1
HUJAN TURUN DERAS, halilintar menyambar ganas dan guntur menggelegar menggoncang bumi. Dalam keadaan seperti itu Kebo Hijo terus melakukan pengejaran atas diri orang yang lari di depannya. Tubuhnya dan
pakaiannya bukan saja telah basah kuyupolehair hujan, tapi juga oleh cucuran keringatnya sendiri.
"Raih Jenar keparat!" memaki Kebo Hijo seraya kepalkan tangan kanannya. "Kowe boleh lari ke ujung dunia! Boleh terbang menembus langit! Atau menceburke dalam laut! Tapi jangan harapkaubisa lolos! Sebentar lagi akan ku bekuk dan ku patahkan batanglehermu! Awas kalau kotak hitam itutidak kau serahkan padaku!"
Orang yang dikejar larinya sebat sekali tanda memiliki ilmu yang cukup andal. Namun Kebo Hijo sendiri juga memilikikepandaian. Dalam waktusingkat dia pastidapat mengejar orang didepannya itu.
Raih Jenar lari seperti setan. Sesekali dia menoleh kebelakang dan orang ini memaki habis-habisan setiap Kali melihat pengejarnya tambah dekat.
Tangan kirinya menekan ke pinggang di mana tersembunyi sebuah
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
kotak hitam terbuat dari batu. Tangan kanannya setiap saat meraba ke bagian lain dan pinggang tempat dia menyisipkansebilahkeras.
"Berani kau mendekat, kukoyak tubuhmu!" mengancam Raih Jenar dalam hati.
Hujan tambah lebat. Kejar mengejar itu semakin seru. Raih Jenar lari ke daerah persawahan di kaki bukit. Sepasang kakinya laksana terbang berlari di atas pematang sawah yang licin. Tiba-tiba untuk kesekian kalinya halilintar menyambar. Sekejapan daerah persawahan itu terang benderang menggidikkan. Kilauan kilat yang menyambar dari langit menghunjam ke bumi jatuh tepat di persawahan menghantam sosok tubuh Raih Jenar yang sedang lari. Suara jeritan orang ini tenggelam ditelan suara gelegar geledek. Tubuhnya terkapar di pematang sawah. Hangus gosong kehilaman! Kebo Hijo yang berada lima belaslangkah di belakang Raih Jenar yang malang itu merasakan ada getaran keras ketika kilat menyambar. Tubuhnya terpental oleh dorongan satu kekuatan dahsyat. Dadanya mendenyut sakit. Dalam keadaan terduduk di pematang sawah untuk beberapa lama diatak mampu berbuat apa-apa. Wajahnyapucat dan sepasang matanya melotot memandang kearah sosok tubuh Raih Jenar.
"Matikah sikeparat itu?" Kebo Hijo bertanya padadiri sendiri. Lalu dia ingatpadakotak batu itu. Seolah-olah mendapat satu kekuatan, Kebo Hijo mampu bangkit dan melangkah bergegas mendekati tubuh Raih Jenar yang telahjadi mayat hangushitam. Air hujan yang jatuh menimpa tubuh seperti dipanggang dan melepuh panas itu menimbulkan kepulan asap menebar baudaging matang terbakar. Merinding bulu tengkuk Kebo Hijo. Dia menunggu sampaikepulan asap lenyap dari tubuh mayat. Kemudian denganujung kakinya dibalikkannya tubuh Raih Jenar hinggaterlentang.
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Muka mayat itu menggidikkan untuk dilihat. Pada bagian pinggang Raih Jenar tampak sebilah keris yang kini hanya merupakan sebuah benda bengkok leleh akibat hantaman halilintar. Kebo Hijo mencari-cari. Dia tidak melihat benda yang dicarinya itu.
"Celaka! Jangan-jangan kotak dan isinyaikut leleh!" Memikir sampai disitu cepat-cepat Kebo Hijo membungkuk Dan memeriksa tubuh Raih
Jenar.
Benda yang dicarinya ternyata masih terselip di pinggang kirinya. Cepat Kebo Hijo ulurkan tangan untuk mengambiloenda itu yaknisebuah kotak terbuat dari batu berwarna hitam: Tapi begitu jarinya menyentuh batu hitam, Kebo Hijo tersentak menjerit dan tarik tangan kanannya. Ketika diperhatikan ternyata beberapa jari tangannya yang tadi sempat menyentuh batu hitam yang masih sangat panas itukini tampak melepuh!
Kebo Hijo buka belangkonnya. Dengan benda itu dia menciduk air sawah. Air dalamblangkon kemudian diguyurkannyake atas batu hitam. Batu yang panas itu tampak mengepulkan asap. Setelah melakukan hal itu beberapa kali dan batu hitam menjadidingin baru Kebo Hijo mengambil batu itu.
"Bukan main!" menggumam kagum Kebo Hijo. "Keris yang terbuat dari besi pilihansajaleleh! Tapi kotak batu inirusaksajapuntidak!" Dia memandang berkeliling. Di sebelah timur, beberapa belasan tombak tampaksebuahdangau. Kebo Hijo segera lari menujudangau itu. Begitu sampai di dangau kotak batu ditelitinya. Pada bagian samping kotak terdapat celah tipis memanjang. Itulah batasan antara bagianbawah dan bagian atas yang menjadi penutup kotak batu. Dengan tangan gemetar Kebo Hijo membuka penutup kotak. Sulit dan keras hingga Kebo Hijo
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
harus mengerahkan tenaga. Ketika akhirnya kotakitu terbuka didalamnya tampak sehelaikain putih. Dengan tangan gemetar mengambilkain putih itudan membukalipatannya. Di atas kain putih itu ternyata ada sederetan tulisan dalam huruf kuno yang dapat dimengerti dan dibaca oleh Kebo Hijo, berbunyi:
Asal manusia dari tanah, air dan api
Api dikodratkan lebih berkuasa dari
kekuatan tanah dan air.
Sumber api paling utama adalah
kilat ataupetir atau halilintar.
Siapasaja manusia sakit atau sakarat,
disentuh halilintar setelah padanya
dilafatkan kata-kata hikmah dan mujarab
sebanyak 10.000 kali maka kehidupan akan
menjadi miliknya kembali.
Adapun kata-kata berhikmah itu ialah:
Walakalmati - Walakilhidup
Matiwalakal - Hidupwalakil
Setelah 10.000 kata dilafatkan, usapkan
kotak batu hitam ke wajah dan tubuh orang
yang sakit atau baru mati. Maka itulah
titikmula kehidupan. Bawa dia ke tempat
yang tinggi. Letakkan batu hitam di dadanya
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
di arah jantung. Bila halilintar
menyambar tubuhnya, kesembuhan dan
kehidupan menjadi miliknya kembali.
Kebo Hijo merasa tegang oleh luapan kegembiraan. Dia mendongakke langit seraya berteriak keras. Lalu dengan suara bergetar dia berkata : "Akhirnyakudapat jugabatuberisi jimat kehidupanini! Aku akan menjadi orang sakti! Bisa menyembuhkan orang sakit, menghidupkan orang mati!"
Hujan masih turun denganderas. Kebo Hijo tak mau menunggu sampai hujan reda. Dia sudah memutuskan untuk segera meninggalkan tempat itu. Kain putih kecil dilipatnyakembali laludengan hati-hati dimasukkannya ke dalam kotak batu hitam. Kotak kemudian ditutupkannya rapat-rapat lalu diselipkannya di pinggang. Namun baru saja kotak itu menempel di pinggangnya mendadak ada satu suara menegur, membuat Kebo Hijo serasa terbang rohnyasaking kagetnya.
"Anak manusia! Serahkan kotak batu itupadaku!" Kebo Hijo berpaling ke kiri. Astaga! Disitu, di bawah hujan lebat di samping dangau tampak berdiri seorang lelaki tua berambut berjanggut dan berkumis putih. Dia mengenakan jubah putih yang kuyup. Wajahnya klimistapimendatangkan rasa angker bagi siapa saja yang memandangnya karena wajah itu putih pucat, seputih kain kafan!
"Manusia atau hantukah mahluk ini?!" membatin Kebo Hijo. Bagaimana mungkin dia yang berilmu sampai tidak dapat mengetahui kemunculan orang tua tak dikenalnya itudantiba-tibasaja sudah berada di situ!
"Anak manusia, aku tidak suka mengulang perintah sampai dua kali.
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Kalau itukulakukan berarti nyawamu ikut kuminta!" Orang berjubah putih itu kembali angkat bicara. Dia tidak berusaha mengindari terpaan hujan dan terus sajategak berbasah-basah di tepidangau.
"Kau, kau meminta apa tadi ..?" bertanya Kebo Hijo.
"Kau tidak tuli! Sekali ini aku masih mau memberi tahu. Setelah itu jangan harapkaubisaberdalih! Aku minta batu hitam yang kau ambildari tubuh Raih Jenar!"
"Eh, bagaimana orang inibisa tahu kalau aku memgambil kotak batu dari Raih Jenar. Padahal dia takada disinitadi," berpikir Kebo Hijo. Lalu dia bertanya, "Orang tua, siapa kau inisebenarnya?"
"Siapaakutidak penting. Lekas serahkan benda yang kuminta!" Lalu si jubah putih ulurkan tangan kanannya, siap menerima barang yang dimintanya.
"Kau keliru! Aku tidak memiliki benda yang kau minta itu. Barang yang kau cari mungkin masih berada pada Raih Jenar. Coba saja kau periksatubuhnya!" Kebo Hijo menunjuk ke arah mayat Raih Jenar yang tergeletak di pematang sawah,lalu memutar tubuh hendak meninggalkan tempat itu.
Si jubah putih menyeringai. Tangan kirinya diulurkan memegang bahu Kebo Hijo. Pegangan itu biasa-biasa saja, tapi Kebo Hip merasa seperti ada gundukan batu besar yang menindih tubuhnya hingga dia keberatan dantakbisa bergerak.
"Sepertikatamu, mungkinakuperlu memeriksa mayat Raih Jenar. Tapi ketahuilah, hari inibakalan ada dua mayat di tempat ini." Orang tua itu memutar tubuh, bersikap seperti benar-benar hendak pergi mendekati tubuh Raih Jenar. Namun sebelum tubuhnya terputar penuh, tiba-tiba
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
sekali tangankananya bergerakke arah batokkepala Kebo Hijo.
Praakkk!
Kepala Kebo Hijo rengkah. Darah dancairanotak muncrat. Tubuhnya rebah kelantaidangau tak berkutik dan tak beryawalagi!
Di langit kilat menyambar dan geledek menggemuruh. Si jubah putih menyeringai sambil usap janggul putihrrya. Dengan tangan kirinya dia menyibakkan pakaian Kebo Hijo. Kotak batu hitam yang terselip di pinggang Kebo Hijo disambamya. Lalu dia tinggalkan tempat itu sambil keluarkan suara tawa mengekeh. Dalam waktu singkat sosok tubuhnya telahlenyap dikejauhandibawah hujan yang masih mendera lebat.
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
2
KI DUKUN TAMBAK RESO membuka kedua mata dan turunkan sepasang tangannya yang bersidekap di depan dada ketika di pintu terdengarketukan.
"Siapa ..?!" tanyanya.
"Saya, Gusdur. Pembantumu..." terdengar jawaban.
"Jika kau datang membawa apa yang kuinginkankau boleh masuk. Jika tidak, harappergisaja dan jangan kembalisebelum kau mendapatkan apa yang kuminta!"
"Saya memang datang membawa apa yang Ki Dukun perintahkan. Saya memanggul seekoranak rusa yang sakarat diterkam harimau!"
"Kalau begitukau boleh masuk!"
Pintu tampak di dorong. Terdengar suara berkereketan. Lalu masuk sesosok tubuh lelaki, pendek tetapi tegap berotot. Orang ini hanya mengenakan sehelai celana pendek hitam sebatas lutut. Dia memanggul seekor anak rusa yang robek leher serta dadanya. Binatang ini tengah sakarat, beberapa saat lagipasti mati. Darah mengalir dari luka ditubuh anak rusa dan membasahi bahu, punggung serta dada Gusdur.
"Letakkan binatang itu dihadapanku!" Orang tua berjubah putih bernama Ki Dukun Tambak Reso memerintah lalu menarik sehelaitikar kulit dan menariknya kehadapannya.
Gusdur menurunkananak rusa dari bahunya lalu meletakkanbinatang itudi atas tikar kulit. Ki Dukun memberi isyarat agar sipembantu duduk
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
disudut ruangan.
"Dua pumama aku menunggu dan menyiapkan diri. Sekarang baru kudapat mahluk yang bisa dijadikan peroobaan. Mudah-mudahan hujan dan kilat datang tepat pada waktunya." Habis berkata begitu Ki Dukun Tambak Reso keluarkan sebuah benda dad saku jubahnya. Benda ini ternyata adalahsebuah kotak yang terbuat dad batuberwarna hitam. Kotak batu di buka dan sehelai kain putih terlipat dikeluarkannya dari dalam
kotaklalu dikembangkannyadi atas pangkuan. Pada kain putih itu tertera tulisan kuno berbunyi: Walakalmati Walakalhidup—Matiwalakal
Hidupwalakil.
Dengan suara perlahan-lahan Ki dukun mulai membaca kata-kata itu berulang kali tiada henti-hentinya. Matanya sedikit demisedikitterpejam, kepalanya bergoyang-goyang. Gusdur si pembantu memperhatikan dari sudut ruangan. Dia tak berani bergerak, bahkan berkesippun jarang-jarang. Ada rasa ngeri didalam hatinya. Dia tidak mengerti mengapa tiba-tiba saja dia merasa begitu.
Siang berganti sore dan sore mulai memasuki malam. Tambak Reso masih terus melafatkan kata-kata Walakalmati Walakalhidup— Matiwalakal - Hidupwalakil. Suaranyatidakberubahsedikitpuntanda hati dan pikirannya sangat yakin atas apa yang tengahdikerjakannya saat itu. Dia sepertitidak menyadarikedatangan malam bahkan ketika diluar sana angin kencang bertiup, udara menjadi dingin dan hujan mulai turun disertaigelegar guntur danhalilintar dia masihsaja terus melafatkankata- kataberhikmah itu.
Hujan masih terus turun, guntur masih menggelegar dan kilat masih menyambarketika Ki Dukun Tambak Reso selesai melafatkan 10.000 kali
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
rangkaian empat kata bertuah itu. Tubuh dan jubahnya basah oleh keringat.
Perlahan-lahan orang tua ini bukakan kedua matanya. Sesaat dia menatap tubuh anak rusa di atas tikar kulit. Kain putih di atas pangkuan dilipat, dimasukkan ke dalam kotak batu lalu kotak di tutup kembali. Dengan kotak batu itu Ki Dukun Tambak Reso kemudian mengusap kepala dan sekujur tubuh anak rusa, termasuk ke empat kakinya. Lalu cepat-cepat kotak batu dimasukkan ke dalam jubahnya.
"Gusdur!"
Pembantu yang hampir terlelapdi sudut ruangan tersentakkaget, cepat- cepat membungkuk seraya menyahuti, "Saya Ki Dukun..."
"Aku akan meninggalkan tempat ini menujuke bukit Jati Arang..."
"Di luar masih hujan lebat Ki Dukun," mengingatkan Gusdur.
Maksudnya baik. Tapisi orang tua cepat menukas.
"Kau tak layak menasihatiku!"
"Maafkan saya Ki Dukun … " ujar Gusdur seraya membungkuk berulang kali.
"Ingat semua pesanku Gusdur! Jangantinggalkan rumah iniselama aku pergi. Jangan menerima tamu siapapun walaupun seorang malaikat! Dan jangan ceritakan pada siapapun apa yang telah kau lihat di tempat ini! Termasuk kepergianku ke bukit Jati Arang. Kau ingat apa hukumannya jika kauberani melanggar pesan dan perintahku?!"
"Saya ingat Ki Dukun dan saya takakan melanggamya," jawab Gusdur pula. Lalu dilihatnya Ki Dukun Tambak Reso mencekal leher anak rusa yang saat itusudah mati, melangkah ke pintulalu lenyapditelan kegelapan malam dan hujan lebat diluar sana. Sesaat udara dingin merambas masuk
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
ke dalam rumah membuat Gusdur menggigil kedinginan. Buru-buru dia menutupkan pintu dan memasang palangnya sekaligus. Kuduknya merinding ketika matanya membentur noda-noda darah pada tikar kulit bekas tempat anak rusa itudigeletakkan.
