Kumpulan Cerita Silat Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212


selamat datang teman teman di.. https://matjenuh-channel.blogspot.com..dari dusun airputih desa sungainaik.. ikuti grup Facebook matjenuh di kumpulan novel wiro sableng.. cukup agan cari saja dengan mengetikan nama grup kumpulan novel wiro sableng di Facebook... subscribe juga channel matjenuh di YouTube ..ketikan nama matjenuh channel... terimakasih..salam santun dari matjenuh channel 🙏🙏🙏🙏

Senin, 17 Juni 2024

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 WIRO SABLENG - BINTANG LANGIT SAPTUNING JAGAT

https://matjenuh-channel.blogspot.xom



“Datuk Rao Basaluang Pitu lambungkan ke tujuh 

Saluang yang berada digengamannya ke udara, Ketujuh

Saluang itupun tidak jatuh ketanah seperti yang semestinya 

melainkan berputaran diudara mengelilingi tubuh Datuk Rao 

Basaluang Pitu dan orang-orang yang berpegangan tangan 

mengelilingi Sang Datuk! “wahai tujuh Saluang Dewa yang 

selalu menemaniku, perkenankan aku dan para kerabatku 

memasuki Ruang Tanpa Batas Tanpa Daya.”ucap Datuk 

Rao Basaluang Pitu dengan sebelah tangan bersidekap di 

dada sementara tangan satunya memeluk jabang bayi 

dalam guci. Tepat setelah Datuk Rao Basaluang Pitu selesai 

berucap, Nenek Ning Rakanini beserta yang lainnya 

merasakan kedua kakinya perlahan namun pasti mulai 

terangkat dan tidak lagi menjejak tanah! “kita Melayang…!” 

Desis sang nenek sembari memandang kearah Resi Kali

Jagat dan yang lainnya yang juga menyadari akan hal ini. 

Sementara itu ke tujuh Saluang terlihat bergerak berputar 

mengelilingi lingkaran orang-orang yang berpegangan

tangan tersebut. Masing-masing Saluang berputar dengan 

arah yang berbeda-beda!”


SATU


Titik air hujan mulai berjatuhan membasahi dedaunan 

pohon Kenanga yang banyak tumbuh di areal 

Pekuburan Batuwungkur. Tidak seperti biasanya, titik 

hujan yang turun kali ini tidak disertai dengan angin yang 

berhembus. Air hujan yang turun dari langit juga tidak 

terlalu deras, boleh dibilang hanya berupa rinai-rinai kecil. 

Dalam udara malam seperti ini bisa dipastikan tidak ada 

orang yang rela melepaskan diri dibalik kemulan selimut 

hangatnya, apalagi untuk sekedar berjalan-jalan di Luar 

rumah. Sementara itu suasana mencekam sangat terasa

menggantung di sekitar kawasan Pekuburan Batuwungkur. 

Pekuburan yang terletak tidak jauh dari Sleman ini,

memang dianggap banyak orang sebagai salah satu tempat 

yang cukup angker. jangankan malam hari, saat siang

haripun hanya sedikit orang yang berani untuk 

menginjakkan kaki di tempat tersebut. Hal ini tidaklah

mengherankan karena sudah semenjak lama Pekuburan 

tua ini sudah tidak dipergunakan lagi. Para penduduk 

pedukuhan dan kampung-kampung sekitar kini lebih 

memilih untuk menguburkan sanak keluarganya ke 

Pekuburan Lembur Sawit yang letaknya memang agak jauh 

keluar dari wilayah Kadipaten Sleman. Hal ini terjadi 

tidaklah terlepas dari beberapa kejadian yang pernah 

terjadi di seputaran Kawasan Pekuburan tersebut beberapa 

tahun yang lalu. Banyak cerita seram dan takhayul yang 

beredar di masyarakat yang menceritakan keangkeran 

kawasan ini sehingga orang-orang sudah tidak mau 

menguburkan keluarganya di pekuburan tersebut. Namun 

berbeda dengan malam-malam biasanya, keangkeran areal 

pekuburan ini semakin kental terasa manakala beberapa 

malam belakangan ini sering terdengar suara isak dan 

tangis perempuan! Suara tangis perempuan yang terbawa 

angin tersebut kerap kali terdengar dari sebuah kuburan 

tua yang terletak disamping sebuah batu besar dan 

dirindangi oleh rimbunan Pohon Kenanga. Setiap kali

suara tangis itu terdengar, maka suara-suara binatang

malam lainnya, yang biasanya meramaikan suasana 

malam sontak hilang seakan tertelan oleh kesedihan yang 

mengalun bersama isak tangis yang terbawa oleh angin 

malam. Malam itu Bulan bersinar terang menyinari 

kawasan pekuburan Tua tersebut. walaupun langit masih 

dihiasi awan mendung yang menitikkan rinai-rinai kecil, 

namun hal itu tak mampu mengalahkan tebaran pesona 

sang ratu malam. Dibawah siraman sinar rembulan yang 

jatuh diatas sebuah batu disamping makam berpohon 

kenanga, terlihatlah sosok seorang gadis berambut panjang 

berkebaya putih duduk sambil memeluk kedua kakinya.

Wajahnya yang pucat tidak tampak terlihat karena 

disembunyikan diantara kedua lututnya. Isak tangis 

disertai rintihan memilukan kerap terdengar dari bibirnya. 

“Wiro… aku tak tahu lagi kemana aku harus pergi mencari 

dirimu… “ isak sang gadis perlahan, bahunya terlihat 

bergetar menahan kekalutan hatinya. Kembali teringat 

dalam kenangannya bagaimana dirinya berkasih dan 

bercumbu mesra dengan Pemuda yang dicintainya. Masih 

terbayang dipelupuk matanya bagaimana Sang Pemudayang tanpa mempedulikan keadaannya yang telah menjadi 

mayat mengecup lembut bibirnya serta mengungkapkan 

cinta kasihnya. (baca episode: Misteri Dewi Bunga Mayat) 

“Wiro…apa yang sebenarnya menimpa dirimu… apa yang 

harus aku lakukan agar aku bisa berjumpa denganmu…?” 

isak sang gadis kembali. Sementara itu tak jauh dari batu 

tempat sang gadis berkebaya putih duduk menangis, 

seorang gadis berpakaian kuning tampak berdiri dibalik 

bayang-bayang sebuah pohon randu alas. Sesekali tampak 

sang gadis juga mengusap air mata yang juga menetes di 

kedua belah pipinya. “aku juga merasakannya Suci… aku 

pun turut kehilangan dirinya!” ratap sang gadis dalam hati. 

“Ah… mengapa kita berdua harus bernasib sama seperti 

ini. alam memisahkan kita dengan orang yang sama-sama 

kita cintai…”batin sang gadis kembali. “apa aku harus 

menemuinya dalam keadaan seperti ini..?” batin sang gadis 

ragu-ragu. Kala Sang Gadis berbaju kuning hendak 

beranjak mendekati Gadis berkebaya putih yang bukan

lain adalah Suci gadis alam roh yang berjuluk Dewi Bunga 

Mayat ini, tiba-tiba terdengar Gadis diatas batumembentak keras. “Siapa disitu? Ayo Keluar! jangan 

sembunyi seperti pengecut!” gadis berbaju kuning langsung 

terhenyak namun buru-buru kembali ke tempatnya di 

balik pohon Randu Alas, kala menyadari kalau orang yang 

dibentak oleh Suci bukanlah dirinya melainkan orang lain. 

Sementara itu gadis yang tadinya menangis diatas batu 

telah tegak berdiri dengan kaki terkembang, matanya yang 

masih basah oleh sisa-sisa air mata menatap nyalang

kearah satu sosok yang berjalan mendekat kearahnya.

Ketika sinar rembulan yang jatuh diatas sosok yang 

berjalan mendekat tidak terhalangi lagi oleh dedahanan 

pohon kenanga, satu pekikan terdengar dari bibir sang 

gadis. “Ya Tuhan….!” Sang dara memandang seakan tidak 

percaya kala dihadapannya kini berdiri sosok pemuda

berambut gondrong yang selama setahun lebih ini 

dicarinya keseluruh pelosok negeri. Pemuda yang berdiri 

dibalik siraman sinar rembulan tersebut tampak 

tersenyum dan mengembangkan kedua tangannya. 

“Suci…aku datang…” ucap sang pemuda pelan. Sang gadis 

menutup mulutnya dengan kedua belah tangannya,sementara matanya membeliak menatap seakan tak 

percaya pada pandangan matanya! Orang yang sangat 

dirindukannya siang dan malam kini berdiri 

dihadapannya!! “Wirooo…!” jerit sang gadis keras. Suci tak 

mampu lagi menahan emosinya, Air mata yang masih 

belum mengering kembali berbuncahan di kedua pelupuk 

mata sang Gadis! Akal dan logika sang gadis kali ini seakan 

terbutakan oleh keadaan hati dan perasaannya yang sudah 

sekian lama memendam rindu dan nyaris putus asa. 

Sehingga tanpa merasa canggung lagi Diiringi suara 

menggeru yang keluar dari mulut mungilnya, Suci 

langsung berlari dan memeluk sosok pemuda berambut 

gondrong yang berdiri didepannya. Dipeluknya sang 

pemuda dengan eratnya seakan tak mau dilepaskan lagi! 

Sang Gadis tidak memperhatikan keanehan yang terlihat 

dalam diri sang Pendekar, tidak dilihatnya bagaimana 

sosok sang Pemuda yang tengah dipeluknya dengan erat 

memandangnya dengan pandangan yang aneh dan penuh 

nafsu. ”Wiro… jangan kau pergi lagi…! Jangan kau 

tinggalkan aku lagi…!” isak Suci sang gadis Alam Roh

dalam pelukan Sang Pemuda. Sementara itu Gadis berbaju 

kuning yang bersembunyi di balik pohon randu alas juga 

menampakkan keterkejutannya kala melihat sosok yang

tiba-tiba berdiri di tengah-tengah Kawasan Pemakaman 

Batuwungkur. namun tidak seperti gadis berkebaya putih, 

gadis berpakaian kuning ini masih bisa mengedalikan

perasaannya sehingga dapat melihat keanehan yang 

melingkupi sosok pemuda yang disangka sebagai Pendekar 

dua satu dua Wiro Sableng itu. Mata sang gadis tidak bisa 

ditipu! Dengan kemampuan kedua matanya yang mampu 

menembus segala macam tabir yang terselubung, Sang 

Gadis melihat satu sosok lain berujud samar dibalik wajah 

dan tubuh pemuda yang sedang memeluk Dewi Bunga 

Mayat! “Suci…! Menjauh dari situ! Dia Bukan Pendekar 

Dua Satu Dua!” teriak sang gadis sembari melesat dari 

tempatnya berdiri. Sementara itu Suci yang semula terbuai 

dalam pelukan Sang Pemuda juga merasakan satu 

keganjilan pada diri Sang Pendekar manakala dirasanya 

tangan sang Pendekar mulai kurang ajar meremas 

pinggulnya! “Keparat…! Kau Bukan Wiro! Siapa Kau?”

bentak Suci seraya berusaha melepaskan diri dari pelukan 

sang pemuda yang tadinya dikira sebagai Wiro Sableng, 

Pemuda yang dikasihinya. “he.he.he. akhirnya kau jatuh 

juga dalam pelukanku Suci! Siang dan malam aku hanya 

bisa memimpikanmu, kini impian itu akhirnya kesampaian 

juga! Marilah kau ikut denganku, kita akan bersenang-

senang ditempat kediamanku yang baru!” Ucap sang 

Pemuda yang makin mempererat pelukannya. “Keparat! 

