru Ratu Randang. 

Si nenek dan Jaka Pesotekmemandang ke arah 

pertengahan telaga dengan hati berdebar. 

Tak selang berapa lama periahan-lahan muncul 

sekuntum Bunga Matahari di permukaan air telaga 

yang hijau kebiruan. Lalu kelihatan tangan putih 

halus yang memegang tangkai bunga itu Tak lama 

kemudian tampak kepala berambut hitam menyembul 

disusul wajah cantik."Wuuttti" 

Sosok perempuan di dalam telaga melesat keluar. 

Ketika melayang di udara sebagian tubuh sebelah 

bawah masih berbentuk ular hitam. Begitu sampai 

dan berdiri di tepi telaga di depan Jaka Pesolek dan 

Ratu Randang ujudnya berubah sempurna menjadi 

sosok seorang gadis cantik berpakaian tipis hijau 

basah kuyup. Dia memang Kunti Ambin alias Dewi 

Ular 

Dewi Ular memandang tersenyum pada dua orang 

di depannya lalu goyang-goyangkan Bunga Matahari 

yang dipegangnya di tangan kanan. Ratu Randang 

dan Jaka Pesolek karuan saja sama-sama melompat 

m undur 

Janganl Aku sudah kapok!" Berkata Ratu 

Randang. 

"Aku.,.aku masih mau tapi sebaiknya jangan. 

Siksaan-nya lebih celaka dari pada nikmatnya!" Ucap

Jaka Pesolek. 

Dewi Ular tertawa cekikikan. 

"Sahabat muda, apakah kau juga sudah sembuh 

dari perasaan aneh itu?" Bertanya Ratu Randang. 

"Kau lihat, apakah aku masih mendesah, wajah 

memelas dan tanganku memegangi bagian bawah 

perut?" Jawab Dewi Ularbalik bertanya. 

"Memang tidak," jawab Jaka Pesolek. "Kalau 

begitu sebaiknya Bunga Matahari itu cepat-cepat kau

buang. Lempar saja ke dalam telaga! Aku kawati r 

kalau kalau kita salah lagi bertingkah untuk kedua 

kali. Kalau hal itu sampai terjadi pasti bdak ada 

ampunnya " 

"Apa lagi saat ini pasti kau masih tidak pakai celana dalami Menyambung Ratu Randang. 

Ucapan Ratu Randang membuat Dewi Ular Ingat 

sesuatu dan ini membuat wajahnya berubah. Ketika si

nenek mengusapkan Bunga Matahari ke bagian 

bawah perutnya, selain dirinya digerayangi nafsu dan 

hasrat yang bergejolak, keadaan auratnya juga 

berubah. Perubahan ini telah disaksikan sendiri oleh 

Sakuntaladewi dan gadis berkaki tunggal itu 

kemudian menceritakan pada Pendekar 212. Kini 

ingat akan keadaan dirinya itu, Dewi Ular tanpa malu-

malu segera saja hendak memeriksa auratnya Namun 

mendadak seperti ada gempa, tanah di pinggiran 

telaga bergetar. Pepohonan bergoyang-goyang, air 

telaga bergejolak. Lalu ada suara bergemuruh di dasar 

telaga. 

"Celakai" Berseru Ratu Randang. "Pasti kita kena 

kualat lagi) Jangan-jangan ada mahluk sakti atau jin 

pubh di do'am telaga. Dia yang menolong kita. Tapi 

tidak suka kalau ada gadis tidak pakai celana berada 

di tempat ini!" 

Mendengar ucapan Ratu Randang, Dewi Ular 

merengut jengkel. 

"Nek, jangan kau mengada-ada! Kalau memang 

ada mahluk sakti di dalam telaga yang tidak suka aku 

tidak pakai celana dalam, pasti sudah dari tadi tadi 

aku dicekik lalu dibenamkan kedasar telaga. Buktinya 

aku bisa keluar dari dalam telaga dan sembuh seperti 

kalian. Hanya saja aku bdak memastikan apakah 

auratku yang satu itu sudah kembali seperti semula.

Bagaimana aku tahu kalau bdak memeriksa danmtllnatnyaWbihdulu 

Baru saja Dewi Ular berucap tiba-tiba byaarrrl 

Air telaga mencuat muncrat tinggi ke udara. 

Pepohonan di sekitar telaga bergoyang-goyang seolah

ditiup angin kencang. Udara di sekitar tempat itu 

mendadak berubah dingin. 

"Astaga! Lihat!" Berseru Dewi Ular sambil 

menunjuk ke tengah telaga. 

Ratu Randang dan Jaka Pesolek menoleh ke arah 

yang ditunjuk Ratu Ular. Ketiga orang sama-sama 

terbelalak ternganga ketika menyaksikan, di balik air 

yang muncrat ke atas sampai beberapa tombak, 

tampak menyeruak satu patung tinggi besar seolah 

keluar dari dasar teiagal 

"Nek, kau benari" Kata Jaka Pesolek dengan 

suara gemetar. Telaga ini ada penghuninya! Pasti kita 

bertiga bakai kena celaka. Oala, kumisku pasti akan

menjadi tebal lagil Biar aku lari duluan!" 

Jaka Pesolek yang memiliki gerakan seperti kilat 

segera berkelebat hendak meninggalkan tempat itu. 

Namun dess desssl Entah apa yang terjadi dua 

kakinya melesak masuk ke dalam tanah sampai mata 

kaki dan dia tidak mampu untukmenggerakkan lagi.


TIGA BELAS

PATUNG batu tinggi besar yang keluar dari dalam 

telaga ternyata adalah patung perempuan berwajah 

cantik, memiliki sepasang mata menawan yang 

menatap penuh kelembutan. Demikian bagusnya 

patung ini d ciptakan sehingga sekilas kelihatan 

keadaannya seperti perempuan cantik hidup benaran. 

Ratu Randang, satu-satunya orang yang 

mengenali patung siapa adanya yang muncul itu, 

cepat-cepat jatuhkan diri. berlutut satu kaki sambil 

rundukkan kepala. 

"Nek, mengapa musti merunduk segala? Apa kau 

m inta diselamatkan dan kami berdua saja yang bakal

kena celaka?!" Bisik Jaka Pesolek. Dewi Ular juga 

agak heran, apa lagi sang patung muncul secara aneh

dari dalam telaga Mungkin ada seorang sakti yang 

sembunyi di dalam patung, begitu pikir Dewi Ular. 

Sshh Walau cuma patung tapi kita harus berlaku 

hormat. Patung itu bukan patung sembarangan Ratu 

Randang menyahuti ucapan Jaka Pesolek. Setelah itu 

dia berbisik pada Dewi Ular. "Kau sudah berkeliaran

kemana-mana, apa tidak tahu itu patung siapa? 

Patung itu pasti juga ada di negeri alam gaib asalmu. 

Negeri delapan ratus tahun mendatang." Lalukepada patung perempuan di tengah telaga nenek 

bermata juling ini berkata. 

