Kumpulan Cerita Silat Wiro Sableng Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212


selamat datang teman teman di.. https://matjenuh-channel.blogspot.com..dari dusun airputih desa sungainaik.. ikuti grup Facebook matjenuh di kumpulan novel wiro sableng.. cukup agan cari saja dengan mengetikan nama grup kumpulan novel wiro sableng di Facebook... subscribe juga channel matjenuh di YouTube ..ketikan nama matjenuh channel... terimakasih..salam santun dari matjenuh channel 🙏🙏🙏🙏

Selasa, 28 Mei 2024

PENDEKAR KAPAK MAUT NAGA GENI 212 WIRO SABLENG - MANUSIA HALILINTAR

 

https://matjenuh-channel.blogspot.com


1

HUJAN    TURUN    DERAS, halilintar   menyambar   ganas dan      guntur      menggelegar menggoncang   bumi.   Dalam keadaan seperti itu Kebo Hijo terus   melakukan   pengejaran atas  diri  orang  yang  lari  di depannya.     Tubuhnya     dan
pakaiannya  bukan  saja  telah basah kuyupolehair hujan, tapi juga oleh cucuran keringatnya sendiri.
"Raih  Jenar  keparat!"  memaki  Kebo  Hijo  seraya  kepalkan  tangan kanannya.  "Kowe boleh lari ke ujung dunia! Boleh terbang menembus langit! Atau menceburke dalam laut! Tapi jangan harapkaubisa lolos! Sebentar lagi akan ku bekuk dan ku patahkan batanglehermu! Awas kalau kotak hitam itutidak kau serahkan padaku!"
Orang  yang  dikejar  larinya  sebat  sekali  tanda  memiliki  ilmu  yang cukup andal. Namun Kebo Hijo sendiri juga memilikikepandaian. Dalam waktusingkat dia pastidapat mengejar orang didepannya itu.
Raih  Jenar  lari  seperti  setan.  Sesekali  dia  menoleh  kebelakang  dan orang ini memaki habis-habisan setiap Kali melihat pengejarnya tambah dekat.
Tangan  kirinya  menekan  ke  pinggang  di  mana  tersembunyi  sebuah

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


kotak hitam terbuat dari batu. Tangan kanannya  setiap  saat meraba ke bagian lain dan pinggang tempat dia menyisipkansebilahkeras.
"Berani  kau  mendekat,  kukoyak  tubuhmu!"  mengancam  Raih  Jenar dalam hati.
Hujan tambah lebat. Kejar mengejar itu semakin seru. Raih Jenar lari ke daerah persawahan di kaki bukit. Sepasang kakinya laksana terbang berlari  di  atas  pematang  sawah  yang  licin.  Tiba-tiba  untuk  kesekian kalinya halilintar menyambar.  Sekejapan  daerah persawahan  itu terang benderang  menggidikkan.  Kilauan  kilat  yang  menyambar  dari  langit menghunjam ke bumi jatuh tepat di persawahan menghantam sosok tubuh Raih Jenar yang  sedang lari.  Suara jeritan orang ini tenggelam ditelan suara  gelegar geledek.  Tubuhnya terkapar  di pematang  sawah. Hangus gosong kehilaman! Kebo Hijo yang berada lima belaslangkah di belakang Raih  Jenar  yang  malang  itu  merasakan  ada  getaran  keras  ketika  kilat menyambar.  Tubuhnya  terpental  oleh  dorongan  satu  kekuatan  dahsyat. Dadanya mendenyut sakit. Dalam keadaan terduduk di pematang sawah untuk beberapa lama diatak mampu berbuat apa-apa. Wajahnyapucat dan sepasang matanya melotot memandang kearah sosok tubuh Raih Jenar.
"Matikah sikeparat itu?" Kebo Hijo bertanya padadiri sendiri. Lalu dia ingatpadakotak batu itu. Seolah-olah mendapat satu kekuatan, Kebo Hijo mampu  bangkit  dan  melangkah  bergegas  mendekati  tubuh  Raih  Jenar yang telahjadi mayat hangushitam. Air hujan yang jatuh menimpa tubuh seperti  dipanggang  dan  melepuh panas  itu  menimbulkan  kepulan  asap menebar baudaging matang terbakar. Merinding bulu tengkuk Kebo Hijo. Dia menunggu sampaikepulan asap lenyap dari tubuh mayat. Kemudian denganujung kakinya dibalikkannya tubuh Raih Jenar hinggaterlentang.

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


Muka mayat itu menggidikkan untuk dilihat. Pada bagian pinggang Raih Jenar  tampak  sebilah  keris  yang  kini  hanya  merupakan  sebuah  benda bengkok leleh  akibat hantaman halilintar. Kebo Hijo mencari-cari. Dia tidak melihat benda yang dicarinya itu.
"Celaka! Jangan-jangan kotak dan isinyaikut leleh!" Memikir sampai disitu cepat-cepat Kebo Hijo membungkuk Dan memeriksa tubuh Raih
Jenar.
Benda  yang  dicarinya  ternyata  masih  terselip  di  pinggang  kirinya. Cepat Kebo Hijo ulurkan tangan untuk mengambiloenda itu yaknisebuah kotak terbuat dari batu berwarna hitam: Tapi begitu jarinya menyentuh batu  hitam,  Kebo  Hijo  tersentak  menjerit  dan  tarik  tangan  kanannya. Ketika  diperhatikan ternyata beberapa jari tangannya yang tadi  sempat menyentuh batu hitam yang masih sangat panas itukini tampak melepuh!
Kebo Hijo buka belangkonnya. Dengan benda  itu  dia menciduk  air sawah. Air dalamblangkon kemudian diguyurkannyake atas batu hitam. Batu yang panas itu tampak mengepulkan asap. Setelah melakukan hal itu beberapa kali dan batu hitam menjadidingin baru Kebo Hijo mengambil batu itu.
"Bukan main!" menggumam kagum Kebo Hijo.  "Keris yang terbuat dari besi pilihansajaleleh! Tapi kotak batu inirusaksajapuntidak!" Dia memandang  berkeliling.  Di  sebelah  timur,  beberapa  belasan  tombak tampaksebuahdangau. Kebo Hijo segera lari menujudangau itu. Begitu sampai  di  dangau  kotak  batu  ditelitinya.  Pada  bagian  samping  kotak terdapat celah tipis memanjang. Itulah batasan antara bagianbawah dan bagian  atas yang menjadi penutup kotak batu. Dengan tangan gemetar Kebo Hijo membuka penutup kotak. Sulit dan keras hingga Kebo Hijo

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


harus mengerahkan tenaga. Ketika akhirnya kotakitu terbuka didalamnya tampak sehelaikain putih. Dengan tangan gemetar mengambilkain putih itudan membukalipatannya. Di atas kain putih itu ternyata ada sederetan tulisan dalam huruf kuno yang dapat dimengerti dan dibaca oleh Kebo Hijo, berbunyi:

Asal manusia dari tanah, air dan api
Api dikodratkan lebih berkuasa dari
kekuatan tanah dan air.
Sumber api paling utama adalah
kilat ataupetir atau halilintar.
Siapasaja manusia sakit atau sakarat,
disentuh halilintar setelah padanya
dilafatkan kata-kata hikmah dan mujarab
sebanyak 10.000 kali maka kehidupan akan
menjadi miliknya kembali.
Adapun kata-kata berhikmah itu ialah:

Walakalmati - Walakilhidup
Matiwalakal - Hidupwalakil

Setelah 10.000 kata dilafatkan, usapkan
kotak batu hitam ke wajah dan tubuh orang
yang sakit atau baru mati. Maka itulah
titikmula kehidupan. Bawa dia ke tempat
yang tinggi. Letakkan batu hitam di dadanya

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


di arah jantung. Bila halilintar
menyambar tubuhnya, kesembuhan dan
kehidupan menjadi miliknya kembali.

Kebo Hijo merasa tegang oleh luapan kegembiraan. Dia mendongakke langit  seraya berteriak keras. Lalu dengan  suara bergetar dia berkata  : "Akhirnyakudapat jugabatuberisi jimat kehidupanini! Aku akan menjadi orang sakti! Bisa menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati!"
Hujan masih turun denganderas. Kebo Hijo tak mau menunggu sampai hujan reda. Dia sudah memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. Kain putih kecil dilipatnyakembali laludengan hati-hati dimasukkannya ke dalam kotak batu hitam. Kotak kemudian ditutupkannya rapat-rapat lalu diselipkannya di pinggang. Namun baru saja kotak itu menempel di pinggangnya  mendadak  ada  satu  suara  menegur,  membuat  Kebo  Hijo serasa terbang rohnyasaking kagetnya.
"Anak manusia! Serahkan kotak batu itupadaku!" Kebo Hijo berpaling ke kiri. Astaga! Disitu, di bawah hujan lebat di samping dangau tampak berdiri seorang lelaki tua berambut berjanggut dan berkumis putih. Dia mengenakan jubah putih yang kuyup. Wajahnya klimistapimendatangkan rasa angker bagi siapa saja yang memandangnya karena wajah itu putih pucat, seputih kain kafan!
"Manusia   atau   hantukah   mahluk   ini?!"   membatin   Kebo   Hijo. Bagaimana  mungkin  dia  yang  berilmu  sampai  tidak  dapat  mengetahui kemunculan orang tua tak dikenalnya itudantiba-tibasaja sudah berada di situ!
"Anak manusia, aku tidak suka mengulang perintah sampai dua kali.

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


Kalau itukulakukan berarti nyawamu ikut kuminta!" Orang berjubah putih itu kembali angkat bicara. Dia tidak berusaha mengindari terpaan hujan dan terus sajategak berbasah-basah di tepidangau.
"Kau, kau meminta apa tadi ..?" bertanya Kebo Hijo.
"Kau tidak tuli! Sekali ini aku masih mau memberi tahu. Setelah itu jangan harapkaubisaberdalih! Aku minta batu hitam yang kau ambildari tubuh Raih Jenar!"
"Eh, bagaimana orang inibisa tahu kalau aku memgambil kotak batu dari Raih Jenar. Padahal dia takada disinitadi," berpikir Kebo Hijo. Lalu dia bertanya, "Orang tua, siapa kau inisebenarnya?"
"Siapaakutidak penting. Lekas serahkan benda yang kuminta!" Lalu si jubah  putih  ulurkan  tangan  kanannya,   siap  menerima  barang  yang dimintanya.
"Kau keliru! Aku tidak memiliki benda yang kau minta itu. Barang yang kau  cari mungkin masih berada pada Raih  Jenar.  Coba  saja kau periksatubuhnya!" Kebo Hijo menunjuk ke arah mayat Raih Jenar yang tergeletak di pematang sawah,lalu memutar tubuh hendak meninggalkan tempat itu.
Si jubah putih menyeringai. Tangan kirinya diulurkan memegang bahu Kebo Hijo. Pegangan itu biasa-biasa saja, tapi Kebo Hip merasa seperti ada gundukan batu besar yang menindih tubuhnya hingga dia keberatan dantakbisa bergerak.
"Sepertikatamu, mungkinakuperlu memeriksa mayat Raih Jenar. Tapi ketahuilah, hari inibakalan ada dua mayat di tempat ini." Orang tua itu memutar  tubuh,  bersikap  seperti  benar-benar  hendak  pergi  mendekati tubuh  Raih  Jenar.  Namun  sebelum  tubuhnya  terputar  penuh,  tiba-tiba

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


sekali tangankananya bergerakke arah batokkepala Kebo Hijo.
Praakkk!
Kepala Kebo Hijo rengkah. Darah dancairanotak muncrat. Tubuhnya rebah kelantaidangau tak berkutik dan tak beryawalagi!
Di langit kilat menyambar dan geledek menggemuruh. Si jubah putih menyeringai  sambil usap janggul putihrrya. Dengan tangan kirinya  dia menyibakkan  pakaian  Kebo  Hijo.  Kotak  batu  hitam  yang  terselip  di pinggang Kebo Hijo disambamya. Lalu dia tinggalkan tempat itu sambil keluarkan  suara tawa mengekeh. Dalam waktu  singkat  sosok tubuhnya telahlenyap dikejauhandibawah hujan yang masih mendera lebat.

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


2

KI  DUKUN  TAMBAK  RESO  membuka  kedua  mata  dan  turunkan sepasang  tangannya  yang  bersidekap  di  depan  dada  ketika  di  pintu terdengarketukan.
"Siapa ..?!" tanyanya.
"Saya, Gusdur. Pembantumu..." terdengar jawaban.
"Jika kau datang membawa apa yang kuinginkankau boleh masuk. Jika tidak, harappergisaja dan jangan kembalisebelum kau mendapatkan apa yang kuminta!"
"Saya memang datang membawa apa yang Ki Dukun perintahkan. Saya memanggul seekoranak rusa yang sakarat diterkam harimau!"
"Kalau begitukau boleh masuk!"
Pintu tampak  di  dorong.  Terdengar  suara berkereketan. Lalu masuk sesosok  tubuh  lelaki,  pendek  tetapi  tegap  berotot.  Orang  ini  hanya mengenakan sehelai celana pendek hitam sebatas lutut. Dia memanggul seekor  anak rusa yang robek  leher  serta  dadanya. Binatang  ini tengah sakarat, beberapa saat lagipasti mati. Darah mengalir dari luka ditubuh anak rusa dan membasahi bahu, punggung serta dada Gusdur.
"Letakkan  binatang   itu   dihadapanku!"   Orang  tua  berjubah  putih bernama Ki Dukun Tambak Reso memerintah lalu menarik sehelaitikar kulit dan menariknya kehadapannya.
Gusdur menurunkananak rusa dari bahunya lalu meletakkanbinatang itudi atas tikar kulit. Ki Dukun memberi isyarat agar sipembantu duduk

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


disudut ruangan.
"Dua  pumama  aku  menunggu  dan  menyiapkan  diri.  Sekarang  baru kudapat mahluk yang bisa dijadikan peroobaan. Mudah-mudahan hujan dan kilat datang tepat pada waktunya." Habis berkata begitu Ki Dukun Tambak  Reso  keluarkan  sebuah  benda  dad  saku jubahnya.  Benda  ini ternyata adalahsebuah kotak yang terbuat dad batuberwarna hitam. Kotak batu di buka dan  sehelai kain putih terlipat dikeluarkannya dari dalam
kotaklalu dikembangkannyadi atas pangkuan. Pada kain putih itu tertera tulisan    kuno    berbunyi:    Walakalmati    Walakalhidup—Matiwalakal
Hidupwalakil.
Dengan suara perlahan-lahan Ki dukun mulai membaca kata-kata itu berulang kali tiada henti-hentinya. Matanya sedikit demisedikitterpejam, kepalanya bergoyang-goyang.  Gusdur  si pembantu memperhatikan  dari sudut ruangan. Dia tak berani bergerak, bahkan berkesippun jarang-jarang. Ada rasa ngeri didalam hatinya. Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja dia merasa begitu.
Siang berganti sore dan sore mulai memasuki malam. Tambak Reso masih    terus    melafatkan    kata-kata    Walakalmati    Walakalhidup— Matiwalakal - Hidupwalakil. Suaranyatidakberubahsedikitpuntanda hati dan pikirannya sangat yakin atas apa yang tengahdikerjakannya saat itu. Dia sepertitidak menyadarikedatangan malam bahkan ketika diluar sana angin  kencang  bertiup,  udara  menjadi  dingin  dan  hujan  mulai  turun disertaigelegar guntur danhalilintar dia masihsaja terus melafatkankata- kataberhikmah itu.
Hujan masih terus turun, guntur masih menggelegar dan kilat masih menyambarketika Ki Dukun Tambak Reso selesai melafatkan 10.000 kali

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


rangkaian  empat  kata  bertuah  itu.  Tubuh  dan  jubahnya  basah  oleh keringat.
Perlahan-lahan  orang  tua  ini  bukakan  kedua  matanya.  Sesaat  dia menatap tubuh anak rusa di atas tikar kulit. Kain putih di atas pangkuan dilipat,  dimasukkan  ke  dalam kotak batu  lalu  kotak  di  tutup  kembali. Dengan  kotak  batu  itu  Ki  Dukun  Tambak  Reso  kemudian  mengusap kepala dan  sekujur tubuh anak rusa, termasuk ke empat kakinya. Lalu cepat-cepat kotak batu dimasukkan ke dalam jubahnya.
"Gusdur!"
Pembantu yang hampir terlelapdi sudut ruangan tersentakkaget, cepat- cepat membungkuk seraya menyahuti, "Saya Ki Dukun..."
"Aku akan meninggalkan tempat ini menujuke bukit Jati Arang..."
"Di   luar   masih   hujan   lebat   Ki   Dukun,"   mengingatkan   Gusdur.
Maksudnya baik. Tapisi orang tua cepat menukas.
"Kau tak layak menasihatiku!"
"Maafkan   saya   Ki   Dukun … "   ujar   Gusdur   seraya   membungkuk berulang kali.
"Ingat semua pesanku Gusdur! Jangantinggalkan rumah iniselama aku pergi. Jangan menerima tamu siapapun walaupun seorang malaikat! Dan jangan ceritakan pada siapapun apa yang telah kau lihat di tempat ini! Termasuk kepergianku ke bukit Jati Arang. Kau ingat apa hukumannya jika kauberani melanggar pesan dan perintahku?!"
"Saya ingat Ki Dukun dan saya takakan melanggamya," jawab Gusdur pula. Lalu dilihatnya Ki Dukun Tambak Reso mencekal leher anak rusa yang saat itusudah mati, melangkah ke pintulalu lenyapditelan kegelapan malam dan hujan lebat diluar sana. Sesaat udara dingin merambas masuk

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

ke dalam rumah membuat Gusdur menggigil kedinginan. Buru-buru dia menutupkan   pintu   dan   memasang   palangnya   sekaligus.   Kuduknya merinding ketika matanya membentur noda-noda darah pada tikar kulit bekas tempat anak rusa itudigeletakkan.
Beberapa lamanya Gusdur melangkah mundar-mandir di ruangan itu. Dia selaludibayangi oleh pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam hati- nya. Apa  sebenarnya yang tengah dilakukan oleh Ki Dukun. Mengapa pula  dia  malam-malam  hujan  lebat  begitu  pergi  ke  bukit  Jati  Arang? Selama   ini   dia   memang   sering   melihat   perbuatan-perbuatan   aneh dilakukan  orang tua  itu. Namun tak  ada yang  seaneh kali  ini.  Karena keletihan Gusdur membaringkan dirinya dipojok ruangan. Baru saja dia melunjurkankakitiba-tibaada yang mengetuk pintu, membuatnyaterkejut dan memaki setengah mati. Dia tegak dan melangkah mendekati pintu.
"Siapa?!" bertanya Gusdur.
"Aku..." Ada suara menjawab diantara deru hujan dan angin di luar
sana.
"Aku siapa?! membentak Gusdur.
"Aku kesasar dan kemalaman di jalan! Aku ingin berteduh! Tolong bukakan pintu! Pertolonganmu pastitakakan kulupakan...!"
"Rumah ini bukan tempat berteduh!Apalagi untuk orang kesasar. Cari saja tempat yang lain...!" ujar Gusdur pula.
"Sobat, jangan begitu! Aku sudah sudah basah kuyup dankedinginan setengah  mati!  Aku   sudah  berkeliling,  tapi  rumah  ini   satu-satunya bangunan didaerah ini!" Orang diluar sana mendesak.
"Aku tidak kenalpadamu! Tak ada kewajiban bagiku untuk menolong! Lagi pula aku tidak mau melanggar pesan majikanku pemilik rumah ini!"