Lancang!!! Aku bilang Lepaskan!”ronta Sang Gadis. 

Kemarahan sang gadis benar-benar tak bisa ditakar lagi! 

Dengan sekuat tenaga Suci berusaha untuk membuat 

bentuk tubuhnya menjadi samar agar dapat keluar dari 

pelukan Pemuda yang memeluknya, namun dia terkejut 

kala mendapati dirinya tidak mampu untuk merubah 

wujud kasarnya ke bentuk roh! sang Pemuda terkekeh geli 

sembari mempererat rangkulannya. “sudahlah manis! 

Menyerah sajalah… tidak ada gunanya kau mencoba untuk 

mengeluarkan kepandaianmu…”ucap sang pemuda sambil 

mencium tengkuk Dewi Bunga Mayat secara kurang ajar! 

“jahanam!! Aku akan mengadu jiwa denganmu!” teriak Sucihisteris. Matanya yang bening terlihat berkaca-kaca

menaham amarah. Ingin sekali dicabik-cabiknya tubuh

orang yang secara kurang ajarnya memeluk tubuhnya, 

namun entah mengapa dalam pelukan pemuda tersebut 

tubuh Sang Gadis alam roh semakin lama semakin lemah! 

Seakan-akan tubuh pemuda itu memiliki kekuatan yang

mampu menghisap semangat dan tenaganya! “lepaskan 

tanganmu yang kotor itu keparat!!!” satu bayangan kuning 

bergerak dengan sebatnya melancarkan tendangan kearah 

tengkuk pemuda yang memeluk Suci. “hemm, satu lagi 

gadis alam roh datang menghantar tubuh! Rejeki ku hari 

ini benar-benar besar! Wajahmu juga cukup cantik! 

Tunggulah disitu giliranmu akan segera menyusul!”kekeh 

sang pemuda tanpa menghiraukan datangnya tendangan!

Dan kesombongannya langsung mendapatkan ganjaran! 

Tubuh Pemuda kurang ajar tersebut langsung terjerembab 

kala tendangan yang dilancarkan oleh Gadis berbaju 

Kuning menghajar tengkuknya! “Gadis keparat…!” geram 

sang pemuda sambil meraba tengkuknya yang terasa sakit. 

“kemampuannya ternyata tidak rendah! Setan..! Akuterlalu memandang rendah urusan…! Aku harus segera 

angkat kaki dari sini biar sisanya nanti jadi urusan anak 

buah Sang Junjungan!” ucap sang pemuda dalam hati, 

dirinya tidak menyadari kalau tadi untuk sesaat tubuhnya 

berubah wujud menjadi satu sosok lain sebelum kembali 

kewujudnya semula. Sementara itu Suci yang masih 

tergolek lemah dalam Pelukan Sang Pemuda buka matanya 

lebar-lebar kala sesaat melihat wujud Pemuda yang 

memeluknya berubah ke satu wujud lain yang dikenalnya 

saat terhajar tendangan oleh Gadis berbaju Kuning, namun 

perubahan itu hanya berlangsung cepat sebelum akhirnya 

wujud lain tersebut kembali ke wujudnya sebagai Wiro 

Sableng Pendekar Dua Satu Dua. “Ki Kuncen Suro Bangil... 

Kau…!” serunya tercekat bagaimana tidak, Sosok Pemuda 

yang sedang memeluknya tadi walau sesaat sempat 

dilihatnya berubah menjadi sosok seorang kakek yang

sangat dikenalnya, yaitu Ki Suro Bangil, K


DUA


Sang pemuda palingkan wajahnya kearah Suci saat 

didengarnya sang gadis menyebut nama aslinya. 

“ha.ha.ha. akhirnya kau mengetahui juga siapa aku Suci, 

Kau memang hebat! Kau membuat aku semakin tergila-gila 

padamu,! Tapi kita tidak bisa berdiam lebih lama di tempat 

ini!” ucap sang pemuda sambil mempererat pondongannya 

untuk kemudian berlari cepat kearah pintu keluar areal 

pekuburan “Keparat! Mau lari kemana kau!” bentak gadis 

berpakaian kuning seraya menyentakkan kedua bahunya! 

Begitu menyentakkan kedua bahunya, tubuh sang gadis

tiba-tiba tampak diselimuti satu sinar berupa lelatu-lelatu 

api berwarna biru yang kemudian langsung melesat dari 

dalam tubuh Sang gadis dan memotong arah lari pemuda 

yang membopong Dewi Bunga Mayat. Pemuda yang 

menyaru sebagai Wiro Sableng itu dengan lincahnya 

melentingkan kakinya hingga Sinar pukulan yang datanglewat beberapa jengkal dibawah tubuhnya, namun belum 

lagi kakinya menginjak tanah sinar pukulan kembali 

datang menyusul dengan tiba-tiba! “Setan Alas…! Biarlah 

lebih baik aku tidak mendapatkanmu dari pada nyawaku 

yang merat! Kalau aku tidak bisa mendapatkanmu maka

orang lainpun takkan bisa!” geram Sang Pemuda yang 

mendapat serangan dari Gadis berbaju kuning. Lalu tanpa 

diduga sama sekali Sang Pemuda langsung melemparkan

tubuh Suci memapasi datangnya sinar pukulan! tidak 

hanya sampai disitu, tangannya yang secara tiba-tiba 

tampak dikobari api dihantamkan langsung ke punggung 

Dewi Bunga Mayat! Satu jeritan terdengar merobek langit. 

“Suci…!” gadis berbaju kuning terpekik kala melihat tubuh 

Gadis berkebaya putih terhantam pukulan yang 

dilepasnya. “Purnama…” desah suci kala mengenali Gadis 

yang berdiri didepannya sebelum tubuhnya ambruk ke 

bumi. Gadis berbaju kuning yang ternyata adalah Purnama 

gadis dari Negeri Latanahsilam tersebut, cepat memburu 

kearah tubuh Suci yang tergeletak diatas tanah. “Suci 

Bertahanlah…!” ucap Purnama sembari memapah banguntubuh Dewi Bunga Mayat tersebut. “Ja…Jangan Lepaskan 

dia…!” Seru Suci lemah. Cairan berwarna hijau terlihat 

meleleh keluar dari bibirnya. Sementara itu Pemuda yang 

akhirnya diketahui sebagai penjelmaan Ki Suro Bangil 

Kuncen Penjaga Kuburan Batuwungkur tersebut sudah 

melesat jauh. Sembari berlari kencang sesekali sang

Kuncen terdengar mengeluarkan sumpah serapah. Hatinya 

benar-benar jengkel karena tidak berhasil membawa Dewi 

Bunga Bangkai yang diam-diam selama ini dicintainya

tersebut. Namun begitu dia tetap merasa bersyukur karena 

bisa terlepas dari Gadis berpakaian Kuning yang ternyata 

memiliki kehebatan diluar dugaannya! “ternyata 

kepandaian gadis alam roh yang satu itu juga amat tinggi! 

Benar-benar hebat! Suatu hari nanti aku juga harus bisa 

mendapatkannya! Sungguh akan menjadi suatu anugerah

luar biasa jika aku bisa menikmati tubuh keduanya!” batin 

Sang Kuncen dalam kekotoran pikirannya. Sang Kuncen

terus berlari dengan sebatnya namun tiba-tiba Sang 

Kuncen merasa tidak dapat menggerakan anggotatubuhnya sama sekali! hingga akibat larinya yang terhenti

seketika, tanpa ampun lagi tubuh sang kuncen langsung 

terjerembab mencium bumi! “Bangsat Haram jadah! Siapa 

yang punya pekerjaan? Cepat lepaskan aku!” bentak Ki 

Kuncen Suro Bangil kala menyadari bahwa sekujur 

tubuhnya telah terbelit satu benang yang sangat tipis dan 

liat sekali! Sang Kuncen Berusaha untuk melepaskan diri 

namun lilitan benang-benang tersebut malah melibat 

tubuhnya semakin erat! “ayo keluar kau Pengecut! Jangan 

hanya bisa membokong orang dari belakang…!” ucap Ki

Kuncen Suro Bangil kembali masih dalam wujud Wiro 

Sableng. ”kau dengar apa yang dikatakannya Panji? Dia 

memaki kita pengecut dan pembokong! Lucu sekali!”ucap 

satu suara perempuan tiba-tiba dalam kegelapan malam. 

“ya Anggini Lucu sekali! Padahal hanya pengecut yang 

sesungguhnya yang bisanya hanya bersembunyi 

menggunakan paras tubuh orang lain!” ucap satu suara 

pria menimpali. “Kau benar! Dan jangan lupa dia juga 

sudah membokong seorang sahabat kita!” geram seorang 

wanita berbaju ungu yang berjalan pelan keluar dari

kegelapan malam. Dibelakangnya seorang pemuda berompiputih bertubuh tegap dengan rambut tergerai berjalan 

pelan mengikuti. “Siapa kalian? Berani-beraninya kalian 

mengikatku seperti ini apa kau tidak tahu siapa aku? Aku 

Pendekar Dua Satu Dua! Cepat lepaskan aku!” bentak Ki 

Kuncen Suro Bangil. “masih juga kau berpura-pura kuncen 

keparat! Kami tahu siapa dirimu dan apa yang kau 

lakukan barusan di pekuburan Batuwungkur!” Bentak 

Sang Pemuda yang tidak lain adalah Panji anak Rajo Tuo 

Datuk Paduka Intan dan juga murid Nyanyuk Amber ini. 

(mengenai Rajo Tuo Datuk Paduka Intan silahkan 

mengikuti episode Tua Gila Dari Andalas yang terdiri dari 

beberapa episode, sementara mengenai Nyanyuk Amber 

silahkan baca episode: Raja Rencong Dari utara) Ki 

Kuncen Suro Bangil pincingkan mata berusaha untuk 

mengenali kedua anak muda yang berdiri tegak 

dihadapannya. Setelah beberapa saat berpikir keras tiba-

tiba satu tawa keras meledak diudara. “apa yang kau

tertawakan Kuncen keparat” ujar dara berbaju ungu yang 

bukan lain adalah Anggini murid Dewa Tuak. “aku ingat 

sekarang! Kalian berdua pasti murid-murid Nyanyuk

Amber dari Andalas! ha.ha.ha kalau aku jadi kalian, lebih 

baik aku mengkhawatirkan keadaan guru sendiri dari pada 

orang lain!” gelak Sang Kuncen masih dalam keadaan 

terikat. Panji dan Anggini saling berpandangan. Keringat 

dingin terpercik di kening keduanya. “Keparat!! apa

maksud perkataanmu? Jawab atau kupecahkan kepalamu 

sekarang juga!” bentak sang gadis sembari menginjak

kepala Sang Kuncen! Bukannya menjawab Sang Kuncen 

malah semakin tertawa terbahak-bahak membuat Sang 

dara semakin jengkel. Sementara itu sang Kuncen yang 

masih dalam keadaan terikat mendengar suara-suara aneh 

yang bersumber dari dasar bumi. “Para penolong sudah 

tiba! Biarlah, aku ikuti saja permainan kedua bocah kecil 

ini…”batin Sang Kuncen sembari terus berlagak tertawa. 