Beberapa lamanya Gusdur melangkah mundar-mandir di ruangan itu. Dia selaludibayangi oleh pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam hati- nya. Apa sebenarnya yang tengah dilakukan oleh Ki Dukun. Mengapa pula dia malam-malam hujan lebat begitu pergi ke bukit Jati Arang? Selama ini dia memang sering melihat perbuatan-perbuatan aneh dilakukan orang tua itu. Namun tak ada yang seaneh kali ini. Karena keletihan Gusdur membaringkan dirinya dipojok ruangan. Baru saja dia melunjurkankakitiba-tibaada yang mengetuk pintu, membuatnyaterkejut dan memaki setengah mati. Dia tegak dan melangkah mendekati pintu.
"Siapa?!" bertanya Gusdur.
"Aku..." Ada suara menjawab diantara deru hujan dan angin di luar
sana.
"Aku siapa?! membentak Gusdur.
"Aku kesasar dan kemalaman di jalan! Aku ingin berteduh! Tolong bukakan pintu! Pertolonganmu pastitakakan kulupakan...!"
"Rumah ini bukan tempat berteduh!Apalagi untuk orang kesasar. Cari saja tempat yang lain...!" ujar Gusdur pula.
"Sobat, jangan begitu! Aku sudah sudah basah kuyup dankedinginan setengah mati! Aku sudah berkeliling, tapi rumah ini satu-satunya bangunan didaerah ini!" Orang diluar sana mendesak.
"Aku tidak kenalpadamu! Tak ada kewajiban bagiku untuk menolong! Lagi pula aku tidak mau melanggar pesan majikanku pemilik rumah ini!"
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Eh, apa sih pesan majikanmu itu?!" orang diluar sana bertanya.
Gusdur hendak memaki tapi lelaki pendek kekar ini menjawab juga. "Aku tidak diperkenankan bicara dengan siapapun! Apalagi kalau sampai membawa masuk seseorang ke dalam rumah ini!"
"Apakah majikanmu adadi rumah saat ini?"
"Tidak. Dia sedang pergi..."
"Nah, kalau dia sedangpergikenapatakut? Dia tak akan mengetahui kedatanganku di rumah ini! Nah, bukalahpintu!"
"Pergisaja! Aku takbisa menolongmu!"
"Kalau begitu pintu rumah akan kubobol paksa. Kalau majikanmu melihat pintu ini rusak, kau pasti akan dihukumnya! Kaupilih mana? Menolongku atau kena damprat majikanmu ..?! Ha..ha..ha..!"
"Kurang ajar! Berani kau memaksa dan mendesak aku! Ingin kulihat bagaimana tampangmu!" Gusdur menurunkan palangpintulalu membuka pintu. Bersamaan dengan menyeruaknyaudara dingin dari luar, melompat masuk ke dalam rumah seorang lelaki dalam keadaan basah kuyup. Ternyata dia seorang pemudaberpakaian putih berambut gondrong. Baik rambutnya yang gondrong maupun pakaiannya basah kuyup dan tetesan- tetesan air dari tubuh serta pakaian pemuda inijatuh kebawah mambasahi lantai.
"Kau maling atau rampok atau apa?! Lekas kautinggalkan rumah ini! Aku tak mau menjadisusahkarena kehadiranmu disini!"
Melihat pemuda itu tetap saja tegak malah sambil menyeringai dan garuk-garuk kepala, Gusdur jadi gusar. Dia segera menyambar palang pintu dansiap menghantamsi pemuda dengan benda itu.
"Sobat, sabar dulu! Jangan cepat saja mengemplang orang!" berkatasi
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
pemuda seraya mengangkat tangan kanannya. Tiba-tiba saja Gusdur merasa palang pintu yang dipegangnya menjadi berat luarbiasa. Karena tak kuat memegangnya lagi, lelakipendekiniterpaksa menurunkan palang pintuitukelantai.
"Sahabat, aku tahu kau orang baik. Siapa sih nama majikanmu pemilik rumah ini?!" bertanyasi pemuda.
Menyangkabila diberitahu nama majikannyasi pemuda akan menjadi takut dan buru-buru tinggalkan tempat itu maka dengan suara keras Gusdur memberi tahu. "Majikanku adalah Ki Dukun Tambak Reso! Dukun sakti yang terkenaldi mana-mana! Siapa saja yang berani berlaku kurang ajar terhadapnya pasti akan menyesal seumur hidup. Pemuda
macammu ini mudahsekali dibuatnya menjadi seorang pikun atau lumpuh
seumur-umur!"
"Wah, wah, hebatsekali majikanmu yang dukunitu. Tapiakukantidak berlakukurang ajar padanya?!"
"Tidak berlakukurang ajar katamu?! Buktinya saat inikau memasuki rumahnyatanpaizinnya." tukas Gusdur jengkel dan marah.
Pemuda berambut gondrong itu kucak-kucak rambutnya yang basah. Sambil tertawa dia berkata. "Sobat, bukankah tadi kau sendiri yang membuka pintu rumah..?!"
Mendengar ucapan itu Gusdur hanyabisapelototkan mata. Si pemuda memandang geli padanya dan bertanya, "Benar majikanmu Ki Dukun Tambak Reso dan ini rumahnya?!"
"Kau kira akuberdusta? Tunggusajalah sampaidia muncul! Begitukau dilihatnya celakalah nasibmu!"
Mendengar ucapan Gusdur itu dalam hatinya si pemuda berkata,
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Hem… jadi benar rupanya keterangan yang kudapat..." Dia menatap tampang Gusdur sesaat lalubertanya, "Di mana majikanmu sekarang?!"
"Kau bunuhpunakutak akan memberitahu!" sahut Gusdur.
"Aku tidak akan membunuhmu, pendek! Tapi mungkin akan menangkapmu. Juga majikanmu!"
Mendengarkata-katapemuda itu Gusdur jadiagak terkejut. "Siapakau inisebenarnya?!"
"Namaku Wiro. Aku adalah salah seorang Kepala Perajurit Keraton!"
"Aku tidak percaya!" ujar Gusdur. "Kalau kau memang alat Kerajaan mengapa tidak mengenakan pakaian seragam? Dan rambutmu yang gondrong! Mana ada perajurit berambut gondrong sepertimu!"
Si pemuda yang ternyata adalah Pendekar 212 Wiro Sableng menyeringai. "Dengar, sebenarnya ini adalah rahasia. Tapi karena aku menganggapmu sebagai seorang kawan maka aku akankatakanpadamu. Aku sengaja menyamar. Aku tengah melakukan perjalanan rahasiauntuk menangkap orang-orang jahat dan kaki tangan pemberontak! Kalau kau tidak mau bekerjasama, jangan heran kalau malam ini juga kau bisa kuseret ke Kotaraja!"
"Edan! Aku bukan penjahat, apalagi pemberontak!" kata Gusdur setengah berteriak.
"Kau kuanggap orang jahat jika tidak mau mengatakan di mana majikanmu..."
"Benar-benar edan! Ki Dukun akan menghajarku habis-habisan jika alauberani menceritakan di mana dia berada!"
"Kenapa dia menghajarmu? Berarti ada rahasia yang tidak beres di tempat ini!" ujar Wiro seraya menatap tajam pada Gusdur. "Kau mau
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
bicara terang-terangan atau bagaimana?!" Nada suara Wiro keras
mengancam.
Gusdur jadi agak takut. Namun rasa takutnya terhadap Ki Dukun Tambak Reso jauh lebih besar. Maka diapun berkata, "Pemuda rambut gondrong! Paling tidak aku telah memberi kesempatan padamu untuk berteduh. Sekarangtinggalkan rumah ini!"
"Aku tidak akan pergi sebelum kau menceritakan rahasia menyangkut diri majikanmu!" sahut Wiro lalu rangkapkan kedua tangan didepandada dan mulutnya menyeringaidimonyong-monyongkan.
Gusdur jadi kalap. "Jika begitu katamu, kau rasakan ini!" Lalu dia menyambar palang pintu. Seperti tadi diakembali hendak mengemplang Wiro dengan kayu itu. Tapi lagi-lagi dia mendadak merasakan palang pintuitu menjadi berathinggadiatidak kuat mengangkatnya. Terpaksadia lepaskandanpalang pintujatuh kelantai. Kini barulah Gusdur sadarkalau dia berhadapan dengan seorang berkepandaian tinggi. Mungkin sama tinggi kepandaiannya dengan Ki Dukun. Maka dengan suara rendah dia berkata, "Orang muda, jangan pergunakan kesaktianmu untuk membuat susah orang kecilsepertiku. Pergilah..."
Wiro pegang bahu Gusdur seraya berkata, "Aku mana tega membuatmu susah. Justru aku akan memberikan kesaktian padamu jika kau mau bicara banyak tentang Ki Dukun. Juga mengatakan di mana dia berada saat ini!"
"Kesaktian? Kesaktian apa..?" tanya Gusdur terheran-heran.
"Lihat ini!" ujar Wiro seraya luruskan jari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Lalu ke dua ujung jati itu ditekankan ke lantai. Terdengar suara berderak. Perlahan-lahan ujung dua jari itu masuk menembus lantaikayu yang berlubang!
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Tentu saja Gusdur jadimelengakkagum melihat kejadian itu.
"Kau jugabisa melakukan seperti yang barusan kulakukan. Cobalah!" ujar Wiro.
Meski tidak percaya tapi si pembantu lakukan juga apa yang dikatakan Wiro. Kedua jarinya diluruskan lalu ditusukkan ke lantai kayu. Gusdur terpekikkesakitandan kibas-kibaskan tangankanannya.
"Dusta besar!" teriaknya marah.
Wiro tertawa. "Untuk dapat menembus lantaikayu denganduajarimu, tubuhmu perlu diisi dengan kesaktian lebih dahulu. Aku bersedia memberikannya tapi ada syaratnya, sobatku! Tidak sulit syaratnya. Ceritakan di mana majikanmu sekarang. Apa yang dilakukannya selama ini. Dan ..." Wiro menoleh kearah tikar kulit dilantai." Darah apa yang melekatditikar kulit itu...?"
Gusdur tampak bingung tapi juga berpiki-rpikir. Dia sangat takut terhadap Ki Dukun majikannya itu. Tapi jika diananti memilikikesaktian, apakah masih perlu takut? Pembantu ini akhirnya memilih kesaktian. Maka diapun berpaling pada Wiro dan berkata, "Baik, asalkankautidak menipuku aku bersedia menjawab semua apa yang kau minta. Tapi berikan kesaktian itulebih dulu, baru kau mendapat keterangandariku."
Wiro anggukkan kepala, melangkah mendekati Gusdur dan genggam tangan kanan lelaki pendek itu dengan tangan kanannya. Beberapa saat berlalu. Gusdur merasakan ada aliran hangat memasuki jari-jari tangannya, terus ke telapak, terus kelengan dan berhenti sampaidi batas siku.
"Apa yang kaurasakan?" tanya Wiro
"Ada hawa hangat menjalarke tanganku..."
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Bagus. Kau sudahjadi orang saktisekarang!"
Gusdur ternganga, tak percaya.
"Coba tusuk lagilantai itu! Kau akan melihat buktinya!" ujar Wiro.
Gusdur merasakan dadanya berdebar. Dia luruskanjari telunjuk dan jari tengah tangan kanannya. Lalu... kedua jari itu ditusukkan ke lantai kayu.
Kraak!
Dua jari tangan Gusdur masuk. Ketika ditarik, di lantai kayu tampak lubang. Sepasang mata Gusdur terbelalak. Dia melompat dan hampir saja berteriaksaking girangnya. "Akujadi orang sakti! Akujadi orang sakti...!" desahnya dan berpaling pada Wiro sambil kepalkan tangan kanan dan acungkan tinggi-tinggi ke atas.
"Kau sudah memiliki kesaktian. Sekarang tepati janjimu..." berkata
Wiro.
"Akan kutepati. Aku Gusdur berterima kasih padamu. Aku akan menganggapmu sebagai guru! Janji akan kutepati. Aku akan memanggilmu guru! Guru, dengar. Aku akan menceritakan semuanya padamu. Bahkankalaukausuka, aku akanantarkan kau ke tempat dimana saat ini Ki Dukun Tambak Reso berada! Kau tahu guru, orang tua itu tengah mengamalkan satu ilmu kesaktian hebat luar biasa. Dengan ilmunya itu dia bisa menyembuhkan orang sakit, bahkan menghidupkan mahluk yang sakarat atau sudah mati..."
"Hem, sungguh luar biasa jika itu betul. Agaknya semua keterangan yang kudapat sebelumnya memang cocok dengan apa yang aku dengar dari orang ini." Wiro membatin. Lalu pada Gusdur diaanggukkan kepala seraya berkata. "Antarkan aku ke tempat Ki Dukun itu berada. Sambil
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
jalan kau bisa menerangkan segala sesuatu tentang diri dan ilmu kesaktiannya itu."
Gusdur balas mengangguk. Lalu mendahului melangkah menujupintu.
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
3
UNTUK MENCAPAI puncak bukit Jati Arang tidak mudah. Apalagi saat itu malam gelap gulita dan hujan turun dengan deras ditambah udara dingin bukan kepalang. Dulunya bukit itu merupakan bukit yang penuh ditumbuhi pohon-pohon jati yang sudah berusia puluhan tahun. Suatu ketika terjadi kebakaran hutan, bukit beserta pohon-pohon jatinya ikut terbakar musnah, berubah menjadi bukit tandus penuh bebatuan hitamdan gersang. Sejak itu bukit inidisebut orang sebagai bukit Jati Arang.
Gusdur berjalan di sebelah depan. "Kesaktian" yang didapatnya dari sang "guru" membuat lelaki pendek bertubuh kekar ini mendaki bukit penuh semangat walaupun dengan susah payah. Pendekar 212 Wiro Sableng mengikuti dari belakang.
Hujan agak mereda, tetapi guntur masih menggelegardan kilat masih sambung menyambung ketika mereka akhirnya sampai di puncak bukit. Gusdur berhenti di baliksebuah batu besar lalu menunjuk kearah atas di mana terdapat sebuahbatubesarberbentuk hampir datar. Di depan batu datar yang terpisah beberapabelas tombakitu tampakberdiri seorang tua berjanggut putih, berpakaian jubah putih dalam keadaan basah kuyup. Gusdur menunjuk kearah orang itu laluberbisik pada Wiro.
"Itu Ki Dukun Tambak Reso. Lihat apa yang tengahdilakukannya..."
Wiro memang sudahsejak tadi melihat orang di puncak bukit itu,jauh sebelum Gusdur memberitahu. Orang ini duduk bersila di atas batu datar. Di atas batu di hadapannya menggeletak sosok tubuh anak rusa yang
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
sudahjadi bangkai. Untuk beberapa lamanya orang berjubah ini duduk menundukkan kepala berdiam diri, mungkin tengah membaca mantera atau hanya sekedar mengkhususkan diri. Kemudian tampak dia mengambil sesuatu dari sakujubahnya. Benda ini diletakkannya di atas tubuh anak rusa yang mati, di bagian dada, tepat di arah jantung. Sesaat dia menatap bangkai bintang itu dengan dadaberdebar. Dia memandang berkeliling; lalu turun dari batu datar, melangkah mundur sejauh duabelas langkah.
Gusdur menyentuhlengan Wiro seraya berbisik, "Yang diletakkannya tadidi atas tubuh rusa, itulah batuaneh yang kuceritakan padamu..."
Wiro mengangguk sambil meletakkan jari telunjuknya di atas bibir, memberitanda agar Gusdur jangan bicara karena saat itu Ki Dukun berada dekatsekali denganbatubesardibalik mana merekabersembunyi.
Di kejauhanterdengar guntur menggelegar. Menyusul sambaran kilatdi langit. Suara gunturlagi, kini makin dekat dankeras menggetarkan puncak bukit Jati Arang. Lalu halilintar berkiblat dahsyat, menerangi puncak bukit. Ujungnya menghujam ke bawah, menghantam batu datar dimana anak rusa berada. Batu datar dan tubuh anak rusa itu sedikitpun tidak bergeming, padahal Ki Dukun Tambak Reso nampak terbanting jatuh duduk ke tanah. Begitujuga Gusdur dan Wiro Sableng yang sembunyi di belakang batu besar,keduanyarubuh terduduk!