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

"Eh, apa sih pesan majikanmu itu?!" orang diluar sana bertanya.
Gusdur hendak memaki tapi lelaki pendek kekar ini menjawab juga. "Aku tidak diperkenankan bicara dengan siapapun! Apalagi kalau sampai membawa masuk seseorang ke dalam rumah ini!"
"Apakah majikanmu adadi rumah saat ini?"
"Tidak. Dia sedang pergi..."
"Nah, kalau dia sedangpergikenapatakut? Dia tak akan mengetahui kedatanganku di rumah ini! Nah, bukalahpintu!"
"Pergisaja! Aku takbisa menolongmu!"
"Kalau  begitu  pintu  rumah  akan  kubobol  paksa.  Kalau  majikanmu melihat  pintu  ini  rusak,  kau  pasti  akan  dihukumnya!  Kaupilih  mana? Menolongku atau kena damprat majikanmu ..?! Ha..ha..ha..!"
"Kurang ajar! Berani kau memaksa dan mendesak aku! Ingin kulihat bagaimana tampangmu!" Gusdur menurunkan palangpintulalu membuka pintu. Bersamaan dengan menyeruaknyaudara dingin dari luar, melompat masuk  ke  dalam  rumah  seorang  lelaki  dalam  keadaan  basah  kuyup. Ternyata dia seorang pemudaberpakaian putih berambut gondrong. Baik rambutnya yang gondrong maupun pakaiannya basah kuyup dan tetesan- tetesan air dari tubuh serta pakaian pemuda inijatuh kebawah mambasahi lantai.
"Kau maling atau rampok atau apa?! Lekas kautinggalkan rumah ini! Aku tak mau menjadisusahkarena kehadiranmu disini!"
Melihat pemuda  itu tetap  saja tegak malah  sambil menyeringai  dan garuk-garuk  kepala,  Gusdur jadi  gusar.  Dia  segera  menyambar palang pintu dansiap menghantamsi pemuda dengan benda itu.
"Sobat, sabar dulu! Jangan cepat saja mengemplang orang!" berkatasi

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

pemuda  seraya  mengangkat  tangan  kanannya.  Tiba-tiba  saja  Gusdur merasa palang pintu yang dipegangnya menjadi berat luarbiasa. Karena tak kuat memegangnya lagi, lelakipendekiniterpaksa menurunkan palang pintuitukelantai.
"Sahabat, aku tahu kau orang baik. Siapa sih nama majikanmu pemilik rumah ini?!" bertanyasi pemuda.
Menyangkabila diberitahu nama majikannyasi pemuda akan menjadi takut  dan  buru-buru  tinggalkan  tempat  itu  maka  dengan  suara  keras Gusdur  memberi  tahu.  "Majikanku  adalah  Ki  Dukun  Tambak  Reso! Dukun sakti yang terkenaldi mana-mana! Siapa saja yang berani berlaku kurang  ajar  terhadapnya  pasti  akan  menyesal  seumur  hidup.  Pemuda
macammu ini mudahsekali dibuatnya menjadi seorang pikun atau lumpuh
seumur-umur!"
"Wah, wah, hebatsekali majikanmu yang dukunitu. Tapiakukantidak berlakukurang ajar padanya?!"
"Tidak berlakukurang ajar katamu?! Buktinya saat inikau memasuki rumahnyatanpaizinnya." tukas Gusdur jengkel dan marah.
Pemuda berambut gondrong itu kucak-kucak rambutnya yang basah. Sambil  tertawa  dia  berkata.  "Sobat,  bukankah  tadi  kau  sendiri  yang membuka pintu rumah..?!"
Mendengar ucapan itu Gusdur hanyabisapelototkan mata. Si pemuda memandang  geli  padanya  dan  bertanya,  "Benar  majikanmu  Ki  Dukun Tambak Reso dan ini rumahnya?!"
"Kau kira akuberdusta? Tunggusajalah sampaidia muncul! Begitukau dilihatnya celakalah nasibmu!"
Mendengar  ucapan  Gusdur  itu  dalam  hatinya  si  pemuda  berkata,

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


"Hem… jadi  benar  rupanya  keterangan  yang  kudapat..."  Dia  menatap tampang Gusdur sesaat lalubertanya, "Di mana majikanmu sekarang?!"
"Kau bunuhpunakutak akan memberitahu!" sahut Gusdur.
"Aku   tidak   akan   membunuhmu,   pendek!   Tapi   mungkin   akan menangkapmu. Juga majikanmu!"
Mendengarkata-katapemuda itu Gusdur jadiagak terkejut. "Siapakau inisebenarnya?!"
"Namaku Wiro. Aku adalah salah seorang Kepala Perajurit Keraton!"
"Aku tidak percaya!" ujar Gusdur. "Kalau kau memang alat Kerajaan mengapa  tidak  mengenakan  pakaian  seragam?  Dan  rambutmu  yang gondrong! Mana ada perajurit berambut gondrong sepertimu!"
Si   pemuda   yang   ternyata   adalah   Pendekar   212   Wiro   Sableng menyeringai.  "Dengar,  sebenarnya  ini  adalah  rahasia.  Tapi  karena  aku menganggapmu sebagai seorang kawan maka aku akankatakanpadamu. Aku sengaja menyamar. Aku tengah melakukan perjalanan rahasiauntuk menangkap orang-orang jahat dan kaki tangan pemberontak! Kalau kau tidak  mau  bekerjasama, jangan  heran  kalau  malam  ini juga  kau  bisa kuseret ke Kotaraja!"
"Edan!  Aku  bukan  penjahat,  apalagi  pemberontak!"  kata  Gusdur setengah berteriak.
"Kau  kuanggap  orang  jahat  jika  tidak  mau  mengatakan  di  mana majikanmu..."
"Benar-benar  edan!  Ki  Dukun  akan menghajarku habis-habisan jika alauberani menceritakan di mana dia berada!"
"Kenapa  dia menghajarmu?  Berarti  ada rahasia yang tidak beres  di tempat  ini!" ujar Wiro  seraya menatap tajam pada  Gusdur.  "Kau mau

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


bicara   terang-terangan   atau   bagaimana?!"   Nada   suara   Wiro   keras
mengancam.
Gusdur jadi  agak  takut.  Namun  rasa  takutnya  terhadap  Ki  Dukun Tambak Reso jauh lebih besar. Maka diapun berkata,  "Pemuda rambut gondrong!  Paling  tidak  aku  telah  memberi  kesempatan  padamu  untuk berteduh. Sekarangtinggalkan rumah ini!"
"Aku tidak akan pergi sebelum kau menceritakan rahasia menyangkut diri majikanmu!" sahut Wiro lalu rangkapkan kedua tangan didepandada dan mulutnya menyeringaidimonyong-monyongkan.
Gusdur jadi kalap.  "Jika begitu katamu, kau rasakan  ini!"  Lalu  dia menyambar palang pintu. Seperti tadi diakembali hendak mengemplang Wiro  dengan kayu  itu.  Tapi  lagi-lagi  dia mendadak merasakan palang pintuitu menjadi berathinggadiatidak kuat mengangkatnya. Terpaksadia lepaskandanpalang pintujatuh kelantai. Kini barulah Gusdur sadarkalau dia  berhadapan  dengan  seorang  berkepandaian  tinggi.  Mungkin  sama tinggi kepandaiannya dengan Ki Dukun. Maka dengan suara rendah dia berkata,  "Orang muda, jangan pergunakan kesaktianmu untuk membuat susah orang kecilsepertiku. Pergilah..."
Wiro pegang bahu Gusdur seraya berkata, "Aku mana tega membuatmu susah. Justru aku akan memberikan kesaktian padamu jika kau mau bicara banyak tentang Ki Dukun. Juga mengatakan di mana dia berada saat ini!"
"Kesaktian? Kesaktian apa..?" tanya Gusdur terheran-heran.
"Lihat  ini!" ujar Wiro  seraya  luruskan jari telunjuk  dan jari tengah tangan  kanannya.  Lalu  ke  dua  ujung  jati  itu  ditekankan  ke  lantai. Terdengar  suara  berderak.  Perlahan-lahan  ujung  dua  jari  itu  masuk menembus lantaikayu yang berlubang!

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

Tentu saja Gusdur jadimelengakkagum melihat kejadian itu.
"Kau jugabisa melakukan seperti yang barusan kulakukan. Cobalah!" ujar Wiro.
Meski tidak percaya tapi si pembantu lakukan juga apa yang dikatakan Wiro. Kedua jarinya diluruskan lalu ditusukkan ke lantai kayu. Gusdur terpekikkesakitandan kibas-kibaskan tangankanannya.
"Dusta besar!" teriaknya marah.
Wiro tertawa. "Untuk dapat menembus lantaikayu denganduajarimu, tubuhmu  perlu   diisi   dengan   kesaktian   lebih   dahulu.   Aku  bersedia memberikannya  tapi   ada   syaratnya,   sobatku!  Tidak   sulit   syaratnya. Ceritakan di mana majikanmu sekarang. Apa yang dilakukannya selama ini. Dan ..." Wiro menoleh kearah tikar kulit dilantai." Darah apa yang melekatditikar kulit itu...?"
Gusdur  tampak  bingung  tapi  juga  berpiki-rpikir.  Dia  sangat  takut terhadap Ki Dukun majikannya itu. Tapi jika diananti memilikikesaktian, apakah  masih  perlu  takut?  Pembantu  ini  akhirnya  memilih  kesaktian. Maka diapun berpaling pada Wiro dan berkata, "Baik, asalkankautidak menipuku  aku  bersedia  menjawab  semua  apa  yang  kau  minta.  Tapi berikan kesaktian itulebih dulu, baru kau mendapat keterangandariku."
Wiro anggukkan kepala, melangkah mendekati Gusdur dan genggam tangan kanan lelaki pendek itu dengan tangan kanannya. Beberapa saat berlalu.   Gusdur   merasakan   ada   aliran   hangat   memasuki   jari-jari tangannya, terus ke telapak, terus kelengan dan berhenti sampaidi batas siku.
"Apa yang kaurasakan?" tanya Wiro
"Ada hawa hangat menjalarke tanganku..."

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


"Bagus. Kau sudahjadi orang saktisekarang!"
Gusdur ternganga, tak percaya.
"Coba tusuk lagilantai itu! Kau akan melihat buktinya!" ujar Wiro.
Gusdur merasakan dadanya berdebar. Dia luruskanjari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Lalu... kedua jari itu ditusukkan ke lantai kayu.
Kraak!
Dua jari tangan Gusdur masuk. Ketika ditarik, di lantai kayu tampak lubang. Sepasang mata Gusdur terbelalak. Dia melompat dan hampir saja berteriaksaking girangnya. "Akujadi orang sakti! Akujadi orang sakti...!" desahnya  dan berpaling pada Wiro  sambil kepalkan tangan kanan  dan acungkan tinggi-tinggi ke atas.
"Kau  sudah  memiliki  kesaktian.  Sekarang  tepati janjimu..."  berkata
Wiro.
"Akan  kutepati.  Aku  Gusdur  berterima  kasih  padamu.  Aku  akan menganggapmu    sebagai    guru!    Janji    akan    kutepati.    Aku    akan memanggilmu  guru!  Guru,  dengar.  Aku  akan  menceritakan  semuanya padamu. Bahkankalaukausuka, aku akanantarkan kau ke tempat dimana saat ini Ki Dukun Tambak Reso berada! Kau tahu guru, orang tua itu tengah  mengamalkan  satu  ilmu  kesaktian  hebat  luar  biasa.  Dengan ilmunya itu dia bisa menyembuhkan orang sakit, bahkan menghidupkan mahluk yang sakarat atau sudah mati..."
"Hem, sungguh luar biasa jika itu betul. Agaknya semua keterangan yang kudapat sebelumnya memang cocok dengan apa yang aku dengar dari orang ini." Wiro membatin. Lalu pada Gusdur diaanggukkan kepala seraya berkata.  "Antarkan aku ke tempat Ki Dukun itu berada.  Sambil

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

jalan  kau  bisa  menerangkan   segala   sesuatu  tentang   diri   dan   ilmu kesaktiannya itu."
Gusdur balas mengangguk. Lalu mendahului melangkah menujupintu.

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

3

UNTUK MENCAPAI puncak bukit Jati Arang tidak mudah. Apalagi saat itu  malam  gelap  gulita  dan  hujan  turun  dengan  deras  ditambah  udara dingin bukan kepalang. Dulunya bukit itu merupakan bukit yang penuh ditumbuhi  pohon-pohon jati  yang  sudah  berusia  puluhan  tahun.  Suatu ketika terjadi kebakaran hutan, bukit beserta pohon-pohon jatinya  ikut terbakar musnah, berubah menjadi bukit tandus penuh bebatuan hitamdan gersang. Sejak itu bukit inidisebut orang sebagai bukit Jati Arang.
Gusdur berjalan di sebelah depan.  "Kesaktian" yang didapatnya dari sang  "guru" membuat  lelaki pendek bertubuh kekar  ini mendaki bukit penuh  semangat  walaupun  dengan  susah  payah.  Pendekar  212  Wiro Sableng mengikuti dari belakang.
Hujan agak mereda, tetapi guntur masih menggelegardan kilat masih sambung menyambung ketika mereka akhirnya sampai di puncak bukit. Gusdur berhenti di baliksebuah batu besar lalu menunjuk kearah atas di mana terdapat sebuahbatubesarberbentuk hampir datar. Di depan batu datar yang terpisah beberapabelas tombakitu tampakberdiri seorang tua berjanggut putih, berpakaian jubah putih  dalam  keadaan basah  kuyup. Gusdur menunjuk kearah orang itu laluberbisik pada Wiro.
"Itu Ki Dukun Tambak Reso. Lihat apa yang tengahdilakukannya..."
Wiro memang sudahsejak tadi melihat orang di puncak bukit itu,jauh sebelum Gusdur memberitahu. Orang ini duduk bersila di atas batu datar. Di  atas batu  di  hadapannya  menggeletak  sosok  tubuh  anak  rusa  yang

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

sudahjadi bangkai. Untuk beberapa lamanya orang berjubah ini duduk menundukkan  kepala  berdiam  diri,  mungkin  tengah  membaca  mantera atau   hanya   sekedar   mengkhususkan   diri.   Kemudian   tampak   dia mengambil sesuatu dari sakujubahnya. Benda ini diletakkannya di atas tubuh anak rusa yang mati, di bagian dada, tepat di arah jantung. Sesaat dia menatap bangkai bintang itu dengan dadaberdebar. Dia memandang berkeliling; lalu turun dari batu datar, melangkah mundur sejauh duabelas langkah.
Gusdur menyentuhlengan Wiro seraya berbisik, "Yang diletakkannya tadidi atas tubuh rusa, itulah batuaneh yang kuceritakan padamu..."
Wiro mengangguk  sambil meletakkan jari telunjuknya  di  atas bibir, memberitanda agar Gusdur jangan bicara karena saat itu Ki Dukun berada dekatsekali denganbatubesardibalik mana merekabersembunyi.
Di kejauhanterdengar guntur menggelegar. Menyusul sambaran kilatdi langit. Suara gunturlagi, kini makin dekat dankeras menggetarkan puncak bukit  Jati  Arang.  Lalu  halilintar  berkiblat  dahsyat,  menerangi  puncak bukit. Ujungnya menghujam ke bawah, menghantam batu datar dimana anak rusa berada. Batu  datar dan tubuh  anak rusa itu  sedikitpun tidak bergeming,  padahal  Ki  Dukun  Tambak  Reso  nampak  terbanting jatuh duduk ke tanah. Begitujuga Gusdur dan Wiro Sableng yang sembunyi di belakang batu besar,keduanyarubuh terduduk!
Perlahan-lahan Ki Dukun berdiri sambil kedua matanya memandang tak berkesip kearah batu datar. Malahkini dengandebaranjantung lebih keras dia melangkah mendekati batu itu. Ada  asap tipis menyelubungi tubuhanak rusa di atas batu. Asap ini membubung ke atas lalu lenyap. Di atas batu anak rusa yang jelas-jelas sudahjadi bangkai alias mati tampak

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

menggerakkan dua kaki belakangnya. Menyusul dua kaki depannya ikut bergerak. Ki Dukun kini merasakan bukan saja jantungnya yang berdebar keras,   tapi   seluruh   tubuhnya   ikut  bergetar   oleh   goncangan   luapan kegembiraan bercampur rasa hampirtidak percaya melihat kenyataan itu. Dari tempatnya berdiri dia melihat anak rusa membukakan kedua matanya Luka ditubuh binatang ini tampak meninggalkan bekashitam. Tiba-tiba terdengaranak rusa ini menguik! Lalu binatang ini melompat dantegak di atas batu datar. Sesaat memandang kian kemari.
"Sungguh luar biasa! Di mana ada mujizat dan keajaiban seperti ini! Dan aku Ki Dukun Tambak Reso yang melakukannya!" begitu si orang tua jubah putih berucap pada dirinya sendiri. Dia melangkah lebih dekat ke batu besar. Anak rusa di atas batu itu memandang kearahnya. Sesaat kemudian,  sebelum  Ki  Dukun  melangkah  lebih  dekat,  binatang  ini melompat  dari  atas  batu,  menghambur  dalam  kegelapan  dan  lenyap! Untuk beberapa lamanya Ki Dukun dan juga Wiro serta Gusdur menatap kearah gelapdijurusan menghilangnya anak rusa tadi.
Di depan batu datar, Ki Dukun kemudian tampak membungkukuntuk mengambil batu kotak batu hitam yang tadi terlempar jatuh sewaktu anak rusa melompat bangundarikematiannya!
Di  balik  batu  Gusdur  berkata,  "Aku  harus  kembali  sekarang juga sebelum Ki Dukun sampai. Jika dia mendapatkan aku tak ada di rumah, apalagi sampai mengetahui aku ada di sini aku bisa celaka. Aku pergi sekarang..."
Wiro mengangguk. Gusdur balikkan tubuhlalu cepat-cepat tinggalkan tempat itu. Begitu Gusdur lenyap, Ki Dukun tampakberanjak dari tem- patnya setelah lebih dulu menyimpan baik-baik kotak batu hitamkedalam

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

sakujubahnya. Saat dia hendak melangkah pergidalam luapan kegembira- an  dan ketakjuban yang tiada henti-hentinya,  saat itulah Pendekar 212 Wiro Sableng keluardari balik batu dan melangkah ke hadapannya.
Tentu  saja  Ki  Dukun  Tambak  Reso  sangat  terkejut  ketika  tiba-tiba melihat ada seorang pemuda tak dikenal muncul di hadapannyadibawah hujandangelapnya malam serta dinginnyaudaradi puncak bukit itu. Serta merta  dia hentikan  langkah  dan memandang meneliti.  Dia  tidak kenal pemuda  di  depannya ini. Perasaan  curiga  dan tidak  enak menjadi  satu bercampur rasa marahkarena menyadari rupanya ada orang lain di tempat ini.
"Sejak  berapa  lama  keparat  ini  berada  di  tempat  ini?  Apakah  dia mengetahui dan menyaksikan apa yang telah kulakukan? Melihat apa yang aku kerjakan?" Ki Dukun bertanya-tanya dalam hati.
"Orang  muda!  Siapa  kau?!"  Ki  Dukun  Tambak  Reso  membentak. Suaranya terdengar garang dibawah hujan lebat, tatapan matanya mem- bersitkan kemarahan.
Dibentak  keras-keras  seperti  itu  murid  Sinto  Gendeng  sesaat  jadi terkesima. Ada kekuatan aneh dalam diri orang tua ini, termasuk dalam suaranya. Meskipunterkesima, namun dalam hatirya Wiro bertanya-tanya pula apakahdia akan menjawab terus terang siapadirinya, mengutarakan maksud    kemunculannya    di    tempat    itu    atau    lebih    dulu    coba mempermainkan sijenggot putih Irn.
"Orang tua, kau datang ke puncak bukit Jati Arang ini tanpa permisi tanpaizin. Sungguhlancang danceroboh tindakanmu!"
Kini Ki Dukun itulah yang terkesima mendengar ucapan orang. "Tanpa permis?  Tanpa  izin...?  Minta  permisi  dan  izin  pada  siapa...?!  Apa