Saat kesabaran sang gadis hampir habis dan kakinya 

digerakkan untuk menginjak hancur kepala dibawahnya, 

satu tangan terasa memegang pundaknya. “sabarlah 

Anggini, jangan kau turuti hawa nafsumu… ada baiknya 

kita bawa manusia satu ini kembali ke Pekuburan 

Batuwungkur. Kita sebaiknya melihat keadaan Suciterlebih dahulu, Masalah guru jangan kau risaukan! Guru 

lebih dari sanggup menjaga dirinya sendiri.” Kata-kata 

Panji bagaikan air dingin yang menyiram hatinya yang 

terbakar kemarahan. Sang gadis kemudian menggengam 

tangan yang memegang pundaknya. “Panji…” desah sang

gadis saat satu tangan membelai lembut kepalanya. Sang 

gadis tersenyum atas apa yang dilakukan Panji. Sesaat 

kemudian keduanya berjalan kembali menuju pekuburan

Batuwungkur sambil menyeret Ki Kuncen Suro Bangil yang 

masih terikat dalam lilitan Benang Kayangan. Sesampainya 

mereka di ereal Pekuburan tua tersebut dilihatnya 

Purnama sedang memeluk tubuh dewi Bunga Mayat. 

“Anggini…” seru Purnama kala melihat gadis yang 

dikenalnya sebagai murid Dewa Tuak ini datang bersama 

seorang pemuda tampan yang sedang menyeret seorang 

yang dikenalnya sebagai orang yang tadi berusaha 

melarikan Suci! “ Kami datang sesuai permintaan mu 

beberapa purnama yang lalu…”ucap Anggini kepada 

Purnama. “bagaimana keadaan Suci?” tanya sang gadis

kembali sembari bersimpuh disebelah sang gadis.Sementara itu Suci Perlahan membuka matanya kala 

mendengar suara murid Dewa tuak. “A..Anggini…”serunya 

lemah. “jangan dulu banyak bergerak Suci… kau masih

lemah…”ujar anggini sembari menggengam tangan 

sahabatnya tersebut. Anggini kemudian memandang 

kearah Purnama. “apakah dalam kitab seribu pengobatan 

ada cara untuk mengobatinya…?” tanya Anggini. Purnama 

sejenak memejamkan mata memusatkan pikirannya. “Kitab 

Seribu Pengobatan halaman seratus lima puluh delapan, 

Pengobatan terhadap segala jenis makhluk alam Roh. 

Dikatakan jika seorang makhluk alam roh mendapat 

cedera dari kedua sisi tubuhnya yang berdasarkan 

pukulan berinti panas api, maka secepat-cepatnya sebelum 

tubuh makhluk malang tersebut tersentuh sinar matahari 

harus segera di rendam ke dasar samudera sementara 

kedua sisi tubuhnya yang terkena pukulan harus 

ditempelkan sebuah batu sakti yang terpendam selama

ribuan tahun di dasar Samudera!” ucap Purnama sembari 

membuka matanya. Anggini menatap tajam kearah 

Purnama. “fajar akan segera menjelang! Kau harus segeramembawanya ke Pantai terdekat!”ucap Sang Gadis yang

dibalas anggukan oleh Purnama. “Kalau kau harus kembali 

ke kerajaan laut utara maka perjalanan akan semakin

jauh. Sebaiknya kau pergi ke kerajaan Laut selatan saja 

dan minta bantuan Ratu Duyung”sambung anggini. “aku

juga berpikiran begitu…”ujar Purnama. “teman-teman…

lebih baik kalian tinggalkan saja aku disini…”ucap lirih 

Suci sembari meneteskan airmata. Sebenarnya gadis ini 

bukannya tidak mau ditolong, namun dirinya sangat segan 

untuk bertemu dengan Ratu Duyung. “kami tidak akan 

meninggalkanmu… “ucap Purnama sembari membopong 

Sang Gadis.”aku tahu perasaanmu terhadap Ratu Duyung, 

namun percayalah, aku yakin sahabat kita itu pasti bisa 

mengerti pula apa yang kau rasakan…” bisik Purnama 

ditelinga Suci. “aku pergi sekarang Anggini… maafkan aku, 

nampaknya urusan kita harus ditunda dulu untuk 

beberapa waktu. setelah aku kembali dari menolong Suci, 

kuharap kita bisa melanjutkan lagi pembahasan masalah 

yang kita hadapi bersama dengan para sahabat yang lain.” 

Ucap Purnama kepada Anggini. “aku benar-benar mintamaaf sudah memintamu datang jauh-jauh dari Andalas,

namun kejadian yang terjadi sungguh diluar dugaan kita 

semua. Aku benar-benar minta maaf…”sambung Purnama 

Kembali. Anggini sekilas tersenyum dan menepuk pundak 

Purnama. “aku tidak menyalahkanmu, Purnama. aku bisa 

mengerti keadaan yang terjadi. Aku akan menunggumu 

nanti untuk melanjutkan pembicaraan kita. Sekarang 

pergilah, jangan membuang waktu lebih lama lagi…” ucap 

Anggini. “baiklah Anggini, aku pergi sekarang. namun 

tolong kau urus Kuncen Keparat itu…” ujar Purnama 

Sembari melesat ke arah selatan. Sementara itu Anggini 

dan Panji kini kembali berhadapan dengan Orang yang

terikat oleh benang Kayangan. “hai kuncen keparat! Sekali 

lagi aku tanya kan kepadamu apa yang kau ketahui 

tentang Guru kami dan mengapa kau menggunakan Sosok

Sahabat kami Wiro Sableng!” Bentak Anggini keras, namun 

dirinya dan Panji terperanjat kala mendapati sosok orang 

yang ada dalam libatan benang kayangannya telah berubah 

menjadi sebuah Gedebong Pisang! “seorang berilmu tinggi 

tanpa kita sadari telah menolong Kuncen keparat itu!” seru

Panji. “gila..! bagaimana dia bisa keluar dari jerat benang 

kayangan tanpa sepengetahuan kita!” sambung Anggini

terheran-heran. Namun keheranannya kemudian terhenti 

kala mendengar gaung suara tanpa wujud dari kejauhan. 

“ha.ha.ha masih terlalu dini buat kalian untuk menangkap 

orang-orang Kerajaan Perut Bumi! Ketahuilah bahwa 

sahabatmu yang kupakai Rupanya ini sudah mampus 

Delapan Ratus Tahun yang lalu di Mataram! Kini giliran 

kalian teman-temannya yang akan menyusul! dan yang 

pertama kali akan mati adalah Gurumu! Nyanyuk 

Amber…!” gaung tawa yang mereka kenali sebagai suara Ki 

Kuncen dari kejauhan. Panji dan Anggini menjadi Pucat 

wajahnya. “kita harus kembali ke Andalas! Guru dalam 

bahaya!” Ucap Murid Dewa Tuak yang dibalas anggukan

oleh Panji. Sang pemuda kemudian menggandeng tangan

Anggini lalu keduanyapun melesat dengan kecepatan luar 

biasa menuju utara. 

* * *


TIGA


Datuk Rao Basaluang Pitu pandangi sosok-sosok 

tubuh hangus yang bergeletakan di sekeliling hutan 

jati. Sorot mata sang Datuk yang teduh terlihat 

memancarkan kesejukan. Setelah menghembuskan 

nafasnya sejenak, Sang Datuk kemudian terlihat 

mengambil sebuah saluang berwarna biru dari kantung

kulit yang tergantung pada pinggangnya. Tidak terlalu 

lama kemudian suara saluang yang merdu terdengar 

mengalun terbawa angin. Nenek Katai Ning Rakanini, Resi 

Kali Jagat Ampusena dan Arwah Ketua Penguasa Candi 

Miring beserta Lor Pengging Jumena yang kini berwujud 

seorang kakek bersorban kelabu berdecak kagum 

manakala melihat tubuh-tubuh yang bergeletakan hangus 

tersebut terlihat bergerak-gerak liar lalu perlahan mulai 

diam tenang. Namun bersamaan dengan diamnya tubuh 

sosok-sosok hangus tersebut terdengarlah suara sepertianak kucing mengeong! lalu dari tubuh masing-masing

sosok yang hangus tersebut melesatlah sinar berwarna 

merah yang kemudian bersatu menjadi sosok lima ekor

anak kucing berbulu merah! Setelah mengeong beberapa 

kali sosok kelima anak kucing berbulu merah itu melesat 

dengan cepat ke angkasa! Sementara itu lapisan arang 

hangus yang tadinya menutupi sekujur tubuh mereka, kini 

terlihat perlahan mulai berkelupasan dan berjatuhan ke 

tanah. Tidak sampai sepeminuman teh kemudian sosok-

sosok tubuh hangus tersebut akhirnya kembali ke 

wujudnya semula yakni sosok-sosok pemuda remaja. para 

pemuda remaja tersebut beberapa saat kemudian, sudah 

mulai banyak yang sadar dan saling pandang dalam 

keadaan bingung. “mengapa kita bisa berada disini…?” 

ucap beberapa diantaranya terheran-heran. “apa yang

sebenarnya terjadi…?” sahut yang lainnya. “Pulanglah 

kalian kedesa masing-masing! Jangan khawatir, sedikit 

demi sedikit kalian akan dapat mengingat kembali semua 

yang telah terjadi dan menimpa kalian. Tapi sebelum

kalian pergi ingatlah pesanku ini, Carilah masing-masing

sehelai bunga tanjung dan bawa kemanapun kalian pergi! 

Semoga dengan adanya bunga tersebut kejadian buruk 

tidak akan menimpa kalian lagi…”ucap Datuk Rao 

Basaluang Pitu lembut sembari menyimpan saluang 

birunya. Para pemuda remaja yang kebanyakan masih 

bingung dan tidak mengerti apa yang terjadi tersebut, 

akhirnya Cuma bisa mengangguk dan mulai berpencaran

meninggalkan kawasan hutan jati menuju rumah mereka

masing-masing. Sang Datuk Kemudian Kembali menatap 

pada empat orang yang masih berlutut di hadapannya.

“kalian bangunlah, ada yang ingin ku sampaikan kepada 

kalian…” ucap Sang Datuk perlahan. Nenek Ning Rakanini 

dan yang lainnya saling pandang sejenak, lalu kemudian 

mulai bangkit dari tempat masing-masing. “Waktu 

Purnama Biru di langit Mataram hanya akan berlangsung 

sesaat lagi, namun waktu yang sesaat ini adalah waktu 

yang teramat kritis. Ada banyak yang harus dijelaskan dan 

ada banyak juga yang harus di sampaikan. ayam jantan 

akan segera berkokok, sementara yang harus dikerjakan 

masih terlampau banyak. Hawa Kejahatan akan mencapai

puncak di rembang pagi. Oleh karenanya aku harap kalian 

mendengar baik-baik apa yang akan kusampaikan kali ini.” 

Sehabis berucap Sang Datuk terlihat meraup ke tujuh

macam saluang yang tergantung di pingangnya. 

“mendekatlah kepadaku dan saling berpegangan tangan

satu dengan yang lain membentuk lingkaran hingga aku 

berada tepat ditengah-tengah.”ujar Sang Datuk. Arwah 

Ketua dan yang lainnya cepat lakukan apa yang 

diperintahkan oleh Datuk Rao Basaluang Pitu. Setelah 

melihat apa yang diperintahkan olehnya telah dikerjakan, 

tiba-tiba Datuk Rao Basaluang Pitu melambungkan ke 

tujuh saluang yang berada digengamannya ke udara! 