Perlahan-lahan Ki Dukun berdiri sambil kedua matanya memandang tak berkesip kearah batu datar. Malahkini dengandebaranjantung lebih keras dia melangkah mendekati batu itu. Ada asap tipis menyelubungi tubuhanak rusa di atas batu. Asap ini membubung ke atas lalu lenyap. Di atas batu anak rusa yang jelas-jelas sudahjadi bangkai alias mati tampak
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
menggerakkan dua kaki belakangnya. Menyusul dua kaki depannya ikut bergerak. Ki Dukun kini merasakan bukan saja jantungnya yang berdebar keras, tapi seluruh tubuhnya ikut bergetar oleh goncangan luapan kegembiraan bercampur rasa hampirtidak percaya melihat kenyataan itu. Dari tempatnya berdiri dia melihat anak rusa membukakan kedua matanya Luka ditubuh binatang ini tampak meninggalkan bekashitam. Tiba-tiba terdengaranak rusa ini menguik! Lalu binatang ini melompat dantegak di atas batu datar. Sesaat memandang kian kemari.
"Sungguh luar biasa! Di mana ada mujizat dan keajaiban seperti ini! Dan aku Ki Dukun Tambak Reso yang melakukannya!" begitu si orang tua jubah putih berucap pada dirinya sendiri. Dia melangkah lebih dekat ke batu besar. Anak rusa di atas batu itu memandang kearahnya. Sesaat kemudian, sebelum Ki Dukun melangkah lebih dekat, binatang ini melompat dari atas batu, menghambur dalam kegelapan dan lenyap! Untuk beberapa lamanya Ki Dukun dan juga Wiro serta Gusdur menatap kearah gelapdijurusan menghilangnya anak rusa tadi.
Di depan batu datar, Ki Dukun kemudian tampak membungkukuntuk mengambil batu kotak batu hitam yang tadi terlempar jatuh sewaktu anak rusa melompat bangundarikematiannya!
Di balik batu Gusdur berkata, "Aku harus kembali sekarang juga sebelum Ki Dukun sampai. Jika dia mendapatkan aku tak ada di rumah, apalagi sampai mengetahui aku ada di sini aku bisa celaka. Aku pergi sekarang..."
Wiro mengangguk. Gusdur balikkan tubuhlalu cepat-cepat tinggalkan tempat itu. Begitu Gusdur lenyap, Ki Dukun tampakberanjak dari tem- patnya setelah lebih dulu menyimpan baik-baik kotak batu hitamkedalam
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
sakujubahnya. Saat dia hendak melangkah pergidalam luapan kegembira- an dan ketakjuban yang tiada henti-hentinya, saat itulah Pendekar 212 Wiro Sableng keluardari balik batu dan melangkah ke hadapannya.
Tentu saja Ki Dukun Tambak Reso sangat terkejut ketika tiba-tiba melihat ada seorang pemuda tak dikenal muncul di hadapannyadibawah hujandangelapnya malam serta dinginnyaudaradi puncak bukit itu. Serta merta dia hentikan langkah dan memandang meneliti. Dia tidak kenal pemuda di depannya ini. Perasaan curiga dan tidak enak menjadi satu bercampur rasa marahkarena menyadari rupanya ada orang lain di tempat ini.
"Sejak berapa lama keparat ini berada di tempat ini? Apakah dia mengetahui dan menyaksikan apa yang telah kulakukan? Melihat apa yang aku kerjakan?" Ki Dukun bertanya-tanya dalam hati.
"Orang muda! Siapa kau?!" Ki Dukun Tambak Reso membentak. Suaranya terdengar garang dibawah hujan lebat, tatapan matanya mem- bersitkan kemarahan.
Dibentak keras-keras seperti itu murid Sinto Gendeng sesaat jadi terkesima. Ada kekuatan aneh dalam diri orang tua ini, termasuk dalam suaranya. Meskipunterkesima, namun dalam hatirya Wiro bertanya-tanya pula apakahdia akan menjawab terus terang siapadirinya, mengutarakan maksud kemunculannya di tempat itu atau lebih dulu coba mempermainkan sijenggot putih Irn.
"Orang tua, kau datang ke puncak bukit Jati Arang ini tanpa permisi tanpaizin. Sungguhlancang danceroboh tindakanmu!"
Kini Ki Dukun itulah yang terkesima mendengar ucapan orang. "Tanpa permis? Tanpa izin...? Minta permisi dan izin pada siapa...?! Apa
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
maksudmu?!"
"Minta izin dan permisipadaku! Karena akulah penguasa dan pemilik bukit Jati Arang ini!" sahut Wiro seraya renggangkan kedua kaki dan tangkapkan kedua tangandidepandada.
Mendengar ucapan itu Ki Dukun Tambak Reso keluarkan suara tertawa bergelak. "Puluhantahun akutinggal di daerah ini! Baru malam ini aku mendengarkalau bukit Jati Arang ada pemiliknya, ada penguasanya! Kau melantur atau kausebenarnya memang seorang berotaktidak waras?!"
"Kau berani menghina dan bermulut kotor pada penguasa bukit Jati Arang! Berarti kausudah pasrah tubuhmu dijadikan arang! Kecuali..."
"Kecuali apa?!" sentak Ki Dukun Tambak Reso seraya kepalkan kedua tinjunya.
Wiro tak segera menjawab, melainkan menyeringai lebih dulu lalu memencongkan mulutnya baru berkata: "Kecuali jika kau menyerahkan kotak terbuat dari batu hitamitu!"
"Hem ...itu rupanya maksud kehadiranmu di sini!" Karena maklum orang sudah mengetahui kalau kotak batu itu ada padanya Ki Dukun tak mau berdalih. Maka diapun bertanya, "Hak apa kau meminta benda itu?!"
"Karena kau ditakdirkan tidak sebagai pemiliknya. Benda itu merupakan salah satu barang pusaka yang paling rahasia dari Keraton. Jadi harus dikembalikan padaKerajaan!"
"Penipu besar! Aku yakin kau seorang rampok yang memakai dalih Keraton dankerajaan! Dengar! Jika kau inginselamat lekas minggat dari hadapanku!" Ki Dukun mengancam dengan kepalkantinjudan beliakkan kedua mata.
Dari balikpakaiannya Wiro Sableng mengeluarkan sebuah benda bulat
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
berwarna putih berkilat terbuat dari perak murni. Melihat benda itu Ki Dukun Tambak Reso jadi terkejut. Itu adalah cap Kerajaan yang dituangkandi atas lempengan perak bulat. Dan merupakan suatu pertanda bahwa siapa saja yang memegangnya berarti benar-benar tengah menjalankan suatu tugas sangat penting dan sangat, rahasia dariKerajaan!
Tapi apapun alasandan siapapunadanya Wiro, tentu saja orang tua itu tidak mau menyerahkan percuma kotak batu yang telah dimilikinya. Apalagi dia sudah punya rencana besar dalamotaknya. Dengan memiliki batu mijijat itu dia bisa menjadi seorang besar paling berkuasa, malah lebih berkuasa dari Raja! Dia bisa menjadi seorang Raja Diraja!
"Orang muda, kau boleh menunjukkan seribu tanda apapun padaku! Tapi tak akan aku menyerahkan kotak batu hitam itu padamu! Nah, silahkah pergi!"
Ketika dilihatnya Wiro tidak bergerak dari tempatnya malah cengar- cengir seenaknya, Ki Dukun jadi jengkel. Tapi ada semacam kisikan dalam hatinya agar tidak membuat keributan atau silang sengketa dengan pemuda ini. Maka dengan cepat dia memutar tubuh lalu berkelebat meninggalkan tempat itu. Namun baru enam langkah bertindak, tahu-tahu si pemuda sudah berada dihadapannya, menghadang, lagi-lagi sambil menyeringai!
Ki Dukun Tambak Reso berkelebat ke jurusan lain. Tapi sesaat kemudian dia kembali dapatkan dirinya dihadang oleh si pemuda. Dia mencoba sekali lagi, tetap saja pemuda itu berhasil mencegatnya. Kini marahlah Ki Dukun. Dengan suara bergetardia membentakkeras. "Orang muda, kau mencaripenyakitsendiri! Rasakan bekas tanganku!"
Orang tua ituhantamkan tangan kanannya ke depan, melabrak kearah
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
dada. Wiro cepat menangkis, malahdiaberhasil menangkap lengan lawan. Tapi ketika dia memperhatikan, yang ditangkapnya ternyata sepotong ranting kayu.
"Ilmu sihir gila!" teriak Wiro dalam hati. Memandang ke depan dilihatnya si orang tua sudah berada di kejahuan, lari menuruni bukit dengan cepat. Dengan geram Pendekar 212 segera mengejarnya. Ternyata Ki Dukun takbisa lari jauh. Dalam waktu sesaat saja dia sudah terkejar dankembali jalannyaterhadang!
"Hem, rupanya peringatanku tadi tidak membuatmu jera!" kertak Ki Dukun geram. "Kau minta mampus maka mampuslah!" Habis berkata begitu Ki Dukun Tambak Reso jatuhkantubuhnya hinggatergelimpang di tanah di hadapan Wiro. Menyangka lawan hendang menelikungnya, Pendekar 212 cepat hantamkan tumitnya ke depan. Tapi dia mendadak sontak jadi tergagap kaget ketika yang hendak ditendangnya itutiba-tiba telah berubah menjadi seekorular besar yang siap untuk melilitnya!
Pendekar 212 melompat ke atas dan dari atas lepaskan satu pukulan mengandung tenaga dalam panas. Binatang jejadian itu menggeliat dan mental beberapa tombaklalu lenyapdibawah hujan lebat.
"Dukun sihir sialan! Kau mau larikemana!" rutuk Wiro. Memandang ke depandilihatnya Ki Dukun Tambak Reso telah berada jauhdi sebelah kiri; tengah melompat dari atas sebuah batu. Murid Sinto Gendeng dari Gunung Gede inilepaskan pukulan kunyuk melempar buah. Angin deras menderu, menghantambatubesardi mana Ki Dukun tampakberdirisiap melompat. Batu ituhancur berantakan. Wiro memburu. Ketika dia sampai di tempat itu sang dukun sudahlenyap!
"Setan alas!" maki Wiro sambil satu tangan mengepal, satu lainnya
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
menggaruk-garukkepatanya yang basah kuyup.
***
Hari telah lama siang. Di dalam rumah Gusdur menunggu kedatangan sang majikan. Dia tak tahu kalau Ki Dukun Tambak Reso takakan pernah kembalike rumahnya. Setelah kejadian di puncak bukit Jati Arang orang tua ini menyadaribahwa kotak batu hitam yang ada padanya merupakan suatu benda yang dicaridandikejar oleh banyak orang. Termasuk pemuda berambut gondrong yang mendapat tugaskhususdan rahasia dad Kerajaan itu. Apa gunanya dia kembalike tempat kediamannya kalau akan menjadi incarandan kejaran orang? Begitulah akhirnya malam itujuga Ki Dukun Tambak Reso memutuskan untuk tidakkembalike rumahnya.
Ketika perutnya mulai lapar dan hari bertambah siang sedang sang dukun tak juga muncul, Gusdur ingat akan kesaktian yang kini dimilikinya. Timbul niat untuk mencoba kesaktian itu kembali. Dia berlutut di lantai, luruskan dua jari tangan kanannya lalu ditusukkan ke bawah. Begitu jarinya menghantam lantai, langsung Gusdur menjerit kesakitan. Lantai itu bukan saja tidak tembus dan berlubang tapi kedua tulang jarinya hampirpatahdan sakitnya bukankepalang.
"Hai! Kenapa jadi tidak mempan? Kenapa jari-jariku jadi sakit begini?!" ujarGusdur kesakitandan terheran-heran. Dipijit-pijitnyakedua jarinya yang sakit itu. Meskipun sakit tapi karena ingin hendak mencoba lagi maka dia kembali tusukkan kedua jarinya ke lantai papan. Untuk kedua kalinya pula sipendek ini menjerit kesakitan seraya kibas-kibaskan tangankanannya.
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Tidak mempan! Kesaktianku lenyap! Si Gondrong itu pasti telah menipuku! Kurang ajar! Sialan!"
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
4
EMPAT ORANG TUA ahli pengobatan tegak di sekeliling tempat lidur. Di kepalatempattidur besarberdiri mapatih Kerajaan yang berusia hampir tujuh puluh tahunyaitu Damar Waruseto.
Di atas tempat tidur terbaring sosok tubuh Sri Baginda. Wajahnya putih pucat, tubuhnya sangat kurus hingga tampak hampir sama rata dengan tempat tidur. Sepasang matanya menatap ke langit-langit kamar, memandang dingin dankosong. Telah hampir dua purnama Sri Baginda berada dalam keadaan seperti itu. Sakit yang dideritanya tak kunjung diketahui, karenanya sulit mencarikan obat yang tepat. Jelas sakit Sri Bagindatidak bersangkut paut dengan sakit yang biasa diderita karena ada yang tidak beres dengan tubuh kasar. Sakit Raja kali ini berkaitan erat dengan hal-hal yang lebih bersifat gaib.
Bibir Sri Baginda tampak bergerak. Tak ada suara yang keluar. Tapi semua orang yang ada disitu segera maklum kalau Raja minta diberi minum. Maka salah seorang dari ahli pengobatan itu segera mengambil sebuah gelas besar berisi air putih, dua lainnya menolong menegakkan kepala Raja. Hanya seteguk yang bisa lewat di tenggorokan Sri Baginda. Memang hanya air putih itu sajalah menjadi pengisi perutnya sejak tiga minggu laluketika dia mulaitakbisa makandan sulit minum.
Ketika sepasang mata Sri Baginda mulai kuyu dan merapat tanda dia mulai memasuki alam tidur, mapatih Damar Waruseto memberi isyarat, lalukeluardarikamar tidur Sri Baginda. Empat orang tua ahli pengobatan
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
segera mengikuti. Mereka masuk ke dalam sebuah ruangan disamping kamar Raja. Pada seorang pengawal mapatih membisikkan sesuatu. Tak lama kemudian pengawal ini muncul kembalibersama seorang lelaki tua berpakaian biru. Meskipun sudah tua tapi orang ini memilikitubuh tegap liat. Gerakannya lincah penuh wibawadan mantap. Dia adalah Gombong Pengestu, salah seorang yang dulunya merupakan seorang abdi dalem yang kemudian diangkat menjadi satah seorang tokoh silat istana yang diseganikarena ketinggian ilmu silatnyaluardandalam.
"Dimas Gombong Pangestu," berkata mapatih Damar Waruseto seraya menutup pintu ruangan dan memandang pada empat orang ahli pengobatan. "Kita semua tahu bahwa sakitnya Sri Baginda bukan merupakan sakit lahir, tapi adalah sakit batin karena tekanan jiwa akibat lenyapnya batu mustika pusaka Keraton bernama Kencono Sukmo. Inilah sumber penderitaan batin dansumber sakit Sri Baginda. Kita semua tahu apa akibatnya kalau benda mustika itujatuh ke tangan orang jahat yang mengetahuikeandalannyalalu menyalah gunakannya. Bukan saja Keraton yang terancam tapi juga keselamatan Sri Baginda dan keluarganya, keselamatan kita semua bahkan keselamatan dan kelangsungan hidup seluruh Kerajaan. Itulah sebabnya dua bulan yang lalu, sebelum Sri Baginda jatuh sakit akibat memikirkan persoalan ini, beliautelah meminta kita untuk melakukan segala ikhtiar guna mencari dan menemukan Kencono Sukmo itukembali. Melihat keadaan lahir Sri Baginda saat ini, yang hanya mampu meneguk air, sama sekali tidakbisa makan apapun, aku kawatir beliauhanyabisa bertahan beberapa minggu saja lagi. Sakit Sri baginda ini harus menjadi rahasia bagi kita semua. Kalau sampai musuh dan kaum pemberontak yang masih bercokol di perbatasan
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
mengetahui, berarti kita akan mendapat kesulitan baru. Aku mengerti kalian semua sudah melakukan berbagai macam usaha yang tidak henti- hentinya. Hanya memang petunjuk Gusti Allah masih belum kita dapatkan."