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

maksudmu?!"
"Minta izin dan permisipadaku! Karena akulah penguasa dan pemilik bukit  Jati Arang  ini!"  sahut Wiro  seraya renggangkan kedua kaki  dan tangkapkan kedua tangandidepandada.
Mendengar ucapan itu Ki Dukun Tambak Reso keluarkan suara tertawa bergelak. "Puluhantahun akutinggal di daerah ini! Baru malam ini aku mendengarkalau bukit Jati Arang ada pemiliknya, ada penguasanya! Kau melantur atau kausebenarnya memang seorang berotaktidak waras?!"
"Kau berani menghina dan bermulut kotor pada penguasa bukit Jati Arang! Berarti kausudah pasrah tubuhmu dijadikan arang! Kecuali..."
"Kecuali apa?!" sentak Ki Dukun Tambak Reso seraya kepalkan kedua tinjunya.
Wiro  tak  segera  menjawab,  melainkan  menyeringai  lebih  dulu  lalu memencongkan mulutnya baru berkata: "Kecuali jika kau menyerahkan kotak terbuat dari batu hitamitu!"
"Hem  ...itu  rupanya  maksud  kehadiranmu  di  sini!"  Karena  maklum orang sudah mengetahui kalau kotak batu itu ada padanya Ki Dukun tak mau berdalih. Maka diapun bertanya, "Hak apa kau meminta benda itu?!"
"Karena   kau   ditakdirkan   tidak   sebagai   pemiliknya.   Benda   itu merupakan  salah  satu barang pusaka yang paling rahasia dari Keraton. Jadi harus dikembalikan padaKerajaan!"
"Penipu besar! Aku yakin kau seorang rampok yang memakai dalih Keraton dankerajaan! Dengar! Jika kau inginselamat lekas minggat dari hadapanku!" Ki Dukun mengancam dengan kepalkantinjudan beliakkan kedua mata.
Dari balikpakaiannya Wiro Sableng mengeluarkan sebuah benda bulat

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

berwarna putih berkilat terbuat dari perak murni. Melihat benda itu Ki Dukun   Tambak  Reso  jadi  terkejut.  Itu   adalah   cap  Kerajaan  yang dituangkandi atas lempengan perak bulat. Dan merupakan suatu pertanda bahwa   siapa   saja   yang   memegangnya   berarti   benar-benar   tengah menjalankan suatu tugas sangat penting dan sangat, rahasia dariKerajaan!
Tapi apapun alasandan siapapunadanya Wiro, tentu saja orang tua itu tidak  mau  menyerahkan  percuma  kotak  batu  yang  telah  dimilikinya. Apalagi dia sudah punya rencana besar dalamotaknya. Dengan memiliki batu mijijat itu dia bisa menjadi  seorang besar paling berkuasa, malah lebih berkuasa dari Raja! Dia bisa menjadi seorang Raja Diraja!
"Orang muda, kau boleh menunjukkan  seribu tanda apapun padaku! Tapi  tak  akan  aku  menyerahkan  kotak  batu  hitam  itu  padamu!  Nah, silahkah pergi!"
Ketika dilihatnya Wiro tidak bergerak dari tempatnya malah cengar- cengir  seenaknya,  Ki  Dukun jadi jengkel.  Tapi  ada  semacam  kisikan dalam hatinya agar tidak membuat keributan atau silang sengketa dengan pemuda  ini.  Maka  dengan  cepat  dia  memutar  tubuh  lalu  berkelebat meninggalkan tempat itu. Namun baru enam langkah bertindak, tahu-tahu si  pemuda  sudah  berada  dihadapannya,  menghadang,  lagi-lagi  sambil menyeringai!
Ki  Dukun  Tambak  Reso  berkelebat  ke  jurusan  lain.  Tapi  sesaat kemudian  dia kembali  dapatkan  dirinya  dihadang  oleh  si pemuda. Dia mencoba  sekali lagi, tetap  saja pemuda itu berhasil mencegatnya. Kini marahlah Ki Dukun. Dengan suara bergetardia membentakkeras. "Orang muda, kau mencaripenyakitsendiri! Rasakan bekas tanganku!"
Orang tua ituhantamkan tangan kanannya ke depan, melabrak kearah

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

dada. Wiro cepat menangkis, malahdiaberhasil menangkap lengan lawan. Tapi  ketika  dia  memperhatikan,  yang  ditangkapnya  ternyata  sepotong ranting kayu.
"Ilmu  sihir  gila!"  teriak  Wiro  dalam  hati.  Memandang  ke  depan dilihatnya  si  orang  tua  sudah berada  di  kejahuan,  lari  menuruni bukit dengan cepat. Dengan geram Pendekar 212 segera mengejarnya. Ternyata Ki Dukun takbisa lari jauh. Dalam waktu sesaat saja dia sudah terkejar dankembali jalannyaterhadang!
"Hem, rupanya peringatanku tadi tidak membuatmu jera!" kertak Ki Dukun  geram.  "Kau  minta  mampus  maka  mampuslah!"  Habis  berkata begitu Ki Dukun Tambak Reso jatuhkantubuhnya hinggatergelimpang di tanah  di  hadapan  Wiro.  Menyangka  lawan  hendang  menelikungnya, Pendekar 212 cepat hantamkan tumitnya ke depan. Tapi dia mendadak sontak jadi tergagap kaget ketika yang hendak ditendangnya itutiba-tiba telah berubah menjadi seekorular besar yang siap untuk melilitnya!
Pendekar 212 melompat ke atas dan dari atas lepaskan satu pukulan mengandung tenaga dalam panas. Binatang jejadian itu menggeliat dan mental beberapa tombaklalu lenyapdibawah hujan lebat.
"Dukun sihir sialan! Kau mau larikemana!" rutuk Wiro. Memandang ke depandilihatnya Ki Dukun Tambak Reso telah berada jauhdi sebelah kiri; tengah melompat dari atas sebuah batu. Murid Sinto Gendeng dari Gunung Gede inilepaskan pukulan kunyuk melempar buah. Angin deras menderu, menghantambatubesardi mana Ki Dukun tampakberdirisiap melompat. Batu ituhancur berantakan. Wiro memburu. Ketika dia sampai di tempat itu sang dukun sudahlenyap!
"Setan  alas!" maki Wiro  sambil  satu tangan mengepal,  satu lainnya

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

menggaruk-garukkepatanya yang basah kuyup.

***

Hari telah  lama  siang. Di  dalam rumah  Gusdur menunggu kedatangan sang majikan. Dia tak tahu kalau Ki Dukun Tambak Reso takakan pernah kembalike rumahnya. Setelah kejadian di puncak bukit Jati Arang orang tua ini menyadaribahwa kotak batu hitam yang ada padanya merupakan suatu benda yang dicaridandikejar oleh banyak orang. Termasuk pemuda berambut gondrong yang mendapat tugaskhususdan rahasia dad Kerajaan itu. Apa gunanya dia kembalike tempat kediamannya kalau akan menjadi incarandan kejaran orang? Begitulah akhirnya malam itujuga Ki Dukun Tambak Reso memutuskan untuk tidakkembalike rumahnya.
Ketika perutnya  mulai  lapar  dan hari bertambah  siang  sedang  sang dukun   tak  juga   muncul,   Gusdur   ingat   akan   kesaktian   yang   kini dimilikinya.  Timbul  niat  untuk  mencoba  kesaktian  itu  kembali.  Dia berlutut di lantai, luruskan dua jari tangan kanannya lalu ditusukkan ke bawah.  Begitu  jarinya  menghantam  lantai,  langsung  Gusdur  menjerit kesakitan. Lantai itu bukan saja tidak tembus dan berlubang tapi kedua tulang jarinya hampirpatahdan sakitnya bukankepalang.
"Hai!  Kenapa  jadi  tidak  mempan?  Kenapa  jari-jariku  jadi   sakit begini?!" ujarGusdur kesakitandan terheran-heran. Dipijit-pijitnyakedua jarinya yang sakit itu. Meskipun sakit tapi karena ingin hendak mencoba lagi maka  dia kembali tusukkan kedua jarinya ke  lantai papan. Untuk kedua kalinya pula sipendek ini menjerit kesakitan seraya kibas-kibaskan tangankanannya.

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


"Tidak  mempan!  Kesaktianku  lenyap!  Si  Gondrong  itu  pasti  telah menipuku! Kurang ajar!  Sialan!"

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

4

EMPAT ORANG TUA ahli pengobatan tegak di sekeliling tempat lidur. Di kepalatempattidur besarberdiri mapatih Kerajaan yang berusia hampir tujuh puluh tahunyaitu Damar Waruseto.
Di atas tempat tidur terbaring sosok tubuh Sri Baginda. Wajahnya putih pucat, tubuhnya  sangat kurus hingga tampak hampir  sama rata dengan tempat   tidur.   Sepasang   matanya   menatap   ke   langit-langit   kamar, memandang dingin dankosong. Telah hampir dua purnama Sri Baginda berada  dalam  keadaan  seperti  itu.  Sakit  yang  dideritanya  tak  kunjung diketahui,  karenanya  sulit  mencarikan  obat  yang  tepat.  Jelas  sakit  Sri Bagindatidak bersangkut paut dengan sakit yang biasa diderita karena ada yang tidak beres dengan tubuh kasar. Sakit Raja kali ini berkaitan erat dengan hal-hal yang lebih bersifat gaib.
Bibir Sri Baginda tampak bergerak. Tak ada suara yang keluar. Tapi semua  orang  yang  ada  disitu  segera  maklum  kalau  Raja  minta  diberi minum. Maka salah seorang dari ahli pengobatan itu segera mengambil sebuah gelas besar berisi air putih, dua lainnya menolong menegakkan kepala Raja. Hanya seteguk yang bisa lewat di tenggorokan Sri Baginda. Memang hanya air putih itu sajalah menjadi pengisi perutnya sejak tiga minggu laluketika dia mulaitakbisa makandan sulit minum.
Ketika sepasang mata Sri Baginda mulai kuyu dan merapat tanda dia mulai memasuki alam tidur, mapatih Damar Waruseto memberi isyarat, lalukeluardarikamar tidur Sri Baginda. Empat orang tua ahli pengobatan

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


segera mengikuti.  Mereka masuk ke  dalam  sebuah ruangan  disamping kamar Raja. Pada seorang pengawal mapatih membisikkan sesuatu. Tak lama kemudian pengawal ini muncul kembalibersama seorang lelaki tua berpakaian biru. Meskipun sudah tua tapi orang ini memilikitubuh tegap liat. Gerakannya lincah penuh wibawadan mantap. Dia adalah Gombong Pengestu,  salah  seorang  yang  dulunya  merupakan  seorang  abdi  dalem yang kemudian diangkat menjadi  satah seorang tokoh silat istana yang diseganikarena ketinggian ilmu silatnyaluardandalam.
"Dimas Gombong Pangestu," berkata mapatih Damar Waruseto seraya menutup   pintu   ruangan   dan   memandang   pada   empat   orang   ahli pengobatan.   "Kita   semua  tahu  bahwa   sakitnya   Sri  Baginda  bukan merupakan sakit lahir, tapi adalah sakit batin karena tekanan jiwa akibat lenyapnya batu mustika pusaka Keraton bernama Kencono Sukmo. Inilah sumber penderitaan batin dansumber sakit Sri Baginda. Kita semua tahu apa akibatnya kalau benda mustika itujatuh ke tangan orang jahat yang mengetahuikeandalannyalalu menyalah gunakannya. Bukan saja Keraton yang  terancam  tapi  juga  keselamatan  Sri  Baginda  dan  keluarganya, keselamatan  kita  semua  bahkan  keselamatan  dan  kelangsungan  hidup seluruh  Kerajaan.  Itulah  sebabnya  dua  bulan  yang  lalu,  sebelum  Sri Baginda jatuh sakit akibat memikirkan persoalan ini, beliautelah meminta kita  untuk  melakukan  segala  ikhtiar  guna  mencari  dan  menemukan Kencono Sukmo itukembali. Melihat keadaan lahir Sri Baginda saat ini, yang hanya mampu meneguk air, sama sekali tidakbisa makan apapun, aku kawatir beliauhanyabisa bertahan beberapa minggu saja lagi. Sakit Sri  baginda  ini  harus  menjadi  rahasia  bagi  kita  semua.  Kalau  sampai musuh  dan  kaum  pemberontak  yang  masih  bercokol  di  perbatasan

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

mengetahui,  berarti  kita  akan  mendapat  kesulitan  baru.  Aku  mengerti kalian semua sudah melakukan berbagai macam usaha yang tidak henti- hentinya.   Hanya   memang  petunjuk   Gusti   Allah   masih  belum   kita dapatkan."
Sampai   disitu   patih   Damar   Waruseto   berpaling   pada   Gombong Pangestu. "Dimas, apakah ada perkembangan dengan usahamu meminta bantuan orang-orang rimba persilatan?"
"Aku sudah melakukannyakangmas. Hanya sajabeberapa tokoh silat yang  kuhubungi  pertama  kali  tidak  berhasil  mendapatkan  keterangan apapun, apalagi mendapat tahu dimana bendapusakaituberada atau siapa yang menyimpannya sekarang. Kemudian salah seorang tokoh di timur membawa berita bahwa Kencono Sukmo terakhirsekali diketahui berada di  tangan  Kebo  Hijo,  seorang  tokoh  silat  yang  namanya  tidak  begitu bersih. Ketika dia melakukan penyelidikan lebih jauh ternyata Kebo Hijo diketahui telah mati terbunuh. Siapa pembunuh tidak diketahui. Namun
siapapun  adanya pembunuh  itu pasti  dialah  kini  yang  menguasai batu
Kencono Sukmo..."
"Jadi sampai saat inikita masih tetap belum mengetahui dimana barang pusakaituberada...?" tanya mapatih Damar Waruseto.
"Memang belum diketahui mapatih. Tetapi satu minggu lalu orang kita berhasil  mengadakan  kontak  dengan  dedengkot  dunia  persilatan  yang dikenal  dengan nama julukan  Dewa  Tuak.  Kabarnya, bukan kabarnya, maksudku  secara  pasti  Dewa  Tuak  telah  menghubungi  salah  seorang tokohsilat muda yang dianggapnya sebagai muridsendiri: Pendekar muda itulah yang kinitengah melakukan pengusutandan pengejaran.."
"Nama Dewa Tuak memang kukenalbaik. Beberapa kali dia di masa

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

silamberbuat jasa besar pada Kerajaan. Siapa nama pendekar muda yang ditugasinya melakukan penyelidikan itu, dimas Gombong?"
"Namanya Wiro Sableng. Julukannya Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212.  Kalau  tak  salah  dia  adalah  murid  si  nenek  sakti  bernama  Sinto Gendeng yang bermukim di Gunung Gede..."
"Ah, pendekar itu. Akupun pernah bertemu muka  dengannya!" kata patih Damar Waruseto pula.
Salah  seorang ahli pengobatan membuka mulut.  "Maafkan aku, tapi barusan aku mendengarbahwa urusan ini tengah ditangani oleh seorang pendekarbernama Wiro Sableng. Apakah kitabisa mempercayai seorang sablengseperti itu …?"
Mapatih Damar Waruseto tersenyum. "Kau dan mungkinjuga para tua ahli  pengobatan  yang  ada  disini  hanya  sibuk  dengan  urusan  obat- mengobat, tidak tahu urusan rimba persilatan. Nama Pendekar 212 Wiro Sableng merupakan momok nomor satu bagi para tokoh silat sesat dan orang-orang jahat. Sebaliknya menjadi tokoh yang sangat dikagumi oleh orang-orang silat golongan putih. Dia masih muda memang, tingkahnya tidak terlepas darisifat gila orang-orang muda. Namun ilmunya segudang dankejujurannya dapatdijadikan andalan..."
Juru  obat  yang  tadi  bicara  hanya  bisa  angguk-anggukkan  kepala mendengarketerangan sang patih.

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


5

KI DUKUN TAMBAK RESO menatap pada tamunya yang berpakaian bagus itu  sesaat lalu mengerling ke arah kereta kuda yang berhenti di depan pintupekarangan rumahnya.
"Katakan siapadirimu dan ceritakan apa keperluanmu," ujar Ki Dukun.
"Nama  saya  Tapak  Lodra, pembantu  merangkap pengawal  keluarga almarhum Raden Mas Rono Wicula dari Losari di pantai utara..."
"Hemmm...pembantu saja pakaiannya begini mewah. Pasti majikannya orang kaya raya, "kata Ki Dukun dalam hati. Laludiabertanya, "Maksud kedatanganmu?"
"Saya tidak datang sendirian, tapi bersama Raden Ayu Tambakdwita, istri  almarhum  majikan  saya.  Kami  mendengar  Ki  Dukun  memiliki kesaktian     yang     sanggup     menyembuhkan     orang     sakit    bahkan menghidupkan orang yang sudah mati..."
"Dari mana sampeyan mengetahui hal itu?" tanya Ki Dukun pula.
"Saya  sendiri  tidak  paham  betul.  Raden  Ayu  Tambakdwita  yang mengetahui   dan   meminta   saya   datang   kemari.   Kami   mengadakan perjalananjauh selama tiga hari tiga malam. Syukur dapat menemui Ki
Dukun."
"Kau belum mengatakan maksud kedatanganmu!"
"Mengenai   hal   itu   biar   Raden   Ayu   Tambakdwita   sendiri   yang menuturkan..."
"Di mana majikanmu itusekarang?"

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


"Ada   di   dalam  kereta.   Dengan  perkenan   Ki   Dukun   saya   akan memanggiinyadan membawanyakemari..." jawabTapak Lodra.
Ki  Dukun  Tambak  Reso  mengangguk.  Setiap  langkah  yang  dibuat Tapak Lodra diikuti dengan pandangan mata hampirtakberkesip oleh Ki Dukun.  Sejak dia menyembunyikan diri di tempat itu setiap ada orang yang datang selaludicurigainya, termasuk yang satu ini. Bukan mustahil mata-mata atau kaki tangan Kerajaan yang berusaha mendapatkan batu hitam  itu.   Tapi  ketika  dari   dalam  kereta   dilihatnya  turun   seorang perempuan, hatinya menjadilega.
Perempuan ini berusia sekitar setengah abad, namun memiliki wajah yang masih cantik serta tubuh dan kulit yang bagus mulustanda terawat baik. Ketika sampai di hadapan Ki Dukun, orang tua ini semakinjelas melihat  kecantikan  itu  dan  membuatnya  menelan  ludah  beberapa  kali. Sejenak  Ki  Dukun  merenung  kali  terakhir  dia   satu  ketiduran  dan bersenang-senang  dengan  perempuan,  yakni  sembilan  tahun  yang  lalu ketika istrinya yang kedua masih hidup sementara istri pertamanya lari meninggalkannya  akibat  ulahnya  bermain  cinta  dengan  istrinya  yang kedua itu.
Berada   dekat-dekat   begitu   Ki   Dukun   dapat   mencium   wangi semerbaknya bau tubuh tamunya itu. Ki Dukun mempersilahkan tamunya duduk.
"Apakah saya berhadapan dengan Ki Dukun Tambak Reso yang sakti itu?" tanya sang tamu.
Ki Dukun tersenyum. "Aku hanya manusia biasa, tak punya kelebihan apa-apa," sahut Ki Dukun merendah. Matanya menjelajahi paras dan lekuk dada tamunya yang putih membusung. "Apakah aku berhadapan dengan

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


Raden Ayu Tambakdwita, istrialmarhum Raden Mas Rono Wiculo?"
"Ah,   betul   sekali.   rupanya   pembantu   saya   Tapak   Lodra   telah menceritakan tentang diri saya pada Ki Dukun.."
"Betul, tapi belum menceritakan maksuddantujuan kedatangansejauh ini," ujar Ki Dukun pula.
"Saya akan ceritakan."
"Baik, aku akan mendengarkan. Tapi aku ingin kitabicara empatmata saja. Bisa...?"
"Tentu sajabisa," sahut Raden Ayu Tambakdwita. Lalu diaberpaling pada  Tapak  Lodra  yang  tegak  di  tangga  rumah  dan  menganggukkan kepalanya. Melihat isyarat itu Tapak Lodra segera meninggalkan tempat itu, pergi kekereta dan duduk di samping kusir. Hatinya merasa tidakenak kalautidak mau dikatakantersinggung. Melihat tampang dan sikap sang dukun sebenarnya diatidak merasa suka terhadap orang itu. Kini melihat majikannya berdua-dua  dengan  orang tua itu  seperti  ada rasa  cemburu dalam hatinya. Sebenarnya sejak lama memang Tapak Lodra menaruh hati pada Tambakdwita. Sebagai orang kepercayaan yang telah bertahun-tahun berbakti apalagi dia tidak punya istri, sebenarnya Tapak Lodra memang cukup pantas menjadi pasanganjanda cantikitu. Namun karena menyadari dirinyaberasaldarikalangan rendah saja maka Tapak Lodra tidak pernah berani mengutarakan maksudnya itu.
"Nah Raden Ayu, ceritakan maksud kedatanganmu," kata Ki Dukun Tambak Reso begitu mereka kini hanya tinggal berdua saja di ruangan depan itu.
"Saya mempunyai  seorang putera yang merupakan  anak tertua, kini berusia sekitar dua puluh satu tahun,  Sejak masih berumur enam belas