"Nyi Loro Jonggrang. salam hormat saya 

untukmu. Sungguh besar kuasa Para Dewa dan 

sungguh rendah hatimu tapi u'nggi budi baikmu 

hingga mau datang ke tempat ini. Apakah Nyi Loro 

Jonggrang memang sengaja muncul untuk menemui 

kami bertiga? Kami tidak tahu kalau telaga ini adalah 

salah satu tempat tetirahan Nyi Loro Jonggrang. 

Bertemu denganmu kami merasa menerima berkah 

besar tiada taranya Tapi jika kami memang telah 

berbuat salah, kami mohon maaf dan pengampunan 

da mu 

Jaka Pesolek terkejut ketika mendengar Ratu 

Randang menyebut nama patung itu. Dia telah sering 

kali mendengar riwayat patung tersebut dan 

mengetahui dimana beradanya namun seumur hidup 

baru kali ini melihatnya. Kunti Ambiri alias Dewi Ular 

ternganga tercengang-cengang 

"Perempuan yang berlutut, aku terima salam 

hormatmu tapi aku bdak layak disembah. Bangkitlah 

Mei hat dan mendengar patung batu bisa bicara, 

bahkan mulutnya tampak bergerak, kebga orang di 

tepi telaga kagum ada takut juga ada. Sementara Ratu 

Randang cepat-cepat berdiri. 

"Jangan-jangan aku benar-benar bakal kena 

hukuman. Setahuku Bunga Matahari itu pernah 

disirap d manterai oleh Nyi Loro Jonggrang..." Ratu

Randang membatin dalam hatilalu cepat-cepat berdiri. 

"Perempuan yang telah berdiri, bukankah kau 

salah seorang kepercayaan Raja Mataram bernama 

Ratu Randang? 

Ratu Randang terkejut ketika patung bicara dan 

menyebutmengenali siapa dirinya. Cepat dia 

menjawab. 

"Nyi Loro Jonggrang. Kau benar. Saya memang 

Ratu Randang." 

Dalam hab Ratu Randang mendadak merasa 

takut kalau-kalau sang patung akan memarahi 

dirinya karena telah mempermainkan Bunga Matahari 

sakti secara senonoh. Namun dia merasa lega ketika 

mendengar pertanyaan Nyi Loro Jonggrang. 

"Bukankah kau yang pemah mengantarkan 

seorang pemuda dari negeri delapan ratus tahun 

mendatang bernama Wiro Sableng ke tempat 

kediamanku di Candi Siwa? Pemuda* itu konon oleh 

orang-orang di Bhumi Mataram disebut dengan nama 

Kesatria Panggilan." 

Ratu Randang menjawab sambil membungkuk. 

"Benar sekali Nyi Loro." 

"Pemuda itu membawa sekuntum Bunga 

Matahari yang berasal dari seorang gadis malang 

bernama Sakuntaladewi..." Itu juga benar Nyi Loro,"

kata Ratu Randang pula. 

"Dimana pemuda itu sekarang?" tanya patung Nyi 

Loro Jonggrang. 

"Kami berpisah di Bukit Batu Hangus. Terus 

terang.gara-gara perbuatan saya yang tidak terpuji, 

akibat mempermainkan Bunga Matahari pemberian 

Nyi Loro saya dan beberapa sahabatbahkan termasuk 

Raja mendapat kualat Saya mohon maaf dan minta 

ampun." 

"Aku sudah tahu apa yang terjadi, itu sebabnya 

aku muncul di sini. Kesalahanmu telah diampunkan 

Para Dewa karena satu kebajikan besar yang telah 

kau lakukan." 

Ratu Randang terkejut dan berpikir-pikir. 

"Nyi Loro, saya merasa tidak melakukan 

kebajikan apa-apa.Kapan d mana? 

"Ketika gadis bernama Jaka Pesolek itu hampir 

mati tenggelam di dalam telaga, kau telah menolong 

dan menyelamatkan nyawanya." 

Ratu Randang berseru tertahan. Matanya 

berkaca-kaca. Langsung saja dia hendak jatuhkan diri 

berlutut tapi cepat dilarang oleh patung Loro 

Jonggrang. 

Jaka Pesolek pegang lengan Ratu Randang. "Nek, 

kau memang telah menyelamatkan jiwaku. Aku belum 

berterima kasih. Sekarang kumengucapkan terima 

kas h padamu..." 

Ratu Randang tersenyum sambil usap air mata 

yang meleleh di pipi. Sementara patung Nyi Loro 

Jonggrang menatap ke tiga orang itu beberapa lama. 

Pandangannya berhenti pada wajah dan sosok Dewi 

Ular. 

"Kalian bertiga, apakah kalian tahu telaga apa ini 

adanya dan apa namanya?"Tiga orang yang ditanya sama-sama gelengkan 

kepala. 

Telaga ini bernama Telaga Banyu Raden. 

Diciptakan oleh Para Dewa bukan sebagai telaga biasa 

karena keberadaannya tidak selalu terlihat kasatmata. 

Di telaga ini, jika memang dikehendaki Para Dewa 

seseorang bisa menerima berkah, bagi kebaikan hati 

maupun kebaikan badanlah..." 

Telaga Banyu Raden..." Ucap Ratu Randang 

dengan suara perlahan bergetar. "Aku baru ingat 

sekarang!" Nenek cantik ini terpekik kecil lalu usap 

wajah dan tubuhnya. Jaka Pesolek terperanjat lalu 

merangkul Ratu Randang seraya berbisik. 

"Pantas Nek, mukamu jadi cantik, lebih muda 

dan auratmu tampak tambah kencang. Aku sendiri 

telah kehilangan bulu-bulu halus di kaki dan di atas 

bibirku. Ini memang berkah besar bagi kita berdua..." 

Ratu Randang dan Jaka Pesolek lalu sama-sama 

membungkuk ke arah patung Loro Jonggrang 

sementara Dewi Ular hanya berdiri tegaksambl 

mengusap-usap Bunga Matahari Dia seolah merasa 

tidak menerima berkah dan merasa tidak 

diperhatikan. Nyi Loro Jonggrang kemudian menyapa 

gadis cantik berpakaian bpls hijau ini 

"Sahabat, gadis cantik dari negeri delapan ratus 

tahun mendatang. Siapa namamu?" 

"Namaku Kunti Ambiri." Jawab Dewi Ular 

menyebut nama aslinya"Ketika masuk ke dalam telaga, sosokmu berupa 

seekor ular hitam berkepala putih...** 

"Ah, patung sakti ini tahu rupanya bagaimana 

ujudku,** membatin Dewi Ular. Lalu dia berkata 

menjawab ucapan Nyi Loro Jonggrang. "Selama ini 

diriku memang dijuluki Dewi Ular. Aku mahluk alam 

roh yang punya dua ujud. Ular dan manusia." 

Siapapun dirimu adanya, jangan bersedih. 

Ketahuilah tanpa kau sadari kaupun telah mendapat 

berkah jauh lebih besar dari pada dua sahabatmu ini. 

Keadaan auratmu telah kembali seperti semula. 

Namun perubahan badanlah tidak ada artinya 

dibanding dengan perubahan yang terjadi dalam hati 

sanubari serta budi pekertimu." 