Sampai disitu patih Damar Waruseto berpaling pada Gombong Pangestu. "Dimas, apakah ada perkembangan dengan usahamu meminta bantuan orang-orang rimba persilatan?"
"Aku sudah melakukannyakangmas. Hanya sajabeberapa tokoh silat yang kuhubungi pertama kali tidak berhasil mendapatkan keterangan apapun, apalagi mendapat tahu dimana bendapusakaituberada atau siapa yang menyimpannya sekarang. Kemudian salah seorang tokoh di timur membawa berita bahwa Kencono Sukmo terakhirsekali diketahui berada di tangan Kebo Hijo, seorang tokoh silat yang namanya tidak begitu bersih. Ketika dia melakukan penyelidikan lebih jauh ternyata Kebo Hijo diketahui telah mati terbunuh. Siapa pembunuh tidak diketahui. Namun
siapapun adanya pembunuh itu pasti dialah kini yang menguasai batu
Kencono Sukmo..."
"Jadi sampai saat inikita masih tetap belum mengetahui dimana barang pusakaituberada...?" tanya mapatih Damar Waruseto.
"Memang belum diketahui mapatih. Tetapi satu minggu lalu orang kita berhasil mengadakan kontak dengan dedengkot dunia persilatan yang dikenal dengan nama julukan Dewa Tuak. Kabarnya, bukan kabarnya, maksudku secara pasti Dewa Tuak telah menghubungi salah seorang tokohsilat muda yang dianggapnya sebagai muridsendiri: Pendekar muda itulah yang kinitengah melakukan pengusutandan pengejaran.."
"Nama Dewa Tuak memang kukenalbaik. Beberapa kali dia di masa
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
silamberbuat jasa besar pada Kerajaan. Siapa nama pendekar muda yang ditugasinya melakukan penyelidikan itu, dimas Gombong?"
"Namanya Wiro Sableng. Julukannya Pendekar Kapak Maut Naga Geni 212. Kalau tak salah dia adalah murid si nenek sakti bernama Sinto Gendeng yang bermukim di Gunung Gede..."
"Ah, pendekar itu. Akupun pernah bertemu muka dengannya!" kata patih Damar Waruseto pula.
Salah seorang ahli pengobatan membuka mulut. "Maafkan aku, tapi barusan aku mendengarbahwa urusan ini tengah ditangani oleh seorang pendekarbernama Wiro Sableng. Apakah kitabisa mempercayai seorang sablengseperti itu …?"
Mapatih Damar Waruseto tersenyum. "Kau dan mungkinjuga para tua ahli pengobatan yang ada disini hanya sibuk dengan urusan obat- mengobat, tidak tahu urusan rimba persilatan. Nama Pendekar 212 Wiro Sableng merupakan momok nomor satu bagi para tokoh silat sesat dan orang-orang jahat. Sebaliknya menjadi tokoh yang sangat dikagumi oleh orang-orang silat golongan putih. Dia masih muda memang, tingkahnya tidak terlepas darisifat gila orang-orang muda. Namun ilmunya segudang dankejujurannya dapatdijadikan andalan..."
Juru obat yang tadi bicara hanya bisa angguk-anggukkan kepala mendengarketerangan sang patih.
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
5
KI DUKUN TAMBAK RESO menatap pada tamunya yang berpakaian bagus itu sesaat lalu mengerling ke arah kereta kuda yang berhenti di depan pintupekarangan rumahnya.
"Katakan siapadirimu dan ceritakan apa keperluanmu," ujar Ki Dukun.
"Nama saya Tapak Lodra, pembantu merangkap pengawal keluarga almarhum Raden Mas Rono Wicula dari Losari di pantai utara..."
"Hemmm...pembantu saja pakaiannya begini mewah. Pasti majikannya orang kaya raya, "kata Ki Dukun dalam hati. Laludiabertanya, "Maksud kedatanganmu?"
"Saya tidak datang sendirian, tapi bersama Raden Ayu Tambakdwita, istri almarhum majikan saya. Kami mendengar Ki Dukun memiliki kesaktian yang sanggup menyembuhkan orang sakit bahkan menghidupkan orang yang sudah mati..."
"Dari mana sampeyan mengetahui hal itu?" tanya Ki Dukun pula.
"Saya sendiri tidak paham betul. Raden Ayu Tambakdwita yang mengetahui dan meminta saya datang kemari. Kami mengadakan perjalananjauh selama tiga hari tiga malam. Syukur dapat menemui Ki
Dukun."
"Kau belum mengatakan maksud kedatanganmu!"
"Mengenai hal itu biar Raden Ayu Tambakdwita sendiri yang menuturkan..."
"Di mana majikanmu itusekarang?"
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Ada di dalam kereta. Dengan perkenan Ki Dukun saya akan memanggiinyadan membawanyakemari..." jawabTapak Lodra.
Ki Dukun Tambak Reso mengangguk. Setiap langkah yang dibuat Tapak Lodra diikuti dengan pandangan mata hampirtakberkesip oleh Ki Dukun. Sejak dia menyembunyikan diri di tempat itu setiap ada orang yang datang selaludicurigainya, termasuk yang satu ini. Bukan mustahil mata-mata atau kaki tangan Kerajaan yang berusaha mendapatkan batu hitam itu. Tapi ketika dari dalam kereta dilihatnya turun seorang perempuan, hatinya menjadilega.
Perempuan ini berusia sekitar setengah abad, namun memiliki wajah yang masih cantik serta tubuh dan kulit yang bagus mulustanda terawat baik. Ketika sampai di hadapan Ki Dukun, orang tua ini semakinjelas melihat kecantikan itu dan membuatnya menelan ludah beberapa kali. Sejenak Ki Dukun merenung kali terakhir dia satu ketiduran dan bersenang-senang dengan perempuan, yakni sembilan tahun yang lalu ketika istrinya yang kedua masih hidup sementara istri pertamanya lari meninggalkannya akibat ulahnya bermain cinta dengan istrinya yang kedua itu.
Berada dekat-dekat begitu Ki Dukun dapat mencium wangi semerbaknya bau tubuh tamunya itu. Ki Dukun mempersilahkan tamunya duduk.
"Apakah saya berhadapan dengan Ki Dukun Tambak Reso yang sakti itu?" tanya sang tamu.
Ki Dukun tersenyum. "Aku hanya manusia biasa, tak punya kelebihan apa-apa," sahut Ki Dukun merendah. Matanya menjelajahi paras dan lekuk dada tamunya yang putih membusung. "Apakah aku berhadapan dengan
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Raden Ayu Tambakdwita, istrialmarhum Raden Mas Rono Wiculo?"
"Ah, betul sekali. rupanya pembantu saya Tapak Lodra telah menceritakan tentang diri saya pada Ki Dukun.."
"Betul, tapi belum menceritakan maksuddantujuan kedatangansejauh ini," ujar Ki Dukun pula.
"Saya akan ceritakan."
"Baik, aku akan mendengarkan. Tapi aku ingin kitabicara empatmata saja. Bisa...?"
"Tentu sajabisa," sahut Raden Ayu Tambakdwita. Lalu diaberpaling pada Tapak Lodra yang tegak di tangga rumah dan menganggukkan kepalanya. Melihat isyarat itu Tapak Lodra segera meninggalkan tempat itu, pergi kekereta dan duduk di samping kusir. Hatinya merasa tidakenak kalautidak mau dikatakantersinggung. Melihat tampang dan sikap sang dukun sebenarnya diatidak merasa suka terhadap orang itu. Kini melihat majikannya berdua-dua dengan orang tua itu seperti ada rasa cemburu dalam hatinya. Sebenarnya sejak lama memang Tapak Lodra menaruh hati pada Tambakdwita. Sebagai orang kepercayaan yang telah bertahun-tahun berbakti apalagi dia tidak punya istri, sebenarnya Tapak Lodra memang cukup pantas menjadi pasanganjanda cantikitu. Namun karena menyadari dirinyaberasaldarikalangan rendah saja maka Tapak Lodra tidak pernah berani mengutarakan maksudnya itu.
"Nah Raden Ayu, ceritakan maksud kedatanganmu," kata Ki Dukun Tambak Reso begitu mereka kini hanya tinggal berdua saja di ruangan depan itu.
"Saya mempunyai seorang putera yang merupakan anak tertua, kini berusia sekitar dua puluh satu tahun, Sejak masih berumur enam belas
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
tahun, selagi ayahnya hidup, anak itu telah diberi berbagai pelajaran termasuk itmusilat. Ternyata dia memang banyaklebih tertarik padailmu silat dan kesaktian hingga meninggalkan begitu saja pelajaran-pelajaran lain. Dia sering meninggalkan rumah berbulan-bulan guna mencari dan mendapatkan ilmu baru. Ilmu silatnya memang tinggi dan kesaktiannya mengagumkan. Namun dua bulan lalu dia jatuh sakit dan tak bisa lagi meninggalkan tempat tidur. Dua minggu lalu keadaannya tambahparah. Matanya setalu tertutup. Keadaannya seperti orang tidur. Mungkin pingsan. Hari demi hari tubuhnya semakin kurus. Ki Dukun, inilah persoalan saya. Bisakah Ki Dukun mengobati putera saya itu? Berbagai tabib dan ahli pengobatantelah berusaha menolongnya, namun dia tetap saja tak bergerak di atas ranjang."
"Menurut para ahli yang telah coba mengobati putera Den Ayu, apakah sudah diketahui apa sakitnya?" bertanya Ki Dukun seraya usap-usap janggut putihnya sementara kedua matanya terus menjelajahi wajah dan dada perempuan cantik di hadapannya.
"Tak satupun mereka bisa memastikan apa penyakit putera saya. Beberapa diantara mereka menduga, kemungkinan besar sakitnya putera sebagai akibat terlalu banyak menguasai ilmu silat dan kesaktian dari berbagai sumber, dicampur-campur satu sama lain yang sebenarnya merupakan pantangan... Saya tidaktahu dantidak mengerti tentang ilmu silat danilmu kesaktian. Bagaimana menurut Ki Dukun sendiri...?"
"Hem...." Ki Dukun menggumam. "Mungkin pendapat itu ada benarnya. Namun harus diperiksa dan diselidiki dulu. Siapakah nama puteramu itu Den Ayu ....?"
"Pati Rono," jawab Tambakdwita. Lalu dia bertanya, "Apakah Ki
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Dukun bersedia melihatnya di Losari...? Perjalananke sana memang jauh. Tapi percayalah, semua jerih payah Ki Dukun akan saya beri imbalan yang sesuai. Apalagi kalau Pati Rono bisadisembuhkan..."
"Jangan kawatir…" kata Ki Dukun pula seraya memegang tangan Tambakdwita. "Aku akandatang ke Losari."
"Terima kasih. Saya memang sudah menduga Ki Dukun mau menolong. Karena itu sebelumnya saya sudah menyiapkan sebuahkereta untuk menjemput Ki Dukun. Paling lambat petang nanti penjemput itu sudah sampaidisini."
"Sebetulnya sama-sama berangkat dengan Den Ayu saat ini akutidak keberatan. Tapi tak jadi apa kalau Den Ayu memang sudah mengatur begitu," kata Ki Dukun
Dari dalam sebuah tas kain yang dibawanya Den Ayu Tambakdwita mengeluarkan sebuahkantong kulit kecil. Ketika kantong itu diletakkandi atas mejaterdengar suara berdering tandaberisi uang.
"Itu sebagiandari imbalan yang saya janjikan. Sisanya akan Ki Dukun terima setelah sampai di Losari, lalu ada tambahan istimewa jika Pati Rono bisadisembuhkan..."
"Sebetulnya yang ada dalam kantong itu sudah lebih dari cukup, Den Ayu. Tambahannya tidak perluberupa harta atau uang."
"Maksud Ki Dukun?" tanya Tambakdwita pula.
"Setelah ditinggal Raden Mas Rono Wiculo dan hidup sendirian bertahun-tahun, apakah Den Ayu tidak mempunyai keinginan untuk mencari pengganti suami yang hilang itu?"
Pertanyaan Ki Dukun Tambak Reso itu membuat wajah Den Ayu Tambakdwita menjadi kemerah-merahan. Apalagi ketika didengarnya si
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
orang tua berkata, "Nama kita sama. Aku Tambak Reso, di situ Tambakdwita. Mungkin ini satu kecocokan yang ditakdirkan Tuhan?"
"Ki Dukun," kata Tambakdwitadengan suara bergetar. Dia tak berani memandang kedua mata orang di hadapannya itu. Karena setiap dia bertemu pandangada sesuatu kekuatan yang membuatnya bergetardisertai hawaaneh menjalari tubuhnya. "Kalau Ki Dukun tidakkeberatan, hal-hal lain bisakita bicara akan lain kali saja. Saya mohon diri. Kadatangan Ki Dukun saya nantikan di Losari," Lalu Tambakdwita berdiri dan melangkah cepat-cepat menuju kereta. Ki Dukun Tambak Reso mengantarkannya sampai di tangga sambil mengulum senyum. "Perempuan satu ini harusdapat olehku. Tak pernahada yang begitu besar dayatariknya, membuatku sampai-sampaikeringatan!"
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
6
DI DALAM KAMAR yang besar dan mewah serta harumituada empat orang. Pertama Ki Dukun Tambak Reso, lalu Raden Ayu Tambakdwita bersama Tapak Lodra.
Orang yang keempat terbujur di atas tempat tidur berkasur tebal dan berseperaibagus. Orang ini adalah Pati Rono, putera Tambakdwita yang berada dalam keadaan sakit. wajahnya,kedua tangannya yang tersembul di atas selimut pucat pasi seperti tiada berdarah. Wajahnya mengerikan untuk dipandang karena pipi dan rongga matanya sangat cekung serta berwarna kebiruan.
Ki Dukun meraba tangan pemuda itu. Dingin. Lalu merabawajah dan bagian lehernya. Juga dingin. Ketika ditekanbagian lengannya kiri kanan, juga ketikaditekan urat besar dilehernya, sama sekali takada denyutan. Si orang tua lalu membalikkankelopak mata kanan Pati Rono. Putih, bagian hitam lensa matanyahanya tarlihatsedikitdisebelah bawah.
Ki Dukun Tambak Reso berpaling padaibusi pemuda.
"Bagaimana...?" tanya Tambakdwitadengan suara tercekat.
"Puteramu sudah meninggal sejak beberapa hari lalu," menerangkan sang dukun.
Mendengar itu Tambakdwita langsung menggerung dan menubruk serta merangkul tubuh anaknya. Tapak Lodra tertegun tak percaya dan beberapa kali menarik nafas dalam.
Ki Dukun pegang bahu Tambakdwita dan berkata; "Den Ayu, tak baik
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
menangis. Kalau Gusti Allah sudah menghendaki kau harus rela melepas anakmu..."
"Ada satu hal yang mengherankan Ki Dukun," terdengar Tapak Lodra berucap. "Jika memang Raden Pati meninggal cejak beberapa hari lalu, mengapa jenazahnyatidak menebar bau...?"
Ki Dukun berpaling pada pembantu dankepala pengawal rumah tangga almarhum Raden Mas Rono Wiculo itu. Pertanyaan Tapak Lodra sebenarnyawajar-wajarsaja, namun sang dukun merasakansepertihendak memojokkannya. Sejak semula memang dia tidak suka pada orang ini. Dan Ki Dukun sendiri, dari pandangan mata Tapak Lodra dia memaklumi kalau lelaki itupun tidak menyukainya. Dengan suara tenang Ki Dukun menjawab pertanyaan Tapak Lodra tadi.
"Ini justru satu keajaiban yang hanya Gusti Allah yang mampu menjawabnya," katanya. Lalu dia menyambung. "Bukan mustahil segala macam obat yang telah diberikan sebelumnya membuat tubuh kasarnya mampu bertahan begini rupa..."
"Tidak...! Tidak! Anakku tidak boleh mati ...! Pati...Pati anakku! Kau tidak boleh mati…! terdengar raungan Raden Ayu Tambakdwita yang saat itu masihmerangkulitubuh puteranya sambil menangis dan meraung tiada henti.