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

tahun,  selagi  ayahnya  hidup,  anak  itu  telah  diberi  berbagai  pelajaran termasuk itmusilat. Ternyata dia memang banyaklebih tertarik padailmu silat dan kesaktian hingga meninggalkan begitu saja pelajaran-pelajaran lain. Dia sering meninggalkan rumah berbulan-bulan guna mencari dan mendapatkan ilmu baru. Ilmu silatnya memang tinggi dan kesaktiannya mengagumkan. Namun dua bulan lalu dia jatuh sakit dan tak bisa lagi meninggalkan tempat tidur. Dua minggu lalu keadaannya tambahparah. Matanya   setalu  tertutup.  Keadaannya   seperti   orang  tidur.  Mungkin pingsan.  Hari  demi  hari  tubuhnya  semakin  kurus.  Ki  Dukun,  inilah persoalan saya. Bisakah Ki Dukun mengobati putera saya itu? Berbagai tabib dan ahli pengobatantelah berusaha menolongnya, namun dia tetap saja tak bergerak di atas ranjang."
"Menurut para ahli yang telah coba mengobati putera Den Ayu, apakah sudah  diketahui  apa  sakitnya?"  bertanya  Ki  Dukun  seraya  usap-usap janggut putihnya sementara kedua matanya terus menjelajahi wajah dan dada perempuan cantik di hadapannya.
"Tak  satupun  mereka  bisa  memastikan  apa  penyakit  putera  saya. Beberapa diantara mereka menduga, kemungkinan besar sakitnya putera sebagai  akibat  terlalu  banyak  menguasai  ilmu  silat  dan  kesaktian  dari berbagai  sumber,  dicampur-campur  satu  sama  lain  yang  sebenarnya merupakan pantangan... Saya tidaktahu dantidak mengerti tentang ilmu silat danilmu kesaktian. Bagaimana menurut Ki Dukun sendiri...?"
"Hem...."   Ki   Dukun   menggumam.   "Mungkin   pendapat   itu   ada benarnya.  Namun  harus  diperiksa  dan  diselidiki  dulu.  Siapakah  nama puteramu itu Den Ayu ....?"
"Pati  Rono,"  jawab  Tambakdwita.  Lalu  dia  bertanya,  "Apakah  Ki

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


Dukun bersedia melihatnya di Losari...? Perjalananke sana memang jauh. Tapi percayalah,  semua jerih payah Ki Dukun  akan  saya beri imbalan yang sesuai. Apalagi kalau Pati Rono bisadisembuhkan..."
"Jangan  kawatir…"  kata  Ki  Dukun  pula  seraya  memegang  tangan Tambakdwita. "Aku akandatang ke Losari."
"Terima   kasih.   Saya   memang   sudah   menduga   Ki   Dukun   mau menolong. Karena itu sebelumnya saya sudah menyiapkan sebuahkereta untuk menjemput Ki Dukun. Paling lambat petang nanti penjemput itu sudah sampaidisini."
"Sebetulnya sama-sama berangkat dengan Den Ayu saat ini akutidak keberatan.  Tapi tak jadi  apa kalau Den Ayu memang  sudah mengatur begitu," kata Ki Dukun
Dari dalam sebuah tas kain yang dibawanya Den Ayu Tambakdwita mengeluarkan sebuahkantong kulit kecil. Ketika kantong itu diletakkandi atas mejaterdengar suara berdering tandaberisi uang.
"Itu sebagiandari imbalan yang saya janjikan. Sisanya akan Ki Dukun terima  setelah  sampai  di  Losari,  lalu  ada tambahan  istimewa jika Pati Rono bisadisembuhkan..."
"Sebetulnya yang ada dalam kantong itu sudah lebih dari cukup, Den Ayu. Tambahannya tidak perluberupa harta atau uang."
"Maksud Ki Dukun?" tanya Tambakdwita pula.
"Setelah  ditinggal  Raden  Mas  Rono  Wiculo  dan  hidup  sendirian bertahun-tahun,  apakah  Den  Ayu  tidak  mempunyai  keinginan  untuk mencari pengganti suami yang hilang itu?"
Pertanyaan  Ki  Dukun  Tambak  Reso  itu  membuat  wajah  Den  Ayu Tambakdwita menjadi kemerah-merahan. Apalagi ketika didengarnya si

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


orang  tua  berkata,   "Nama  kita   sama.  Aku   Tambak  Reso,   di   situ Tambakdwita. Mungkin ini satu kecocokan yang ditakdirkan Tuhan?"
"Ki Dukun," kata Tambakdwitadengan suara bergetar. Dia tak berani memandang  kedua  mata  orang  di  hadapannya  itu.  Karena  setiap  dia bertemu pandangada sesuatu kekuatan yang membuatnya bergetardisertai hawaaneh menjalari tubuhnya. "Kalau Ki Dukun tidakkeberatan, hal-hal lain bisakita bicara akan lain kali saja. Saya mohon diri. Kadatangan Ki Dukun   saya   nantikan   di   Losari,"   Lalu   Tambakdwita   berdiri   dan melangkah   cepat-cepat   menuju   kereta.   Ki   Dukun   Tambak   Reso mengantarkannya    sampai    di    tangga    sambil    mengulum    senyum. "Perempuan satu ini harusdapat olehku. Tak pernahada yang begitu besar dayatariknya, membuatku sampai-sampaikeringatan!"

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


6

DI DALAM KAMAR yang besar dan mewah serta harumituada empat orang. Pertama Ki Dukun Tambak Reso, lalu Raden Ayu Tambakdwita bersama Tapak Lodra.
Orang yang keempat terbujur di atas tempat tidur berkasur tebal dan berseperaibagus. Orang ini adalah Pati Rono, putera Tambakdwita yang berada dalam keadaan sakit. wajahnya,kedua tangannya yang tersembul di atas selimut pucat pasi seperti tiada berdarah. Wajahnya mengerikan untuk  dipandang karena pipi  dan rongga matanya  sangat  cekung  serta berwarna kebiruan.
Ki Dukun meraba tangan pemuda itu. Dingin. Lalu merabawajah dan bagian lehernya. Juga dingin. Ketika ditekanbagian lengannya kiri kanan, juga ketikaditekan urat besar dilehernya, sama sekali takada denyutan. Si orang tua lalu membalikkankelopak mata kanan Pati Rono. Putih, bagian hitam lensa matanyahanya tarlihatsedikitdisebelah bawah.
Ki Dukun Tambak Reso berpaling padaibusi pemuda.
"Bagaimana...?" tanya Tambakdwitadengan suara tercekat.
"Puteramu  sudah meninggal  sejak beberapa hari lalu," menerangkan sang dukun.
Mendengar  itu  Tambakdwita  langsung  menggerung  dan  menubruk serta merangkul tubuh anaknya. Tapak Lodra tertegun tak percaya dan beberapa kali menarik nafas dalam.
Ki Dukun pegang bahu Tambakdwita dan berkata; "Den Ayu, tak baik

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


menangis. Kalau Gusti Allah sudah menghendaki kau harus rela melepas anakmu..."
"Ada satu hal yang mengherankan Ki Dukun," terdengar Tapak Lodra berucap. "Jika memang Raden Pati meninggal cejak beberapa hari lalu, mengapa jenazahnyatidak menebar bau...?"
Ki Dukun berpaling pada pembantu dankepala pengawal rumah tangga almarhum  Raden   Mas   Rono   Wiculo   itu.   Pertanyaan   Tapak   Lodra sebenarnyawajar-wajarsaja, namun sang dukun merasakansepertihendak memojokkannya.  Sejak semula memang dia tidak suka pada orang ini. Dan Ki Dukun sendiri, dari pandangan mata Tapak Lodra dia memaklumi kalau lelaki itupun tidak menyukainya. Dengan suara tenang Ki Dukun menjawab pertanyaan Tapak Lodra tadi.
"Ini  justru  satu  keajaiban  yang  hanya  Gusti  Allah  yang  mampu menjawabnya," katanya. Lalu dia menyambung. "Bukan mustahil segala macam obat yang telah diberikan sebelumnya membuat tubuh kasarnya mampu bertahan begini rupa..."
"Tidak...! Tidak! Anakku tidak boleh mati ...! Pati...Pati anakku! Kau tidak boleh mati…! terdengar raungan Raden Ayu Tambakdwita yang saat itu masihmerangkulitubuh puteranya sambil menangis dan meraung tiada henti.
"Raden Ayu, sudahlah. Kau dankita semua haruspasrah menghadapi kenyataan ini..." ujarTapak Lodra.
"Tidakkkk! Pati tidak boleh mati..."
Pintu kamar tiba-tibaterbuka. Seorang gadis berpakaian serbakuning, berwajah  cantik  sekali masuk. Dia  cepat menanggapi  apa yang tengah terjadi. Langsung sajadia melompat ketepiranjang, memeluk tubuh Pati

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


Rono danikut menangis keras.
"Kakak...kakak...! Mas Pati...Jangan pergi mas...."
Ternyata gadis itu adalah puteri Tambakdwita, adik perempuan Pati Rono. Suasana dalam ruangan itujadi tambah mencekam. Tiba-tiba Raden Ayu  Tambakdwita  hentikan  tangisnya  dan  berpaling  menghadapi  Ki
Dukun Tambak Reso.
"Ki Dukun! Bagaimana sekarang?! Kau bisa menghidupkan puteraku? Kau harus bisa! Itu janjimu..." Tambakdwita berteriak seraya memukuli dada Ki Dukun.
Orang tua ini pegang pergelangan tangan perempuan itu laluberkata, "Tenang  Den  Ayu...  Tenang.  Aku  tak  pernah  berjanji  tapi  aku  akan mencoba. Semua tergantung kekuasaan Tuhan. Untuk itu aku minta semua orang meninggalkankamar ini... Termasuk Den Ayu. Aku akan memulai pekerjaan ..."
"Tidak! Aku danibuharus menemani mas Pati disini!" yang berteriak adalah  gadis  berpakaian  kuning,  puteri  Tambakdwita  yang  bernama
Tambaksari.
Ki Dukun menatap wajah sang dara beberapa ketika.  "Ah, gadis ini cantik sekali. Ibunya tentu secantik inidi masa mudanya..." membatin Ki Dukun. Lalu diaberpaling pada Tambakdwita dananggukkan kepala.
Melihat isyarat ini Tambakdwita menoleh pada puterinya, memegang lengangadis itu, lalu mengajaknya melangkah menujuke pintu mengikuti Tapak Lodra. Sebelum Tambakdwita menghilang di balikpinlu, Ki Dukun berkata padanya, "Ingat Den Ayu, selama aku bekerja di dalam sini, tak seorangpun boleh masuk denganalasan atau keperluan apapun. Aku akan akan keluar memberitahubilamana pekerjaan telah se!esai. Harap kalian

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


menyiapkan sebuah usungan dankereta. Dan satu hal, jangan coba-coba atau ada yang berani mengintip apa yang aku kerjakan. Akibatnya bisa parahdan puteramu tak mungkinditolong!"
Begitu pintukamar ditutupkan Ki Dukun langsung menguncinya dari dalam, lalu dia naik ke atas tempat tidur dan duduk bersila di samping tubuh Pati Rono. Kedua matanya perlahan-lahan  dipejamkan.  Lalu  dia mulai   melafatkan   kata-kata   mujijat   Walakalmati   -   Walakalhidup   - Matlwalakal - Hidupwalakil, satu kali...dua kali.. sepuluh kali.. seratus kali dan  seterusnya  sampai  sepuluh  ribu  kali.  Ketika  akhirnya  dia  selesai merapal sampai sepuluh ribukali tubuh dan pakaiannyatelah basah oleh keringat. Di luarharitelah senja. Raden Ayu Tambakdwita, Tapak Lodra dan  Tambaksari  menunggu  dengan  sangat  tidak  sabar  dan  harapharap cemas. Apakah yang tengah dilakukan Ki Dukun Tambak Reso sekian lamanya? Jika menurutkan hatinya mau Tambakdwita melabrak pintudan menjebolmasuk.
Di dalam kamar Ki Dukun bukakedua matanya, menyekakeringat di wajahnya  beberapa  kali  lalu  turun  dari  tempat  tidur,  berdiri  untuk meluruskankedua kakinya. Kemudiandarisaku jubahnya dikeluarkannya benda keramat, batu hitam Kencono  Sukmo. Dengan hati-hati batu ini disapukannya  ke  seluruh  wajah  dan  tubuh  Raden  Pati  Rono.  Selesai melakukan  itu batu mustika  disimpannya kembali, memandang  seputar kamar lalu melangkah ke pintu.

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


7

KI DUKUN TAMBAK RESO memegang bahu kusir kereta. Sang kusir yang tahu isyarat ini segera hentikankereta. Saat itulewat tengah malam. Angin bertiup  kencang.  Dari  tempat  mereka berada  terdengar  deburan ombak  laut  di  pantai.  Ki  Dukun  memandang  bekeliling.  Kusir  kereta menujuke sebelah barat di mana tampak menghitamsebuah bukit karang. Angin bertiuplagilebih kencang.
"Itu satu-satunya bukit karang yang paling tinggi di bagian pantai ini," menerangkan kusir kereta.
Ki  Dukun  mengangguk  "Cukup  kau  hanya  mengantar  aku  sampai disini.  "Tunggu di tempat ini sampai aku kembali." Lalu orang tua itu turun dari kereta, membuka pintu disebelah belakang, menarik usungan dimana terbaring sosok tubuh Raden Pati Rono.
Kuda penarikkeretaterdengar meringkikketika Ki Dukun menaikkaft tubuh pemuda itu ke atas bahunya dan mulai melangkah cepat ;menuju bukit  karang  di  sebelah  barat.  Kusir  kereta  merasakan  bulu  kuduknya berdiri. Dia hampirtakberani bergerak saking merasa takut. Juga masih tetap disituketikahujan rintik-rintik mulai turun. Memang daerah pantai Losari dibagian itu merupakan suatu daerah bebukitan batu karang yang palingsering turun hujan.
Dari melangkah cepat Ki Dukun kini tampak berlari-lari. Semangatnya jadi berkobar-kobar ketika melihat hujan mulai turun. Ini satu pertanda bahwa  kelanjsrtan  usahanya  untuk  menghidupkan  pemuda  yang  sudah

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


mati dipanggulannya itu akan berjalan cepat. Di timur terdengar guntur menggelegar. Lalu kilat mulai menyambar.
Meskipun agak susahpayah karena harus mendaki bukit batu karang yang licin berlumut namun akhirnya Ki Dukun Tambak Reso sampai juga dipuncaknya.  Nafasnya  meng-engah.  Perlahan-lahan  tubuh  Raden  Pati Rono dibaringkannya di bagian batu yang agak rata. Angin laut bertiup kencang dantajam. Hujan turun makinderas. Ki Dukun menyeringai. Dari dalam sakujubahnya dikeluarkannya kotak batu ham Kencono Sukmo lalu diletakkannya didada mayat, tepat di bagian jantung.
"Ahak manusia,  kuberikan  kehidupan padamu.  Hiduplah!  Hiduplah! Dan berikan ibumu padaku!" berkata Ki Dukun dengan suara perlahan bergetar.  Lalu  dia  menuruni  bukit  karang  itu,  memilih  tempat  yang terlindung  tapi  tidak  terlalu jauh.  Di  sini  dia  menunggu  dengan  dada berdebar.  Dia  pernah  menghidupkan  seekor  binatang,  menyembuhkan beberapa  orang  yang  sakit  parah.  Tetapi  baru  kali  ini  dia  mencoba menghidupkan seorang yang telah meninggal. Diam-diam bulu romanya terasa berdiri. Guntur menggelegar, kilat sambung menyambung.
"Halilintar …  datanglah!  Sambar  batu  dan  tubuh  itu!  Halilintar  … datanglah!" ujar Ki Dukun berulang kali. tapi dia harus menunggu lama sampai menjelang dini hari, yaituketika tubuhnya berada dalam keadaan basah kuyup dan terasa dingin seperti diselimuti es.  Saat itu rangkaian halilintar  tampak  sambar  menyambar  berkepanjangan  dari  arah  timur. Sambaran yang terakhir berkiblat tepat di atas bukit karang, menghantam kebawah, menghunjam tepat di atas tubuh Raden Pati Rono! Tubuh itu tampak  terangkat  ke  atas  lalu jatuh  kembali  ke  atas  batu  karang  dan mengeluarkankepulan asap. Setelah itu terbujur tak bergerak. Tempat itu

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


tiba-tiba saja sunyi seperti di pekuburan. Guntur tak terdengar lagi, kilat atau halilintar tak tampaklagi. Bahkan anginseolah-olah berhenti bertiup dan ombak sepertiberhentiberdebur!
Dengan  tubuh  bergetar  Ki  Dukun  Tambak  Reso  memanjat  menuju bagianalas bukit karang. Dengan mempergunakan sahelai sapu tangan dia memungut batu Kencono Sukmo yang tercampak di atas bukit batu lalu memasukkannya  ke  dalam  saku jubahnya.  Di  atas  batu  karang  tubuh Raden  Pati  Rono  tampak  tidak  bergerak.  Ki  Dukun  memperhatikan dengan seksama dan mata dibesarkan. Darahnya tersirapketika tiba-tiba dia melihat ibu jari kaki kanan si pemuda bergerak. Perlahan sekalitapi
dia jelas melihatnya. Ki Dukun memegang  ibu jari yang bergerak  itu.
Terasa panas.
"Panas adalah api. Api adalahhawa kehidupan..." desis Ki Dukun. Lalu dipegangnya betis pemuda itu. Kemudian dilihatnya jari-jari kanan Pati Rono juga mulai bergetar. Ki Dukun cepat memegang tangan kanan itu. Tiba-tiba jari-jari Pati Rono menggenggam mencengkeram tangannya. Ki Dukun terpekik kaget dan cepat sentakkan lengannya untuk melepaskan cekalan itu.
Walau  di  hatinya  ada  terselip  rasa  ngeri  namun  kegembiraan  sang dukun juga melupa.  "Dia hidup...Dia hidup! Batu hitam itu betul-betul batu mujijat. Gusti Allah Maha Besar!"
Untuk memastikan bahwa Pati Rono benar-benar sudah hidup kembali Ki  Dukun  membungkuk  dan  dekatkan  telinga  kanannya  ke  dada  Pati Rono. Lapat-lapat dia mendengarada suara yang memukul-mukul didasar dada itu. Itulah suara degupan jantung!
"Luar biasa...Aku sendiri hampir tak percaya!" ujar Ki Dukun dalam

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


hati. Untuk sesaat dia masih mendekapkan telinga mendengar degupan jantung itu. Tiba-tiba kedua tangan Pati Rono bergerak menyilang dan punggung Ki Dukun tersikap kencang! Orang tua itu merasakanjiwanya sepertiterbang. Dia menggeliat keras-keras, dengansusahpayah akhirnya berhasil meloloskan diri dari sikapan tadi. Begitu terlepas,kedua tangan Pati Rono kembaliterkulaidikeduasisi. "Sebelum kekuatannyapulih, aku harus  cepat  membawanya  ke  Losari...."  pikir  Ki  Dukun.  Lalu  tubuh pemuda itudipanggulnya di bahu kanan. Dalam perjalanan menuruni bukit karang  menuju  di  mana  kereta  menunggu  Ki  Dukun  selalu  bersikap waspada. Bukan mustahil mayat yang barusan hidup kembali itutiba-tiba saja bergerak mencekiknya!