Kunti Ambiri alias Dewi Ular terkejut. Kening 

mengerenyitmata menyipit Dia meraba ke bagian 

bawah perut "Nyi Loro, apa aku boleh melihatnya 

sendiri sekarang...?" Enak saja Dewi Ular balikkan 

badan lalu hendak menyingkapkan bagian bawah 

pakaiannya 

Nyi Loro Jonggrang tersenyum dan berkata 

"Tidak usah dilakukan sekarang. Nanti saja 

karena waktuku tidak lama." 

"Nyi Loro, tadi kau mengatakan bahwa terjadi 

perubahan dalam hati sanubari dan budi pekertiku. 

Apa maksud Nyi Loro?" Dewi Ular bertanya. 

"Kau telah berubah sifat Dari seorang gadis 

cantik yang duiu ditakuti karena kehebatan ilmu 

kesaktiannya, kini akanmenjadi sahabat semua orang. Tidakkah kau 

merasa kelegaan di rongga dada dan kesejukan di 

lubuk hati..." 

"Nyi Loro, harap Nyi Loro berterus terang saja. 

Maksud Nyi Loro dulu aku seorang jahat sekarang 

berubah jadi orang baik?" Tanya Dewi Ular dengan 

sepasang mata menatap patung Nyi Loro Jonggrang 

tak berkesip. 

Ketika sang patung kedipkan mata dan 

anggukkan kepala Dewi Ular terpekik gembira. Masih 

memegang Bunga Matahari di tangan kanan dia 

langsung mencebur masuk ke dalam telaga dan 

merangkul serta menciumi dua kaki Nyi Loro 

Jonggrang. Setelah mengusap kepala Dewi Ular. Nyi 

Loro Jonggrang meminta gadis alam gaib itu kembali 

ke tepi telaga. Dewi Ular cepat melakukan apa yang 

dikatakan. 

(Riwayat Telaga Banyu Raden sebagai telaga yang 

memibki kesaktian dapat dibaca juga dalam episode 

sebelumnya berjudul "Dewi Kaki Tunggal". Diceritakan 

bagaimana sekujur tubuh Pangeran Matahari yang di 

Bhumi Mataram dikenal dengan julukan Kesatria Roh 

Jemputan gosong babak belur dihantam Pukulan 

Sinar Matahari Pendekar 212. Sebelumnya Pangeran 

Matahari telah pula dihajar oleh Kumara 

Gandamayana hingga tercebur masuk ke dalam 

comberan busuk. Kebka bertarung melawan Dewi 

Kaki Tunggal Pangeran Matahari dipecundangi dengan 

Ilmu Enam Belas Gerakan Tangan Bisu. Akibatnya 

sepasang mata sang Pangeran terbongkar keluar 

nyaris lepas. Sinuhun Merah PenghisapArwah kemudian membawa Pangeran Matahari 

ke Telaga Banyu Raden Setelah dimandi dibersihkan 

keadaannya kembali pulih seperti sebelumnya) 

"Nyi Loro Jonggrang." Ratu Randang berkata. 

"Ketika aku berbuat bdak senonoh, bukan saja kami 

bertiga yang kena kualat hukuman, tapi Raja 

Mataram juga menderita hal yang sama gara-gara aku 

mengusapkan Bunga Matahari ke aurat Raja Apakah 

apakah Nyi Loro juga bisa dan bersedia menolong 

beliau..." 

"Rabi Randang, kau bdak usah mengawabrkan 

keadaan Yang Mulia Raja Mataram. Kuasa dan 

pertolongan Yang Maha Kuasa tidak terbatas pada 

tempat dan waktu. Walau Raja Mataram tidak masuk 

ke dalam telaga Banyu Raden namun saat ini Raja 

juga telah sembuh dari semua kesengsaraan yang 

dialami..." 

"Terima kasih Nyi Loro, terima kasih..." Ucap 

Ratu Randang berulang kali sambil membungkuk. 

"Kalian bertiga. Bhumi Mataram masih dalam 

cengkeram an bahaya. Manusia dan mahluk-

mahlukjahat yang mencelakai negeri ini masih 

berkeliaran." Patung Nyi Loro Jonggrang berucap. 

Sepasang matanya yang bagus menatap ke arah 

Bunga Matahari di tangan kanan Dewi Ular. Tiba-tiba

dari dua mata itu mencuat keluar beberapa larik 

cahaya putih. 

"Crass...crass!" 

Dewi Ular terkejutBunga Matahari besar di tangan kanan Dewi Ular 

terbelah delapan dan masing-masing belahan berubah 

menjadi delapan Bunga Matahari sekecil dan seujung 

ibu jari tangan. 

"Sahabat bertiga, kalian segeralah pergi ke Candi 

Kalasan. Dan kau Kunti Ambiri, jika kau bertemu 

dengan Kesatria Panggilan Wiro Sableng, berikan 

delapan Bunga Matahari kecil itu padanya. Lalu 

jangan lupa menyampaikan ucap pesanku ini 

padanya. Di dalam bilangan delapan ada satu yang 

tidak asli. Yang busuk itulah yang harus mati Jangan 

terlalu mengandaikan ilmu atau senjata sakti. 

Pergunakan akal untukmencan bukti Bunga sekuntum 

bisa menjadi alat pemati. Apa kalian bisa saling 

mengingat ucapanku tadi dan menyampaikannya 

pada Kesatria Panggilan? 

"Kami akan ingat baik-baik. Nyi Loro," kata Dewi 

Ular sambil memandang pada Ratu Randang dan Jaka 

Pesolek. Kedua orang sama anggukkan kepala. 

"Kalau begitu baiklah. Aku pergi sekarang. 

Selamat tinggal. Semoga Yang Maha Kuasa 

melindungi dan menolong sahabat bertiga!" 

Begitu Nyi Loro Jonggrang selesai berucap di 

udara nampak a r mencurah ke bawah. Dengan 

mengeluarkan suara menderu sosok patung tinggi 

besar Nyi Loro Jonggrang melesat masuk ke dalam air

telaga, lenyap dari pemandangan. 

Tiga orang di tepi telaga menarik nafas lega. 

"Nek," tiba-tiba Jaka Pesolek berkata "Wajahmumemang tambah cantik dan tubuhmu tambah 

kencang seperti gadis saja. Tapi tadi mengapa kau 

tidak minta pada Nyi Loro Jonggrang agar matamu 

yang juling disembuhkan?" 

"Kau ini bicara memberi nasihat atau mengejek?!" 

Tukas Ratu Randang. Lalu dia membalas. "Kau sendiri

mengapa tidak minta agar anumu ditambah satu agar 

kau benar-benar jantan bisa betina bisa!" Ratu 

Randang mencibir. 

Jaka Pesolek hendak membalas lagi ucapan si 

nenek Tapi tiba-tiba ada orang berseru keras disusul 

suara tawa girang cekikikan. 

itu suara Kunti Ambi n" Kata Jaka Pesolek. 