"Raden Ayu, sudahlah. Kau dankita semua haruspasrah menghadapi kenyataan ini..." ujarTapak Lodra.
"Tidakkkk! Pati tidak boleh mati..."
Pintu kamar tiba-tibaterbuka. Seorang gadis berpakaian serbakuning, berwajah cantik sekali masuk. Dia cepat menanggapi apa yang tengah terjadi. Langsung sajadia melompat ketepiranjang, memeluk tubuh Pati
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Rono danikut menangis keras.
"Kakak...kakak...! Mas Pati...Jangan pergi mas...."
Ternyata gadis itu adalah puteri Tambakdwita, adik perempuan Pati Rono. Suasana dalam ruangan itujadi tambah mencekam. Tiba-tiba Raden Ayu Tambakdwita hentikan tangisnya dan berpaling menghadapi Ki
Dukun Tambak Reso.
"Ki Dukun! Bagaimana sekarang?! Kau bisa menghidupkan puteraku? Kau harus bisa! Itu janjimu..." Tambakdwita berteriak seraya memukuli dada Ki Dukun.
Orang tua ini pegang pergelangan tangan perempuan itu laluberkata, "Tenang Den Ayu... Tenang. Aku tak pernah berjanji tapi aku akan mencoba. Semua tergantung kekuasaan Tuhan. Untuk itu aku minta semua orang meninggalkankamar ini... Termasuk Den Ayu. Aku akan memulai pekerjaan ..."
"Tidak! Aku danibuharus menemani mas Pati disini!" yang berteriak adalah gadis berpakaian kuning, puteri Tambakdwita yang bernama
Tambaksari.
Ki Dukun menatap wajah sang dara beberapa ketika. "Ah, gadis ini cantik sekali. Ibunya tentu secantik inidi masa mudanya..." membatin Ki Dukun. Lalu diaberpaling pada Tambakdwita dananggukkan kepala.
Melihat isyarat ini Tambakdwita menoleh pada puterinya, memegang lengangadis itu, lalu mengajaknya melangkah menujuke pintu mengikuti Tapak Lodra. Sebelum Tambakdwita menghilang di balikpinlu, Ki Dukun berkata padanya, "Ingat Den Ayu, selama aku bekerja di dalam sini, tak seorangpun boleh masuk denganalasan atau keperluan apapun. Aku akan akan keluar memberitahubilamana pekerjaan telah se!esai. Harap kalian
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
menyiapkan sebuah usungan dankereta. Dan satu hal, jangan coba-coba atau ada yang berani mengintip apa yang aku kerjakan. Akibatnya bisa parahdan puteramu tak mungkinditolong!"
Begitu pintukamar ditutupkan Ki Dukun langsung menguncinya dari dalam, lalu dia naik ke atas tempat tidur dan duduk bersila di samping tubuh Pati Rono. Kedua matanya perlahan-lahan dipejamkan. Lalu dia mulai melafatkan kata-kata mujijat Walakalmati - Walakalhidup - Matlwalakal - Hidupwalakil, satu kali...dua kali.. sepuluh kali.. seratus kali dan seterusnya sampai sepuluh ribu kali. Ketika akhirnya dia selesai merapal sampai sepuluh ribukali tubuh dan pakaiannyatelah basah oleh keringat. Di luarharitelah senja. Raden Ayu Tambakdwita, Tapak Lodra dan Tambaksari menunggu dengan sangat tidak sabar dan harapharap cemas. Apakah yang tengah dilakukan Ki Dukun Tambak Reso sekian lamanya? Jika menurutkan hatinya mau Tambakdwita melabrak pintudan menjebolmasuk.
Di dalam kamar Ki Dukun bukakedua matanya, menyekakeringat di wajahnya beberapa kali lalu turun dari tempat tidur, berdiri untuk meluruskankedua kakinya. Kemudiandarisaku jubahnya dikeluarkannya benda keramat, batu hitam Kencono Sukmo. Dengan hati-hati batu ini disapukannya ke seluruh wajah dan tubuh Raden Pati Rono. Selesai melakukan itu batu mustika disimpannya kembali, memandang seputar kamar lalu melangkah ke pintu.
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
7
KI DUKUN TAMBAK RESO memegang bahu kusir kereta. Sang kusir yang tahu isyarat ini segera hentikankereta. Saat itulewat tengah malam. Angin bertiup kencang. Dari tempat mereka berada terdengar deburan ombak laut di pantai. Ki Dukun memandang bekeliling. Kusir kereta menujuke sebelah barat di mana tampak menghitamsebuah bukit karang. Angin bertiuplagilebih kencang.
"Itu satu-satunya bukit karang yang paling tinggi di bagian pantai ini," menerangkan kusir kereta.
Ki Dukun mengangguk "Cukup kau hanya mengantar aku sampai disini. "Tunggu di tempat ini sampai aku kembali." Lalu orang tua itu turun dari kereta, membuka pintu disebelah belakang, menarik usungan dimana terbaring sosok tubuh Raden Pati Rono.
Kuda penarikkeretaterdengar meringkikketika Ki Dukun menaikkaft tubuh pemuda itu ke atas bahunya dan mulai melangkah cepat ;menuju bukit karang di sebelah barat. Kusir kereta merasakan bulu kuduknya berdiri. Dia hampirtakberani bergerak saking merasa takut. Juga masih tetap disituketikahujan rintik-rintik mulai turun. Memang daerah pantai Losari dibagian itu merupakan suatu daerah bebukitan batu karang yang palingsering turun hujan.
Dari melangkah cepat Ki Dukun kini tampak berlari-lari. Semangatnya jadi berkobar-kobar ketika melihat hujan mulai turun. Ini satu pertanda bahwa kelanjsrtan usahanya untuk menghidupkan pemuda yang sudah
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
mati dipanggulannya itu akan berjalan cepat. Di timur terdengar guntur menggelegar. Lalu kilat mulai menyambar.
Meskipun agak susahpayah karena harus mendaki bukit batu karang yang licin berlumut namun akhirnya Ki Dukun Tambak Reso sampai juga dipuncaknya. Nafasnya meng-engah. Perlahan-lahan tubuh Raden Pati Rono dibaringkannya di bagian batu yang agak rata. Angin laut bertiup kencang dantajam. Hujan turun makinderas. Ki Dukun menyeringai. Dari dalam sakujubahnya dikeluarkannya kotak batu ham Kencono Sukmo lalu diletakkannya didada mayat, tepat di bagian jantung.
"Ahak manusia, kuberikan kehidupan padamu. Hiduplah! Hiduplah! Dan berikan ibumu padaku!" berkata Ki Dukun dengan suara perlahan bergetar. Lalu dia menuruni bukit karang itu, memilih tempat yang terlindung tapi tidak terlalu jauh. Di sini dia menunggu dengan dada berdebar. Dia pernah menghidupkan seekor binatang, menyembuhkan beberapa orang yang sakit parah. Tetapi baru kali ini dia mencoba menghidupkan seorang yang telah meninggal. Diam-diam bulu romanya terasa berdiri. Guntur menggelegar, kilat sambung menyambung.
"Halilintar … datanglah! Sambar batu dan tubuh itu! Halilintar … datanglah!" ujar Ki Dukun berulang kali. tapi dia harus menunggu lama sampai menjelang dini hari, yaituketika tubuhnya berada dalam keadaan basah kuyup dan terasa dingin seperti diselimuti es. Saat itu rangkaian halilintar tampak sambar menyambar berkepanjangan dari arah timur. Sambaran yang terakhir berkiblat tepat di atas bukit karang, menghantam kebawah, menghunjam tepat di atas tubuh Raden Pati Rono! Tubuh itu tampak terangkat ke atas lalu jatuh kembali ke atas batu karang dan mengeluarkankepulan asap. Setelah itu terbujur tak bergerak. Tempat itu
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
tiba-tiba saja sunyi seperti di pekuburan. Guntur tak terdengar lagi, kilat atau halilintar tak tampaklagi. Bahkan anginseolah-olah berhenti bertiup dan ombak sepertiberhentiberdebur!
Dengan tubuh bergetar Ki Dukun Tambak Reso memanjat menuju bagianalas bukit karang. Dengan mempergunakan sahelai sapu tangan dia memungut batu Kencono Sukmo yang tercampak di atas bukit batu lalu memasukkannya ke dalam saku jubahnya. Di atas batu karang tubuh Raden Pati Rono tampak tidak bergerak. Ki Dukun memperhatikan dengan seksama dan mata dibesarkan. Darahnya tersirapketika tiba-tiba dia melihat ibu jari kaki kanan si pemuda bergerak. Perlahan sekalitapi
dia jelas melihatnya. Ki Dukun memegang ibu jari yang bergerak itu.
Terasa panas.
"Panas adalah api. Api adalahhawa kehidupan..." desis Ki Dukun. Lalu dipegangnya betis pemuda itu. Kemudian dilihatnya jari-jari kanan Pati Rono juga mulai bergetar. Ki Dukun cepat memegang tangan kanan itu. Tiba-tiba jari-jari Pati Rono menggenggam mencengkeram tangannya. Ki Dukun terpekik kaget dan cepat sentakkan lengannya untuk melepaskan cekalan itu.
Walau di hatinya ada terselip rasa ngeri namun kegembiraan sang dukun juga melupa. "Dia hidup...Dia hidup! Batu hitam itu betul-betul batu mujijat. Gusti Allah Maha Besar!"
Untuk memastikan bahwa Pati Rono benar-benar sudah hidup kembali Ki Dukun membungkuk dan dekatkan telinga kanannya ke dada Pati Rono. Lapat-lapat dia mendengarada suara yang memukul-mukul didasar dada itu. Itulah suara degupan jantung!
"Luar biasa...Aku sendiri hampir tak percaya!" ujar Ki Dukun dalam
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
hati. Untuk sesaat dia masih mendekapkan telinga mendengar degupan jantung itu. Tiba-tiba kedua tangan Pati Rono bergerak menyilang dan punggung Ki Dukun tersikap kencang! Orang tua itu merasakanjiwanya sepertiterbang. Dia menggeliat keras-keras, dengansusahpayah akhirnya berhasil meloloskan diri dari sikapan tadi. Begitu terlepas,kedua tangan Pati Rono kembaliterkulaidikeduasisi. "Sebelum kekuatannyapulih, aku harus cepat membawanya ke Losari...." pikir Ki Dukun. Lalu tubuh pemuda itudipanggulnya di bahu kanan. Dalam perjalanan menuruni bukit karang menuju di mana kereta menunggu Ki Dukun selalu bersikap waspada. Bukan mustahil mayat yang barusan hidup kembali itutiba-tiba saja bergerak mencekiknya!
***
KERETA PEMBAWA Pati Rono itu sampai di Losari menjelang senja, disambut oleh Tapak Lodra, Tambakdwita, puterinya dan beberapa pelayan. Ketika usungan diturunkan dari kereta oleh kusir dan Tapak Lodra, kuda penarik keretatiba-tiba mengangkat kedua kaki depannyadan meringkikkeras, membuat semua orang tercekal.
Ketika melewati ruangan tengah rumah besar mendadak terdengar suara mengeong keras. Seekor kucing putih belanghitam melompat dari balik tirai, berusaha lari ke arah usungan. "Belang... Belang, jangan berisik!" Tambaksari cepat mendukung binatang peliharaannya itu. Dalam dukungan sigadis kucing ini terus mengeong. Kedua matanya memandang tak berkesip ke arah tubuh Pati Rono di atas usungan. Sikapnya garang sekali. "Heran, tak biasanya kau seperti ini, Belang..." Untuk kesekian
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
katinya si belang mengeong, menggeliat lalu menghambur dari arah gendongan Tambaksari.
Dengan sangat hati-hati tubuh Pati Rono dibaringkan di atas tempat tidur bertilamindah. Sang ibu duduk dikiri tempat tidur. Yang lain-lain tegak berkeliling. Sambil duduk Tambakdwita tidak hentinya mengusap wajah dan memijiti tangan anaknya. Dia ingin agar anaknya itu segera bangun agar dia melihat kenyataan bahwa Pati Rono benar-benar hidup. Selagi dia memegang-megang tangan puteranya, tiba-tiba tangan itu bergerak. Tambakdwita terpekik. Lima jari tangan Pati Rono mencengkeram lengannya. Kuat dan sulit dilepaskan.
"Tenang saja Den Ayu. Jangan dipaksakan untuk menarik tanganmu. Ada kalanya kehidupan mendatangkankerinduan. Puteramu tentu sangat rindupadamu. Itu sebabnya tanganmu dipegangnya erat- erat..." Kata-kata itu diucapkanoleh Ki Dukun Tambak Reso walaudiam-diam hatikecilnya merasa kawatir kalau-kalau cekalan yang kerasitu tidakbisadilepaskan.
"Lihat! Kedua mata Raden Pati membuka!" berserukusirkereta yang sampai saat itu masihikut berada dalamkamar.
Semua orang memandang, memperhatikan.
Astaga! Memang betul! Sepasang mata pemuda itu tampak terbuka perlahan-lahan. Mula-mula tampak bagian mata yang berwarna putih. Menyusul bagian bola mata yang berwarna hitam kecoklatan. Tidak! Ternyata bola mata yang seharusnyaberwarna hitamkecoklatan itukini tampak memiliki warna kelabu!
Tapak Lodra tidak sengaja saling berpandangan dengan Tambaksari. Jelas kelihatan bayangan rasa ngeri pada wajah gadis ini. Memang memperhatikan dua mata yang terbuka nyalang tidak berkesip dan
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
berwarna aneh serta membersitkan sinar dingin itu terasa adanya keangkeran. Dua bola mata itu bergerak sedikit, memandang ke arah Tambakdwita. Lalu menyeruak senyum diwajah yang mulai kemerahan itu. Bagi Tapak Lodra senyum itulebih merupakan sebuahseringai yang mengerikan.
"Pati anakku...!" seru Tambakdwita. "Kau tersenyum padaku Pati. Jadi kau benar-benarkembali! Kau benar-benar hidup lagi! Gusti Allah terima kasih! Terima kasih!" Air mata tampak berlinangan di kedua mata perempuan itu. Tangan kanan anaknya didekatkannya kewajahnya dan diciumnya berulang-ulang.
"Ibu,..Aku haus..." Mulut Pati Rono terbuka dan suara minta minum terdengardiucapkannya.
Tambakdwita dan puterinya tersenyum. Sang ibu usut air mata yang berderaidi pipinya. Lalu terdengar lagi suara sang putera, "Aku juga lapar, bu..."
Tambakdwitapeluk dan ciumiwajah puteranya. "Kau boleh minta apa saja Pati. Pasti akan ibu berikan..." Perempuan itu ciumi lagi wajah anaknya berulang-ulang. Lalu dia bangkit dari tempat tidur, memegang lengan puterinya. Ibu dan anak ini meninggalkan kamar untuk mengambilkan sendiri air serta makanan yang diminta Pati Rono.
Pati Rono memandang dengan matanya yang kelabu satu persatu pada kusir kereta, Tapak Lodra dan Ki Dukun Tambak Reso. Pandangan mata yang aneh dan terasa angker ini membuat ketiga yang dipandang jadi merasa tidak enak. Kusir kereta segera tinggalkan kamar. Tapak Lodra menyusul hendak beranjak namun Ki Dukun bergerak lebih dulu. Terpaksa Tapak Lodra tetap berada dalam kamar karena meninggalkan
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
putera majikannya seorang diridi tempat itukurang sopan dirasakannya. Untuk menghilangkan kegelisahan akibat pandangan mata Pati Rono, Tapak Lodra pergi membuka jendela kamar. k.etika dia hendak menyingkapkan tirai jendela, terdengar suara mengeong keras. Sesuatu melompat ke sanding jendela. Ternyata si Belang. Binatang inisiapuntuk melompat masuk. Tapi Tapak Lodra cepat mencegah dan mengusirnya.
"Aneh sekali sikap kucing itu..." kata Tapak Lodra dalam hati. "Apa sebenarnya yang dilihat binatang itu...?" Tapak Lodra berpaling ke arah tempat tidur. Ternyata Pati Rono masih menyorotinya dengan pandangan sepertitadi. Dingin angker sepertihendak menembus jantungnya!