***

KERETA PEMBAWA Pati Rono itu sampai di Losari menjelang senja, disambut  oleh  Tapak  Lodra,  Tambakdwita,  puterinya  dan  beberapa pelayan.  Ketika  usungan  diturunkan  dari  kereta  oleh  kusir  dan  Tapak Lodra, kuda penarik keretatiba-tiba mengangkat kedua kaki depannyadan meringkikkeras, membuat semua orang tercekal.
Ketika  melewati  ruangan  tengah  rumah  besar  mendadak  terdengar suara mengeong keras. Seekor kucing putih belanghitam melompat dari balik  tirai,  berusaha  lari  ke  arah  usungan.  "Belang...  Belang,  jangan berisik!" Tambaksari cepat mendukung binatang peliharaannya itu. Dalam dukungan sigadis kucing ini terus mengeong. Kedua matanya memandang tak berkesip ke arah tubuh Pati Rono di atas usungan. Sikapnya garang sekali.  "Heran, tak biasanya kau  seperti ini, Belang..." Untuk kesekian

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


katinya  si  belang  mengeong,  menggeliat  lalu  menghambur  dari  arah gendongan Tambaksari.
Dengan sangat hati-hati tubuh Pati Rono dibaringkan di atas tempat tidur bertilamindah. Sang ibu duduk dikiri tempat tidur. Yang lain-lain tegak berkeliling. Sambil duduk Tambakdwita tidak hentinya mengusap wajah dan memijiti tangan anaknya. Dia ingin agar anaknya itu segera bangun agar dia melihat kenyataan bahwa Pati Rono benar-benar hidup. Selagi  dia  memegang-megang  tangan  puteranya,  tiba-tiba  tangan  itu bergerak.    Tambakdwita    terpekik.    Lima   jari    tangan    Pati    Rono mencengkeram lengannya. Kuat dan sulit dilepaskan.
"Tenang saja Den Ayu. Jangan dipaksakan untuk menarik tanganmu. Ada kalanya kehidupan mendatangkankerinduan. Puteramu tentu sangat rindupadamu. Itu sebabnya tanganmu dipegangnya erat- erat..." Kata-kata itu diucapkanoleh Ki Dukun Tambak Reso walaudiam-diam hatikecilnya merasa kawatir kalau-kalau cekalan yang kerasitu tidakbisadilepaskan.
"Lihat! Kedua mata Raden Pati membuka!" berserukusirkereta yang sampai saat itu masihikut berada dalamkamar.
Semua orang memandang, memperhatikan.
Astaga!  Memang betul!  Sepasang mata pemuda  itu  tampak terbuka perlahan-lahan.  Mula-mula  tampak  bagian  mata  yang  berwarna  putih. Menyusul  bagian  bola  mata  yang  berwarna  hitam  kecoklatan.  Tidak! Ternyata bola mata yang seharusnyaberwarna hitamkecoklatan itukini tampak memiliki warna kelabu!
Tapak Lodra tidak sengaja saling berpandangan dengan Tambaksari. Jelas  kelihatan  bayangan  rasa  ngeri  pada  wajah  gadis  ini.  Memang memperhatikan  dua  mata  yang  terbuka  nyalang  tidak  berkesip  dan

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


berwarna   aneh   serta   membersitkan   sinar   dingin   itu   terasa   adanya keangkeran.  Dua  bola  mata  itu  bergerak  sedikit,  memandang  ke  arah Tambakdwita. Lalu menyeruak senyum diwajah yang mulai kemerahan itu. Bagi Tapak Lodra senyum itulebih merupakan sebuahseringai yang mengerikan.
"Pati anakku...!" seru Tambakdwita. "Kau tersenyum padaku Pati. Jadi kau benar-benarkembali! Kau benar-benar hidup lagi! Gusti Allah terima kasih!  Terima  kasih!"  Air  mata  tampak  berlinangan  di  kedua  mata perempuan  itu.  Tangan  kanan  anaknya  didekatkannya  kewajahnya  dan diciumnya berulang-ulang.
"Ibu,..Aku haus..." Mulut Pati Rono terbuka dan suara minta minum terdengardiucapkannya.
Tambakdwita dan puterinya tersenyum. Sang ibu usut air mata yang berderaidi pipinya. Lalu terdengar lagi suara sang putera, "Aku juga lapar, bu..."
Tambakdwitapeluk dan ciumiwajah puteranya. "Kau boleh minta apa saja  Pati.  Pasti  akan  ibu  berikan..."  Perempuan  itu  ciumi  lagi  wajah anaknya berulang-ulang. Lalu dia bangkit dari tempat tidur, memegang lengan   puterinya.   Ibu   dan   anak   ini   meninggalkan   kamar   untuk mengambilkan sendiri air serta makanan yang diminta Pati Rono.
Pati Rono memandang dengan matanya yang kelabu satu persatu pada kusir kereta, Tapak Lodra dan Ki Dukun Tambak Reso. Pandangan mata yang  aneh  dan terasa  angker  ini membuat ketiga yang  dipandang jadi merasa tidak enak. Kusir kereta segera tinggalkan kamar. Tapak Lodra menyusul  hendak  beranjak  namun  Ki  Dukun  bergerak  lebih   dulu. Terpaksa Tapak Lodra tetap berada dalam kamar karena meninggalkan

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



putera majikannya seorang diridi tempat itukurang sopan dirasakannya. Untuk  menghilangkan  kegelisahan  akibat  pandangan  mata  Pati  Rono, Tapak   Lodra   pergi   membuka   jendela   kamar.   k.etika   dia   hendak menyingkapkan tirai jendela, terdengar  suara mengeong keras.  Sesuatu melompat ke sanding jendela. Ternyata si Belang. Binatang inisiapuntuk melompat masuk. Tapi Tapak Lodra cepat mencegah dan mengusirnya.
"Aneh sekali sikap kucing itu..." kata Tapak Lodra dalam hati. "Apa sebenarnya yang dilihat binatang itu...?" Tapak Lodra berpaling ke arah tempat tidur. Ternyata Pati Rono masih menyorotinya dengan pandangan sepertitadi. Dingin angker sepertihendak menembus jantungnya!

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

8

MALAM JUM'AT KLIWON, hujan turun rintik-rintik Losari diselimuti kesunyian. Debur ombak di pantai terdengar di kejauhan.  Sesekali ada suara lolongananjing merobekkesunyian.
Dalam ruangan  depan  di rumah besar itu Raden Ayu  Tambakdwita duduk terdiam beberapa lamanya sebelumkemudian dia membuka mulut bertanya, "Mengapa Ki Dukun tak mau menerima uang dalam kantong itu? Bukankah itu tambahan pembayaran sesuaidenganjanji saya...?"
Ki Dukun Tambak Reso tersenyum. Matanya menatap wajah cantik perempuan berusia setengah abad di hadapannya lalu menjawab, "Raden Ayu ...! Ah, akuseharusnya memanggilmu Tambakdwitasaja..."
"Sayatakkeberatandipanggil seperti itu. Bukankah Ki Dukun memang lebih tua dari  saya dan kepada  siapa  saya menaruh hormat...? Apalagi mengingatjasa besar Ki Dukun...."
"Dengar …    Tambakdwita,    aku    memang    tidak    mau    menerima pemberianmu itu. Bahkan, uang yang kau berikan sebelumnya mungkin akan kukembalikan..."
"Mengapa  begitu?  Apakah  Ki  Dukun  tak  mau  menerima  karena jumlahnyaterlalukecil? Sayabersedia menambahkan."
Ki Dukun menggeleng. Malam itu, tidak seperli biasanyadiatidaklagi mengenakan jubah putih, melainkan sehelai baju biru dan celana hitam serta sebuahblangkondi atas kepalanya. Dengan pakaian itudia tampak lebih  gagah  dan  lebih  muda.  "Terus  terang, bukan uang  itu  yang  aku

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


inginkan  Tambakdwita.  Aku  menginginkan  dirimu.  Aku  memintamu menjadi istriku. Sudah beberapahari lalu hal itukusampaikan padamu..."
"Beri saya waktu satu dua minggu lagi untuk mengambilkeputusan, Ki Dukun. Saya harus bicara dengan tua-tua keluarga. Di samping itu aku perlu memberitahu putera saya. Pati Rono sejak beberapahari iniselalu menguncidiri dikamarnya. Dia menekuni buku-bukusilatdan kesaktian, berjilid-jilid  banyaknya.  Makanan  yang  disampaikan  pembantu  hanya disentuhnyasedikitsaja. Dia lebih banyak menenguk minuman keras. Ada satu hal saya lihat pada dirinya. Satu hal yang dulu tidak ada. Anak itu membawasikap dansifat aneh.
Pandangan matanya terasa angker tapi menyembunyikan kekosongan jiwa. Sikap acuh diperlihatkannya pada orang-orang di sekitarnya. Tapi sebagai  ibu,  di  balik  keacuhan  itu  saya  merasa  ada  sesuatu  yang disimpannya. Sesuatu yang terasa mengerikan..."
"Tambakdwita,   sebaiknya   saat  ini  kita  tidak  membicarakan   soal puteramu itu. Dia sudahkembali padamu. Sembuh dan hidup..."
"Betul Ki Dukun, tapi putera saya yang kembali ini saya rasa bukan putera saya yang dulu ...."
"Bagaimana kau bisa berkata begitu  Tambakdwita? Pati Rono yang kini  hidup  adalah  puteramu  yang  dulu  juga.  Sama  sekali  tidak  ada bedanya..."
"Tubuh kasarnya memang tidak ada beda, Ki Dukun. Tapi jiwa dan perasaannya ada kelainan. Dan itu terpancar pada sepasang matanya yang membersitkan  hawa  aneh.  Dia  seolah-olah  bukan  berada  di  tengah keluarga sendiri. Seolah-olah berada di satu alam yang sama sekali lain. Dan alamini saya rasakan sangat mengerikan. Sayatakut Ki Dukun..."

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


"Tak  ada  yang  harus  ditakuikan  Tambakdwita.  Apalagi  selama  aku berada  di  dekatmu  seperti  saat  ini.  Kau  belum  menjawab,  kau  belum memberi putusan tentang permintaanku..:"
"Saya bilang beri saya waktu dua atau tiga minggu," sahut Raden Ayu
Tambakdwita.
"Satu  atau  dua minggu bisa berarti jadi tiga minggu. Aku tak bisa menunggu selama itu. Aku ingin memilikimu lebih cepat dari itu. Bahkan malamini...!" Ki Dukun memegang tangan perempuan itu. Tambakdwita. berusaha menarik lengannya. Tapi ada hawa aneh menjalari lengannya, terus   ke   dada   dan   sekujur   tubuhnya   Dia   merasa   sesuatu   yang menggairahkan. Ditatapnya wajah Ki Dukun. Wajah itu tampak begitu gagah, agung dantersenyum padanya.
"Aku  ingin  tidur  bersamamu  malam  ini,  Tambakdwita.  Kau  mau bukan...?"
Perempuan  itu  tak  menjawab.  Dia  hanya  menundukkan  kepala,  tak kuasa memandang tatapan Ki Dukun. Melihat ini Ki Dukun berdiri dari kursinya, tegak di samping Tambakdwita lalu membungkukkan. Kepala hendak  mencium  tengkuk  perempuan  itu.  Namun  sebelum  ciumannya sampaitiba-tibaterdengar suara ngeongan kucing keras dan mengejutkan.
Ki Dukun  terkesiap. Tambakdwita tersentakkaget dengan mukapucat. Ada rasa takenak dalam dirikedua orang itu. Ki Dukun memandang ke arah  jendela.  Samar-samar  lewat  kain  tirai  jendela  dia  melihat  ada seseorang tegak diluar sana, memperhatikan ke dalam. Ketika Ki Dukun hendak mendatangi, orang itu cepat bergerak pergidan menghilang.
"Malam sudahlarut, sebaiknya Ki Dukun pulang duluke rumah tempat menginap..."  berkata  Tambakdwita.  Suaranya  terhenti  ketika  kembali

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



terdengar  suara ngeongan kucing.  Suara itu  datang  dari  arah kamar di tingkat atas. Dan kamar di tingkat atas adalahkamar tidur Pati Rono.
Ki Dukun diam sesaat. Mantranya tadi sudah hampir mengena kalau tidak terganggu oleh suara ngeongan kucing celaka itu.
"Baiklah, aku akan pergi Tambakdwita. Tapi besok aku akan datang lagikemari. Dan saat itu aku ingin kau sudahbisa memberikan jawaban..."
Janda kaya itu tidak menjawab. Dia melangkah ke pintu depan dan membukakannyauntuk Ki Dukun.
Seekor kuda tertambat dekat pintupekarangan. Itulah kuda tunggangan milik Ki Dukun. Ketika orang tua ini tengah melangkah kearah kudanya, tiba-tiba sebuah benda melayang dludara dan jatuh tepat dekat kakinya. Ki Dukun memandang ke bawah. Benda yang jatuh itu ternyata adalah seekor  kucing  putih  berbelang  hitam.  Si  Belang,  kucing  kesayangan Tambaksari!  Binatang  ini  tidak  bergerak  ataupun  mengeluarkan  suara. Kapalanya terkulaitandalehernya patah!
Ki Dukun mendongakke atas, kearah kamar di tingkat atas bangunan rumah besar. Dia melihat jendelakamar di tingkat atas itu terbukadanada nyala  lampu  di  atas  sana.  Dia  merasa  yakin  kucing  yang  mati  itu dilemparkandarikamar itu.
Ki Dukun putartubuhnya, meneruskan langkah kearah tempat kudanya tertambat. Sesaat ketika dia hendak menaiki binatang itu, satu tangan yang dingin  tiba-tiba  memegang  pundak  kanannya.  Ki  Dukun  terkejut  dan menoleh. Dia berhadap-hadapan denganTapak Lodra.
"Ada  apa?!"  tanya  Ki  Dukun  dengan  suara  garang.  Dia  tidak  suka dipegang seperti itu dan dia sejak lama tidak senang terhadappengawal rumahkediaman Tambakdwita ini.

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


"Aku hanya ingin memberikannasihatpadamu, Ki Dukun. Majikanku seorang janda.  Tidak  pantas  kalau  kau  mengunjunginya  sampai  larut malam begini!"
Ki  Dukun  menyeringai.  Dia  kibaskan  tangan   Tapak  Lodra   dan menjawab,   "Soal  hubunganku   dengan  majikanmu  bukan  urusanmu! Sebagai pembantu kau tidak layak mencampurinya. Dan akutidak butuh segala macam nasihat."
"Aku. tahu siapakausebenarnya Ki Dukun. Lebih dari itu aku tahu apa yang adadatam benak serta hatimu. Aku tidaksukapadamu!"
"Kau bukan pemilik rumah ini. Jaditidakpada tempatnya mengatakan suka atau tidak. Dan satu hal harus kau ketahui Tapak Lodra. Akupun tidaksukapadamu!"
"Berlalu darisini Ki Dukun. Cepat!" desisTapak Lodra.
Ki  Dukun  Tambak  Reso  kembali  menyeringai.  "Ada  satu  hal  yang pantas  kau  ketahui  Tapak  Lodra.  Bagiku  mudah  menyembuhkan  dan menghidupkan seseorang. Tapilebih mudahlagi membuat seseorang sakit atau menemuiajalnya!Ingathalitubaik-baikTapak Lodra!"
"Aku akan ingathalitubaik-baik Ki Dukun. Jika terjadi sesuatu dengan penghuni rurhah besar ini orang yang pertama-tama kucariadalah dirimu!" habis  berkata  begitu  Tapak  Lodra  lepaskan  tali  tambatan  kuda  dan membantingkannyake tanah. Ketika Ki Dukun naikke punggung binatang ituTapak Lodra sudah berlalu dari situ.
Di halaman depan, Tapak Lodra membungkuk mengangkat bangkaisi Belang.  "Kasihan  kucing  ini.  Siapa  yang  begitu  tega  membunuhnya?" Tatap Lodra mendongakke atas. Nyalalampu dikamar putera majikannya telah  padam.  Tapi  matanya  yang  tajam  melihat  ada  sosok  tubuh  di

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


belakang jendelategak memperhatikan kearahnya.

***

RADEN AYU TAMBAKDWITA menatap wajah puteranya lekat-lekat. "Pati Rono, ibutakhabis pikir mengapa kau ingin memberhentikanTapak
Lodra..."
Pati Rono melahap jambu klutuk besar lalu dengan mulut penuh dia menjawab, "Aku sudah bilangbu,kitatidak membutuhkan orang itulagi. Tugasnya sebagai pengawal kuambil alih. Pekerjaannya sebagai penjaga sawah ladang serta peternakan dan perdagangan aku sendiri yang akan menangani. Nah, apa perlunya dia bekerjalagidisini. Tanpa diabukankah kita bisa menghemat jumlah uang gajinya dan bisa dipergunakan untuk keperluanlain?"
"Gajinya  tidak  seberapa,  Pati.  Lagi  pula  dia  telah  bekerja  puluhan tahun.  Sejak ayahmu masih hidup. Bahkan  sebelum kau dilahirkan dia sudahikut bersama kita, mulaidarikakekmu masihada..."
"Persetan berapa lama dia bekerjadisini! Persetan apapun jasanya. Jika ibu  tidak mau  atau  segan bicara padanya,  aku  yang  akan  mengatakan padanya!"
"Jangan lakukan hal itu, anakku..." ujar Tambakdwita.
"Aku  tak  suka  dilarang!"  sahut  Pati  Rono.  "Dan  apakah  ibu  sudah menyampaikan pada guru mengaji bau apak itu bahwadia tak perlulagi datang  ke  sini  untuk  mengajar  mengaji  dan  segala  ilmu  agama  yang membosankan serta dusta besar itu!"

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



Sepasang  mata  Tambakdwita  membesar.  "Pati, jika  kau  minta  aku memberhentikan Tapak Lodra, mungkin masih bisa kucerna. Tapi kalau kau minta berhenti mengaji, ini merupakan satu hal yang tidakingin aku lakukan. Kau butuh pelajaran agama..."
"Tidak! Aku tidak butuh pelajaran agama! Jelas! Aku tidak sudi lagi melihat guru mengaji itu!" Pati Rono berdiridarikursinya. Jambuklutuk yang barusetengah dimakannyadibantingkannyake meja makan!