"Aku lihat tadi dia lari ke balik pohon besar sana 

sambil menyingsing pakaian. Pasti tengah memeriksa 

keadaan dirinya" 

Dari balik pohon tiba-tiba terdengar suara Dewi 

Ular berseru. 

Ihhh! Mengapa jadi rimbun! Oala mengapa jadi 

gempal montoki Terima kasih Nyi Loro! Terima kasih 

Telaga BanyuRadenIHk. hik. hik! 

Sementara Ratu Randang mendatangi Dewi Ular 

di balik pohon, Jaka Pesolek tak sengaja melihat 

sesuatu di balik satu gundukan batu. Gadis ini segera 

melangkah cepat ke balik batu. Matanya membesar 

dan dadanya berdebar ketika di tanah dia melihattiga 

buah benda tergeletak. 

Benda pertama sebuah cermin baru bulat 

bergagang kedi."Cermin! Oh Dewa Agung! Ini pasti hadiah dari 

patung sakti Nyi Loro Jonggrang!" Jaka 

Pesolekmembungkuk berulang kali laki mengambil 

cermin itu Setelah memperhatikan wajahnya di 

cermin dan ternyata memang bulu halus di atas bibir

tidak ada lagi. girangnya si gadis bukan alang 

kepalang. Cermin disimpan di balik pakaian. 

Benda kedua adalah sebuah kotak kecil terbuat 

dari perak. Dengan dada semakin berdebar bahkan 

tangan gemetar Jaka Pesolek mengambil kotak perak. 

Ketika kotak dibuka dia terpekik kecil. DI dalam kotak 

ternyata terdapat perlengkapan untuk bersolek. Mulai 

dari bedak, kayu pemerah bibir dan kayu penebal 

penghitam alis! 

Jaka Pesolek jatuhkan diri berlutut "Dewa Agung 

Nyi Loro Jonggrang, aku Jaka Pesolek menghaturkan 

ribuan terima kasih Hidupku selama ini banyak tidak

karuan salah jalan dan penuh dosa Tapi Dewa Agung 

dan Nyi Loro masih mau berbaik hati membenkan 

semua ini padaku..." 

Ketika membungkuk penuh khidmat Jaka 

Pesolek melihat benda ketiga. Seperti cermin, kotak

bedak segera disusupkan ke balik pakaian. Lalu dia 

melangkah mendekati benda ke tiga yang ternyata 

adalah sehelai celana dalam perempuan, terbuat dari

kain halus berwarna merah muda dan pinggirannya 

dihias renda putih. 

"Oala bagusnya! Cocok dengan pakaianku yang 

juga merah mudai" ucap Jaka Pesolek. 'Ini pasti 

untukku juga Ketika dia mengambil dan mengelus-elus celana 

dalam itu sepintas hatinya membatin. "Jangan-jangan

celana ini diberikan Nyi Loro Jonggrang untuk Dewi 

Ular. Ah, biar saja! Aku pakai saja! Dewi Ular 

bdakmelihat, tidak tahu kalau ada rejeki bagus begini 

rupa)" Lalu Jaka Pesolek cepat-cepat tanggalkan 

celana dalam yang dikenakannya, celana merah muda 

baru dipakai sebagai pengganti. Celana dalam 

miliknya yang berwarna putih dibentang di pinggiran

batu. Setelah merapikan pakaiannya, gadis ini 

berteriak. 

"Sahabatku Kunti Ambiril Cepat ke sinil Nyi Loro 

meninggalkan hadiah bagus untukmu!" 

Dari balik pohon Dewi Ular keluar diikuti Ratu 

Randang. 

Jaka Pesolek menunjuk pada celana dalam putih 

di atas batu. "Lihat bagaimana baiknya Nyi Loro. Dia 

tahu kau tidak punya celana dalam. Lantas dia 

memberikan celana itul" Jaka Pesolek menunjuk pada 

celana dalam putih di pinggiran batu. 

Dewi Ular segera mengambil celana dalam putih 

itu. Memperhatikan dengan seksama. Lalu dia 

berucap. "Kalau yang memberikan memang Nyi Loro 

mengapa yang seperti ini? Celana ini lecak dan jelas 

tidak barui" 

Ratu Randang mengambil celana itu lalu di 

dekatkan ke hidung. 

"Edani Celana bau pesingl Ini pasti celana bekasl" 

Si nenek melotot, menatap ke arah Jaka Pesolek. Dewi 

Ular juga delikkan sepasang mata. Lalu berkata. "Jaka Pesolek,

katakan ini celana dalam siapa sebenarnya) 

Sambil berkata Dewi Ular angkat tangan kanan siap 

menggebuk. 

Ratu Randang mendengus. "Jaka Pesolek. Jawab 

pertanyaan Kunti Ambiri! Jangan berani berdusta! Si

nenek juga mengangkat tangan kiri, mengancam si 

gadis. 

Wajah Jaka Pesolek menjadi pucat Sikapnya 

gugup. 

"Aku... aku..." Ucap jawaban gagap. Tiba bba 

gadis ini 

balikkan diri lalu lari menjauh sambil tertawa 

cekikikan. "Kunti Ambiri! Celana baru pemberian Nyi

Loro Jonggrang sudah kupakai. Mungkin itu memang 

untukmu. Tapi biar aku memakainya barang sehari 

dua hari. Nanti aku berikan padamu!" 

"Kurang ajari" Dewi Ular memaki marah. 

Ratu Randang kucai kucai celana bekas milik 

Jaka Pesolek lalu dibanting ke tanah. "Liat saja! Nanti 

dia yang tidak bakal pakai celana dalami Kunti. ayo

kita kejar dia!" 

"Aku akan menelanjangi dirinya. B aulia tahu 

rasai" Kata Dewi Ular lalu melompat mengejar ke arah 

larinya Jaka Pesolek. 

"Jangan! Jangan d telanjangi Itu memang 

maunya!" Sahut Ratu Randang lalu tertawa bergolak.


EMPAT BELAS


SAKUNTALADEWI merasa peti mati melayang 

turun. Gadis yang berada dalam keadaan kaku tak 

bisa bergeraktakmampu bersuara akibat slrapan Ilmu 

kesaktian Empat Mayat Aneh ini ingin sekali 

mengintai lewat jendela kecil di dinding kiri kanan peti 

mati. 

"Aku yakin orang mau berbuat jahatl Kalau tidak 

mengapa diriku dibuat seperti ini! Kata Sakuntaladewi 

dalam hati. 

Tiba-tiba ada empat kali ketukan di kayu 

penutup peti m ab Lalu em pat sinar muncul m 

enyapu tubuhnya m ulai dari kepala sampai ke kaki. 

Sakuntaladewi menggeliat Aneh, mendadak saja 

sekarang dia mampu bergerak. Dia hendak berteriak. 

Tapi suaranya tidak keluar. Ternyata jalan suaranya

masih dikunci orang! 