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
8
MALAM JUM'AT KLIWON, hujan turun rintik-rintik Losari diselimuti kesunyian. Debur ombak di pantai terdengar di kejauhan. Sesekali ada suara lolongananjing merobekkesunyian.
Dalam ruangan depan di rumah besar itu Raden Ayu Tambakdwita duduk terdiam beberapa lamanya sebelumkemudian dia membuka mulut bertanya, "Mengapa Ki Dukun tak mau menerima uang dalam kantong itu? Bukankah itu tambahan pembayaran sesuaidenganjanji saya...?"
Ki Dukun Tambak Reso tersenyum. Matanya menatap wajah cantik perempuan berusia setengah abad di hadapannya lalu menjawab, "Raden Ayu ...! Ah, akuseharusnya memanggilmu Tambakdwitasaja..."
"Sayatakkeberatandipanggil seperti itu. Bukankah Ki Dukun memang lebih tua dari saya dan kepada siapa saya menaruh hormat...? Apalagi mengingatjasa besar Ki Dukun...."
"Dengar … Tambakdwita, aku memang tidak mau menerima pemberianmu itu. Bahkan, uang yang kau berikan sebelumnya mungkin akan kukembalikan..."
"Mengapa begitu? Apakah Ki Dukun tak mau menerima karena jumlahnyaterlalukecil? Sayabersedia menambahkan."
Ki Dukun menggeleng. Malam itu, tidak seperli biasanyadiatidaklagi mengenakan jubah putih, melainkan sehelai baju biru dan celana hitam serta sebuahblangkondi atas kepalanya. Dengan pakaian itudia tampak lebih gagah dan lebih muda. "Terus terang, bukan uang itu yang aku
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
inginkan Tambakdwita. Aku menginginkan dirimu. Aku memintamu menjadi istriku. Sudah beberapahari lalu hal itukusampaikan padamu..."
"Beri saya waktu satu dua minggu lagi untuk mengambilkeputusan, Ki Dukun. Saya harus bicara dengan tua-tua keluarga. Di samping itu aku perlu memberitahu putera saya. Pati Rono sejak beberapahari iniselalu menguncidiri dikamarnya. Dia menekuni buku-bukusilatdan kesaktian, berjilid-jilid banyaknya. Makanan yang disampaikan pembantu hanya disentuhnyasedikitsaja. Dia lebih banyak menenguk minuman keras. Ada satu hal saya lihat pada dirinya. Satu hal yang dulu tidak ada. Anak itu membawasikap dansifat aneh.
Pandangan matanya terasa angker tapi menyembunyikan kekosongan jiwa. Sikap acuh diperlihatkannya pada orang-orang di sekitarnya. Tapi sebagai ibu, di balik keacuhan itu saya merasa ada sesuatu yang disimpannya. Sesuatu yang terasa mengerikan..."
"Tambakdwita, sebaiknya saat ini kita tidak membicarakan soal puteramu itu. Dia sudahkembali padamu. Sembuh dan hidup..."
"Betul Ki Dukun, tapi putera saya yang kembali ini saya rasa bukan putera saya yang dulu ...."
"Bagaimana kau bisa berkata begitu Tambakdwita? Pati Rono yang kini hidup adalah puteramu yang dulu juga. Sama sekali tidak ada bedanya..."
"Tubuh kasarnya memang tidak ada beda, Ki Dukun. Tapi jiwa dan perasaannya ada kelainan. Dan itu terpancar pada sepasang matanya yang membersitkan hawa aneh. Dia seolah-olah bukan berada di tengah keluarga sendiri. Seolah-olah berada di satu alam yang sama sekali lain. Dan alamini saya rasakan sangat mengerikan. Sayatakut Ki Dukun..."
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Tak ada yang harus ditakuikan Tambakdwita. Apalagi selama aku berada di dekatmu seperti saat ini. Kau belum menjawab, kau belum memberi putusan tentang permintaanku..:"
"Saya bilang beri saya waktu dua atau tiga minggu," sahut Raden Ayu
Tambakdwita.
"Satu atau dua minggu bisa berarti jadi tiga minggu. Aku tak bisa menunggu selama itu. Aku ingin memilikimu lebih cepat dari itu. Bahkan malamini...!" Ki Dukun memegang tangan perempuan itu. Tambakdwita. berusaha menarik lengannya. Tapi ada hawa aneh menjalari lengannya, terus ke dada dan sekujur tubuhnya Dia merasa sesuatu yang menggairahkan. Ditatapnya wajah Ki Dukun. Wajah itu tampak begitu gagah, agung dantersenyum padanya.
"Aku ingin tidur bersamamu malam ini, Tambakdwita. Kau mau bukan...?"
Perempuan itu tak menjawab. Dia hanya menundukkan kepala, tak kuasa memandang tatapan Ki Dukun. Melihat ini Ki Dukun berdiri dari kursinya, tegak di samping Tambakdwita lalu membungkukkan. Kepala hendak mencium tengkuk perempuan itu. Namun sebelum ciumannya sampaitiba-tibaterdengar suara ngeongan kucing keras dan mengejutkan.
Ki Dukun terkesiap. Tambakdwita tersentakkaget dengan mukapucat. Ada rasa takenak dalam dirikedua orang itu. Ki Dukun memandang ke arah jendela. Samar-samar lewat kain tirai jendela dia melihat ada seseorang tegak diluar sana, memperhatikan ke dalam. Ketika Ki Dukun hendak mendatangi, orang itu cepat bergerak pergidan menghilang.
"Malam sudahlarut, sebaiknya Ki Dukun pulang duluke rumah tempat menginap..." berkata Tambakdwita. Suaranya terhenti ketika kembali
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
terdengar suara ngeongan kucing. Suara itu datang dari arah kamar di tingkat atas. Dan kamar di tingkat atas adalahkamar tidur Pati Rono.
Ki Dukun diam sesaat. Mantranya tadi sudah hampir mengena kalau tidak terganggu oleh suara ngeongan kucing celaka itu.
"Baiklah, aku akan pergi Tambakdwita. Tapi besok aku akan datang lagikemari. Dan saat itu aku ingin kau sudahbisa memberikan jawaban..."
Janda kaya itu tidak menjawab. Dia melangkah ke pintu depan dan membukakannyauntuk Ki Dukun.
Seekor kuda tertambat dekat pintupekarangan. Itulah kuda tunggangan milik Ki Dukun. Ketika orang tua ini tengah melangkah kearah kudanya, tiba-tiba sebuah benda melayang dludara dan jatuh tepat dekat kakinya. Ki Dukun memandang ke bawah. Benda yang jatuh itu ternyata adalah seekor kucing putih berbelang hitam. Si Belang, kucing kesayangan Tambaksari! Binatang ini tidak bergerak ataupun mengeluarkan suara. Kapalanya terkulaitandalehernya patah!
Ki Dukun mendongakke atas, kearah kamar di tingkat atas bangunan rumah besar. Dia melihat jendelakamar di tingkat atas itu terbukadanada nyala lampu di atas sana. Dia merasa yakin kucing yang mati itu dilemparkandarikamar itu.
Ki Dukun putartubuhnya, meneruskan langkah kearah tempat kudanya tertambat. Sesaat ketika dia hendak menaiki binatang itu, satu tangan yang dingin tiba-tiba memegang pundak kanannya. Ki Dukun terkejut dan menoleh. Dia berhadap-hadapan denganTapak Lodra.
"Ada apa?!" tanya Ki Dukun dengan suara garang. Dia tidak suka dipegang seperti itu dan dia sejak lama tidak senang terhadappengawal rumahkediaman Tambakdwita ini.
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Aku hanya ingin memberikannasihatpadamu, Ki Dukun. Majikanku seorang janda. Tidak pantas kalau kau mengunjunginya sampai larut malam begini!"
Ki Dukun menyeringai. Dia kibaskan tangan Tapak Lodra dan menjawab, "Soal hubunganku dengan majikanmu bukan urusanmu! Sebagai pembantu kau tidak layak mencampurinya. Dan akutidak butuh segala macam nasihat."
"Aku. tahu siapakausebenarnya Ki Dukun. Lebih dari itu aku tahu apa yang adadatam benak serta hatimu. Aku tidaksukapadamu!"
"Kau bukan pemilik rumah ini. Jaditidakpada tempatnya mengatakan suka atau tidak. Dan satu hal harus kau ketahui Tapak Lodra. Akupun tidaksukapadamu!"
"Berlalu darisini Ki Dukun. Cepat!" desisTapak Lodra.
Ki Dukun Tambak Reso kembali menyeringai. "Ada satu hal yang pantas kau ketahui Tapak Lodra. Bagiku mudah menyembuhkan dan menghidupkan seseorang. Tapilebih mudahlagi membuat seseorang sakit atau menemuiajalnya!Ingathalitubaik-baikTapak Lodra!"
"Aku akan ingathalitubaik-baik Ki Dukun. Jika terjadi sesuatu dengan penghuni rurhah besar ini orang yang pertama-tama kucariadalah dirimu!" habis berkata begitu Tapak Lodra lepaskan tali tambatan kuda dan membantingkannyake tanah. Ketika Ki Dukun naikke punggung binatang ituTapak Lodra sudah berlalu dari situ.
Di halaman depan, Tapak Lodra membungkuk mengangkat bangkaisi Belang. "Kasihan kucing ini. Siapa yang begitu tega membunuhnya?" Tatap Lodra mendongakke atas. Nyalalampu dikamar putera majikannya telah padam. Tapi matanya yang tajam melihat ada sosok tubuh di
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
belakang jendelategak memperhatikan kearahnya.
***
RADEN AYU TAMBAKDWITA menatap wajah puteranya lekat-lekat. "Pati Rono, ibutakhabis pikir mengapa kau ingin memberhentikanTapak
Lodra..."
Pati Rono melahap jambu klutuk besar lalu dengan mulut penuh dia menjawab, "Aku sudah bilangbu,kitatidak membutuhkan orang itulagi. Tugasnya sebagai pengawal kuambil alih. Pekerjaannya sebagai penjaga sawah ladang serta peternakan dan perdagangan aku sendiri yang akan menangani. Nah, apa perlunya dia bekerjalagidisini. Tanpa diabukankah kita bisa menghemat jumlah uang gajinya dan bisa dipergunakan untuk keperluanlain?"
"Gajinya tidak seberapa, Pati. Lagi pula dia telah bekerja puluhan tahun. Sejak ayahmu masih hidup. Bahkan sebelum kau dilahirkan dia sudahikut bersama kita, mulaidarikakekmu masihada..."
"Persetan berapa lama dia bekerjadisini! Persetan apapun jasanya. Jika ibu tidak mau atau segan bicara padanya, aku yang akan mengatakan padanya!"
"Jangan lakukan hal itu, anakku..." ujar Tambakdwita.
"Aku tak suka dilarang!" sahut Pati Rono. "Dan apakah ibu sudah menyampaikan pada guru mengaji bau apak itu bahwadia tak perlulagi datang ke sini untuk mengajar mengaji dan segala ilmu agama yang membosankan serta dusta besar itu!"
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Sepasang mata Tambakdwita membesar. "Pati, jika kau minta aku memberhentikan Tapak Lodra, mungkin masih bisa kucerna. Tapi kalau kau minta berhenti mengaji, ini merupakan satu hal yang tidakingin aku lakukan. Kau butuh pelajaran agama..."
"Tidak! Aku tidak butuh pelajaran agama! Jelas! Aku tidak sudi lagi melihat guru mengaji itu!" Pati Rono berdiridarikursinya. Jambuklutuk yang barusetengah dimakannyadibantingkannyake meja makan!
***
"RADEN PATI," ujar Tapak Lodra dengan suara bergetar. "Ucapanmu bahwa mulai hari ini aku diberhentikandarisegala macam tugas sungguh mengejutkan. Apakah Raden Ayu Tambakdwita mengetahui hal ini dan jika mengetahuibisakah Raden mengatakanapakah kesalahanku maka aku diberhentikan...?"
"Paman Tapak Lodra. Jika aku bicara padamu maka itu adalah aku bicara atas nama keluarga! Bahkan juga berarti atas nama almarhum ayahku. Jadi tidak usahditanya atau dibantah!"
"Saya benar-benartidak mengerti Raden..."
"Jika kau tidak mengerti berarti kau seorang toiol! Justru di situlah letak persoalannya! Aku tidaksuka manusia tolol semacammu berkeliaran dalam rumah ini! Kau kuberikan waktu untuk mengemasi pakaian dan barang-barangmu. Sebelum tengahharikau sudah harus pergidari sini!" Habis berkata begitu Raden Pati Rono tinggalkan pembantu dan pengawal kepercayaan itu, naikke tingkat atas dan menguncidiridalamkamarnya.
Karena merasa tidak puas, Tapak Lodra menyusulnaikke tingkat atas
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
dan mengetuk pintukamar Pati Rono seraya berseru, "Raden, buka pintu. Aku perlu bicara lebih jauh denganmu. Tolong bukakan pintunya,
Raden..."
Tak ada jawaban. Pintu jugatidak terbuka. Tapak Lodra mengetuk dan berseru lagi. Tiba-tiba pintu terbuka. Dari balik daunpintu yang terbuka itu mendadak satu jotosan menderu menghantam dada Tapak Lodra. Pengawal tua ini menjerit dan terpental. Untung dia masih sempat bergayut pada sebuah tiang, kalau tidak tubuhnya pasti akan jatuh terjungkal kebawah! Tapak Lodra merasakan lututnya goyah. Perlahan- lahan tubuhnya jatuh terduduk di lantai dan dari sela bibirnya tampak darah mengucur. Nafasnya sesak, dadanya sakit bukan main. Pukulan yang menghantamnya bukan pukulan sembarangan.
Di ambang pintu Pati Rono tegak bertolak pinggang. Sepasang matanya memandang yang berwarna kelabu memandang buaspada Tapak Lodra.
"Jika kau masih tidak mau pergi dari sini, aku tak akan menyesal mematahkan batanglehermu atau melempar tubuhmu kebawah sana!"
"Raden, akuperlubicara. Benar-benar harus bicara denganmu. Berikan sedikitwaktudansedikit pengertian..."
"Aku tak punya waktu dan aku tak punya pengertian! Pergi dari hadapanku...!" Raden Pati Rono melangkah ke hadapan Tapak Lodra lalu menjambak rambut orang tua itu. Sesaat kemudian tampak tubuh Tapak Lodra melayang jatuh ke bawah lewat jendela. Seorang pelayan yang berada di bawah dan kebetulan melihat kejadian itu menjerit keras. Sebagai seorang berkepandaian tinggi Tapak Lodra meskipun dalam keadaanterluka didalam masih sanggup bedungkir balikhinggatubuhnya tidakjatuhtergelimpang atau kepala lebih dulu. Dia jatuh dengankedua
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
kaki menjejak tanah, lalu cepat kerahkan tenaga dalam ke arah dadanya yang terluka.
Di atas rumah Pati Rono menyeringai. "Tak ada salahnya tua bangka itu kujadikan barang percobaan!" katanya dalam hati. Lalu dengan gerakan enteng, seperti seekor burung besar dia melompat dari tingkat atas, melayang ke tanah dan menjejak tanah tanpa mengeluarkan suara sedikitpun!
"Tapak Lodra! Aku memberikan kesempatan padamu! Jika kau mampu mengalahkanku dalam lima jurus, kau tidakakan kusuruh pergil"
"Raden...," ujar Tapak Lodra seraya pegangidadanya. "Aku tidak mau berlakukurang ajar, berkelahi denganmu..."
"Terserah padamu. Jika ingin tetap bekerja disini turut apa yang kukatakan. Kalau tidak silahkanangkat kaki saat ini juga"
Mendengar kata-kata itu Tapak Lodra tidak melihat jalan lain. "Kalau itu permintaanmu Raden, harap maafkandiriku. Bersiaplah..."
"Kau boleh menyerang lebih duluTapak Lodra!" kata Pati Rono seraya berdiridengankeduakakiterkembang.