Ketujuh saluang itupun tidak jatuh ketanah seperti yang 

semestinya melainkan berputaran diudara mengelilingi 

tubuh Datuk Rao Basaluang Pitu dan orang-orang yang

berpegangan tangan mengelilingi Sang Datuk! “wahai tujuh 

Saluang Dewa yang selalu menemaniku, perkenankan aku 

dan para kerabat ini memasuki Ruang Tanpa Batas Tanpa 

Daya.”ucap Datuk Rao Basaluang Pitu dengan sebelah 

tangan bersidekap di dada sementara tangan satunyamemeluk jabang bayi dalam guci. Tepat setelah Datuk Rao 

Basaluang Pitu selesai berucap, Nenek Ning Rakanini

beserta yang lainnya merasakan kedua kakinya perlahan 

namun pasti mulai terangkat dan tidak lagi menjejak

tanah! “kita Melayang…!” Desis sang nenek sembari 

memandang kearah Resi Kali Jagat dan yang lainnya yang 

juga menyadari akan hal ini. Sementara itu ke tujuh

Saluang terlihat bergerak berputar mengelilingi lingkaran 

orang-orang yang berpegangan tangan tersebut. Masing-

masing saluang berputar dengan arah yang berbeda-beda! 

Atas, bawah, ke kiri dan kekanan sehingga menimbulkan 

satu bentuk bola cahaya berwarna-warni yang sangat besar 

yang melingkupi tubuh Datuk Rao Basaluang Pitu serta 

yang lainnya! Semakin lama putaran ke tujuh Saluang

yang mengitari tubuh orang-orang dalam lingkaran 

semakin bertambah kencang, kemudian dari lubang-

lubang yang terdapat pada ketujuh Saluang keluarlah

suara-suara dengan nada yang beragam akibat saling 

bergesekan dengan udara yang berputar kencang. Namun 

anehnya suara yang keluar dari ke tujuh Saluang yangberputar kencang tersebut tidak berupa suara-suara yang 

tak beraturan melainkan merupakan satu gabungan 

alunan suara musik yang sempurna dan memikat! 

Bersamaan dengan terbentuknya alunan musik yang 

merupakan satu kidung dari perpaduan ketujuh buah 

Saluang Dewa, Sang Datuk terlihat memalingkan wajahnya 

kearah Menjangan berbulu emas tunggangannya yang 

berada di luar lingkaran. “Datuk Rao Pangeran Peto Alam, 

aku butuh bantuanmu…”ujar Datuk Rao Basaluang Pitu.

Sang menjangan terlihat menganggukan kepala seolah-olah 

mengerti apa yang dikatakan oleh sang majikan, kedua 

kaki depannya mengais-ngais tanah beberapa kali seolah 

menunggu perintah selanjutnya. “bawa kami ke kaki 

langit…!”ucap sang Datuk mengejutkan setiap orang yang 

berada dalam lingkaran, namun hal yang terjadi 

selanjutnya ternyata lebih mengejutkan keempat orang 

yang saling berpegangan tangan. dengan mata kepala 

mereka sendiri mereka melihat bagaimana sosok 

menjangan tunggangan Datuk Rao Basaluang Pitu 

perlahan berubah bentuk menyerupai bentuk tubuhmanusia! Kedua kaki belakang Menjangan berbulu emas

tersebut perlahan terangkat lalu tertekuk kedepan dan 

kemudian memanjang seukuran kaki manusia dewasa, 

demikian pula kedua tangan bagian depan berubah 

memanjang dan lebih berisi sebagaimana bentuk tangan 

manusia pada umumnya, hanya bagian telapak kaki dan

tangan yang berbentuk ladam yang tidak berubah! 

Sementara itu bentuk kepala menjangan itu sendiri juga 

tidak berubah, masih sebagaimana mestinya. Tiba-tiba 

diiringi suara geraman yang panjang yang keluar dari 

moncongnya, makluk berujud setengah manusia setengah 

menjangan yang dipanggil dengan sebutan Datuk Rao 

Pangeran Peto Alam tersebut langsung mengangkat bulatan 

lingkaran ketujuh Saluang yang menyelubungi tubuh 

semua orang-orang yang berada didalamnya! Nenek Katai 

Ning Rakanini terpekik keras dengan sekujur tubuh 

bergetar hebat kala hanya dengan satu hentakan Makhluk 

Setengah menjangan setengah manusia tersebut melesat 

kencang ke angkasa sembari memikul bola lingkaran 

Saluang pada pundaknya!


EMPAT


Sementara itu didasar Jurang Langit Pendam atau yang

lebih tepatnya terletak di dasar Kawah Gunung Salak, 

makhluk berujud Tengkorak hitam bertanduk yang dikenal 

sebagai Yang Mulia junjungan tertinggi Jenazah Simpanan 

menatap sosok Lamanyala dan serta Hantu Bara kaliatus 

yang saat itu berada dalam Papahan Lakasipo. Sesekali 

terlihat hembusan asap merah keluar dari kedua lubang 

hidungnya yang hanya berupa dua buah lubang geroakan 

tersebut, Jelas makhluk berbentuk tengkorak hitam yang 

bukan lain adalah Lakarontang Si pengumpul Bangkai 

atau jenazah simpanan ini sedang menahan hawa amarah 

yang saat itu sudah memuncak sampai ke ubun-ubun. 

Tubuhnya yang hanya berupa jerangkong berwarna hitam 

terlihat memancarkan sinar redup yang perlahan-lahan 

menjadi semakin terang hingga akhirnya dibarengi suatu 

bentakan menggelegar cahaya terang tersebut berubahmenjadi satu cahaya yang menyilaukan mata! Lubang 

kawah didasar bumi tersebut bergetar dengan kerasnya! 

bersamaan dengan getaran yang melanda seisi kawah 

gunung salak, terdengar pula bunyi sesuatu yang jatuh ke 

dalam lahar. Sementara itu tubuh-tubuh jenazah yang

tergantung pada akar-akar pohon beringin raksasa hingga 

ke dasar bumi tersebut juga terlihat bergoyang mana kala 

satu getaran maha hebat menggoncang kawah gunung 

salak! saat getaran dan sinar yang amat menyilaukan mata 

tersebut mulai mereda maka nampaklah bagaimana sosok 

Lamanyala, Lakasipo dan hantu bara Kaliatus yang semula 

bersimpuh di salah satu cekungan yang tidak digenangi 

oleh lahar kini terlihat melesak sedalam setengah tombak 

pada dinding kawah. Sementara itu perlahan-lahan dari 

dalam kawah yang mendidih mencuat sebentuk kepala 

jerangkong bertanduk, tetesan-tetesan lahar terlihat 

berjatuhan dari kepalanya yang plontos. Lakasipo, 

Lamanyala dan Hantu Bara Kaliatus yang tubuhnya 

terpantek pada dinding kawah memandang tak berkesip

kearah sosok yang perlahan-lahan keluar dari dalam lahar.“selamat kepada Yang Mulia junjungan tertinggi Jenazah 

Simpanan, akhirnya yang mulia bisa terlepas dari Jerat 

Akar Beringin Sukma Dewa!” buka Lamanyala seraya 

merangkapkan kedua tangan di depan dada. Jenazah 

Simpanan atau yang lebih dikenal dengan nama 

Lakarontang palingkan wajahnya kearah Lamanyala, 

tubuhnya yang berupa jerangkong tampak masih 

mengepulkan asap tebal kala satu bentakan keluar dari 

mulutnya. “makhluk hina dina! Yang bisa kau kerjakan 

hanya menjilat pantat…!” bentak Lakarontak menggelegar. 

“kau pikir aku tidak tahu apa yang kau perbuat? Kau

meninggalkan seratus Laskar Iblis yang sangat berharga 

yang dengan susah payah dikumpulkan oleh bawahanku 

dari seluruh pelosok Mataram! Dan sekarang kau coba

menjilatku hanya karena aku bisa lepas dari akar-akar 

gombal seperti ini? Asal kau tahu saja, akulah yang

menguasai seluruh bagian beringin dewa ini! Tidak seperti 

yang kau dan para dewa mantan atasanmu itu pikirkan

selama ini! wajah Lamanyala berubah hebat. “hamba minta 

maaf yang sebesar-besarnya… hamba tidak tahu kalauperkataan hamba tidak menyenangkan hati yang mulia 

jenazah simpanan…” ucap lamanyala terbata-bata. 

“mengenai perihal seratus laskar iblis yang terpaksa harus 

hamba tinggalkan, hamba benar-benar minta maaf. Hamba 

terpaksa harus memisahkan diri karena tiba-tiba muncul 

seorang berkepandaian amat tinggi yang mampu membuat 

seluruh formasi laskar iblis kacau balau dan hampir

binasa sehingga hamba terpaksa harus melarikan diri… 

namun hamba tidak melarikan diri dengan membuta, 

hamba kemudian membantu Lakasipo dan Hantu Bara 

Kaliatus dari cecaran serangan Ksatria Panggilan. “sahut 

Lamanyala dengan tangan tersusun rangkap diatas kepala. 

“panjang juga congormu membela diri wahai Lamanyala!” 

tidak heran para Dewa pernah menjadikanmu utusan 

mereka..!”balas Lakarontang membuat merah kulit 

tengkorak Lamanyala. “keparat…! Jika saja kau tidak

menyekap jasadku, tidak akan aku mempermalukan diri

menghamba pada makhluk terkutuk sepertimu..!” maki 

Lamanyala dalam hati. Tiba-tiba Jenazah Simpanan 

menggerakkan kepalanya kearah Lamanyala, lalu darisepasang matanya keluar satu sinar panjang yang 

langsung melabrak tubuh Lamanyala yang masih terpantek 

di dinding kawah! Teriakan setinggi langit terdengar 

merobek perut bumi! “tolol kau Lamanyala! Kau pikir aku 

tidak dapat membaca isi pikiranmu? Selama tubuhmu 

berada dalam genggamanku, apapun yang kau pikirkan 

bahkan sukmamu pikirkan sekalipun takkan bisa kau 

sembunyikan dariku! Sekarang kau rasakan akibatnya!” 

bentak Lakarontang sembari menatap sosok Lamanyala 

yang menggeliat dalam kobaran api berwarna hitam! 

Sementara itu di salah satu akar beringin, Nampak satu 

tubuh yang ternyata adalah tubuh kasar dari Lamanyala 

juga dilamun kobaran api berwarna hitam. Setelah sekian 

lama, api yang membakar sosok dan tubuh kasar akhirnya 

padam dan hanya menyisakan seongngok abu berwarna 

hitam! Lakasipo dan Hantu Bara Kaliatus hanya bisa 

menenggak ludah kala menyaksikan apa yang terjadi pada 

Lamanyala. “aku kembali harus terpaksa mengorbankan

koleksiku yang sangat berharga… namun dengan cara iniini. Aku masih yakin Hantu Bara Kaliatus tidak berani 

macam-macam denganku, orang seperti dia tak ada 

bedanya dengan Resi Jingga Anthasena tapi aku tidak

begitu yakin dengan Lakasipo. Sampai sejauh ini aku tidak 

bisa menjangkau sampai jauh kedalam pikirannya yang

terdalam…” batin lakarontang sambil menatap tajam 

kearah Lakasipo. “Lakasipo, apa kau berhasil 

mendapatkan apa yang kuperintahkan kepadamu?” ucap 

Lakarontang memecah lamunan Lakasipo dan Hantu bara

kaliatus yang masih terhenyak karena kematian 

Lamanyala. Lakasipo kemudian terlihat mencoba 

menggerakkan anggota tubuhnya yang terbenam dalam 

dinding kawah, dengan bantuan kedua kakinya yang 

diganduli dua bola batu dan ditambah dengan sepasang 

tangannya yang kekar akhirnya Lakasipo berhasil juga 

mengeluarkan tubuhnya dari cekungan dinding kawah. 