Cepat-cepat gadis berkaki satu ini merangkak 

mendekati salah satu jendela kecil di dinding kiri peti 

lalu mengintai keluar. Mula-mula dia hanya melihat 

kerimbunan hijau daun-daun pepohonan. Lalu ada 

satu sungai kecil di kejauhan. Kemudian matanya 

membentur sebuah bangunan candi yang sebenarnya 

sangat indah namun tampak kusam, sebagian 

tertutup lumutkarena tidak terawat 

"Candi Kalasan..." Ucap Sakuntaladewi dalam 

hati. Gadis ini masih heran dan terus bertanya-tanya 

mengapa Empat Mayat Aneh membawa-nya ke candi 

tersebut Dikatakan hendak menemui seseorang. 

Seseorang siapa? Apakah orang itu penghuni candi? 

Setahu Sakuntaladewi candi itu tidak ada yang 

mendiami. Orang baru datang ke candi dan bermalam 

di sana bilamana ada perayaan keagamaan. 

Selagi asyik memperhatikan keadaan di luar sana 

sementara peti mati melayang semakin rendah siap 

mencapai dan menyentuh tanah tiba-tiba satu kaki 

dibalut gulungan kain putih menjuntai di depan 

jendela menghalangi pandangan si gadis. Pasti salah

satu kaki dari Empat Mayat Aneh Tidakpiklr panjang 

Sakuntaladewi cepat menarik kaki itu kuat-kuat 

hingga yang ditarik berteriak kaget dan terjungkal 

jatuh bergedebuk di tanah. Untungnya saat itu peti 

mati hanya tinggal satu tombak dari tanah hingga 

yang terbanting tidak cidera. Yang kakinya ditarik 

oleh Sakuntaladewi ternyata Mayat Aneh Keempat 

Mayat Aneh Keempat berdiri sambil dua tangan 

pegang! bagian bawah perut 

"Dewi Kaki Tunggal, untung kakiku yang kau 

tarik. Kalau sampai kau menarik..." 

Tiga Mayat Aneh lainnya melompat dan atas peti. 

Mayat Aneh Kedua membentak Mayat Aneh Keempat 

"Pelihara mulut hanya bicara kebaikan!"Mayat Aneh Kedua berkata. "Kita sudah sampai. 

Sebaiknya kita keluarkan gadis itu dan diantar ke 

dalam candi. Orang tua itu pasti sudah menunggu 

sejak lama " 

Tiga Mayat Aneh lainnya mengangguk. Mereka 

melangkah mendekati peti lalu sama-sama membuka 

penutup peti. Begitu penutup peb'tersingkap lebar 

dan mereka melihat ke dalam peti. kaget Empat Mayat

Aneh bukan alang kepalang Sampai-sampai mereka 

keluarkan seruan tertahan. 

"Celakai Apa yang terjadil" Mayat Aneh Kesatu 

berteriak. 

"Mana mungkin! Mana mungkin bisa kejadian 

seperti ini!" Mayat Aneh Ketiga Ikut berseru. 

Empat pasang mata mendelik besar 

memperhatikan bagian bawah peti mati yang 

papannya telah terlihat dalam keadaan jebol seperti

habis dibongkar. Sosok Sukantaladewi sama sekali 

tidak ada lagi di dalam peti! 

"Geser peti! Cepat!'* Teriak Mayat Aneh Keempat 

Empat Mayat Aneh lalu mendorong peti mati 

hingga mereka bisa menyaksikan tanah yang 

sebelumnya berada di bawah peb mati. Tanah itu 

dalam keadaan rata. Tidak ada lobang, bahkan sedikit 

goresanpun tidak kelihatan! 

"Kalau bdak ada lobang, kemana gadis tadi 

perginya?!" Berkata Mayat Aneh Kesatu sambil jitak-

jitak keningnya sendiri. 

"Kalian berdua coba periksa ke dalam candi 

Mungkin gadis itu sudah ada di sana menemui si 

orang tua!" BerkataMayat Aneh Keempat pada Mayat Aneh Kedua 

dan Ketiga. 

"Mana mungkin begitu. Dia tidak tahu mau 

dipertemukan dengan siapa. Aku khawatir dia sudah 

diculik Sihuhun Merahi" Menjawab Mayat Aneh 

Kedua. 

Kalau kalian tidak mau menyelidik biar aku 

masuk sendiri ke dalam candi! Kalau terjadi apa-apa

dengan gadis itu kalian bertiga punya tanggung 

jawabi" 

Mayat Aneh Keempat Uru meleset memasuki 

pintu depan candi yang di atasnya ada Lengkung Kala

Makara. Baik Mayat Aneh Keempat maupun tiga 

saudaranya sama sekali tidak memperhatikan kalau 

dari sepasang mata kepala patung pipih hiasan pada 

lengkungan pintu memancar keluar asap tipis 

kehitaman. 

Setelah cukup lama menunggu Mayat Aneh 

Keempat masih belum keluar dari dalam candi tiga 

Mayat Aneh lainnya mulai gelisah. 

"KHa harus sama-sama memeriksamasuk ke 

dalam candi sekarang jugal Aku punya firasat tidak 

enaki" Kata Mayat Aneh Kedua. Dua saudaranya 

menyetujui. Namun belum sempat bergerak tiba-tiba 

di dalam candi terdengar suara Jeritan keras. Lalu 

wuutttj Satu sosok putih melesat keluar dari pintu 

candi danbraaak! Sosok itu terkapar di halaman 

depan candi. 

"Saudara Keempat!" Teriak tiga Mayat Aneh 

ketika melihat yang tergeletak di tanah adalah 

saudara mereka Mayat Aneh Keempat! Gulungan kain 

putih yang menyelubungisekujur tubuh dan kepala tampak hitam dan 

mengepul. Sosoknya mengeluarkan bau sangat busuk 

"Katakan apa yang terjadi?! Kata Mayat Anah 

Ketiga. 

"Siapa yang menciderai dan melempar dirimu 

begini rupa?l" Mayat Aneh Kedua bertanya. 

Lalu Mayat Aneh Kesatu susul bicara. "Apa kau 

menemui gadis berkaki satu itu di dalam candi?!" 

Mayat Aneh Keempat membuka mulut Tapi tidak 

ada suara yang keluar. Malah dari mulut Hu 

menyembur darah kental merah. 

Mayat Aneh Keempat keluarkan suara 

mengerang. Sepasang mata mendelik. Tangan kiri 

memegang bagian bawah perut tangan kanan coba 

diangkat menggapai-gapai lalu menunjuk ke arah 

candi. 

"Ada mahluk jahat mencelakai Mayat KeempatJ" 

teriak Mayat Kesatu marah. 

Tangkap mahiuk itu dengan Amu Memintal Kati 

Mtnjirat Atwthl* Teriak Mayat Aneh Ketiga. 

Bersama dua saudaranya Mayat Aneh Ketiga 

ulurkan tangan kiri kanan ke arah pintu candi. 

"Srtettt areetf Wuuuttti" 

Guhmgan kain putih pada dua tangan tiga Mayat 

Aneh membuntal membuka Disertai kilauan cahaya 

putih buntalan kain melesatmasuk ke dalam candi 

lewat pintu depan laksana enam anak panah lepas 

dari busurnya!Di dalam candi mendadak terdengar suara 

teriakan* teriakan aneh. Lalu satu gelombang angin 

busuk bersinar kehitaman menerpa keluar candi 

menghantam bga Mayat Aneh. 