Tapak Lodra menarik nafas dalam. Tubuhnya membungkuk sedikit. Tiba-tibatubuh itu melesat ke depandan tangahkanannya menghantam ke arah dada lawan. Pati Rono angkat tangan kirinya, menangkis serangan. Begitu tangan Tapak Lodra bentrok dengan lengannya, kelihatan seperti ada bunga api yang berpijar. Bersamaan dengan ituTapak Lodra terdengar menjerit. Tubuhnya terhuyung-huyung. Jari-jari tangan kanannya sampai ke pergelangan tampak berwarna hitam hangus dan mengepulkan asap. Sakitnya sepertidipanggang!
"Raden... ilmu apa yang kau miliki hingga tega mencelakakan diriku
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
sejahat ini..." ujar Tapak Lodra lalujatuhterduduk di tanah.
Pati Rono tersenyum. "Itulah kekuatan tenaga dalam yang mengandung kekuatan halilintar! Bukan saja mengandung hawa panas yang meng- hanguskan, tapi mengandung racun ganas. Jika kau tidak memotong tanganmu sebataslengan, dalamwaktu dua hari racun akan merambat ke jantungmu! Nyawamu tidakketolongan!"
"Kau kejam sekali Raden.. Kejam sekali. Lebih baik kau membunuh diriku saat ini juga!"
Mendengarkata-kataTapak Lodra itu Pati Rono tertawa bergelak. "Jika memang mati yang kau inginkan, akubersedia mengabulkannya...!" Lalu Pati Rono angkat tangan kanannya. Ketika dia hendak menghantam tiba- tibaterdengar teriakan keras.
"Pati! Tahan! Hentikan perbuatanmu itu!" Yang berteriak dan yang kemudian menghambur memegangi tubuh Pati Rono adalah ibunya sendiri. Perempuan ini mendoronganaknyakedalam rumahlalu memberi isyaratpadaTapak Lodra agar cepat-cepat meninggalkan tempat itu.
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
9
RADEN AYU TAMBAKDWITA menyeka air mata yang mengucur di kedua pipinya. Di hadapannya seorang lelaki tua tampak duduk dengan wajah muram. Dia adalah Ki Guru Sendang Bogayana, guru mengaji keluarga almarhum Rono Wiculo yang telah mengajar disitu selama lebih darisepuluh tahun yakni sejak Raden Pati Rono dan adiknya berusia sekitarsepuluhtahun.
Setelah berdiam diri merenung beberapa lamanya Ki Guru akhirnya berkata, "Jika betul semua apa yang Raden Ayu katakan, memang telah terjadi satu perubahan luarbiasa atas diri putera Den Ayu..."
Tambadwita mengangguk. "Sifatnya berubah sekali. Jiwanya seperti kosong dan kekosongan itu diselimuti oleh perasaan aneh. Lebih tepat kalau dikatakan sesuatu yang mengerikan. Perasaannya sepertitidak ada sama sekali. Berganti dengan sikap penuh tega bahkan kejam. Dia membunuh si Belang, kucing kesayangan adiknya. Memberhentikan Tapak Lodra, melukainya bahkan hendak membunuh orang tua yang setia itukalau saya tidak cepat mencegahnya. Sayakawatiradahal-hallain lagi yang akan terjadi. Seisi rumah ini, termasuk saya merasakan seperti
tinggal di suatu tempat yang mengerikan. Saya sangat perlu bantuan Ki
Guru..."
"Saya mengerti Den Ayu. Saya merasa perlu untuk menemui Ki Dukun Tambak Reso, orang sakti yang katanya telah menyembuhkan dan menghidupkan putera Den Ayu itu. Sebenarnya bagi kita orang-orang beragama memang adakepercayaan pada orang-orang beragama memang
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
ada kepercayaan pada orang-orang tertentu akan kemampuannya untuk menyembuhkan, suatu penyakit. Namun untuk menghidupkan seseorang yang telah mati, ituadalah satu hal yang tidak mungkin..."
"Kenyataan ituterjadi pada anak saya Ki Guru. Bagaimana saya tidak mempercayainya..."
Ki Guru Sendang mengusap-usap rambut tipis di bagian belakang kepalanya. "Mungkin kehidupan yang dialami Raden Pati hanya suatu kehidupan semu. Yang sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan kehidupan masa lalunya. Itu sebabnya dia memiliki sifat yang sangat berbeda kalau tidak mau dikatakan aneh. Sebelum menemui Ki Dukun Tambak Reso, saya kira saya harus bicara dengan putera Den Ayu itu terlebih dulu."
"Itu yang saya inginkan Ki Guru. Makin cepat makin baik. Saya akan mengatur pertemuan itusekarang juga."
***
"AKU TIDAK INGIN BERTEMU, apalagi bicara dengan guru agama itu," berkata Pati Rono padaibunya sambilnaikke punggung kuda. Pagi itusepertibiasadia akan berangkat ketepi pantai guna melatihilmu silat dan pukulan saktinyadisebuah teluk yang sepi.
"Tapianakku, ini penting sekali. Untuk masa depanmu..."
Pati Rono tersenyum mendengar ucapan ibunyaitulaluberkata :"Masa depanku tidak ditentukan oieh guru agama itu. Tapi jika ibu memaksa, suruhdia menemuikudi teluk. Aku akan bicara dengandiadi sana... "
"Kau menyuruh Ki Guru ke sana menemuimu, sungguh tidak pantas
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
anakku!"
"Yang dinamakan kesopanan itu adalah tingkah laku palsu untuk menutupi kebobrokan seseorang. Guru agama itu tidak lebih mulia dari diriku. Jika dia memang ingin bicara silahkandatang ke teluk. Kalau tak sudi,perduli setan!"
Habis berkata begitu Pati Rono menggebrak tali kekang kudanya. Binatang itu melompat dan meninggalkan si ibu sendirian di halaman samping rumah besar.
Untuk beberapa lamanya Tambakdwita tertegak di tempat itu. Akhirnya dengan langkah gontai dia masukke dalam rumah.
Meskipun masih pagi namun udara di pantai terasa terik. Air laut mendebur ombak di atas pasir teluk. Raden Pati Rono mendengar suara derapkudadi belakangnyatapi dia tidak perduli, menolehpuntidak. Derap kuda berhenti dan pemuda itu tahu kalau si penunggang tengah memperhatikannya.
Di bawah sebatang pohon kelapa di teluk yang sunyi itu terdapat beberapa bangkai perahu yang sudahlama ditinggaldalarn keadaan rusak dan lapuk. Raden Pati berpaling kearah pohon kelapa itu, perlahan-lahan mengangkat tangan kanannya lalu tangan itu dipukulkan dibarengi oleh satu bentakan.
Terjadi satu hal yang hebat. Begitu tangan bergerak ke depan, satu jengkaldiatas tangan Raden Pati berkiblat cahaya terang disertai letupan keras seperti sambaran halilintar kecil. Bersamaan dengan itu pohon kelapadiseberang sana terdengar berderak, lalu tumbang dalam keadaan hangus. Perahu-perahu lapuk yang ada di bawah pohon kelapa mental hancurleburseperti bubuk arang!
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Ki Guru Sendang Bogayana letetkan lidah.
Didalam dadanya bukan rasa kagum yang dirasakannya justru ada perasaan kawatir. Kalau ilmu kepandaian itudipergunakandalam kesesat- an dapat dibayangkan akibatnya. Perlahan-lahan Ki Guru Sendang turun darikudanya. Tengah dia melangkah kearah Pati Rono tiba-tiba pemuda ini membalikkan tubuh seraya mengangkat tangan seolah-olah hendak menghantam guru agama itu. Sang guru terkesiap pucat dan hentikan langkahnya. Raden Pati Rono tertawa gelak-gelak.
"Ki Guru.... kau datang juga ke teluk ini..." ujar Pati Rono seraya bertolak pinggang dangeleng-gelengkan kepalanya. "Pelajaran agama apa yang hendakkau sampaikan padaku hari ini?!"
Meskipun ucapan itu jelas-jelas merupakan ejekan namun Ki Guru Sendang Bogayana berusaha setenang mungkindan menjawab. "Tidak ada pelajaran agama hari ini, Raden Pati. Aku datang kemari memenuhi permintaanibumu."
"Hemm, begitu...?" Raden Pati rangkapkan kedua tangannya didepan dada. "Lalu apa yang ibukuingin-kan melaluimu, Ki Guru?"
"Ibumu memberi tahu ada perubahan besar dalam dirimu sejak kau dihi...maksudku sejak kau disembuhkan dari sakit berat tempo hari. Mungkin ibumu keliru Raden. Namun dia memberikan beberapa contoh nyata. Misal tindakanmu membunuh si Belang. Lalu perbuatanmu terhadapTapak Lodra..."
"Itu baru dua Ki Guru. Yang ketiga ialahtindakanku yang tidakingin melihatmu lagi datang ke rumah, apalagi memberi pelajaran agama padaku!" memotong Pati Rono dengan suara ketus.
"Raden Pati, yang namanya pelajaran itu, apapun bentuk dan macammu
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
perlu dituntut. Termasuk pelajaran agama. Kudengar kau sering datang kemari untuk berlatihilmu silatdan kesaktian. Aku saksikan sendiri tadi kau menjajal pukulan sakti itu. Nah, ilmu agamapun tidak kalah pentingnya. Matah menjadi sumber dari segalailmu yang adadi atas dunia ini..."
Raden Pati Rono tertawa bergelak mendengar kata-kata Ki Guru itu. "Apakah ilmu pelajaranmu bisa membuat aku memiliki pukulan sakti halilintar tadi?"
"Memang tidak Raden Pati. Ilmu kesaktian adalah ilmu dunia. Sebaliknya ilmu agama adalah ilrnu untuk dunia dan jugauntuk akhirat guna mendapatkan keselamatan."
"Dusta besar yang menyesatkan! Ketika aku sakit apakah ilmu agamamu yang menyembuhkanku?"
"Memang bukanilmu agama. Tapi Tuhan yang menjadikan agama dan kita semua, Dialah yang menyembuhkandirimu, Raden!"
"Aku tidak percaya pada Tuhanmu itu Ki Guru!"
"Astagafirullah! Jangan bicara sepertiitu Raden. Besar dosanya. Jangan jadi orang murtad! Inilah salah satu kelainan yang kini terdapat pada dirimu Raden. Dulu kau seorang pemuda yang taat pada agama. Rajin sembahyang dan mengaji. Kini mengapa tiba-tiba kau berubah...?"
"Mengapa hal itu tidak kau tanyakan saja pada Tuhanmu?!" tukas
Raden Pati.
"Ya Tuhan, ampunilah anak manusiaini atas ucapan-ucapannya..." kata Ki Guru Sendang Bogayana. "Raden Pati, ibumudan juga akutidakingin kau tersesat lebih jauh..."
"Sesat? Aku tidak merasa sesat. Kalian orang-orang bodoh yang
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
sebenarnya berada dalam kesesatan!"
"Hanya orang-orang sesat yang tega membunuh kucing! Bahkan hendak membunuh orang tua yang telah berbakti puluhan tahun pada keluarga!" sahut Ki Guru puladengan suara lantang karena diat idak dapat lagi menahankesabarandan hawa amarah atas ucapan-ucapan si pemuda.
Rahang Raden Pati tampak menggembung. Kedua bola matanya yang berwarna kelabu membersitkan sinar aneh menggidikkan. Dia maju mendekati Ki Guru. Yang didekatitetaptegak di tempatnya.
"Jika kau menganggap aku manusia sesat tidak jadi apa. Karena itulah saat iniakutidak merasa bersalah jika harus membunuhmu!"
"Raden! Ingat! Aku ini gurumu yang ingin menolong dan menyelamatkan dirimu!" teriak Ki Guru Sendang Bogayana ketika dilihatnya anak muridnya itu mengangkat tangan kanan sambil tertawa bergelak.
"Jangan bunuh diriku Raden! Ingat Raden!" teriak Ki Guru pula kini seraya melangkah mundur.
Gelak Pati Rono semakin keras. Tiba-tiba dia pukulkan tangan kanannya ke depan. Terdengar suara letupan keras disertaikiblatancahaya terang. Lalu serangkumangin keras dan luarbiasa panasnya menderu. Ki guru Sendang Bogayana terdengar terpekik. Tubuhnya mencelat mental. Ketika tubuh itu tercampak di atas pasir bentuknya tidak seperti tubuh manusialagi. Berubah menjadi seonggok benda hangus gosong dan hitam serta mengepulkan asap berbau sangit!
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
10
GOMBONG PANGESTU memacu kudanya dengan kencang, mengikuti Pendekar 212 Wiro Sableng yang menunggangi seekor kuda coklat di sebelah depan. Tiba-tiba Wiro menarik tali kekang kudanya kuat-kuat. Binatang ini meringkikkeras seraya angkat kedua kaki depannya tinggi- tinggi.
Gombong Pangestu, orang tua tokohsilat istana terkejut dan buru-buru hentikan kudanya.
"Ada apa?!" tanya Gombong Pangestu.
Murid Sinto Gendeng menunjukke depan dimana menggeletaksesosok tubuhdi tengah jalan, entahsudah mati entahhanya pingsan. Sosok tubuh ini hampirsajaditerjang kaki kudakalau Wiro tidak lekas menghentikan tunggangannya. Wiro dan Gombong Pangestu sama-sama berjongkok dan balikkan orang yang tergeletak di tengah jalan itu. Ternyata seorang tua yang berada dalam keadaan meregang nyawa. Tangan kanannya tampak hitam pekat sebataspergelangan. Kedua matanya terpejam. Dari mulutnya terdengar suara rintihan halus. Ketika Wiro membuka kelopak mata kiri orang itukagetlah dia. Bagian putih matanyaternyataberwarna hitam!
"Racun jahat!" desis Gombong Pangestu. Lalu dia cepat menotok empat jalan darahdi tubuh orang itu. Sambil memperhatikanwajah orang dia berkata, "Aku rasa-rasa pernah melihat orang ini sebelumnya. Dia pernah muncul di Keraton beberapa kali. Ah, siapadiaini..."
"Kurasa jiwanya tak bisa diselamatkan. Yang bisa kita lakukan
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
menunda kematiannya beberapa saat, lafu berusaha mendapatkan keterangan apa yang terjadialas dirinya," berkata Wiro.
"Jika memang tak bisa ditolong mengapa menyiksa dirinya dan berusaha meminta keteraragan..." kata Gombong Pangestu pula.
"Aku justru punya firasat, jangan-jangan orang ini ada sangkut pautnya dengan masalah yang tengahkita selidiki. Bukankah tempat initerletak di antara pantai utara dan hutan tempat diduga menjadikediaman Ki Dukun Tambak Reso itu?"
Gombong Pangestu memandang berkeliling. "Hem...mungkin betul juga ucapanmu. Jika kau hendak melakukan sesuatu lekas laksanakan. Jangan sampaidia keburu mati!"
Wirolantas menambahkan beberapa totokan di tubuh orang yang tergeletak di tengah jalan itu yang bukan lain adalah Tapak Lodra. Lalu dia memijit kedua ibujari kaki Tapak Lodra dengan tangan kiri kanan. Perlahan-lahan pendekarinikerahkan tenaga dalam panas melaluikedua tangannya. Mendadak dia terpental dua langkah dan jatuh duduk terjengkang. Mukanya tampak merah.
"Ada apa?! tanya Gombong Pangestukeheranan.
"Aneh, tenaga dalamku seperti didorong dan menghantam diriku sendiri. Ada rasa panas membersit...!" Wiro menjawab sambilgaruk-garuk kepala.
Gombong Pangestu merenung sejenak. "Coba kaualirkan tenaga dalam dingin!" katanya sesaat kemudian.
Wiro kembali memijit kedua ibu jari Tapak Lodra. Kalau tadi dia mengerahkan tenaga dalam panas maka kini dicobanya mengalirkan tenaga dalam dingin. Tidak terjadi apa-apa. Malah sesaat kemudian
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
terdengar rintihan orang itu menjadi lebih keras. Wiro kerahkan tenaga dalampenuh! Lalu dia mulai menepuk-nepukwajah orang dan dekatkan mulutnya ketelingakananTapak Lodra.
"Orang tua lekas katakan apa yang terjadipadadirimu!"
Orang yang ditanya mengerang panjang. "Siapa bertanya siapa?!" terdengar jawabannya.
"Jiwamu tak bisa ditolong lagi. Jadi jangan banyak tanya. Beri saja keterangan. Siapa namamu?!" yang bertanya kini adalah Gombong
Pangestu.