***

"RADEN PATI," ujar Tapak Lodra dengan suara bergetar.  "Ucapanmu bahwa mulai hari ini aku diberhentikandarisegala macam tugas sungguh mengejutkan. Apakah Raden Ayu Tambakdwita mengetahui hal ini dan jika mengetahuibisakah Raden mengatakanapakah kesalahanku maka aku diberhentikan...?"
"Paman Tapak Lodra. Jika aku bicara padamu maka itu adalah aku bicara  atas  nama  keluarga!  Bahkan juga  berarti  atas  nama  almarhum ayahku. Jadi tidak usahditanya atau dibantah!"
"Saya benar-benartidak mengerti Raden..."
"Jika kau tidak mengerti berarti kau  seorang toiol! Justru di  situlah letak persoalannya! Aku tidaksuka manusia tolol semacammu berkeliaran dalam rumah ini! Kau kuberikan waktu untuk mengemasi pakaian dan barang-barangmu. Sebelum tengahharikau sudah harus pergidari sini!" Habis berkata begitu Raden Pati Rono tinggalkan pembantu dan pengawal kepercayaan itu, naikke tingkat atas dan menguncidiridalamkamarnya.
Karena merasa tidak puas, Tapak Lodra menyusulnaikke tingkat atas

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



dan mengetuk pintukamar Pati Rono seraya berseru, "Raden, buka pintu. Aku  perlu  bicara  lebih  jauh  denganmu.  Tolong  bukakan  pintunya,
Raden..."
Tak ada jawaban. Pintu jugatidak terbuka. Tapak Lodra mengetuk dan berseru lagi. Tiba-tiba pintu terbuka. Dari balik daunpintu yang terbuka itu  mendadak  satu  jotosan  menderu  menghantam  dada  Tapak  Lodra. Pengawal  tua  ini  menjerit  dan  terpental.  Untung  dia  masih  sempat bergayut  pada  sebuah  tiang,  kalau  tidak  tubuhnya  pasti  akan  jatuh terjungkal kebawah! Tapak Lodra merasakan lututnya goyah. Perlahan- lahan tubuhnya jatuh terduduk  di  lantai  dan  dari  sela bibirnya tampak darah  mengucur.  Nafasnya  sesak,  dadanya  sakit  bukan  main.  Pukulan yang menghantamnya bukan pukulan sembarangan.
Di ambang pintu Pati Rono tegak bertolak pinggang. Sepasang matanya memandang yang berwarna kelabu memandang buaspada Tapak Lodra.
"Jika  kau  masih  tidak  mau  pergi  dari  sini,  aku  tak  akan  menyesal mematahkan batanglehermu atau melempar tubuhmu kebawah sana!"
"Raden, akuperlubicara. Benar-benar harus bicara denganmu. Berikan sedikitwaktudansedikit pengertian..."
"Aku  tak  punya  waktu  dan  aku  tak  punya  pengertian!  Pergi  dari hadapanku...!" Raden Pati Rono melangkah ke hadapan Tapak Lodra lalu menjambak rambut orang tua itu. Sesaat kemudian tampak tubuh Tapak Lodra  melayang jatuh  ke  bawah  lewat jendela.  Seorang  pelayan  yang berada  di  bawah  dan  kebetulan  melihat  kejadian  itu  menjerit  keras. Sebagai  seorang  berkepandaian  tinggi  Tapak  Lodra  meskipun  dalam keadaanterluka didalam masih sanggup bedungkir balikhinggatubuhnya tidakjatuhtergelimpang atau kepala lebih dulu. Dia jatuh dengankedua

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



kaki menjejak tanah, lalu cepat kerahkan tenaga dalam ke arah dadanya yang terluka.
Di atas rumah Pati Rono menyeringai. "Tak ada salahnya tua bangka itu  kujadikan  barang  percobaan!"  katanya  dalam  hati.  Lalu  dengan gerakan enteng,  seperti  seekor burung besar dia melompat dari tingkat atas, melayang ke tanah dan menjejak tanah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun!
"Tapak Lodra! Aku memberikan kesempatan padamu! Jika kau mampu mengalahkanku dalam lima jurus, kau tidakakan kusuruh pergil"
"Raden...," ujar Tapak Lodra seraya pegangidadanya. "Aku tidak mau berlakukurang ajar, berkelahi denganmu..."
"Terserah  padamu.  Jika  ingin  tetap  bekerja  disini  turut  apa  yang kukatakan. Kalau tidak silahkanangkat kaki saat ini juga"
Mendengar kata-kata itu Tapak Lodra tidak melihat jalan lain. "Kalau itu permintaanmu Raden, harap maafkandiriku. Bersiaplah..."
"Kau boleh menyerang lebih duluTapak Lodra!" kata Pati Rono seraya berdiridengankeduakakiterkembang.
Tapak Lodra menarik nafas  dalam.  Tubuhnya membungkuk  sedikit. Tiba-tibatubuh itu melesat ke depandan tangahkanannya menghantam ke arah dada lawan. Pati Rono angkat tangan kirinya, menangkis serangan. Begitu tangan Tapak Lodra bentrok dengan lengannya, kelihatan seperti ada bunga api yang berpijar. Bersamaan dengan ituTapak Lodra terdengar menjerit. Tubuhnya terhuyung-huyung. Jari-jari tangan kanannya sampai ke pergelangan tampak berwarna hitam hangus dan mengepulkan asap. Sakitnya sepertidipanggang!
"Raden... ilmu apa yang kau miliki hingga tega mencelakakan diriku

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


sejahat ini..." ujar Tapak Lodra lalujatuhterduduk di tanah.
Pati Rono tersenyum. "Itulah kekuatan tenaga dalam yang mengandung kekuatan  halilintar!  Bukan  saja  mengandung  hawa  panas  yang  meng- hanguskan,  tapi  mengandung  racun  ganas.  Jika  kau  tidak  memotong tanganmu sebataslengan, dalamwaktu dua hari racun akan merambat ke jantungmu! Nyawamu tidakketolongan!"
"Kau kejam sekali Raden.. Kejam sekali. Lebih baik kau membunuh diriku saat ini juga!"
Mendengarkata-kataTapak Lodra itu Pati Rono tertawa bergelak. "Jika memang mati yang kau inginkan, akubersedia mengabulkannya...!" Lalu Pati Rono angkat tangan kanannya. Ketika dia hendak menghantam tiba- tibaterdengar teriakan keras.
"Pati!  Tahan!  Hentikan perbuatanmu  itu!" Yang berteriak  dan yang kemudian  menghambur  memegangi  tubuh  Pati  Rono  adalah  ibunya sendiri. Perempuan ini mendoronganaknyakedalam rumahlalu memberi isyaratpadaTapak Lodra agar cepat-cepat meninggalkan tempat itu.

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


9

RADEN AYU TAMBAKDWITA menyeka air mata yang mengucur di kedua pipinya. Di hadapannya seorang lelaki tua tampak duduk dengan wajah  muram.  Dia  adalah  Ki  Guru  Sendang  Bogayana,  guru  mengaji keluarga almarhum Rono Wiculo yang telah mengajar disitu selama lebih darisepuluh  tahun  yakni  sejak  Raden  Pati  Rono  dan  adiknya  berusia sekitarsepuluhtahun.
Setelah berdiam diri merenung beberapa lamanya Ki Guru akhirnya berkata, "Jika betul semua apa yang Raden Ayu katakan, memang telah terjadi satu perubahan luarbiasa atas diri putera Den Ayu..."
Tambadwita mengangguk.  "Sifatnya berubah  sekali.  Jiwanya  seperti kosong dan kekosongan itu diselimuti oleh perasaan  aneh. Lebih tepat kalau dikatakan sesuatu yang mengerikan. Perasaannya sepertitidak ada sama  sekali.  Berganti  dengan  sikap  penuh  tega  bahkan  kejam.  Dia membunuh  si  Belang,  kucing  kesayangan  adiknya.  Memberhentikan Tapak Lodra, melukainya bahkan hendak membunuh orang tua yang setia itukalau saya tidak cepat mencegahnya. Sayakawatiradahal-hallain lagi yang  akan  terjadi.  Seisi  rumah  ini,  termasuk  saya  merasakan  seperti
tinggal di suatu tempat yang mengerikan. Saya sangat perlu bantuan Ki
Guru..."
"Saya mengerti Den Ayu. Saya merasa perlu untuk menemui Ki Dukun Tambak  Reso,  orang  sakti  yang  katanya  telah  menyembuhkan  dan menghidupkan  putera  Den  Ayu  itu.  Sebenarnya  bagi  kita  orang-orang beragama memang adakepercayaan pada orang-orang beragama memang
Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



ada kepercayaan pada  orang-orang tertentu  akan kemampuannya untuk menyembuhkan, suatu penyakit. Namun untuk menghidupkan seseorang yang telah mati, ituadalah satu hal yang tidak mungkin..."
"Kenyataan ituterjadi pada anak saya Ki Guru. Bagaimana saya tidak mempercayainya..."
Ki  Guru  Sendang  mengusap-usap  rambut  tipis  di  bagian  belakang kepalanya.  "Mungkin kehidupan yang  dialami  Raden  Pati hanya  suatu kehidupan  semu. Yang  sama  sekali tidak  ada  sangkut pautnya  dengan kehidupan  masa  lalunya.  Itu  sebabnya  dia  memiliki  sifat  yang  sangat berbeda kalau tidak mau dikatakan aneh.  Sebelum menemui Ki Dukun Tambak Reso, saya kira saya harus bicara dengan putera Den Ayu itu terlebih dulu."
"Itu yang saya inginkan Ki Guru. Makin cepat makin baik. Saya akan mengatur pertemuan itusekarang juga."

***

"AKU  TIDAK INGIN BERTEMU,  apalagi bicara  dengan  guru  agama itu," berkata Pati Rono padaibunya sambilnaikke punggung kuda. Pagi itusepertibiasadia akan berangkat ketepi pantai guna melatihilmu silat dan pukulan saktinyadisebuah teluk yang sepi.
"Tapianakku, ini penting sekali. Untuk masa depanmu..."
Pati Rono tersenyum mendengar ucapan ibunyaitulaluberkata :"Masa depanku tidak ditentukan oieh guru agama itu. Tapi jika ibu memaksa, suruhdia menemuikudi teluk. Aku akan bicara dengandiadi sana... "
"Kau menyuruh Ki Guru ke sana menemuimu, sungguh tidak pantas

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



anakku!"
"Yang  dinamakan  kesopanan  itu  adalah  tingkah  laku  palsu  untuk menutupi kebobrokan seseorang. Guru agama itu tidak lebih mulia dari diriku. Jika dia memang ingin bicara silahkandatang ke teluk. Kalau tak sudi,perduli setan!"
Habis  berkata  begitu  Pati  Rono  menggebrak  tali  kekang  kudanya. Binatang  itu  melompat  dan  meninggalkan  si  ibu  sendirian  di  halaman samping rumah besar.
Untuk beberapa lamanya Tambakdwita tertegak di tempat itu. Akhirnya dengan langkah gontai dia masukke dalam rumah.
Meskipun  masih  pagi  namun  udara  di  pantai  terasa  terik.  Air  laut mendebur ombak di atas pasir teluk. Raden Pati Rono mendengar suara derapkudadi belakangnyatapi dia tidak perduli, menolehpuntidak. Derap kuda   berhenti   dan   pemuda   itu   tahu   kalau   si   penunggang   tengah memperhatikannya.
Di  bawah  sebatang  pohon  kelapa  di  teluk  yang  sunyi  itu  terdapat beberapa bangkai perahu yang sudahlama ditinggaldalarn keadaan rusak dan lapuk. Raden Pati berpaling kearah pohon kelapa itu, perlahan-lahan mengangkat tangan kanannya lalu tangan itu dipukulkan dibarengi oleh satu bentakan.
Terjadi  satu hal yang hebat. Begitu tangan bergerak ke  depan,  satu jengkaldiatas tangan Raden Pati berkiblat cahaya terang disertai letupan keras  seperti  sambaran  halilintar  kecil.  Bersamaan  dengan  itu  pohon kelapadiseberang sana terdengar berderak, lalu tumbang dalam keadaan hangus. Perahu-perahu  lapuk yang  ada  di bawah pohon kelapa mental hancurleburseperti bubuk arang!

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



Ki Guru Sendang Bogayana letetkan lidah.
Didalam  dadanya  bukan  rasa  kagum  yang  dirasakannya justru  ada perasaan kawatir. Kalau ilmu kepandaian itudipergunakandalam kesesat- an dapat dibayangkan akibatnya. Perlahan-lahan Ki Guru Sendang turun darikudanya. Tengah dia melangkah kearah Pati Rono tiba-tiba pemuda ini  membalikkan  tubuh  seraya  mengangkat  tangan  seolah-olah  hendak menghantam  guru  agama  itu.  Sang  guru  terkesiap  pucat  dan  hentikan langkahnya. Raden Pati Rono tertawa gelak-gelak.
"Ki  Guru....  kau  datang juga  ke  teluk  ini..."  ujar  Pati  Rono  seraya bertolak pinggang dangeleng-gelengkan kepalanya. "Pelajaran agama apa yang hendakkau sampaikan padaku hari ini?!"
Meskipun  ucapan  itu jelas-jelas  merupakan  ejekan  namun  Ki  Guru Sendang Bogayana berusaha setenang mungkindan menjawab. "Tidak ada pelajaran  agama  hari  ini,  Raden  Pati.  Aku  datang  kemari  memenuhi permintaanibumu."
"Hemm, begitu...?" Raden Pati rangkapkan kedua tangannya didepan dada. "Lalu apa yang ibukuingin-kan melaluimu, Ki Guru?"
"Ibumu memberi tahu  ada perubahan besar dalam dirimu  sejak kau dihi...maksudku  sejak  kau  disembuhkan  dari  sakit  berat  tempo  hari. Mungkin ibumu keliru Raden. Namun dia memberikan beberapa contoh nyata.   Misal   tindakanmu   membunuh   si   Belang.   Lalu   perbuatanmu terhadapTapak Lodra..."
"Itu baru dua Ki Guru. Yang ketiga ialahtindakanku yang tidakingin melihatmu  lagi  datang  ke  rumah,  apalagi  memberi  pelajaran  agama padaku!" memotong Pati Rono dengan suara ketus.
"Raden Pati, yang namanya pelajaran itu, apapun bentuk dan macammu

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



perlu dituntut. Termasuk pelajaran agama. Kudengar kau sering datang kemari untuk berlatihilmu silatdan kesaktian. Aku saksikan sendiri tadi kau  menjajal  pukulan   sakti   itu.  Nah,   ilmu   agamapun   tidak  kalah pentingnya. Matah menjadi sumber dari segalailmu yang adadi atas dunia ini..."
Raden Pati Rono tertawa bergelak mendengar kata-kata Ki Guru itu. "Apakah  ilmu  pelajaranmu  bisa  membuat  aku  memiliki  pukulan  sakti halilintar tadi?"
"Memang  tidak   Raden   Pati.   Ilmu   kesaktian   adalah   ilmu   dunia. Sebaliknya ilmu agama adalah ilrnu untuk dunia dan jugauntuk akhirat guna mendapatkan keselamatan."
"Dusta  besar  yang  menyesatkan!  Ketika   aku   sakit   apakah   ilmu agamamu yang menyembuhkanku?"
"Memang bukanilmu agama. Tapi Tuhan yang menjadikan agama dan kita semua, Dialah yang menyembuhkandirimu, Raden!"
"Aku tidak percaya pada Tuhanmu itu Ki Guru!"
"Astagafirullah! Jangan bicara sepertiitu Raden. Besar dosanya. Jangan jadi  orang  murtad!  Inilah  salah  satu  kelainan  yang  kini  terdapat  pada dirimu Raden. Dulu kau seorang pemuda yang taat pada agama. Rajin sembahyang dan mengaji. Kini mengapa tiba-tiba kau berubah...?"
"Mengapa  hal  itu  tidak  kau  tanyakan  saja  pada  Tuhanmu?!"  tukas
Raden Pati.
"Ya Tuhan, ampunilah anak manusiaini atas ucapan-ucapannya..." kata Ki Guru Sendang Bogayana. "Raden Pati, ibumudan juga akutidakingin kau tersesat lebih jauh..."
"Sesat?  Aku  tidak  merasa  sesat.  Kalian  orang-orang  bodoh  yang

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



sebenarnya berada dalam kesesatan!"
"Hanya  orang-orang  sesat  yang  tega  membunuh  kucing!  Bahkan hendak  membunuh  orang  tua  yang  telah  berbakti  puluhan  tahun  pada keluarga!" sahut Ki Guru puladengan suara lantang karena diat idak dapat lagi menahankesabarandan hawa amarah atas ucapan-ucapan si pemuda.
Rahang Raden Pati tampak menggembung. Kedua bola matanya yang berwarna  kelabu  membersitkan  sinar  aneh  menggidikkan.  Dia  maju mendekati Ki Guru. Yang didekatitetaptegak di tempatnya.
"Jika kau menganggap aku manusia sesat tidak jadi apa. Karena itulah saat iniakutidak merasa bersalah jika harus membunuhmu!"
"Raden!    Ingat!   Aku    ini    gurumu   yang    ingin   menolong    dan menyelamatkan   dirimu!"  teriak  Ki   Guru   Sendang  Bogayana  ketika dilihatnya anak muridnya itu mengangkat tangan kanan  sambil tertawa bergelak.
"Jangan bunuh diriku Raden! Ingat Raden!" teriak Ki Guru pula kini seraya melangkah mundur.
Gelak  Pati  Rono   semakin  keras.  Tiba-tiba  dia  pukulkan  tangan kanannya ke depan. Terdengar suara letupan keras disertaikiblatancahaya terang. Lalu serangkumangin keras dan luarbiasa panasnya menderu. Ki guru Sendang Bogayana terdengar terpekik. Tubuhnya mencelat mental. Ketika tubuh itu tercampak di atas pasir bentuknya tidak seperti tubuh manusialagi. Berubah menjadi seonggok benda hangus gosong dan hitam serta mengepulkan asap berbau sangit!

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar

10

GOMBONG  PANGESTU  memacu  kudanya  dengan  kencang,  mengikuti Pendekar 212 Wiro  Sableng yang menunggangi  seekor kuda  coklat  di sebelah  depan.  Tiba-tiba Wiro menarik tali kekang kudanya kuat-kuat. Binatang ini meringkikkeras seraya angkat kedua kaki depannya tinggi- tinggi.
Gombong Pangestu, orang tua tokohsilat istana terkejut dan buru-buru hentikan kudanya.
"Ada apa?!" tanya Gombong Pangestu.
Murid Sinto Gendeng menunjukke depan dimana menggeletaksesosok tubuhdi tengah jalan, entahsudah mati entahhanya pingsan. Sosok tubuh ini hampirsajaditerjang kaki kudakalau Wiro tidak lekas menghentikan tunggangannya. Wiro dan Gombong Pangestu sama-sama berjongkok dan balikkan orang yang tergeletak di tengah jalan itu. Ternyata seorang tua yang berada dalam keadaan meregang nyawa. Tangan kanannya tampak hitam pekat sebataspergelangan. Kedua matanya terpejam. Dari mulutnya terdengar suara rintihan halus. Ketika Wiro membuka kelopak mata kiri orang itukagetlah dia. Bagian putih matanyaternyataberwarna hitam!
"Racun  jahat!"  desis  Gombong  Pangestu.  Lalu  dia  cepat  menotok empat jalan darahdi tubuh orang itu. Sambil memperhatikanwajah orang dia berkata,  "Aku rasa-rasa pernah melihat  orang  ini  sebelumnya.  Dia pernah muncul di Keraton beberapa kali. Ah, siapadiaini..."
"Kurasa  jiwanya  tak  bisa  diselamatkan.  Yang  bisa  kita  lakukan

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



menunda   kematiannya   beberapa   saat,   lafu   berusaha   mendapatkan keterangan apa yang terjadialas dirinya," berkata Wiro.
"Jika  memang  tak  bisa  ditolong  mengapa  menyiksa  dirinya  dan berusaha meminta keteraragan..." kata Gombong Pangestu pula.
"Aku justru punya firasat, jangan-jangan orang ini ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengahkita selidiki. Bukankah tempat initerletak di antara pantai utara dan hutan tempat diduga menjadikediaman Ki Dukun Tambak Reso itu?"
Gombong  Pangestu  memandang  berkeliling.  "Hem...mungkin  betul juga ucapanmu.  Jika kau hendak melakukan  sesuatu  lekas  laksanakan. Jangan sampaidia keburu mati!"
Wirolantas  menambahkan  beberapa  totokan  di  tubuh  orang  yang tergeletak di tengah jalan itu yang bukan lain adalah Tapak Lodra. Lalu dia memijit kedua ibujari kaki Tapak Lodra dengan tangan kiri kanan. Perlahan-lahan pendekarinikerahkan tenaga dalam panas melaluikedua tangannya.   Mendadak   dia   terpental   dua   langkah   dan  jatuh   duduk terjengkang. Mukanya tampak merah.
"Ada apa?! tanya Gombong Pangestukeheranan.
"Aneh,  tenaga  dalamku  seperti  didorong  dan  menghantam  diriku sendiri. Ada rasa panas membersit...!" Wiro menjawab sambilgaruk-garuk kepala.
Gombong Pangestu merenung sejenak. "Coba kaualirkan tenaga dalam dingin!" katanya sesaat kemudian.
Wiro  kembali  memijit  kedua  ibu jari  Tapak  Lodra.  Kalau  tadi  dia mengerahkan  tenaga  dalam  panas  maka  kini  dicobanya  mengalirkan tenaga  dalam  dingin.  Tidak  terjadi  apa-apa.  Malah  sesaat  kemudian

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



terdengar rintihan orang itu menjadi lebih keras. Wiro kerahkan tenaga dalampenuh! Lalu dia mulai menepuk-nepukwajah orang dan dekatkan mulutnya ketelingakananTapak Lodra.
"Orang tua lekas katakan apa yang terjadipadadirimu!"
Orang  yang  ditanya  mengerang  panjang.  "Siapa  bertanya  siapa?!" terdengar jawabannya.
"Jiwamu tak bisa ditolong lagi. Jadi jangan banyak tanya. Beri  saja keterangan.   Siapa  namamu?!"  yang  bertanya  kini  adalah  Gombong
Pangestu.
"Aku tidak takutkan kematian! Yang aku takutkan ialah kalau-kalau memberikan  keterangan  pada  manusia-manusia  laknat  kaki  tangan  Ki Dukun Tambak Reso atau bangsat bernama Raden Pati Rono...!"
GombongPangestudan Wiro Sablengsaling perpandangan.
"Hai! Kau belum mengatakan siapa namamu! Apa yang terjadi?!"
"Aku  Tapak  Lodrat  Puluhan  tahun  mengabdi  hanya  berakhir  pada kematian yang mengenaskan..."
Mendengar orang menyebutkan nama terkejutlah Gombong Pangestu. Dia berserukeras
"Sahabatku Tapak Lodra! Aku Gombong Pangestu! Bagaimana sampai kau mengalami nasib seperti ini? Bukankah kau bekerja pada keluarga almarhum hartawan Rono Wiculodi Losari?"
Tapak Lodra mengerang panjang, baru bisa menjawab, "Ah Gombong, terima kasih Gusti Allah. Kalaupun aku mati ada seorang sahabat yang menyaksikan.  Jadi  tidak  mati  seperti  anjing  buduk  di  tengah  jalan. Gombong, nasibku sungguhburuk di akhir hayat. Aku ..." Tapak Lodra batuk beberapa kali. Bersamaan dengan batuknya itudia muntahkandarah

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



berwarna hitam.
Gombong Pangestu cepat sekadarah yang mengotori bibirsahabatnya. "Kau benar, memang aku bekerjapada keluarga almarhum Rono Wiculo. Dia orang baik. Tapi anaknya yang pernah mati laludihidupkan kembali oleh  seorang  dukun  edan,  telah  berubah  menjadi  iblis!  Dialah  yang mencelakaiku. Dia memilikipukulan saktianeh, ganas luarbiasa..."
"Apakah  dukun  edan  katamu  itu  adalah  Ki  Dukun  Tambak  Reso?" bertanya Wiro.
"Betul...betul  sekali.  Dialah  yang  jadi  pangkal  bahala.  Gombong sahabatku. Kau harus menolong janda almarhum Raden Mas Rono Wiculo itu.  Ki  Dukun  keparat  itu  hendak  menguasai  dirinya.  Dia  memaksa memperistrikan perempuan itu. Tapi hati-hati terhadap si Pati Rono. Dia manusia yang dihidupkan kembalisebagaiiblis!"
"Kau  tahu  dimana  tempat  kediaman  dukun   sakti  itu?"  bertanya
Pendekar 212.
Tapak Lodra batuk-batuk beberapa kali. Dari mulutnya semakin banyak darah  yang  keluar.  Saat  itu  dadanya  mendenyut  menyesak.  Lidahnya mulai kelu tanda ajalnya segera putus beberapa saat lagi. Kepala Tapak Lodra tampak menggeleng perlahan. Kalian...kalian bisa menemukannya di rumah almarhum Raden Rono Wiculo. Aku...Hek!" Kata-kata Tapak Lodra  hanya  sampai  disitu.  Dari  tenggorbkannya  keluar  suara  seperti tercekik. Nyawanya putus sudah!