"Bahaya besari Tarik gulunganl Teriak Mayat 

Aneh 

Ketiga. 

Enam larik gulungan sinar putih yang tadi 

menembus masuk ke dalam candi kini mem buntal 

membalik dan sreetfl Gulungan kain berhasil kembali

ke lengan tiga Mayat Aneh. Namun ketiganya 

mencelat mental akibat sambaran asap kehitaman 

menghantam tubuh mereka! 

Di saat yang bersamaan halaman depan Candi 

Kilasan telah dibuncah oleh bau luar biasa busuk. 

Tiga Mayat Aneh yang tengah megap-megap menahan 

sakit akibat hantaman asap hitam kini mendadak 

diserang rasa mual amatsangat Isi perut mereka 

seperti jungkir balik, hidung seolah mau tanggal 

pemandangan berkunang dan kepala laksana mau 

pecah. Wajah mereka yang tidak tertutup kain putih 

tampak hitam pekat 

Tutup jalan nafas! Bersihkan diri dengan ftmu 

Menguras Racun Menumpas B/sal" Berteriak Mayat 

Aneh Kedua. 

Tiga Mayat Aneh rangkapkan dua tangan di 

depan dada. Laki wuttfl Tubuh mereka melesat satu 

tombak ke udara, berputar kembali ke tanah dengan 

kepala lebih dulu 

"DessIDessIDess!" 

Kepala tiga Mayat Aneh menempel di tanah. 

Tubuh bergetar hebat lalu memancarkan cahaya 

kehitaman danmengepul. Perlahan-lahan wajah yang hitam 

kembali berubah putih pucat 

"Gadis kaki satu itu tidak ditemui. Orang tua 

yang meminta kita membawanya ke ani juga tidak 

muncul! Kita benar-benar sudah tertipu!" Mayat Aneh

Kedua berteriak marah. 

"Kita masih bisa selamat tapi bagaimana saudara 

Keempat?!" Berkata Mayat Aneh Kesatu sambil 

membalikkan tubuh, kembali berdiri di atas dua kakj. 

Tiga Mayat Aneh capat mendatangi Mayat Aneh 

Keempatyang masih tergeletak di tanah dalam 

keadaan megap-megap dan wajah bersimbah darah. 

"Membendung Darah Menyerap Racun!" Mayat 

Aneh Ketiga berseru menyebut nama Ilmu kesaktian 

sambil kembangkan telapak tangan di atas dada 

Mayat Aneh Keempat Dua saudaranya segera 

melakukan hai yang sama. Dari telapak tangan itu 

memancar cahaya putih mengandung tenaga 

menyedot yang dahsyat Namun sebelum Mayat Aneh 

Keempat sempat ditolong tiba-tiba ada suara berseru. 

"Salah satu dari kalian sudah pantas menjadi 

tumbal kembali ke alam rohl" 

"Wusssl" 

Dari dalam candi melesat keluar satu larikan 

cahaya putih berbentuk tabir meHngkar disertai 

menerpanya hawa luar biasa busuk. Di balik tabir 

tampak delapan sosok samar hitam membentuk 

mahluk aneh telanjang mengerikan! Sementara itubau busuk semakin menggila menjadi-jadil 

Tabir Delapan MayatT Teriak Mayat Aneh Ketiga, 

Kedua dan Kesatu berbarangan. Di tanah Mayat Aneh 

Keempat keluarkan suara raungan keras, melejang-

lejang beberapa kali lalu diam tak bergeming lagl


LIMA BELAS


MELIHAT apa yang terjadi dengan saudaranya, 

tiga Mayat Aneh ikut meraung keras lalu serentak 

pukulkan dua tangan ditujukan pada delapan sosok 

hitam dlbali k tabir 

Enam larik sinar putih menyambar ke arah 

delapan sosok hitam. Tabir menguak, delapan sosok 

hitam angkat dua tangan ke atas lalu mulut meniup. 

-Wusssl" 

Enam cahaya putih musnah. Tiga Mayat Aneh 

terpental jungkir balik, jatuh tumpang tindih di tanah. 

Tubuh mengepul asap hitam dan baui Mayat Aneh 

Ketiga yang berada di sebelah bawah berkata megap-

megap. 

Tabir Delapan Mayat! Sesuai suratan kita bdak 

mungkin menghadapi mereka. Lebih baiklekas pergi 

dari sini. Bawa Mayat Aneh Keempati" Mayat Aneh 

Ketiga berkata sambil berusaha keluar dari himpitan

dua saudaranya 

Delapan sosok hitam busuk serentak melompat 

keluar dari balik tabir. Keadaan mereka benar-benar

mengerikan dan menjijikkan Tubuh hitam telanjang 

membusuk seperti leleh. Dari rongga mata, lobang 

hidung, mulut dan telinga bergel atan puluhan 

belatung hitam, lalu ada suara tapi tidak tahu yangmana yang bicara diantari mereka. 

"Kalian mau kabur?! Enaksajal Sebelum kalian 

kami kirim ke alam roh untuk selama-lamanya jawab 

dulu pertanyaan kami! Mana gadis berkaki satu yang 

kalian bawa ke sini dalam peti mau"?l" 

Tiga Mayat Aneh saling pandang dan kedipkan 

mata. Mereka sendiri sebenarnya tidak tahu kemana 

lenyapnya Sakuntaladewi alias Dewi Kaki Tunggal. 

Mayat Aneh Kesatu tiba-tiba menunjuk ke langit 

Delapan mayat busuk dongakkan kepala memandang 

ke langit 

Mayat Aneh Kedua tudingkan ibu jari ke tanah. 

Delapan mayatbusuk tundukkan kepala, menatap ke 

tanah. Mayat Aneh ketiga perlahan-lahan tekan dan 

putar tumit kanan ke tanah. Getaran menjalar ke 

arah peti mati. Peti bergetar, bagian bawah peti 

pancarkan cahaya hitam kecoklatan Tiga Mayat Aneh 

tiba-tiba membuat gerakan berputar. Gulungan kain 

putih melesat ke udara, mengeluarkan suara bising 

dan menutup pemandangan. Satu gulungan 

menyambar ke arah sosok Mayat Aneh Keempat yang 

tergeletak di tanah lalu wuutt! Sosok itu melesat ke 

udara, masuk ke dalam peti mati. Tiga Mayat Aneh 

menyusul metompatmasuk ke dalam peti. 

"Pertanyaan kami belum dijawabi Kalian mau 

kabur kemana?! Kalian mayat-mayat kesasar tidak 

layak berkeliaran lebih lama di Bhuml Matarami" 

Salah satu dari mayatbusuk berteriak sambil 

menunjuk. Tujuh lainnya ikut menunjuk. Di lain 

kejap delapan larik cahayahham menyambar k* arah peti mati, siap 

menghancurkan pati yang hendak dipargunakan Tiga 

Mayat Aneh untuk menyelamatkan diri bersama 

Mayat Aneh Keempat 

'Mapan Taiunuk Arwah Busuki" Teriak Mayat 

Aneh Kesatu yang mengenali serangan ilmu jahat 

yang tengah dilancarkan Delapan Mayat busuk. 