Beberapa saat kemudian Laksipo yang juga dikenal sebagai 

Hantu Kaki Batu ini tampak merobek secarik kain bajunya 

ynag terbuat dari kulit kayu yang diberi jelaga. Sobekan 

kain tersebut kemudian terlihat diusapkan kearah salahsatu bola batu dikakinya yang tampak terlihat bernoda 

kehitaman. “bagus…! Kau tidak terlalu mengecewakanku 

wahai Lakasipo..!” Seru Jenazah Simpanan kala melihat 

noda gelap pada sobekan kain di tangan Lakasipo. Sang 

Jenazah Simpanan kemudian terlihat menggerakkan 

tangan kanannya kearah kawah. “Wahai Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah…! Keluarlah, ada tugas terakhir yang 

harus kau jalankan…! “Seru Jenazah Simpanan sembari

menatap kearah Lahar yang menggelegak. Sesaat setelah 

seruan Jenazah Simpanan berkumandang tampak lima 

larik cahaya merah melesat keluar dari dalam lahar.

Bersamaan dengan itu terdengar suara anak kucing 

bergema didalam kawah. Cahaya merah tersebut perlahan 

turun dihadapan Jenazah Simpanan dan berubah menjadi 

sosok seorang kakek berambut dan berjanggut merah 

dengan keadaan tubuh tidak beraturan. Kepalanya yang 

mengenakan blangkon dengan hiasan berbentuk bintang

yang terbuat dari logam tampak terpisah dari keempat 

bagian tubuh lainnya. “hamba menghadap Junjungan 

Tertinggi Yang Mulia Jenazah Simpanan…”ucap sinuhun

Merah Penghisap Arwah. Jenazah Simpanan pandangi 

sejenak tubuh tak beraturan dari Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah. “aku ingin mengajukan satu pertanyaan 

padamu wahai Sinuhun…”ujar Jenazah Simpanan sembari

mempermainkan kedua tangannya yang berbentuk 

jerangkong. “seberapa dalamkah keinginanmu untuk 

menghabisi orang yang telah membuat tubuhmu menjadi 

hancur sedemikian rupa..?” sambung Jenazah Simpanan. 

Wajah Sinuhun Merah tampak berubah dan bergetar hebat 

mendengar pertanyaan yang diajukan oleh Jenazah 

Simpanan. “Yang Mulia! Yang mulia sendiri tentunya dapat 

menyaksikan sendiri bagaimana sekarang keadaan tubuh 

hamba sekarang, keadaan tubuh hamba yang seperti ini 

semua adalah perbuatan si keparat Ksatria Panggilan yang 

didatangkan oleh Raja Mataram Itu. Pemuda itu jugalah 

yang telah menghancurkan semua rencana yang hamba 

jalankan, Jadi pastinya Yang Mulia tentu mengerti betapa 

dalamnya dendam hamba terhadap pemuda itu…” ucap 

Sinuhun Merah berapi-api. Jenazah Simpanan pandangi

kembali sosok Sinuhun Merah lalu kemudian tawanya meledak! “ha.ha.ha kau lucu sekali Wahai Sinuhun Merah 

Penghisap Arwah…! Bukankah apa yang kau terima 

sekarang bukan lain buah dari ketololanmu sendiri?” gelak 

makhluk tengkorak bernama jenazah Simpanan ini yang

dibalas dengan tatapan penuh tanda tanya oleh sinuhun 

Merah Penghisap Arwah. “Kau tahu mengapa kau kubilang 

lucu dan tolol?” tanya Jenazah Simpanan masih dalam

keadaan tergelak. “kau lucu karena kau terlalu serakah…! 

kau tidak mau bersabar menunggu kebangkitanku untuk

menuntut sedikit ilmuku yang berharga… kau tolol karna 

dalam pikiranmu yang bebal itu mulai ragu kalau 

seandainya si penguasa kerajaan Atap Langit lebih hebat 

dari aku hingga kau pun mencecar ekor memohon ilmu 

dengan memberikan segala macam sesajen gombal..! kau 

telah berlaku lancang mengkhianatiku Sinuhun…!” ucap 

Jenazah Simpanan setelah tawanya mereda. semenatara

itu mendengar apa yang dikatakan oleh Jenazah 

Simpanan, Wajah Sinuhun Merah Penghisap Arwah 

tampak berubah hebat. tanpa sadar dirinya menatap 

onggokan abu hitam yang tergeletak di tanah. melihat hal ni Jenazah Simpanan kembali ganda tertawa. “jangan

khawatir Sinuhun, aku tidak akan memperlakukanmu 

sepeti apa yang ku perbuat terhadap Lamanyala, aku 

masih membutuhkan kemampuanmu walaupun jujur saja, 

aku sudah tidak lagi membutuhkan Jenazahmu yang 

sudah porak poranda itu…”ucap Jenazah Simpanan 

sembari menunjuk kearah salah satu akar beringin tampak 

membelit kutungan tubuh Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah! Sinuhun Merah Penghisap Arwah sejenak pandangi 

kutungan tubuhnya yang tergantung diakar beringin 

sebelum akhirnya mengangguk pelan. “ hamba mengerti

yang mulia, semua memang karena ketololan dan 

keserakahan hamba semata. hamba siap untuk menerima

perintah maupun hukuman yang dijatuhkan pada diri 

hamba…” ujar Sinuhun Merah Penghisap Arwah Pelan. 

Sinuhun yang biasanya meledak-ledak dan tidak pernah 

mau menunjukan sikap takluk kepada orang lain kini 

tampak pasrah dan menghiba di kaki Makhluk yang 

disebut sebagai Junjungan Tertinggi Yang Mulia Jenazah 

Simpanan. dari sini saja sudah bisa dilihat betapa

berkuasanya makhluk yang bernama asli Lakarontang ini. 

Jenazah simpanan kemudian terlihat melambaikan kedua 

tangannya kearah Sinuhun Merah Penghisap Arwah dan 

Kepada Lakasipo. “mendekatlah kalian berdua kemari…” 

serunya kepada kedua orang bawahannya tersebut. setelah 

Lakasipo dan Sinuhun Merah Penghisap Arwah mendekat

kearah sosok Jenazah Simpanan yang mengambang diatas 

lahar, tampak Sang Jenazah Simpanan mendongkkan 

kepalanya menatap langit-langit goa kawah. pandangannya 

tampak tertuju pada onggokan batu karang runcing yang 

menggantung disalah satu langit-langit goa. adalah satu 

keajaiban alam dimana pada langit-langit goa yang 

bertanahkan lahar yang panas menggelegak bisa 

tergantung onggokan batu karang yang mengeluarkan 

hawa sejuk dingin. tampak tetesan-tetesan air jatuh

meluncur dari ujung batu-batu karang yang runcing 

tersebut. bunyi mendesis kerap terdengar saat air yang 

menetes jatuh menyentuh lahar panas dibawahnya. 

Jenazah Simpanan kemudian menggerakkan telunjuk 

kanannya kearah salah satu Batu karang runcing. tampaksatu sinar berwarna kehitaman meluncur deras dari jari 

Jenazah Simpanan langsung memapas putus salah satu 

karang runcing yang berwarna kebiruan. karang runcing 

berukuran sejengkal itu langsung meluncur deras kebawah 

dan disambut oleh Jenazah Simpanan dengan 

menggunakan tangan kirinya. “Kalian Berdua, dan kau

juga Hantu Bara Kaliatus, harap dengarkan baik-baik

perkataanku. ilmu yang dimiliki oleh pemuda yang 

dipanggil dengan sebutan Ksatria Panggilan tersebut telah 

mencapai tingkat yang amat tinggi. kemampuan yang 

dimilikinya kini telah melampauai paparan tingkatan

Sukma atau batin yang tertinggi. menurut terawang 

gaibku, ilmu pemuda itu sebenarnya telah memasuki 

paparan tingkatan ilmu Inti Roh yang dimana mampu 

membuatnya mengeluarkan ilmu-ilmu yang tidak 

disadarinya telah hampir menyamai kekuatan ilmu 

paparan tingkatan Dewa atau paparan Langit. hal inilah 

yang membuat setiap usaha untuk membunuh pemuda itu

bisa dikatakan hampir-hampir mustahil” ucap Jenazah

Simpanan. “jika memang setinggi itu tingkatan ilmupemuda keparat itu, lalu apa sudah tidak ada cara lain lagi 

yang bisa dilakukan untuk membunuhnya…?”seru 

Sinuhun Merah Penghisap Arwah gusar. “hampir mustahil 

bukan berarti tidak mungkin! camkan itu baik-baik! dan 

sekali lagi kau memotong ucapanku akan kubuat nasibmu 

jai jauh lebih buruk dari pada nasib Lamanyala…!” bentak 

Jenazah Simpanan membuat Sinuhun Merah Penghisap 

Arwah terdiam. “kita hanya bisa membunuh Pemuda 

Keparat itu dengan bantuan Racun, namun racun biasa

tidak akan berhasil melawan orang-orang dengan paparan 

ilmu tingkatan Inti Roh, kita mungkin bisa melumpuhkan 

tubuhnya namun tidak dengan rohnya! rohnya akan dapat 

berpindah untuk kemudian menggunakan ilmu-ilmu yang

dimiliki untuk menuntut balas! satu-satunya cara adalah 

menggunakan Racun Hidup atau Warangan Nyawa! racun 

yang terbuat dari roh makhluk hidup ditambah darah Sang 

korban…! ” ucap Jenasah Simpanan sembari menatap 

bergantian kearah Sinuhun Merah Penghisap Arwah dan

sobekan kain ditangan Lakasipo dengan 


LIMA


Kesunyian yang mencekam terasa begitu kental 

merambat di dalam ruang tengah Keraton. Raja 

Mataram Rakai Kayuwangi Dyah Lokapala tampak duduk 

ditengah ruangan dengan kepala tertunduk sementara 

kakek Kumara Gandamayana tampak terlihat terpekur 

diam disebelahnya. Sementara itu Wiro pandangi sosok 

Dewi Kaki Tunggal yang terbujur kaku diatas sebuah dipan 

kecil berukir yang diletakan ditengah ruangan. kepala sang 

pendekar tampak tertunduk kuyu sementara sepasang 

matanya tampak terlihat berkaca-kaca. “maafkan aku 

Sakuntaladewi… akulah yang seharusnya harus 

melindungimu… aku benar-benar merasa bersalah 

padamu… seharusnya akulah yang terbujur diatas dipan 

ini dan bukannya dirimu… hanya karena melindungiku 

kau harus sampai kehilangan jiwamu… aku benar-benar

berdosa padamu…” desis Sang Pendekar dalamkesedihannya. “sudahlah Wiro, semua yang terjadi 

mungkin memang kehendak Sang Hyang Jagatnatha… 

manusia seperti kita tidak mungkin bisa merubah takdir 

yang telah tersurat oleh para dewa di khayangan…”ujar 

satu suara yang bukan lain adalah suara Ratu Randang 

memecah kesunyian. “Wiro, hidup dan mati adalah sudah 

kehendak yang diatas… walaupun kematian memisahkan 

seseorang bukan berarti kita harus terus tenggelam dalam 

kesedihan… banyak hal yang harus kita urus dan masih 

banyak lagi masalah yang harus kita selesaikan… misalnya 

membalaskan kematian Sakuntaladewi… dan menyelediki

sebenarnya apa yang telah terjadi…”ucap Kunti ambiri 

yang berdiri di samping Wiro sembari mengelus pundak 

Sang Pendekar pelan. perkataan Dewi Ular tersebut 

bagaikan air dingin yang menyiram kepala Sang Pendekar, 

kepalanya yang tertunduk lesu mulai terangkat keatas. 