***

RADEN AYU TAMBAKDWITA terkejut sekali ketika dia memergoki pelayan perempuan berusia enam belas tahun itu menuruni tangga dari tingkat    atas    dengan    tergopoh-    gopoh.  Tubuhnya  nyaris  telanjang
Karya                   68
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



karenahanya tertutup sehelaikain panjang yang robek-robekdi sana sini. Pada muka, leher dan bahu serta dadanya yang tersingkap tampak luka- luka bekas gigitandan pukulan.
"Saminten! Dari mana kau?! Apa yang terjadidengandirimu?!"
Pelayan   itu   tergagap   kaget.   Begitu   mengetahui   kalau   saat   itu berhadapan  dengan  majikannya  pelayan  ini  langsung  jatuhkan  diri, pegangikaki Tambakdwita dan menangis keras. Kain di bagiandadanya merosot. Tambakdwita merasa bulu kuduknya berdiriketika melihat luka besardisalah satu payudara Saminten.
"Mohon ampunanmu Gusti. DO Gusti, saya mohon ampunmu..,"
"Katakan apa yang terjadi!  Siapa yang menganiayamu  seperti ini?!" berianya Tambakdwita hampir berteriak.
"Saya...saya tak berani mengatakannya Gusti. Saya...saya dipaksa..."
"Kau takusah takut! Siapa yang memaksamu? Ayobilang!"
"Duh Gusti...Mohon maafmu. Mohon ampunmu...Puteramu, Raden Pati yang  melakukannya.  Saya  dipaksa  melayaninya.  Setelah  puas  sekujur tubuh saya digigit dandipukulinya..."
Bergetar sekujur tubuh Tambakdwita mendengar keterangan pelayan itu. "Saminten, pergimasuk kekamarmu. Aku segera menyusut. Jangan ceritakan padasiapapunkejadian ini. Mengerti...?"
"Saya  mengerti  Gusti  Ayu.  Tapi  saya  sudah berniat untuk berhenti bekerjadisini..." jawab Saminten.
"Itu bisakita bicarakankemudian. Yang penting sekarang masuk dulu kekamarmu!"
Begitu  pelayan  itu  berlalu,  seperti  terbang  Tambakdwita  melompati tangga  menuju  ke  tingkat  atas.  Di  depan  pintu  kamar  anaknya  dia

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



mengetuk dan memanggil keras-keras.
"Pati! Buka pintu! Pati.... !"
Tak ada jawabandaridalam. Pintu pun tidak dibukakan. Perempuan itu kembali mengetuk dan berteriak. Lebih keras dan lebih keras. Tiba-tiba pintu   terbuka.   Satu   tangan   menyambar   keluar,   mencekal   lengan Tambakdwita.  Di  lain  kejap  perempuan  ini  terbetot  masuk  ke  dalam kamar! Tambakdwita sempat terpekik. Matanya membeliak dannafasnya memburu ketika dia melihat puteranyategak didepannya.
"Pati! Apa yang telahkaulakukan terhadappelayan itu? Katakan apa yang telah kau perbuat?!"
"Bukankah diatelah mengatakan padamu...?" menyahuti Pati Rono.
"Jadi betul kau telah mengotori rumah ini dengan perbuatan mesum terkutuk! Kau mencemari nama almarhum ayahmu!"
Pati Rono tertawa. "Apakautidak mengotori rumah inisejak beberapa malam lalu? Ketika ibuberdua-duadi atas ranjang bersama Ki Dukun...?!"
Tambakdwita menjerit keras mendengar kata-kata anak lelakinya itu laluplaak! Tamparannya melayang dengan keras dipipikiri Pati Rono!
Sepasang mata kelabu Pati Rono tampak bernyala, membersitkan sinar menggidikkan.  Dia  melangkah  mendekati  ibunya.  Sang  ibu  yang jadi ketakutan  bergerak  mundur  tapi  punggungnya  tertahan  dinding  kamar. Tiba-tibakedua tangan Pati Rono meluncurke depan, menyambar batang leher  Tambakdwita,  langsung  mencekiknya  kuat-kuat.  Perempuan  itu masih  sempat  menjerit  sebelum  lidahnya  terjulur  dan  kedua  matanya membeliak.
Dari  tingkat  bawah  rumah  terdengar  suara  orang  berlari  menaiki tangga.  Lalu  menggeledek  satu  bentakan,  "Pati  Rono!  Kau  hendak

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



membunuh ibumu sendiri?!" Lalu satu angin deras mendorong tubuh si pemuda. Dia terjajar hampirjatuh. Tapi karenacekikannyatidak terlepas maka Tambakdwita ikut tertarik bersamnya. Perempuan itu sudah lemas karena  tak  bisa  bemafas.  Jika  tidak  tertolong  dalam  waktu  singkat, nyawanya pasti putus!
"Pati   Rono!   Lepaskan!   Yang   kau   cekik   adalah   dirimu   sendiri! Lepaskan!" Kembali suara yang tadi membentak berteriakkeras.
Pati Rono terkejut. Yang dilihatnya di hadapannya dan yang dicekiknya dengankedua tangannya yang kukuh memang adalah dirinyasendiri. Dan dia merasakan lehernya sakit sekali, sulit bernafas.
Serta  merta  dia  melemparkan  tubuh  di  depannya  itu.  Tambakdwita terbanting ke luar pintu, jatuh dekat tangga. Kalau tidak lekas ditolong oleh   Ki   Dukun   Tambak   Reso,   perempuan   ini   pasti   akan   jatuh menggelinding ke tingkat bawah.
"Manusia  iblis!  Kau  hendak  membunuh  ibumu  sendiri!"  hardik  Ki
Dukun.
"Dukun  keparat!  Kau  akan  menerima  giliranmu!"  teriak  Pati  Rono marah. Lalu membanting pintukamar.
Ki Dukun cepat menolong Raden Tambakdwita dan menggendongnya ke  dalam  kamar  tidur  di  tingkat  bawah.  Beberapa  orang  berlarian mendatangi,  termasuk  Tambaksari  puterinya.  Seseorang  diperintahkan mengambil segelas air putih. Setelah membacakan mentera pada air itu dan  meminumkannya pada  Tambakdwita, janda  almarhum  Raden  Mas Rono  Wiculo  itu  mulai  sadar  walau  wajahnya  masih  pucat.  Sekilas terbayangdi pelupuk malanya saat ketikaputeranya hendak mencekiknya. Langsung dia menjerit. Ki Dukun cepat mengusap kening perempuan ini.

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



"Tenang Den Ayu. Kau berada di tempat yang aman. Tak ada yang perlu  ditakutkan..."  kata  Ki  Dukun  perlahan.  Sementara  Tambaksari mengelus-elus  rambut  ibunya  tiada  henti  dan  kedua  matanya  berkaca- kaca.
"Ki Dukun..." terdengar suara Tambakdwita perlahan antara terdengar dan tiada. "Aku menyesal memintamu menghidupkan anak itu. Dia...dia bukan manusia. Dia adalah penjelmaan iblis...Aku ingin ...aku ingin kau mematikannyakembali, Ki Dukun. Bunuh anak itu dan tanam mayatnya jauh-jauh darisini...
Ki  Dukun   Tambak  Reso  tak  bisa  menjawab   apa-apa.   Tiba-tiba terdengar  Tambaksari menangis keras  dan menjatuhkan  dirinya  di  atas dada ibunya.
"Ada apa kau menanyos Sari...?" bertanyaberbisik sang ibu.
"Mas Pati... Dia memang harus disingkirkan dari rumah ini, bu. Saya takut..." ujar Tambaksaridi antara tangisnya.
"Dia melakukan sesuatu terhadapmu Sari...?"
Gadis itu tak segera menjawab melainkan menangis kencang. Setelah tangisnya reda baru terdengar ucapannya.  "Satu hari lalu dia mengajak saya ke teluk. Katanya untuk menyaksikan bagaimana dia melatih ilmu kesaktian baru yang disebut pukulan  halilintar. Tapi di situ tiba-tiba saja dia hendak memperkosa saya..."
Semua  orang  yang  ada  disitu  tentu  saja  sangat  terkejut  mendengar keterangan sigadis.
Air mata tampak mengalir di kedua pipi Tambakdwita.  "Dia benar- benar melakukan perbuatanterkutuk itu, anakku...?"
Tambaksari  menggeleng.  "Saat  itu  kebetulan  ada  dua  orang  gagah

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



lewat.  Satu  tua,  satu  masih  muda.  Mereka  menolong  saya.  Mereka kemudian hampir bentrokan dengan Mas Pati. Tapi saya lihat keduanya sengaja mengalah dan meninggalkan teluk. Mungkin sekali mereka berada di Losari saat  ini..."
Sepasang mata Ki Dukun Tambak Reso tampak membukalebih lebar. Tiba-tibasaja ada perasaan takenak dalam hatinya.
"Den Ayu Tambaksari... Dapatkah kau menerangkan lebih rinci ciri- cirikedua orang yang menolongmu itu...?" bertanya Ki Dukun.
"Yang  muda  berpakaian  serba  putih.  Ikat  kepalanya  juga  putih. Sikapnyakonyol, terkadang seperti orang kurang waras..."
"Hemm...aku  tak  kenal  padanya,"  desis  Ki  dukun  Tambak  Reso. "Bagaimana ciri-ciri orang yang satu lagi?"
"Sudah  lanjut  usia  tapi  gerakannya  sebat  sekali.  Dia  mengenakan pakaian biru..."
Ki  Dukun merenung  sejenak. Ada beberapa  orang tokoh  silat yang memiliki ciri-ciri seperti itu.  Sejak beberapa waktu lalu dia mendengar kabarbahwa dirinyadicari-carioleh seorang utusan dan Kotaraja. Hal itu ada sangkut pautnya dengan kotak batu hitam yang kini berada padanya.
"Ki Dukun..." terdengar suara Raden Ayu Tambakdwita. "Kau sudah mendengar permintaanku.  Singkirkan anak itu sebelum dia membunuhi penghuni rumah ini satu demi satu..."
"Aku akan mencari jalan sebaik-baiknya Den Ayu…" ujar Ki Dukun. Lalu diatinggalkan kamar itu.

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


11

PENDEKAR 212 WIRO  SABLENG  dan  Gombong  Pangestu hentikan kudatakjauh dari pintupekarangan rumah besar janda almarhum Rono Wiculo. Keduanya sengaja berlindung dibalik duabatang pohon besar di seberang jalan.
"Aku mendengarada suara perempuan menjeritdaridalam rumah. Di tingkat atas..." ujar Wiro.
Gombong   Pangestu   anggukkan   kepala.   Sesaat   dia   memandang berkeliling. "Kita langsung masuk..?" bertanya Wiro.
"Jangan kesusu. Kita tunggu duludisini sambil melihat situasi," jawab Gombong   Pangestu,   tokoh    silat   Keraton   yang   punya    segudang pengalaman itu.
Suara  jeritan  yang  tadi  mereka  dengar  adalah  jeritan  Raden  Ayu Tambakdwitaketika dicekikoleh Pati Rono.
"Aku berharap, sesuai keterangan Tapak Lodra, manusia bernama Ki Dukun Tambak Reso itu adadi tempat ini..."
"Aku punya firasat dia memang adadisini..." sahut Wiro seraya garuk- garukkepala.
"Sebelum kita berhadapan dengan dukun sakti itu, ada beberapa hal yang  harus  kau  ingat  baik-baik  pendekar  muda.  Tambak  Reso  adalah dukun yang sebenarnya mengandalkan pada ilmu sihir. Karena itu jika berhadapan janganterlalu memandang kearah kedua matanya dansekali- kali jangan mendengar apa yang dikatakannya. Jika dia mengatakan lihat

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



ular,  maka  kau  benar-benar  akan  melihat  ular.  Kecuali jika  kau  tidak memperdulikan  maka  mantera  sihirnya  tidak  akan  jadi.  Kita  harus mengusahakan  mendapatkan  batu  mustika  Kencono  Sukmo  itu  dari tangannya    secara    baik-baik.    Kalau    tidak    bisa,    dengan    jalan membunuhnyapuntakjadi apa!"
"Menurut darabajukuning yang kita tolongditeluk tempo hari,kakak laki-lakinya itu tinggal serumah di tempat ini. Apakah kita masih akan mengalah lagisepertisehari laluketika dia menyerang kita di teluk?"
"Ini memang satu masalahbarubagikita. Aku melihat ada keanehan pada  diri  pemuda  itu.  Pandangan  matanya  seperti  iblis  dan  wajahnya seperti setan. Dirinya seolah-olah menyimpan satu rahasia yang dahsyat. Dan kedahsyatan itutercium sebagai maut dihidungku."
"Bagiku dai adalah seorang manusia segala bejat. Kalau tidak masakan tegahendak merusak kehormatan adik sendiri!" ujar Wiro pula.
"Bejat  atau bukan  yang pasti  kita  harus berhati-hati  setiap  saat  dia muncul!  Ingat penjelasan  Tapak  Lodra?  Pemuda  itu  memiliki pukulan mengandung racun mematikan. Lagi pula..."
Pendekar 212 mengangkat tangan kirinya memberitanda laluberbisik, "Ada seseorang keluardaripintu depan rumahdan duduk di langkan...Kau kenal padanya?"
Orang yang keluar dari rumah besar dan kemudian duduk di sebuah kursi yang terletak di langkan rumah berpakaian hijau muda, memiliki janggut, kumis serta rambut putih dibawahblangkonnya yang terbuat dari kain bludruberwarna ungu gelap.
"Dia bangsatnya!" kertak Wiro ketika mengenali orang berbaju hijau muda  itu.  "Dialah  orang  yang  kutemui  di  puncak  bukit  Jati  Arang!

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



Manusia  yang  sanggup  menghidupkan  rusa  yang  telah  mati  dikoyak harimau. Pak tua Gombong Pangestu, orang itu adalah Ki Dukun Tambak Reso yang kitacari-cari!"
"KeteranganTapak Lodra betul. Ternyata dia adadisini! Mari..."
Gombong Pangestu keluardari balik pohon besar, menyeberangi jalan dan memasuki halaman depan rumahkediaman almarhum Rono Wiculo. Pendekar 212 Wiro Sableng mengikuti dari belakang.
Ketika melihat ada dua penunggang kuda memasuki halaman, orang berbaju hijau muda yang memang adalah Ki Dukun Tambak Reso serta merta berdiri dan melangkah ke ujung langkan, berhenti di anak tangga rumah paling atas.
"Kalian   siapa  dan  ada  keperluan  apa?!"  membentak  Ki  Dukun. Kemudian   disadarinya   bahwa   dia   rasa-rasa   kenal   dengan   pemuda berambut  gondrong  berpakaian  serba  putih  itu.  Paling  tidak  pernah melihatnya sebelumnya. Lalu tiba-tibasaja dia ingat. Keparat gondrong ini adalah orang yang memata-matainya di puncak bukit Jati Arang   tempo hari! Yang mengaku membawa tugas dari istanauntuk mengambil kotak batu hitam dari tangannya. Otak cerdik dan licin Ki Dukun segera bekerja. Dia sunggingkan tawa lebar dan berkata. "Ah, kalian pastilah dua orang gagah  yang  menolong  Raden  Ayu  Tambaksari  di  teluk  satu  hari  lalu. Ibunda gadis itu memang tengah menunggu-nunggu kalian berdua. Ada hadiah besar hendak diserahkannya pada kalian. Tunggulah..."
"Kami  kemari bukan  untuk  mencari  hadiah.  Tapi..."  ujar  Gombong
Pangestu.
Namun saat itu Ki Dukun Tambak Reso sudah palingkan tubuh dan melangkah masukke dalam rumah. Begitu masukke dalam dia tidak pergi

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



menemui Raden Ayu Tambakdwita seperti yang dikatakannyakarena itu memang hanya akalbulusnya saja. Dengan cepat dianaikke tingkatalas di mana kamar Raden Pati Rono berada. Dengan paksa dia mendobrak pintudan masukke dalamkamar. Pati Rono yang ada didalam kamar itu menggereng marah, langsung melompati Ki Dukun. Orang tua ini cepat mengangkat tangan dan berkata, "Raden, jangan marah dulu. Di luarada dua orang tamu mencarimu. Mereka adalah orang-orang yang bentrokan denganmu diteluk satu hari yang lalu..."
"Bangsat! Ada keperluan apa mereka berani datang kemari?!" sentak
Pati Rono.
"Mereka bilang urusan diteluk belum selesai. Mereka sengaja datang menantangmu untuk menjajal  ilmu pukulan halilintar yang kau miliki. Bukankah waktudi teluk kau tak sempat mempergunakannya?!"
"Mereka   mencari   mati!"   teriak   Pati   Rono.   Tubuh   Ki   Dukun didorongnya  hingga  terjajar.  Dengan  dua  kali bergerak  saja  dia  sudah berada di tingkat bawah langsung lari kebagian depan rumah.
Ki   Dukun   Tambak   Reso   menyeringai.   "Manusia-manusia   tolol!" katanya. "Berkelahilah kalian sampai mampus semua!" Lalu dengan cepat dia menurunitangga menujubagian belakang rumah besar.
Ketika Ki Dukun masukke dalam tadi, Gombong Pangestu berpaling pada  Pendekar  212  dan  berkata,  "Aku  kawatir,  jangan-jangan  dukun keparat itu melarikandiri lewatpintubelakang."
"Kalau begitubiaraku menyelidik!" ujar Wiro pula.
"Jangan.  Biar  aku  yang  melakukan.  Manusia  satu  itu  banyak  tipu muslihatnya.  Kau  tetap  di  sini  berjaga-jaga.  Jika  ada  yang  kelihatan hendak melarikandiri cepat memberitanda!"