Bersama dua saudaranya dia bukan saja tidak 

berani meneruskan masuk ke dalam pati mati tapi 

juga sama-sama berseru tegang karena saudara 

mereka yang keempat telah berada di dalam pati yang

siap dihancurkan Delapan Mayat busuki 

Cikajapanlagi peti mati akan hancur 

rmtsnahberkeping-keping lalu Mah tiba-tiba dari 

dalam pati menyembul keluar sosok Mayat Aneh 

Keempat Kepala agak torgontal miring ke kiri tapi dua 

tangan terpentang ke depan. Dua tangan ini 

memancarkan cahaya perakmenyuaukan, menebar 

hawa luar biasa panas dan menderu. Hawa panas luar 

biasa menebar menyongsong datangnya serangan 

Delapan Terunjuk Arwah Busuki AJafc di atas ajaib! 

Apakah saudara kita Keempat hidup kembali? Lalu 

bagaimana dia bisa melancarkan serangan balasan 

begitu rupa? ilmu kesaktian apa itu?! Aku..." Yang 

berteriak adalah Mayat Aneh Ketiga. Dua saudaranya 

ikut metengak heran. 

LapaMapat mendadak ada orang berteriak. 

"Weehhhhl Ternyata Candi Kalasan ada petirnya! Baru tahu akui DI slang bolong pula! Kalian berdua 

tunggu di sini. Aku mau melihat lebih dekati" 

Orang yang barusan berteriak dibentak oleh 

seorang 

Uln. 

"Jangan tolol! Kalau kau mau mampus Bilah kan 

saja melompat ke sanal" 

• 

Belum selesai Mayat Aneh Ketiga berteriak, dua 

larik cahaya putih perak berkilau sudah saling 

berhantaman dengan delapan sinar busuki 

Langit laksana runtuh. Tanah seperti dhjoncang 

gempa. Peti mati hitam berderak-derak. Sosok Mayat 

Aneh Keempat lanyap. Mayat Anah Kesatu, Kedua dan 

Ketiga jatuh bergelimpangan di tanah. 

Delapan Mayatbusuk melompatmundur ka balik 

tabir hitam. Pandangan mata membabak dipenuhi 

belatung liar. Delapan tenggorokan mengeluarkan 

suara menggeram Salah satu dari mereka bicara 

dengan suara bergetar. 

"Sinuhun Merah! Kau mengatakan kami adalah 

segala-galanya! Ternyata saat ini Tabir Delapan Mayat 

menghadapi kekuatan yang tidak bisa dkn usnahkan!" 

Tabir Delapan Mayat!" Tiba-tiba ada suara 

berucap datang dari kejauhan mengiang di telinga 

Delapan Mayat busuk. "Jangan kalian berkecil hati! 

Kailan tetap merupakan mahluk yang tidak akan 

terkalahkan Kalian tidak mengalami cidera

sedikitpun Tapi mahluk yang barusan 

menyerangmu taat ini berada dalam keadaan teriuka 

di dalam! Jangan berkeciI hati! Pantang kecewa dan 

putus asal Saat ini ada tugas lain lebih penting yang 

harus kau lakukan. Tugasmu di sini sudah ada yang 

mewakili! Lekas ikuti akui" 

Mendengar suara mengiang itu Delapan Mayat 

busuk bergerak mundur dua langkah lalu berkelebat 

cepat membuat lingkaran. Tabir hitam tipis bergulung 

membunta! 

"Wusssl" 

Tabir Delapan Mayat melesat ke udara, lenyap 

dari pemandangan. 

Masih dalam keadaan tegang, tiga Mayat Aneh 

mendekati peti mati untuk melihat keadaan saudara 

mereka MayatAneh Keempat 

Tiba-tiba dari dalam peti mati muncul keluar 

sosok seorang pemuda berikat kepala putih 

berpakaian putih. Rambut panjang menjulai sebahu. 

Mulut menyenngai tapi ada lelehan darah di sela bibir 

pertanda dia menderita luka dalam. Tangan kiri 

diangkat hendak mengganik kepala namun belum 

tersentuh tiba-tiba lututnya teri ipat dan tubuhnya

jatuh duduk di tanah, tersandar ke dinding peti mati. 

"Astaga! Dia!" Seru MayatAneh Kedua. 

"Kesatria Panggilanl Kau!" Mayat Aneh Ketiga 

mendekat sambil memegang bahu si pemuda. 

"Memang aku!" Menyahuti pemuda yang 

tersandar kepeti mati. Mulut kembali mengulum seringai. 

"Kau teriuka di dalami" MayatAneh Kesatu 

meraba dada si pemuda yang memang adalah Kesatria 

Panggilan alias Pendekar 212 Wiro Sableng. 

"Aku tidak apa-apa," jawab Wiro sambil berdiri 

dan menyeka lelehan darah. 

"Saudara kita MayatAneh..sempat}" Tiba-tiba 

Mayat Aneh Ketiga berteriak Ingat saudaranya. 

"Akudisinil" 

Dari dalam peti mati terdengar suara orang 

menjawab. 

Sesaat kemudian dari dalam peti mati mencogok 

keluar sosok Mayat Aneh Keempat Wajah pucat tapi 

dua tangan sudah seperti biasayaitu memegangi 

bagian bawah perut dan mulut menyeringai! 

"Kau...kau tidak apa-apa? Kau tidak kembali ka 

alam roh?l" Tanya MayatAneh Kesatu. 

"Husssl Bicara yang baik-baik saja." Jawab 

MayatAneh Keempat Dia lalu menunjuk ke arah Wiro 

yang tengah duduk bersila di tanah mengerahkan 

tenaga dalam dan hawa sakti untuk mengobati luka 

dalam. Aliran hawa hangat dari kapak sakti yang ada

dalam tubuhnya Ikut membantu penyembuhan. 

"Pemuda itu menolongku. Aku tidak tahu 

bagaimana caranya dia menolong. Tubuhku terasa 

dialiri hawa sejuk. Ketika dia tengah mengalirkan 

hawa sakti ke dalam diriku, DelapanMayat busuk menyerang ke arah peti dimana 

kami berada Pemuda itu mengangkat dua tanganku 

dan melancarkan serangan balasan berupa pukulan 

laksana petir melalui tanganku kiri kanan. Walau aku 

bdakteriuka dan sembuh namun agaknya dia 

mengalami luka dalam..." 

"Hussl Bicara yang baik-baik saja! Aku Juga 

sudah sembuhl" Wiro melompat dari duduknya, 

batuk-batuk beberapa kali lalu tertawa geiak-gelak.

Mayat Aneh Keempat memeluk Wiro hingga sang 

pendekar Jadi mengkirik. 

"Sobatku dari negeri delapan ratus tahun 

mendatang. 

 Aku Mayat Aneh Keempat mengucapkan terima 

kasih. Kau telah menyelamatkan nyawa rohku..." 