matanya yang berkaca-kaca kini tampak bersinar. “Kau 

benar Dewi, kematian Sakuntaladewi harus bisa 

terbalaskan! disamping itu memang masih begitu banyak 

yang harus kita lakukan dan kita selidiki.” ujar Sang

pendekar dengan kening berkerut. di dalam benaknya 

terus berputar sosok Laksipo, Hantu Bara Kaliatus dan 

Lamanyala yang tidak habis dipikirkannya bisa berada di 

Bhumi Mataram. sementara itu Raja Mataram Rakai 

Kayuwangi Dyah Lokapala perlahan memalingkan 

wajahnya kearah Kakek Kumara Gandamayana yang 

berdiri di sampingnya. “ Bagaimana menurut emban 

buyut? apakah peristiwa malam ini akan kembali terulang 

dalam waktu dekat?” Kakek Kumara Gandamayana terlihat 

mengerutkan kening nya tampak berpikir keras. “ benar-

benar sulit di terka yang Mulia, memang seharusnya 

dengan turunnya bulan biru di mataram semua kejahatan 

seharusnya sudah sirna dari Bhumi Mataram. namun yang 

terjadi sungguh diluar dugaan…” ujar Sang kakek seraya 

mengelus janggutnya. “Emban buyut, jika kita 

memperhatikan kembali pada serangan terakhir, 

nampaknya para penyerang dan Ksatria Panggilan 

sepertinya sudah saling mengenal sebelumnya… apakah

ada baiknya jika kita mennyakan masalah ini supaya lebih 

jelas?” Kakek Kumara Gandamayana tempak mengaggukankepala. “kurasa hal itu harus ditanyakan Yang Mulia… 

mungkin dari situ kita bisa mendapatkan petunjuk yang 

berharga guna keselamatan Kerajaan Mataram 

selanjutnya.” ucap sang Kakek yang dibalas dengan 

anggukan oleh Sri Maharaja Mataram. baru saja sang 

kakek hendak bertanya tiba-tiba dari alun-alun luar istana 

terdengar suara Tambur dan seruling bertalu-talu. “Si 

tambur Bopeng dan Si suling burik…” desis semua orang di 

dalam istana. sementara Wiro yang juga mendengar dan 

memandang ke luar istana dengan cepat bergerak menuju 

pelataran istana diikuti semua orang. begitu sampai di 

pelataran istana tubuh sang Pendekar tiba-tiba menggigil 

keras! kedua lututnya tiba-tiba berguncang lemah dan 

akhirnya bertekuk ditanah. air mata nampak deras 

menetes diwajahnya kala melihat dua sosok bercahaya

yang melayang di Belakang sosok gendut pendek Si 

Tambur bopeng dan Si suling Burik. “Dewi… Ni 

Gatri…”desis Sang Pendekar lirih. orang-orang yang berdiri 

di pelataran istana pun tampak diam membisu dengan air 

mata berlelehan kala melihat Wiro bertekuk lutut menangis

di hadapan arwah Sakuntaladewi dan Ni gatri, sementara 

itu tampak si tambur bopeng, si suling burik dan sepasang 

kakek-nenek yang dikenal sebagai sepasang Arwah bisu 

berdiri diam membatu. hati sang pendekar saat itu benar-

benar terluka karena kepedihan. Sang Pendekar 

beranggapan dirinya tak mampu menjaga orang-orang yang 

dikasihinya hingga menyebabkan Ni Gatri dan 

Sakuntaladewi meninggal. sementara itu tampak sosok Ni 

Gatri melayang dan memeluk bahu Wiro. “kakak… Jangan 

Menangis… Ni Gatri tidak menyalahkan kakak… Ni Gatri 

sayang kakak…” ujar gadis cilik tersebut seraya membelai 

rambut gondrong Sang Pendekar. Wiro hapus air mata 

yang menetes di pipinya. sang pendekar pun balas 

memeluk tubuh bercahaya ni gatri. “maafkan kakak… 

adikku… kakak tidak sanggup menjagamu hingga kau jadi 

seperti ini…”desis sang pendekar. “jangan salahkan diri 

kakak… semua sudah takdir yang harus kakak lewati…”

ujar Sang gadis lembut. sesaat kemudian Wiro merasakan 

satu tangan lembut membelai pipinya yang basah…”wiro…” 

desis satu suara membuat wiro menengadahkan

kepalanya. “Dewi…maafkan aku… aku…” ucap wiro 

terbata. Sakuntaladewi tampak tersenyum. “aku tak 

menyalahkanmu Wiro… justru aku berterima kasih karena 

kau telah menyempurnakan diriku seperti ini… aku 

sungguh bersyukur walau sesaat aku sempat 

memilikimu…” ujar Sakuntaladewi dengan mata berkaca-

kaca. “kami ingin pamit wiro… kakek dan nenek akan 

membawa jenazahku… aku berharap kau bisa menjaga 

dirimu baik-baik…” ucap Sakuntaladewi sembari 

mengecup kening sang pendekar. “Dewi…” ucap sang 

pendekar lirih. “kakak…! Ni gatri pergi… kakak harus jaga 

diri baik-baik… Ni Gatri akan selalu sayang kakak…” ucap 

gadis cilik dalam pelukan wiro seraya melepaskan 

pelukannya. perlahan-lahan arwah Sakuntaladewi dan Ni 

gatri tampak berpendar dan melayang surut kebelakang. 

Wiro pun perlahan-lahan bangkit berdiri disusutnya air 

mata di pipinya. sesaat kemudian suara tambur dan suling 

kembali terdengar bertalu Si tambur bopeng dan Si suling 

burik tampak mulai bergerak meninggalkan pelataran 

istana sementara di saat wiro menatap Kakek sepasangarwah bisu nampak tubuh jenazah Sakuntaladewi entah

bagaimana caranya telah berada dalam pondongan sang

kakek. “selamat tinggal suamiku…” suara Sakuntaladewi 

terdengar bergaung di telinga wiro saat akhirnya bayangan 

Si Tambur Bopeng dan Si Suling Burik bersama Sepasang 

Arwah Bisu dan dua makhluk alam roh lainnya yaitu 

Sakuntaladewi dan Ni gatri hilang dari pandangan. 

kesunyian kemudian menyelimuti seluruh istana mataram. 

namun belum lagi semua orang beranjak dari tempatnya, 

tiba-tiba satu getaran keras ditambah tiupan angin laksana 

topan menderu di atas Bhumi Mataram! satu suara 

bentakan laksana guntur terdengar membahana di 

angkasa. “wahai kalian orang-orang raja mataram dan kau 

ksatria Panggilan! bersiaplah untuk Mampus…! 

* * *


ENAM


Mahluk berujud setengah manusia setengah 

menjangan yang dipanggil dengan sebutan Datuk 

Rao Pangeran Peto Alam terus melesat menembus angkasa 

gelap, tepat pada satu titik diangkasa, kecepatan lesatan 

makhluk tunggangan Datuk Rao basaluang Pitu ini mulai 

berkurang hingga akhirnya berhenti sama sekali. binatang 

ini kemudian terdengar melenguh pelan sebelum akhirnya 

tegak mematung di angkasa sembari memikul bola 

lingkaran bercahaya yang terbentuk dari putaran kencang 

ketujuh Saluang dewa! sementara itu didalam Lingkaran 

Saluang Nenek Katai Ning Rakanini beserta yang lainnya 

memandang takjub didalam lingkaran. bagaimana tidak! 

jika diluar lingkaran hanya ada langit gelap, namun di 

dalam Lingkaran mereka semua melihat satu ruangan luas 

yang berwarna biru dengan sapuan awan putih berarak. 

ruangan itu begitu luas namun yang tampak hanyalahdinding biru tak bertepi dengan hiasan awan 

disekelilingnya. Sementara ketujuh Saluang Dewa yang 

bergerak berputaran tidak terlihat lagi. “inilah ruang yang 

disebut dengan Ruang Tanpa Batas Tanpa Daya. dalam 

ruangan ini Waktu dan masa akan berputar teramat pelan 

hingga kita akan memiliki banyak waktu untuk bercakap-

cakap…” ucap Datuk Rao Basaluang Pitu pelan. “Namun 

aku berharap kalian tetap berpegangan tangan mengelilingi 

diriku dan jangan sekali melepaskan pegangan tangan, aku 

tidak berharap salah seorang dari kalian terjatuh dan 

terperangkap selamanya di ruangan ini” sambung Datuk 

Rao Basaluang membuat semua yang mendengarkannya 

mengeluarkan keringat dingin. “ruangan ini merupakan 

salah satu ruang terbawah dari tujuh lapis tingkat Lantai 

Langit yang disebut Kaki Langit terbawah. aku sengaja 

membawa kalian kemari karena beberapa sebab, namun 

sebelum aku mengutarakan sebab yang kumaksud aku 

ingin menceritakan satu kisah terlebih dahulu kepada 

kalian. namun sebelumnya aku ingin tahu jika ada salah 

seorang dari kalian yang ingin mengajukan

pertanyaan.”ucap Datuk Rao kembali sembari menatap 

orang-orang yang berpegangan tangan satu persatu. 

“Datuk Rao, aku ingin mengajukan satu pertanyaan 

terlebih dahulu jika Datuk mengijinkan…”ucap kakek 

bersorban kelabu yang dikenal dengan sebutan Lor 

Pengging Jumena. Datuk Rao Basaluang Pitu kemudian 

mempersilahkan Lor Pengging Jumena untuk mengajukan

pertanyaan. “Datuk, tadi datuk katakan bahwa dalam 

ruangan ini waktu dan masa akan berputar sangat pelan, 

apa maksudnya itu Datuk? dan apakah ada perbedaan jika 

kita bicara atau berucap di ruangan atau tempat biasa?” 

Dauk Rao Basaluang Pitu tersenyum mendengar 

pertanyaan Lor Pengging Jumena. “aku sebenarnya ingin 

berbincang dengan kalian di tempat biasa, namun waktu 

yang terbatas tidak mengijinkan. ketahuilah dalam waktu 

yang tidak berapa lama lagi sebelum rembulan biru 

tenggelam di bhumi mataram akan terjadi satu peristiwa 

besar yang mengancam keberadaan umat manusia di 

Bhumi mataram. sementara aku yang bertugas untuk 

menyampaikan semua hal yang terjadi, tidak punya

banyak waktu lagi untuk menceritakan semua hal tersebut 

sehingga terpaksa aku harus membawa kalian ketempat

ini. ketempat dimana waktu dan masa yang berputar 

teramat pelan, aku berharap dengan membawa kalian 

kemari aku masih mempunyai kesempatan melindungi 

Mataram melalui tangan kalian berempat.” tutup Datuk 

Rao Basaluang Pitu. “baiklah karena kita terburu waktu 

aku ingin kalian menyimak apa yang akan aku ceritakan 

baik-baik.”ucap Datuk Rao Basaluang Pitu seraya 

memperhatikan orang-orang disekelilingnya. “Pada jaman 

dahulu kala saat negeri seribu pulau masih belum begitu 

dikenal. terdapat empat buah negeri besar yang berdiri 

kala itu. negeri yang pertama adalah negeri Latanah Silam 

yang kemudian akhirnya dikenal sebagai Tanah Jawa, Bali, 

dan Madura. Negeri yang kedua adalah Negeri Latanah

tinggi yang kemudian dikenal sebagai kepulauan Andalas, 

kemudian ada Negeri Latanah Sesat yang kemudian 

dikenal sebagai Negeri Seribu Sungai serta yang terakhir 

adalah Negeri Latanah laut yang kemudian dikenal sebagai 

tanah Minahasa dan tanah Mangkassar. kisah ini berawaldi Negeri Latanah silam dimana dimulai dari dua orang 

sakti yang menjadi utusan dewa…”ucap Datuk Rao 

Basaluang Pitu. sementara itu orang-orang yang saling 

berpegangan tangan tampak terkejut manakala 

pemandangan disekeliling mereka tampak berubah-ubah

silih berganti. di satu saat tampak dua orang pria 

berpakaian kain kasar terbuat dari kayu bersujud di

pandang tandus sementara langit diatas mereka tampak 

bercahaya menyilaukan. “kedua orang itu adalah Lasantun 

dan Latumpangan dua orang sahabat yang merupakan 

sepasang utusan dewa, mereka berdua merupakan orang

kepercayaan dewa yang mendapat tugas untuk menyimpan 

dua jimat pusaka dewa. dua jimat tersebut adalah Jimat 

Hati Dewa yang dipercayakan kepada Latumpangan dan 

Jimat Hati Iblis yang kemudian di percayakan kepada

Lasantun. kedua orang tersebut kemudian akhirnya 

berpisah ketempat mereka masing-masing, namun 

diperjalanan Jimat Hati Dewa kemudian dirampas dan 

dimakan oleh seorang yang bernama Lasedayu sementara 

Latumpangan sendiri kemudian dibunuh oleh Lasedayu.perlu diketahui jimat Hati Dewa maupun Hati Iblis 

merupakan sepasang jimat yang mampu memberikan 

keabadian bagi mereka yang menggunakannya secara 

benar. karena kejadian tersebut maka akhirnya Lasantun 

memutuskan untuk memohon satu ilmu bernama Jasad 

Hidup Tanpa Bentuk Tanpa Wujud kepada Dewa di Istana 

Langit dan Dewa pun Mengabulkan Permohonan Lasantun. 