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



Wiro  mengangguk.  Gombong  Pangestu  memacu  kudanya  melewati halaman samping, terus menujubagian belakang rumah. Dia sampaidekat sebuah bangunan kecil, tepat pada saat Ki Dukun Tambak Reso melompat naik ke atas punggung seekor kuda dan membedal binatang ini menuju pintubelakang.
"Ki Dukun!  Sampean mau  lari kemana?!"  seru  Gombong Pangestu. Kudanya dipacu ke samping kuda Ki Dukun.  Sesaat kemudian tampak tubuhnya melesat diudara, langsung menubruk dan merangkul tubuh Ki Dukun. Kedua orang tua itu sama-sama jatuh ke tanah. Ki Dukun bangkit berdiri  lebih  dulu.  Begitu berdiri  dia  langsung  kirimkan  tendangan  ke kepala  Gombong  Pangestu.  Sambil  gulingkan  diri  di tanah tokoh  silat Istana ituberhasil mengelak dan membalas dengan pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi. Tapi luput karena yang diserang sudah berkelit ke kiri.
Sambil  berdiri   Gombong   Pangestu  keluarkan   sebuah  benda   dan mengancungkannyakearah Ki Dukun Tambak Reso. Benda ituberbentuk bulat putih, terbuat dari perak murni, Itulah cap Kerajaan yang dituang dalambentuk perak.
"Aku  utusan  Kerajaan.  Ditugaskan  untuk  menangkapmu  hidup  atau mati!" teriak Gombong Pangestu.  "Kecuali jika kau mau menyerahkan bendapusaka kotak batu hitam milik Keraton!"
"Kotak  batu  hitam  milik  Keraton?"  ujar  Ki  Dukun  terheran-heran. "Jangankan memilikinya, mendengaryapun baru sekali ini!" kata orang tua itu pula. Lalu sambungnya, "Aku orang kebanyakan, mana berani mencuri harta  pusaka  Kerajaan!  Kau  pasti  mendapat  keterangan  keliru  dan menyesatkan!"

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



Gombong Pangestu tersenyum. Dia tahu manusia di hadapannya ini banyakakal dan tipu muslihatnya. Maka diapun berkata, "Mari kugeledah dulu tubuh dan pakaianmu!"
Ki Dukun menggeleng. "Aku tidak sukadigeledah. Aku bukan maling bukan pencuri!Jangan coba-coba mendekatiku!"
"Kalau kau menolak, terpaksa aku melakukan kekerasan!" mengancam
Gombong Pangestu.
"Hemm, begitu?!  Silahkan kalau kau mempunyai kemampuan.  Tapi ingin kutanyakan apa perlunya kau memegang-megang kalajengking di tangankananmu?!"
Gombong   Pangestu   hampir   terkena   sirapan   mantera   sihir   yang diucapkan  Ki  Dukun.  Tanpa  sadar  dia  memandang  ke  arah  tangan kanannya. Meski sekilas dia sempat melihat bagaimana cap Kerajaan yang dipegangnya dilihatnya sebagai seekor kelajengking hitam yang siap untuk mematuknya.  Untung  saja  dia  segera  ingat  dan  berteriak,  "Kalau  ini memang  milikmu,   ambil   dan  makanlah!"   Lalu   Gombong  Pangestu lemparkan cap Kerajaanditangankanannya. Benda ini melesat kearah Ki Dukun, membuat dia terkejut dan buru-buru melompat  selamatkan diri karena ucapan lawan tadi membuat benda itu menjadisepertikalajengking benaran dimatanya sendiri!
"Tua bangka  satu  ini berbahaya!  Ilmu  sihirku  tampaknya  tak bakal dapat diandalkan menghadapinya!" Ki Dukun memutar otak. Tiba-tibadia menjura  seraya  berkata:  "Aku  maklum  tak  bakal  menang  menghadapi orang pandaisepertimu Memang kotak batu hitamitu ada padaku. Aku tak mau membuat urusan dengan Kerajaan. Biar benda itukukembalikan saat
ini juga...."

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



Seperti  diketahui  batu  hitam  itu  diselipkan  Ki  Dukun  di  pinggang kirinya.  Tapi  dia  meraba  saku jubah  hijaunya  sebelah  kanan  di  mana terdapat  sebuah kitab kecil. Dengan manteranya  dia  sanggup membuat kitab kecil itu berubah bentuk menjadi seperti batu hitam benda pusaka Keratori. Sekali lagidia menjura dan mengulurkankotak batu itukepada Gombong  Pangestu.  "Terimalah.  Aku  mohon  maafmu.  Sesudah  benda pusakainikukembalikanharap akutidak diganggulagi..."
Gombong  Pangestu  merasa  lega  ketika  melihat  benda  pusaka  yang disodorkan    Ki    Dukun    itu.    Dia    menggerakkan    tangan    hendak menerimanya. Namun selintas pikiran mendadak muncul dalambenaknya. Mengapa  manusia  itu  tiba-tiba  berubah  pikiran.  Mengapa  mendadak semudahitudia mengembalikan batu Kencono Sukmo?
"Benda palsu kembali ke bentuk aslimu!" teriak Gombong Pangestu laludia melompat menyergap Ki Dukun.
Batu hitamdi tangan Ki Dukun serta merta berubah ke bentuk aslinya yaknisebuahkitabkecil. Di saat yang sama serangan Gombong Pangestu sampai.  Tak  ada jalan  lain.  Ki  Dukun  campakkan buku  kecil  itu  lalu menangkis.  Dua  lengan  saling  beradu.  Ki  Dukun  seperti  disengat  api sedang Gombong Pangestu terjajar dua langkah dengan dada berdenyut. Perkelahian antara duajago tua ini memang tak dapat dihindarkan lagi!

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



12

"BANGSAT GONDRONG! Berani kau datang kemari! Benar-benar mencari mati!" teriak
Pati Rono.
Pendekar 212 Wiro Sableng yang enak-enakan duduk di atas kudanya tentu sajaterkejut melihat munculnya pemuda ini.
"Eh, si tua bangka edan itu lenyapentahkemana! Tahu-tahu kini pemudasedeng ini yang muncul!" ujar Wiro dalam hati. Hatinya tercekat juga melihat kegarangan dan kesangaran
orang.
"Kau bilang hendak menjajal pukulan halilintar! Ini kau makan dan mampuslah!" teriak Pati Rono. Lalu tangankanannya dipukulkan kearah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Murid Eyang sinto Gendeng ctari Gunusig Gede melihatada kiblatan menyilaukan keluar dari tangan Pati Rono disertai letupan keras tak bedanya seperti halilintar menyambar dan guntur menggelegar. Tubuhnya yang duduk di atas kuda bergoncang keras. Lalu ada hawa panas   luar   biasa   yang   menderu   menerpanya.   Sadar   kalau   orang   memang   hendak membunuhnya dengan pukulan sakti yang ganas, Wiro Sableng berteriakkeras danjatuhkan diri dari punggung kuda.
Wuuttt!
Kuda  coklat  itu  meringkik keras  dan  terpental.  Terkapar  di  tanah tanpa berkutik  lagi. Tubuhnya  sampai ke kaki hangus  gosong mengepulkan  asap  dan menebar bau  sangitnya daging yang terpanggang.
Pendekar 212 letetkan lidah dan rasakan tengkuknya merinding. Sempat tubuhnya yang kenadi hantampukulan sakti tadi pasti nyawanya sudah terbang saat itujuga!
"Bagus kau mampu mengelak! Coba inisekalilagi!" teriak Pati Rono. Sepasang matanya yang kelabu menyorotkan hawa pembunuhan. Mulutnya berkemik sepertihendak menghisap darah  Pendekar  212,  geraham-gerahamnya  bergemeletakan  seolah-olah  ingin  mengunyah kepala murid Sinto Gendeng itu!
Wiro  tak  mau  menunggu  sampai  lawan  menghantamnya  untuk  kedua  kali.  Tangan
Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


kanannya  yang  telah  berubah  menjadi  putih  berkilau  laksana  perak  karena  aji  pukulan matahari diangkat. Begitu lawandilihatnya menggerakkan tangan, Pendekar 212 hantamkan tangankanannya!
Terjadilah hal yang luarbiasa. Letupan dahsyat seperti gunung meletus menggoncang ha- laman depan rumah besar. Di dalam rumah terdengar pekikan orang ketika adabagian atap yang ambroldan runtuh. Dua sosok tubuhlari berusaha menyelamatkandiri. Ternyata mereka adalah Raden Ayu Tambakdwita dan puterinya. Kedua perempuan inikembalijadi melengak kaget ketika melihatbagaimana tanah dan pasir halaman muncrat berhamburan. Jambangan dan patung-patung batu, rubuh bergulingan. Ada asap putih membubung ke udara menebar bau terbakar yang menyesakkan pernafasan. Lalu diantara pasir debudan kepulan asap ituibu dan anakini meeihat sosok dua orang pemudaterduduk di tanah, saling terpisah sekitar dua belas langkah satu sama lain. Yang di sebelah kiri bukan lain adalah Pati Rono, terduduk dengan muka pucat  laksana mayat. Yang  satunya  adalah pemuda  gondrong yang  dikenal Tambaksarisebagai salah satu dari dua orang yang menolongnya di teluk.
"Pati  anakku!"  seru  Tambakdwita.  Bagaimanapun  bencinya  perempuan  ini,  bahkan mengingkan  kematian  puteranya  itu  kembali,  tapi  hati  nurani  seorang  ibu  tidak  bisa disembunyikan. Dia berseru sambil hendak berlari mendapatkan Pati Rono.
Namun puterinya cepat memegangitangannya.
"Janganibu. Terlalu berbahaya. Jangan mendekat...!"
Terpaksa  sang  ibu  hanya  tegak  berdiri  sambil  pandangi  anaknya  dengan  kedua  mata berkaca-kaca.
Wiro merasakandadanya mendenyut sakit. Mulutnya terasa asin. Dia menyekabibirnya de- ngan belakang telapak tangan. Ada noda merah di tangan itu. Darah! Sadarlah pendekarini kalau bentrokan pukulan saktitaditelah membuatnya terluka di dalam! Dan di hadapannya dilihatnya  Pati  Rono tegak  sambil menyeringai.  Tangan kanannya  diangkat kembali,  siap untuk melepaskan pukulan halilintar. Pendekar 212 sadar dia tak bakal dapat menghadapi pukulan yang luarbiasahebatnya itu dengan pukulan sinar matahari yang juga mengandung hawa panas. Dan pasti akan sia-sia jika dia berusaha menghadapi dengan pukulan kunyuk melempar buah atau orang gila mengebut lalat ataupun bertahan dengan pukulan benteng topan melanda samudera. Semua ilmupukulan sakti yang dimilikinyaitubertitik tolak pada
Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


hawa panas.
Di depannya Pati Rono sudahsiap menghantam. Dalam saat yang sangat kritis itutiba-tiba Wiro ingat pengalamannya sewaktu berusaha menolong Tapak Lodra. Hawa tenaga dalam panas  yang  coba  dialirinya  ke  tubuh  orang  itu  menimbulkan  kekuatan  mendorong  yang membuatnya terpental. Karena Tapak Lodra sebelumnya telah cidera oleh pukulan halilintar, berartiadahawa panas pukulan lawan yang masih mendekam dalam tubuhnyabersama racun jahat dantidakbisadihadapi dengan tenaga dalam panas pula. Saat itu atas nasihat Gombong Pangestu dia kemudian mengerahkan tenaga dalam yang bersumber pada hawa dingin dan memang berhasil.
Memikir  sampai  disitu  Pendekar  212  segera  siapkan  diri  dengan  ilmu  pukulan  sakti bernama pukulan angin es. Kedua tangan diangkat tinggitinggi ke atas, lalu dua tangan itu diputar-putar. Udara disekitarsitumendadak menjadisejuk lalu tiba-tibasekali menjadidingin luarbiasa!
Raden Ayu Tambakdwita dan puterinya merasakantubuh merekasepertidibungkus es. Ibu dan anak ini langsung jatuh duduk dan menggigil kedinginan. Tambaksari segera menyeret ibunya menjauhi tempat itu, masukkembalikedalam rumahdimana hawadingintidak sampai mencekam.
Di halaman,  Pati  Rono  gerakkan tangan kanannya melepaskan pukulan halilintar. Ada letupankeras serta kiblatan sinar terang keluar dari tangan kanannya itu, namun gerakannya hanya sampaidisitukarena sesaat kemudian tangan itutakbisa digerakkanlagi, kaku dingin seperti dipendamdalam es!
Wiro  lipat  gandakan  tenaga  dalamnya.  Kedua  matanya  terpejam.  Dia  tidak perdulikan denyutan  sakit  yang  menyesakkan  dadanya.  Keadaan  kaku  di  tangan  kanan  Pati  Rono menjalarkebagiantubuh yang lain. Gerahamnya bergemeletakan menahandingin yang luar biasa. Dia berteriak namun mulutnyapun sudahkakutakbisadigerakkan. Ketika hawa dingin itu  mencucuk-cucuk  otaknya,  pemuda  ini  langsung  tergelimpang  rubuh.  Kedua  matanya terpejam. Bersamaan dengan itu terdengar pekik Tambakdwita yang menyangka puteranya telah menemuiajaldi tangan Wiro Sableng. Perempuan inidiikuti puterinya lari menghambur kehalaman, langsung memeluk tubuh Pati Rono sambil meratap.
Tapi tiba-tiba  sepasang mata yang terpejam  dari  Pati  Rono membuka kembali.  Kedua
Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


tangannya bergerak dan tahu-tahu telah mencekikleher ibunya! Wiro terkesiapkaget sedang Tambaksari menjerit  sambil berusaha menarik kedua tangan kakaknya, agar cekikan pada leher ibunyaterlepas. Tapisia-siasaja. Sepasang tangan Pati Rono laksanasebuahjepitan baja yang dipegangolehiblis! Wiro berusaha membantu, tetap sajadua tangan yang mencekikitu tidak dapat dilepaskan!

***

Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar



13

PERKELAHfAN ANTARA Gombong Pangestu dan Tambak Reso berlangsung hebatsekali. Selama dua puluh juruslagi perkelahian ini berlangsung berimbang. Sebagai seorang dukun yang banyak mengandalkan ilmu-ilmu sihir maka tingkat ilmu silat yang dimiliki oleh Ki Dukun sedikitnya masih berada di bawah kepandaiantokohsilat Istana. Hanya kelicikandan akal muslihatnya saja yang membuat Ki Dukun Tambak Reso tampak mampu menghadapi lawannya. Namun itutidak bertahan lama. Selewatnyajuruskedua puluh lima, orang tua yang kalah pengalaman silatini mulaiterjepit oleh hujan gempuran lawan. Apalagi segala ilmu sihir dan manterajahatnyatidak mempan lagiterhadap Gombong Pangestu.
Maka Ki Oukun mulai memutar otakbagaimana caranya agar dapat melarikandirisaja dari tempat itu. Hanya sayang sebelum maksudnya kesampaian satu jotosan keras melabrak ulu hatinya. Manusia berjubahhijauinitertegak dengantubuh tergontai-gontai. Sebelum tubuhnya roboh, Gombong Pangestu  sudah menjambak rambut dan mencekal dagunya lalu dipuntir
keras-keras.
Kraak!
Terdengar  patahnya  tulang  leher  Ki  Dukun  Tambak  Reso.  Nyawanya  ikut  amblas! Gombong Pangestu mendorong tubuh tak bernyawa itu hingga bergelimpang di tanah lalu cepat-cepat menggeledah tubuh dan pakaian Ki Dukun. Di pinggang kiri Ki Dukun tokohsilat Istana    ini  menemukan  kotak  batu  hitam  Kencono  Sukmo.  Benda  pusaka  Keraton  itu diambilnya  diletakkannya  di  atas  keningnya  seraya  berkata,  "Terima  kasih  Gusti  Allah. Dengan  perkenanMu,  aku  berhasil  mendapatkan  barang  pusaka  ini  kembali.  Berarti  Sri Baginda segera disembuhkan."
Pada saat itulah Gombong Pangestu mendengar suara jeritan Tambakdwita yang disusul oleh jeritananak perempuannya. Tanpapikir panjang lagisambil masih memegang kotak batu hitam Kencono Sukmo di tangan kanannya, orang tua ini lari menghamburke halaman depan dan menyaksikanbagaimana Wiro serta Tambaksari berusaha melepaskancekikan Pati Rono sementara sang ibu semakin lemas. Lidahnya sudah terjulur. Ludah membusahdan sepasang
Karya
Bastian Tito

Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar


matanyahanya tinggal putihnya saja yang kelihatan.
Tanpa pikir panjang Gombong Pangestu angkat tangan kirinya. Lalu dengan mengerahkan tenaga dalam penuh batokkepala Pati Rono dihantamnya. Jangankan kepala manusia, kepala seekor kerbaupun pastirengkah dan pecahdihantam pukulan itu. Tapi hebatnya, kepala Pati Rono tidak pecah, malah tangan kiri Gombong Pangestu terpentalke atas seperti menghantam karetdan persendian bahunya serasa copot. Sakitnya bukan main!
"Ibu...lbu!" jerit Tambaksari.  "Mas Pati... Lepaskan cekikanmu! Jangan membunuh ibu sendiri!  Lepaskan  cekikanmu  mas...!" Akhirnya  gadis  ini jatuh pingsan karena kehabisan tenaga dan putus asa tidak mampu menyelamatkan ibunya. Saat itukarena tidak tahu harus berbuat apa lagi, secara tidaksadar Gombong Pangestu tusukkanujung kotak batu hitam ke leher Pati Rono. Walaupun kotak batu ini tumpul, namun karena ditusukkan dengan tenaga luarbiasa, kotakitu ambias menembus leher Pati Rono sampaisetengahnya!
Terjadilah hal yang aneh. Meskipun saat ituhari terang benderang dan matahari bersinar terik, namun tiba-tibaberkiblathalilintar tiga kaliberturut-turut disusul oleh gelegar guntur yang membuat tanah bergetarkeras!
Mulut Pati Rono terbuka tebar-lebar. Lalu terdengar jeritannya seperti lolongan srigala. Bersamaan  dengan  itu  langannya  yang  mencekik  terlepas  dan  terkulal  kebawah.  Dengan tangan gemetaran Gombong Pangestucabut kotak batu hitamdarileher Pati Rono. Pada bekas tusukankotak batu hitamkelihatan luka besar menganga berbentuk lubang mengerikan. Dari lubang ini mengalirkeluardarah berwarna hitam yang menebar bau busuk luarbiasa!
Tambaksari menarik tubuhibunya, mengguncang-guncangnya dengankeras lalu menepuk- nepukwajah perempuan itu sambilberseru memanggil, "Ibu... Ibu..." Namun sang ibutidak menjawab,  bahkan  tidak  mendengar  lagi  ratap  tangis  puterinya  itu  karena  rohnya  telah meninggalkan jazad kasarnya.  Mati  di  tangan puteranya  sendiri.  Putera yang  sebelumnya diinginkan  kehidupannya  kembali.  Kehidupan  yang  membawa  bencana  dan  malapetaka bahkan kematiandirinyasendiri!





Karya
Bastian Tito
Created : matjenuh channel
Blog : https://matjenuh-channel.blogspot.com

                                       TAMAT


Share:

0 comments:

Posting Komentar

Post Terdahulu

https://matjenuh-channel.blogspot.com

Jumlah pengunjung

Total Tayangan Halaman

Powered By Blogger
Diberdayakan oleh Blogger.

Translate

Mengenai Saya

Foto saya
nama :saya matjenuh berasal dari dusun airputih desa sungainaik.buat teman teman yang ingin mengcopas file diblog ini saya persilahkan.. motto:bagikan ilmu mu selagi bermanfaat buat orang lain agama:islam.. hobby:main game

Memburu Iblis

 

Pengikut

Blog Archive