Wiro hanya manggut-manggut lalu cepat-cepat 

melepaskan diri dari rangkulan Mayat Keempat 

"Sobat berempat ketika kalian meninggalkan 

Bukit Batu Hangus, bukankah kalian membawa gadis 

berkaki satu bernama Dewi Kaki Tunggal itu?" 

"Benar sekali," Jawab Mayat Aneh Kedua. 

Wiro memandang ka arah pati mati. "Gadis itu 

tidak ada di sana. Ketika aku menyelinap masuk, peb' 

mati kosong. Lantainya seperti ada yang mencongkel.

Kemudian baru masuk saudara kalian Mayat Aneh 

Keempat.." 

Mayat Aneh Kesatu laki menceritakan apa yang 

terjadi Ceritanya diakhiri dengan ucapan. "Kami 

berempat juga tidak tahu apa yang terjadi dengan 

gadis berkaki satu ftu. Dia sirnatanpa bekas, seolah angin berhembus..." 

"Sahabat berempat, aku pernah secara tidak 

sengaja mendengar pembicaraan kalian dengan Dewi 

Kaki TunggaJ Kalian membawa gadis itu ke Candi 

Kaiasan karena ada seseorang yang menyuruh. Saat 

ini apa kalian mau memberi tahu siapa orangnya..." 

"Sebenarnya ini satu rahasia besar," jawab 

MayatAneh Kesatu. Tapi karena kami sudah curiga 

kalau kami ditipu dan orang itu mungkin saja adalah

kaki tangan anak buah Sinuhun Merah, maka kami 

merasa tidak perlu lagi merahasiakan dirinya" 

MayatAneh Kesatu memandang dulu pada ketiga 

saudaranya seolah minta persetujuan. Tiga Mayat 

Aneh sama anggukkan kepala. Mayat Aneh Kesatu 

lalu kembali berpaling pada Wiro lalu berkata. "Orang 

yang menyuruh adalah seorang Empu bernama Empu 

Sem/rang Biru..." 

"Empu Semirang Biru..." Wiro mengulang 

menyebut nama "Aku belum pernah mendengar nama 

itu sebelumnya. Siapa adanya orang itu?" 

"Dia adalah Empu sakti yang membuat Keris 

Kanjeng Sepuh Pelangi atas perintah Yang Mulia Sri 

Maharaja Mataram." Jawab Mayat Aneh Kesatu. Lalu 

menambahkan. "Selain lenyapnya gadis berkaki satu 

dari dalam peti secara aneh, kami berempat juga tidak 

menemui Empu itu disini. Padahal dia yang 

menyuruh kami agar membawa si gadis ke Candi 

Kaiasan..." 

"ApaEmpu Semirang Biru menerangkan mengapa dia

minta sahabat berempatmombawa gadis itu ke 

Candi Kalasan?" 

Mayat Aneh Kesatu menggeleng. Tiga saudaranya 

ikut menggeleng. 

"Agaknya ada hubungan antara gadis itu dengan 

keris yang dtciptakan sang Empu. Kalau kalian 

memang tertipu berarti gadis itu dalam bahaya besari 

Aku..." 

Ucapan Wiro belum selesai ketika tiba-tiba tanah 

di halaman Candi Kalasan terasa bergetar. Bangunan 

candi tampak bergoyang. 

Ada mahluk rak mendatangi tem at ini Bisik 

Mayat Aneh Ketiga sambil mengusap telinga 

"Aku mencium bau amfs..." Ucap Mayat Aneh 

Kedua. 

Terdengar suara mengorok keras dari arah kiri. 

Wiro berpaling ke arah satu gundukan batu besar di 

balik sebuah pohon Mahoni Dia tidak melihat apa-apa

Kebka dia menoleh ke bagian belakang Candi Kalasan 

pandangannya membentur sosok tinggi berjubah biru 

dada berbulu, kepala botak bercula merah. Kumis dan

janggut serta sepasang alis hitam berkilat, mencuat ke 

atas. Mata besar yang memiliki bola mata sebuah titik 

kedi bergerak liar berputar lalu mengarah pada 

Pendekar 212 Wiro Sableng. 

"Arwah Ketuai" Ucap Wiro. "Sebelumnya dia 

jermaksud jahat hendak membunuhku. Kali ini kalau 

dia hendak melakukan kembali, aku tidak perduli 

larangan Sepasang Arwah Bisul Aku akan 

menghabisinya!""Aku mencium bau amis..." Mayat Aneh Kedua 

mengulang ucapan. 

"Bau amis itu adalah bau amis Ketua Jin Seratus 

Perut Bumi yang menyusup masuk ke dalam tubuh 

Arwah Ketua. Ini semua perbuatan Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah. Aku menaruh kasihan pada mahluk 

raksasa ini. Tapi kalau dia memang ingin 

membunuhku, apa boleh buat Aku terpaksa 

menghabisinya lebih dulu!" 

"Kalau memang di dalam tubuhnya ada roh jahat 

Ketua Jin Seratus Perut Bumi. serahkan pada kami. 

Biar kami menguli tinya Kata Mayat Aneh Ketiga lalu

memberi tanda pada tiga saudaranya. 

"Kalian akan mengulitinya?" tanya Wiro sambil 

menggaruk kepala heran. "Ah, ini satu ilmu baru yang 

inpln sekali aku menyaksikannya " 

Empat MayatAneh saling menempelkan dua 

tangan satu sama lain. Lalu sama-sama berseru. 

'Delapan Pisau Pengikis Arwahl" 

"Sreett!" 

Gulungan kain putih yang membungkus tangan 

Empat MayatAneh bergulung membuka. Delapan 

tangan tersingkap. Ujung tangan yang seharusnya 

berupa lima buah jari ternyata berbentuk seperti 

pahat besar yang berkilauan saking ta amnyaSeperti tadi, sayup-sayup terdengar suara orang 

bicara. 

'Baru kali ini aku mel hatmah uk raksasa. Tim 

kekar, dada berbulu. Pasti kuat sekal H k. h k! Tapi 

sayang mukanya jelek. Tidak ganteng Aku tidak 

bernafsul Hik..hik...hiki Aih» Apa itu? Delapan tangan 

berubah jadi pisau tajam. Eh. apa Empat Mayat Aneh 

mau menyunat raksasa tu Oalal Hati-hati! Potongan 

daging sunatannya pasti sekarung penuhi Bisa dibuat

dendeng untuk orang sekampung! Hik... hik… hik…!" 


TAMAT 

Penulis : Bastian Tito

Created : MATJENUH CHANNEL

Blog : https://matjenuh-channel.blogspot.com

Ikuti serial berikutnya berjudul 

DELAPAN SUKMA MERAH







Share:

0 comments:

Posting Komentar

Post Terdahulu

https://matjenuh-channel.blogspot.com

Jumlah pengunjung

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
nama :saya matjenuh berasal dari dusun airputih desa sungainaik.buat teman teman yang ingin mengcopas file diblog ini saya persilahkan.. motto:bagikan ilmu mu selagi bermanfaat buat orang lain agama:islam.. hobby:main game

Memburu Iblis

 

Pengikut

Blog Archive