setelah mendapatkan ilmu Jasad hidup Tanpa Bentuk 

Tanpa Wujud Lasantun kemudian menyimpan Jimat Hati 

Iblis ke dalam raganya di satu tempat yang tersembunyi 

guna menghindari kejadian serupa yang menimpa 

kerabatnya Latumpangan. Lasantun sendiri kemudian 

mengembara keseluruh Negeri memakai nama Datuk 

Tanpa Bentuk Tanpa Wujud.”ucap Datuk Rao Basaluang 

Pitu sementara pemandangan kini berubah dalam satu goa 

dalam air dimana satu sosok kakek berselempang kain

putih tampak duduk di dalam goa. pakaian dan rambut

sang kakek terlihat menjulai dipermainkan air sementara 

tubuh sang kakek tampak memancarkan cahaya kelabu. 

“dalam pengembaraannya Datuk Tanpa Bentuk TanpaWujud kemudian menerima dua orang murid yakni 

Lakarontang dan Lanawi. sang Datuk tak menyadari 

kelicikan dan kebusukan hati Lakarontang. entah dengan 

cara apa akhirnya Lakarontang mengetahui perihal Jimat 

Hati Iblis yang disimpan sang guru termasuk letak 

persembunyian Jasad Sang Guru. setelah mengetahui dan 

menemukan Jasad Sang Guru dengan begitu teganya 

Lakarontang kemudian membobol isi perut Sang Guru dan 

Langsung Memakan Jimat Hati Iblis yang semula 

bersemayam dalam tubuh Sang Guru”Lanjut Sang Datuk.

sementara itu pemandangan kini terlihat bagaimana 

seorang pria yang tampak menyelam dalam goa bawah air 

merobek perut kakek berselempang kain putih guna 

mengeluarkan suatu benda bulat bercahaya hitam yang

langsung dimakannya tanpa peduli darah yang bertetesan 

dari benda yang bukan lain jimat Hati Iblis tersebut. Datuk 

Rao Basaluang Pitu kemudian melanjutkan ceritanya. 

“setelah berhasil memakan Jimat Hati iblis Lakarontang 

kemudian benar-benar berubah menjadi iblis dalam arti 

yang sebenarnya! Lakarontang kemudian memiliki satuketertarikan yang sangat mengerikan yakni kesukaannya 

mengumpulkan bangkai terutama bangkai-bangkai orang

kuat dan ternama serta memperbudak roh mereka. maka

terjadilah kegegeran besar di seluruh penjuru negeri! 

banyak kuburan dibongkar dan jasadnya dikumpulkan 

tidak sampai disitu, Lakarontang juga membunuh semua 

orang yang ditemui diseluruh negeri di Latanah silam, 

Latanah Tinggi, Latanah Sesat bahakan Sampai di Latanah 

Laut! hanya beberapa orang gadis yang pernah 

diperkosanya saja yang tidak dibunuh olehnya. rupanya 

Lakarontang mempunyai pantangan untuk membunuh 

orang yang habis diperkosanya.” sementara itu 

pemandangan kemudian beralih dimana terjadi 

pembantaian besar-besaran oleh satu manusia yang tak 

berperasaan. darah terlihat membasahi seluruh tanah

diantara jeritan yang melengking dimana-mana! Ning 

Rakanini yang melihat kejadian tersebut bahkan meringkik 

ngeri dan tanpa sadar menggenggam lebih kuat tangan Lor 

Pengging Jumena dan Arwah Ketua. “he.he.he. itu remes 

takut apa remes kepengin…?”goda Arwah Ketua yanghampir saja membuat Nenek Ning Rakanini melepaskan 

genggaman tangannya. “kakek Ceriwis…!” dengus Sang 

Nenek sambil mendelikkan sebelah matanya yang juling 

dan dibalas kekehan Arwah Ketua. Sementara itu Datuk 

Rao Basaluang Pitu kembali melanjutkan ceritanya. 

“kebengisan dan kejahatan Lakarontang yang membunuh

dan menculik jenazah kemudian membuat empat kepala 

Negeri bangkit dan bersatu. keempat kepala negeri yakni 

Hantu Labatu Rengakah kepala Negeri LatanahSesat, 

Lakawung Kepala Negeri LatanahSilam, Luh pingkan 

Matindas Kepala Negeri Latanahlaut dan Lanawi kepala 

Negeri LatanahTinggi yang merupakan Saudara 

Seperguruan Lakarontang kemudian menyerbu hutan 

LasesatBuntu yang merupakan tempat Lakarontang 

bersemadi menyempurnakan Ilmu Hati Iblisnya. mereka

berempat kemudian melakukan perlawanan yang hebat 

namun Lakarontang kemudian dengan liciknya 

menggunakan jenazah orang-orang terkasih para pemimpin 

negeri untuk melemahkan semangat juang mereka. (untuk 

lebih jelas silahkan baca episode sebelumnya: SiPengumpul Bangkai) tidak sampai disitu, kala ketiga 

pemimpin negeri yang tersisa menggunakan ilmu 

pamungkas mereka yang terakhir Lakarontang dengan 

tidak tahu malunya menggunakan jasad gurunya Datuk 

Tanpa bentuk Tanpa Wujud” pemandangan kini berganti

pada satu bukit yang dipenuhi bangkai dimana tampak

tiga sosok berbentuk ulat raksasa, ribuan parang batu dan 

sesosok makhluk berujud hantu batu melabrak satu sosok 

kakek berselempang kain putih sementara dibelakangnya 

tampak satu sosok jerangkong hitam bertanduk terkekeh 

diatas udara! Datuk Rao Basaluang Pitu kemudian kembali 

melanjutkan ceritanya. “Adapun saat benturan terjadi 

Lakarontang senang bukan main sehingga lengah dan 

tanpa menyadari saat satu tangan milik Hantu Labatu

Rengkah menembus tubuh sang kakek malang dan dengan

telak menghantam tubuh jerangkong Lakarontang dengan 

satu pukulan terakhir pasangan ilmu pamungkas Hantu

Batu melepas Nyawa yaitu Penjara Batu Pengunci Raga. 

pukulan Penjara Batu Pengunci Raga yang dilepaskan oleh 

Hantu Labatu Rengkah bersamaan dengan lepasnya Nyawa

Sang Hantu Batu kemudian dengan menakjubkannya 

mengubah tubuh Lakarontang dan seluruh Lembah kecil

termasuk bangkai-bangkai yang tergeletak diatasnya 

menjadi satu gundukan batu raksasa! setelah pertarungan 

menegangkan tersebut yang tersisa kemudian hanyalah

Lanawi dan Gurunya Datuk tanpa Bentuk Tanpa wujud. 

Lanawi bersama Datuk Tanpa Bentuk Tanpa wujud 

kemudian menyegel Hutan Lasesat Buntu sehingga tidak 

bisa dimasuki. Namun tak disangka beberapa ratus tahun 

kemudian terjadi peristiwa ledakan besar yang terjadi di 

satu tempat di Latanah Silam yang disebut dengan Istana 

Kebahagiaan. (untuk lebih jelas silahkan sobat membaca 

episode Wiro Sableng di Latanah Silam dalam episode: 

Istana Kebahagiaan) Ledakan besar yang menyebabkan 

beberapa tokoh Latanahsilam terpesat ke tanah jawa di 

masa depan ini energinya sedemikian besarnya hingga

mampu membebaskan Kungkungan ilmu Penjara Batu 

Pengunci Raga yang mengunci tubuh Lakarontang dan 

bangkai-bangkainya menjadi batu! maka dimulailah era 

kejahatan Lakarontang babak ke dua! tak ada satupun kekuatan yang mampu menghalangi kekuatan Lakarontang 

apalagi para tokoh dari Tanah jawa sudah pergi 

meninggalkan Negeri Latanahsilam. Lakarontang semakin 

merajalela dengan kelakuannya bahkan dengan pongahnya 

Lakarontang kemudian berhasil membumi hanguskan 

Negeri Para Peri! adapun keturunan Lanawi dan pemimpin-

pemimpin negeri termasuk didalamnya Datuk tanpa 

Bentuk Tanpa wujud tak kuasa melawan kekuatan 

Lakarontang yang sedemikian perkasanya. hal ini 

kemudian membuat marah para Dewa di Negeri Atas Langit 

enam orang Dewa yakni Dewa Tanah, Dewa Awan, Dewa 

Api, Dewa Batu, Dewa Kabut, dan Dewa Angin kemudian

diutus oleh Simpul Dewa tertinggi yakni Dewa agung 

Penyangga Langit dan Bumi untuk membinasakan 

Lakarontang namun hal ini tidaklah mudah mengingat 

Lakarontang telah memakan Jimat Hati Iblis yang 

membuat dirinya nyaris abadi ditambah meditasi 

menghirup Asap Arwah Lembayung membuat tingkat 

kepandaiannya setingkat bahkan hampir melebihi 

tingkatan para Dewa yang diutus untuk menangkapnya!

dan kemudian terjadilah peristiwa yang tak disangka-

sangka! keenam orang Dewa yang diutus untuk meringkus 

lakarontang ternyata membelot dan bersama Lakarontang 

bersiap menyerbu Kerajaan Langit! hal ini membuat murka 

Para Dewa termasuk simpul agung para Dewa yakni Dewa 

Penyangga Langit dan Bumi. para dewa dan dewi yang 

masih setia kepada simpul Agung kemudian turun kebumi 

dan dibantu para manusia disetiap negeri bersatu Padu 

berperang melawan Lakarontang dan keenam Dewa yang 

memberontak! maka terjadilah satu perang besar yang 

kemudian dikernal sebagai Perang Arwah! keenam Dewa

kemudian berhasil diringkus dan dijebloskan ke dalam 

penjara bernama Pelataran Arwah.”ucap Datuk Rao 

Basaluang Pitu sembari memandang kearah meraka yang

bergandengan tangan yang menatap takjub peristiwa-

peristiwa yang dikatakan oleh sang datuk yang nampak 

secara bergantian dihadapan mereka. 

* * *


TUJUH

Resi Kali Jagat Ampusena untuk pertama kalinya 

berucap dihadapan Datuk Rao Basaluang Pitu. “jika 

para Dewa yang memberontak kemudian dijebloskan dalam 

penjara yang disebut dengan Pelataran Arwah, lalu 

Bagaimana dengan nasib Lakarontang? dan apa hubungan 

makhluk-makhluk berapi yang menyerang kami dengan 

Bayi Dalam guci beserta Datuk Sendiri?” datuk Rao 

Basaluang Pitu tersenyum menampakkan deretan giginya 

yang putih bersih. “setelah para Dewa yang memberontak 

ditangkap, Lakarontang sendiri kemudian di tanam 

dibawah satu akar pohon beringin Dewa beserta semua

jenazah yang dikumpulkannya kedasar Jurang Langit 

Pendam di Dasar gunung Salak. karena tidak mungkin 

untuk membunuh Lakarontang Maka Lakarontang dibuat 

tak berdaya dan Dikunci kepandaiannya sampai delapan 

ratus tahun mendatang. untuk mencegah bangkitnyaLakarontang maka pohon Beringin Dewa tempat 

dikurungnya Lakarontang di jaga oleh delapan Formasi 

delapan Batu Penjaga Sukma. namun baru-baru ini terjadi 

hal yang diluar dugaan. Adinda Mimba Purana salah 

seorang anak terkasih Para dewa tanpa sadar telah 

membebaskan Lakarontang.” ucap Sang Datuk Pelan. 

sementara itu Ning rakanini dan teman-temannya melihat 

satu pemandangan di pinggir jurang dimana satu sinar 

berwarna keemasan menyambar pohon beringin Raksasa 

yang dilamun api berwarna Hitam. (untuk peristiwa ini 

silahkan baca Serial Wiro Sableng episode: Jenazah 

Simpanan) serangan yang dilakukan Mimba Purana yang 

sebenarnya bertujuan melindungi sang Adik Yakni Dirga 

Purana ternyata membuat Formasi delapan Batu Penjaga 

Sukma porak poranda dan inilah yang membuat 

Lakarontang mampu lepas dari Jerat Beringin Sukma 

Dewa yang mengkungkungnya. Lakarontang memang bisa 

berkeliaran bebas namun karena kepandaiannya terkunci 

maka dia hanya punya waktu yang sangat terbatas yakni 

sepanjang Bulan Biru dimataram bernaung, setelah Bulanbiru berakhir maka secara otomatis Lakarontang akan

kembali terkungkung dalam jerat akar beringin Dewa dan 

Formasi Delapan Batu Penjaga sukma yang dibuat oleh

Para Dewa. Lakarontang akan bangkit sepenuhnya dengan 

segala Kekuatannya pada bulan biru berikutnya tepat

delapan Ratus Tahun Mendatang.”tutup Datuk Rao 

Basaluang Pitu mengakhiri ceritanya. Lor Pengging Jumena 

tampak termenung merenungi cerita yang disampaikan 

oleh Datuk Rao Basaluang Pitu. “aku mulai agak mengerti 

tentang apa terjadi, aku bisa menduga bahwa gerombolan 

Makhluk berapi yang menyerang kami sebelumnya pasti

adalah gerombolan makhluk Piaraan si Lakarontang. 

bukan begitut Datuk..?” ucap arwah Ketua. lor Pengging 

jumena dan yang lainnya tampak menganggukan kepala 

tampak menganggukan kepalanya. “kau benar Sekali wahai 

Arwah Ketua! makhluk-makhluk berapi tersebut memang

utusan dari Lakarontang untuk mengambil Bayi ini…”ujar 

Datuk Rao Basaluang Pitu sembari mengelus Bayi dalam 

guci Dekapannya. “maafkan kami DAtuk, kalau boleh Kami 

mengetahui sipakah sesungguhnya Datuk dan juga Bayi

yang berada dalam guci itu sesungguhnya. “tanya lor

Pengging jumena seraya membungkukkan badan. 

pertanyaan embah buyut Kumara gandamayana ini 

membuat sang datuk tertawa. “sebenarnya aku bukanlah 

siapa-siapa. aku hanyalah salah seorang cicit buyut

Lanawi, Kepala Negeri Latanah tinggi yang kini berganti 

menjadi kepulauan Andalas. dalam risalah Perang Arwah, 

Lanawi Dan Keturunannya memang mendapat tugas dari 

para Dewa untuk mengawasi keberadaan Lakarontang. hal 

ini tentu saja tidak terlepas dari hubungan Lanawi Sendiri 

dengan Lakarontang yakni saudara seperguruan…”ucap 

Datuk Rao Basaluang Pitu namun terputus oleh 

pertanyaan Nenek ning Rakanini. “Lalau bagaimana 

dengan Nasib guru Lanawi dan Lakarontang yakni datuk 

Tanpa Bentuk Tanpa Wujud..?” Datuk Rao basaluang pitu 

kembali menatap nenek katai ning Rakanini. 

“sesungguhnya saat ini Sang Datuk Tanpa bentuk Tanpa 

Wujud sedang bersama dengan kita…” ucap sang datuk 

membuat Lor Pengging Jumena dan kawan-kawannya 

saling berpandangan. “karena merasa bersalah atastindakan yang dilakukan oleh Muridnya, Datuk Tanpa 

Bentuk Tanpa Wujud kemudian meminta para Dewa untuk

menjatuhkan hukuman kepadanya. Para dewa kemudian 

mengubah Datuk Tanpa Bentuk tanpa wujud menjadi 

tujuh buah Saluang Dewa yang saat ini berputaran 

disekitar kita.” ujar Datuk rao Basaluang Pitu. “lalu 

kembali pada bayi itu, mengapa Lakarontang begitu 

bernafsu untuk merampas bayi tersebut…? dan peristiwa 

besar apa gerangan yang akan menimpa Bhumi mataram 

datuk?” kali ini resi Kalijagat ampusena yang mengajukan 

pertanyaan. “seperti diketahui para Dewa hanya mampu 

mengekang Lakarontang hingga delapan ratus tahun 

mendatang, karena itu para dewa kemudian memutuskan

untuk memilih satu dari sekian banyak anak manusia yang 

terlahir di bumi ini untuk dipersiapkan menghadapi 

kebangkitan Lakarontang dimasa yang akan datang dan

anak ini lah yang akhirnya dipilih oleh para dewa. 

lakarontang mengetahui rencana ini sehingga berniat

menghabisi nyawa anak ini selekasnya. mengenai peristiwa 

besar yang akan terjadi sesungguhnya tidak lepas dari

kebencian Lakarontang terhadap pemerintah yang ada di 

muka bumi. seperti diketahui akibat ulahnya sendiri para 

penguasa di bumi bersatu padu melawannya hingga 

akhirnya dia pernah terperangkap dalam wujud batu di 

lembah bangkai. hal inilah yang membuat Lakarontang

membenci semua pihak penguasa.”baru saja Datuk Rao 

Basaluang Pitu berucap tiba-tiba terdengar bunyi lonceng 

dikejauhan. “Para penjemput sudah Datang…”ujar Sang

Datuk Lirih membuat orang-orang yang saling 

bergenggaman tangan saling berpandangan “para 

Penjemput…?”ujar Ning Rakanini dengan kening berkerut. 

“Lihat diatas sana…!”seru Arwah Ketua tiba-tiba membuat 

semua orang memandang keatas dengan takjub!. diatas

sana terlihat langit biru dengan awan berarak tiba-tiba 

terbelah lalu terlihat cahaya putih dengan baris 

kekuningan dipinggirnya menyorot turun bersamaan 

dengan turunnya seorang wanita berbaju kuning dengan 

selendang yng menjela-jela dipermainkan angin. wajah 

Sang wanita begitu cantik dan mengeluarkan cahaya 

lembut rambutnya terurai sementara dikeningnya terlihat

sepucuk bunga tanjung. wanita ini turun dari langit tidak 

sendiri melainkan bersama sorang bocah berbaju hitam 

merah yang mengenakan anting di telinga kirinya. melihat 

kehadiran Sang wanita dan sang bocah berbaju hitam,

Datuk Rao Basaluang pitu tampak berlutut dan tentunya 

langsung diikuti Resi Kalijagat ampusena dan yang 

lainnya. “Salam kepada Dewi Langit Bunga Tanjung dan 

adinda terkasih Mimba purana…”salam Datuk Rao 

Basaluang Pitu. “salammu kami terima Datuk, kami datang 

kemari untuk menjemput bayi yang akan digembleng di

pelataran langit…” ujar Dewi Langit bunga tanjung dengan 

suara seperti bulu perindu. “kau tentunya tahu peraturan 

di atas Negeri Langit, barang siapa yang hendak memasuki 

Negeri Langit harus mendapat nama tambahan yang harus 

dipakainya… sudahkah kau memberi nama tambahan itu 

Datuk…?”sambung Dewi Langit Bunga Tanjung sembari 

menatap kearah Datuk Rao Basaluang pitu yang sedang

berlutut. “mohon beribu ampun Dewi, saya belum berani 

memberikan nama karena takut melangkahi wewenang… 

kalau Dewi sudi kiranya memberikan nama tambahan hati

hamba tentunya akan merasa berbahagia…”ujar Datuk 

Rao Basaluang Pitu. “coba kau berikan bayi itu 

Datuk…”ujar Sang Dewi lembut. Sang datuk kemudian 

mengangkat kedua tangan yang memegang bayi dalam 

guci, bayi dalam guci itupun perlahan mengambang dan 

melayang keatas hingga sampai dalam dekapan Mimba 

Purana. “bagaimana menurutmu adinda Mimba…?” tanya 

Sang Dewi seraya memalingkan wajah pada bocah 

disebelahnya yang sedang menimang bayi dalam guci. 

“Paman Datuk, bolehkan aku mengetahui nama anak 

ini…?”tanya sang bocah kepada Datuk Rao Basaluang Pitu. 

“anak itu terlahir dengan Nama Bintang Langit…”jawab 

Sang Datuk. sang bocah kemudian terlihat menimang 

bocah dalam dekapannya dengan pandangan berbinar lalu 

memalingkan wajah kearah wanita disebelahnya. “kakak 

Dewi, bolehkah aku yang memberikan nama bagi bayi 

ini…? aku benar-benar menyukainya…!”ujar sang bocah

penuh harap. Sang Dewi pun tersenyum dan 

menganggukan kepalanya. “Kau boleh memberi bayi itu

Nama Adinda Mimba, memang tampaknya bayi itu

berjodoh denganmu…” sang bocah terlihat sangat senang. 

“terima kasih kakak Dewi…! adik kecil, karena namamu 

adalah Bintang Langit maka aku akan menambahkan satu 

nama tambahan yang bagus untukmu, untuk selanjutnya

kau tidak akan hanya dipanggil orang dengan nama 

Bintang Langit saja, tapi orang-orang akan memanggilmu 

dengan nama Bintang Langit Saptuning Jagat!” seru 

Mimba Purana kencang dibarengi suara guruh yang 

menggelegar! dan untuk pertama kalinya bayi dalam guci 

terdengar mengeluarkan suara tangisan! 


T A M A T 


Episode Berikutnya: 

“KEMATIAN SANG PENDEKAR”


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Post Terdahulu

https://matjenuh-channel.blogspot.com

Jumlah pengunjung

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
nama :saya matjenuh berasal dari dusun airputih desa sungainaik.buat teman teman yang ingin mengcopas file diblog ini saya persilahkan.. motto:bagikan ilmu mu selagi bermanfaat buat orang lain agama:islam.. hobby:main game

Memburu Iblis

 

Pengikut

Blog Archive