"Aku tidak takutkan kematian! Yang aku takutkan ialah kalau-kalau memberikan keterangan pada manusia-manusia laknat kaki tangan Ki Dukun Tambak Reso atau bangsat bernama Raden Pati Rono...!"
GombongPangestudan Wiro Sablengsaling perpandangan.
"Hai! Kau belum mengatakan siapa namamu! Apa yang terjadi?!"
"Aku Tapak Lodrat Puluhan tahun mengabdi hanya berakhir pada kematian yang mengenaskan..."
Mendengar orang menyebutkan nama terkejutlah Gombong Pangestu. Dia berserukeras
"Sahabatku Tapak Lodra! Aku Gombong Pangestu! Bagaimana sampai kau mengalami nasib seperti ini? Bukankah kau bekerja pada keluarga almarhum hartawan Rono Wiculodi Losari?"
Tapak Lodra mengerang panjang, baru bisa menjawab, "Ah Gombong, terima kasih Gusti Allah. Kalaupun aku mati ada seorang sahabat yang menyaksikan. Jadi tidak mati seperti anjing buduk di tengah jalan. Gombong, nasibku sungguhburuk di akhir hayat. Aku ..." Tapak Lodra batuk beberapa kali. Bersamaan dengan batuknya itudia muntahkandarah
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
berwarna hitam.
Gombong Pangestu cepat sekadarah yang mengotori bibirsahabatnya. "Kau benar, memang aku bekerjapada keluarga almarhum Rono Wiculo. Dia orang baik. Tapi anaknya yang pernah mati laludihidupkan kembali oleh seorang dukun edan, telah berubah menjadi iblis! Dialah yang mencelakaiku. Dia memilikipukulan saktianeh, ganas luarbiasa..."
"Apakah dukun edan katamu itu adalah Ki Dukun Tambak Reso?" bertanya Wiro.
"Betul...betul sekali. Dialah yang jadi pangkal bahala. Gombong sahabatku. Kau harus menolong janda almarhum Raden Mas Rono Wiculo itu. Ki Dukun keparat itu hendak menguasai dirinya. Dia memaksa memperistrikan perempuan itu. Tapi hati-hati terhadap si Pati Rono. Dia manusia yang dihidupkan kembalisebagaiiblis!"
"Kau tahu dimana tempat kediaman dukun sakti itu?" bertanya
Pendekar 212.
Tapak Lodra batuk-batuk beberapa kali. Dari mulutnya semakin banyak darah yang keluar. Saat itu dadanya mendenyut menyesak. Lidahnya mulai kelu tanda ajalnya segera putus beberapa saat lagi. Kepala Tapak Lodra tampak menggeleng perlahan. Kalian...kalian bisa menemukannya di rumah almarhum Raden Rono Wiculo. Aku...Hek!" Kata-kata Tapak Lodra hanya sampai disitu. Dari tenggorbkannya keluar suara seperti tercekik. Nyawanya putus sudah!
***
RADEN AYU TAMBAKDWITA terkejut sekali ketika dia memergoki pelayan perempuan berusia enam belas tahun itu menuruni tangga dari tingkat atas dengan tergopoh- gopoh. Tubuhnya nyaris telanjang
Karya 68
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
karenahanya tertutup sehelaikain panjang yang robek-robekdi sana sini. Pada muka, leher dan bahu serta dadanya yang tersingkap tampak luka- luka bekas gigitandan pukulan.
"Saminten! Dari mana kau?! Apa yang terjadidengandirimu?!"
Pelayan itu tergagap kaget. Begitu mengetahui kalau saat itu berhadapan dengan majikannya pelayan ini langsung jatuhkan diri, pegangikaki Tambakdwita dan menangis keras. Kain di bagiandadanya merosot. Tambakdwita merasa bulu kuduknya berdiriketika melihat luka besardisalah satu payudara Saminten.
"Mohon ampunanmu Gusti. DO Gusti, saya mohon ampunmu..,"
"Katakan apa yang terjadi! Siapa yang menganiayamu seperti ini?!" berianya Tambakdwita hampir berteriak.
"Saya...saya tak berani mengatakannya Gusti. Saya...saya dipaksa..."
"Kau takusah takut! Siapa yang memaksamu? Ayobilang!"
"Duh Gusti...Mohon maafmu. Mohon ampunmu...Puteramu, Raden Pati yang melakukannya. Saya dipaksa melayaninya. Setelah puas sekujur tubuh saya digigit dandipukulinya..."
Bergetar sekujur tubuh Tambakdwita mendengar keterangan pelayan itu. "Saminten, pergimasuk kekamarmu. Aku segera menyusut. Jangan ceritakan padasiapapunkejadian ini. Mengerti...?"
"Saya mengerti Gusti Ayu. Tapi saya sudah berniat untuk berhenti bekerjadisini..." jawab Saminten.
"Itu bisakita bicarakankemudian. Yang penting sekarang masuk dulu kekamarmu!"
Begitu pelayan itu berlalu, seperti terbang Tambakdwita melompati tangga menuju ke tingkat atas. Di depan pintu kamar anaknya dia
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
mengetuk dan memanggil keras-keras.
"Pati! Buka pintu! Pati.... !"
Tak ada jawabandaridalam. Pintu pun tidak dibukakan. Perempuan itu kembali mengetuk dan berteriak. Lebih keras dan lebih keras. Tiba-tiba pintu terbuka. Satu tangan menyambar keluar, mencekal lengan Tambakdwita. Di lain kejap perempuan ini terbetot masuk ke dalam kamar! Tambakdwita sempat terpekik. Matanya membeliak dannafasnya memburu ketika dia melihat puteranyategak didepannya.
"Pati! Apa yang telahkaulakukan terhadappelayan itu? Katakan apa yang telah kau perbuat?!"
"Bukankah diatelah mengatakan padamu...?" menyahuti Pati Rono.
"Jadi betul kau telah mengotori rumah ini dengan perbuatan mesum terkutuk! Kau mencemari nama almarhum ayahmu!"
Pati Rono tertawa. "Apakautidak mengotori rumah inisejak beberapa malam lalu? Ketika ibuberdua-duadi atas ranjang bersama Ki Dukun...?!"
Tambakdwita menjerit keras mendengar kata-kata anak lelakinya itu laluplaak! Tamparannya melayang dengan keras dipipikiri Pati Rono!
Sepasang mata kelabu Pati Rono tampak bernyala, membersitkan sinar menggidikkan. Dia melangkah mendekati ibunya. Sang ibu yang jadi ketakutan bergerak mundur tapi punggungnya tertahan dinding kamar. Tiba-tibakedua tangan Pati Rono meluncurke depan, menyambar batang leher Tambakdwita, langsung mencekiknya kuat-kuat. Perempuan itu masih sempat menjerit sebelum lidahnya terjulur dan kedua matanya membeliak.
Dari tingkat bawah rumah terdengar suara orang berlari menaiki tangga. Lalu menggeledek satu bentakan, "Pati Rono! Kau hendak
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
membunuh ibumu sendiri?!" Lalu satu angin deras mendorong tubuh si pemuda. Dia terjajar hampirjatuh. Tapi karenacekikannyatidak terlepas maka Tambakdwita ikut tertarik bersamnya. Perempuan itu sudah lemas karena tak bisa bemafas. Jika tidak tertolong dalam waktu singkat, nyawanya pasti putus!
"Pati Rono! Lepaskan! Yang kau cekik adalah dirimu sendiri! Lepaskan!" Kembali suara yang tadi membentak berteriakkeras.
Pati Rono terkejut. Yang dilihatnya di hadapannya dan yang dicekiknya dengankedua tangannya yang kukuh memang adalah dirinyasendiri. Dan dia merasakan lehernya sakit sekali, sulit bernafas.
Serta merta dia melemparkan tubuh di depannya itu. Tambakdwita terbanting ke luar pintu, jatuh dekat tangga. Kalau tidak lekas ditolong oleh Ki Dukun Tambak Reso, perempuan ini pasti akan jatuh menggelinding ke tingkat bawah.
"Manusia iblis! Kau hendak membunuh ibumu sendiri!" hardik Ki
Dukun.
"Dukun keparat! Kau akan menerima giliranmu!" teriak Pati Rono marah. Lalu membanting pintukamar.
Ki Dukun cepat menolong Raden Tambakdwita dan menggendongnya ke dalam kamar tidur di tingkat bawah. Beberapa orang berlarian mendatangi, termasuk Tambaksari puterinya. Seseorang diperintahkan mengambil segelas air putih. Setelah membacakan mentera pada air itu dan meminumkannya pada Tambakdwita, janda almarhum Raden Mas Rono Wiculo itu mulai sadar walau wajahnya masih pucat. Sekilas terbayangdi pelupuk malanya saat ketikaputeranya hendak mencekiknya. Langsung dia menjerit. Ki Dukun cepat mengusap kening perempuan ini.
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
"Tenang Den Ayu. Kau berada di tempat yang aman. Tak ada yang perlu ditakutkan..." kata Ki Dukun perlahan. Sementara Tambaksari mengelus-elus rambut ibunya tiada henti dan kedua matanya berkaca- kaca.
"Ki Dukun..." terdengar suara Tambakdwita perlahan antara terdengar dan tiada. "Aku menyesal memintamu menghidupkan anak itu. Dia...dia bukan manusia. Dia adalah penjelmaan iblis...Aku ingin ...aku ingin kau mematikannyakembali, Ki Dukun. Bunuh anak itu dan tanam mayatnya jauh-jauh darisini...
Ki Dukun Tambak Reso tak bisa menjawab apa-apa. Tiba-tiba terdengar Tambaksari menangis keras dan menjatuhkan dirinya di atas dada ibunya.
"Ada apa kau menanyos Sari...?" bertanyaberbisik sang ibu.
"Mas Pati... Dia memang harus disingkirkan dari rumah ini, bu. Saya takut..." ujar Tambaksaridi antara tangisnya.
"Dia melakukan sesuatu terhadapmu Sari...?"
Gadis itu tak segera menjawab melainkan menangis kencang. Setelah tangisnya reda baru terdengar ucapannya. "Satu hari lalu dia mengajak saya ke teluk. Katanya untuk menyaksikan bagaimana dia melatih ilmu kesaktian baru yang disebut pukulan halilintar. Tapi di situ tiba-tiba saja dia hendak memperkosa saya..."
Semua orang yang ada disitu tentu saja sangat terkejut mendengar keterangan sigadis.
Air mata tampak mengalir di kedua pipi Tambakdwita. "Dia benar- benar melakukan perbuatanterkutuk itu, anakku...?"
Tambaksari menggeleng. "Saat itu kebetulan ada dua orang gagah
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
lewat. Satu tua, satu masih muda. Mereka menolong saya. Mereka kemudian hampir bentrokan dengan Mas Pati. Tapi saya lihat keduanya sengaja mengalah dan meninggalkan teluk. Mungkin sekali mereka berada di Losari saat ini..."
Sepasang mata Ki Dukun Tambak Reso tampak membukalebih lebar. Tiba-tibasaja ada perasaan takenak dalam hatinya.
"Den Ayu Tambaksari... Dapatkah kau menerangkan lebih rinci ciri- cirikedua orang yang menolongmu itu...?" bertanya Ki Dukun.
"Yang muda berpakaian serba putih. Ikat kepalanya juga putih. Sikapnyakonyol, terkadang seperti orang kurang waras..."
"Hemm...aku tak kenal padanya," desis Ki dukun Tambak Reso. "Bagaimana ciri-ciri orang yang satu lagi?"
"Sudah lanjut usia tapi gerakannya sebat sekali. Dia mengenakan pakaian biru..."
Ki Dukun merenung sejenak. Ada beberapa orang tokoh silat yang memiliki ciri-ciri seperti itu. Sejak beberapa waktu lalu dia mendengar kabarbahwa dirinyadicari-carioleh seorang utusan dan Kotaraja. Hal itu ada sangkut pautnya dengan kotak batu hitam yang kini berada padanya.
"Ki Dukun..." terdengar suara Raden Ayu Tambakdwita. "Kau sudah mendengar permintaanku. Singkirkan anak itu sebelum dia membunuhi penghuni rumah ini satu demi satu..."
"Aku akan mencari jalan sebaik-baiknya Den Ayu…" ujar Ki Dukun. Lalu diatinggalkan kamar itu.
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
11
PENDEKAR 212 WIRO SABLENG dan Gombong Pangestu hentikan kudatakjauh dari pintupekarangan rumah besar janda almarhum Rono Wiculo. Keduanya sengaja berlindung dibalik duabatang pohon besar di seberang jalan.
"Aku mendengarada suara perempuan menjeritdaridalam rumah. Di tingkat atas..." ujar Wiro.
Gombong Pangestu anggukkan kepala. Sesaat dia memandang berkeliling. "Kita langsung masuk..?" bertanya Wiro.
"Jangan kesusu. Kita tunggu duludisini sambil melihat situasi," jawab Gombong Pangestu, tokoh silat Keraton yang punya segudang pengalaman itu.
Suara jeritan yang tadi mereka dengar adalah jeritan Raden Ayu Tambakdwitaketika dicekikoleh Pati Rono.
"Aku berharap, sesuai keterangan Tapak Lodra, manusia bernama Ki Dukun Tambak Reso itu adadi tempat ini..."
"Aku punya firasat dia memang adadisini..." sahut Wiro seraya garuk- garukkepala.
"Sebelum kita berhadapan dengan dukun sakti itu, ada beberapa hal yang harus kau ingat baik-baik pendekar muda. Tambak Reso adalah dukun yang sebenarnya mengandalkan pada ilmu sihir. Karena itu jika berhadapan janganterlalu memandang kearah kedua matanya dansekali- kali jangan mendengar apa yang dikatakannya. Jika dia mengatakan lihat
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
ular, maka kau benar-benar akan melihat ular. Kecuali jika kau tidak memperdulikan maka mantera sihirnya tidak akan jadi. Kita harus mengusahakan mendapatkan batu mustika Kencono Sukmo itu dari tangannya secara baik-baik. Kalau tidak bisa, dengan jalan membunuhnyapuntakjadi apa!"
"Menurut darabajukuning yang kita tolongditeluk tempo hari,kakak laki-lakinya itu tinggal serumah di tempat ini. Apakah kita masih akan mengalah lagisepertisehari laluketika dia menyerang kita di teluk?"
"Ini memang satu masalahbarubagikita. Aku melihat ada keanehan pada diri pemuda itu. Pandangan matanya seperti iblis dan wajahnya seperti setan. Dirinya seolah-olah menyimpan satu rahasia yang dahsyat. Dan kedahsyatan itutercium sebagai maut dihidungku."
"Bagiku dai adalah seorang manusia segala bejat. Kalau tidak masakan tegahendak merusak kehormatan adik sendiri!" ujar Wiro pula.
"Bejat atau bukan yang pasti kita harus berhati-hati setiap saat dia muncul! Ingat penjelasan Tapak Lodra? Pemuda itu memiliki pukulan mengandung racun mematikan. Lagi pula..."
Pendekar 212 mengangkat tangan kirinya memberitanda laluberbisik, "Ada seseorang keluardaripintu depan rumahdan duduk di langkan...Kau kenal padanya?"
Orang yang keluar dari rumah besar dan kemudian duduk di sebuah kursi yang terletak di langkan rumah berpakaian hijau muda, memiliki janggut, kumis serta rambut putih dibawahblangkonnya yang terbuat dari kain bludruberwarna ungu gelap.
"Dia bangsatnya!" kertak Wiro ketika mengenali orang berbaju hijau muda itu. "Dialah orang yang kutemui di puncak bukit Jati Arang!
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Manusia yang sanggup menghidupkan rusa yang telah mati dikoyak harimau. Pak tua Gombong Pangestu, orang itu adalah Ki Dukun Tambak Reso yang kitacari-cari!"
"KeteranganTapak Lodra betul. Ternyata dia adadisini! Mari..."
Gombong Pangestu keluardari balik pohon besar, menyeberangi jalan dan memasuki halaman depan rumahkediaman almarhum Rono Wiculo. Pendekar 212 Wiro Sableng mengikuti dari belakang.
Ketika melihat ada dua penunggang kuda memasuki halaman, orang berbaju hijau muda yang memang adalah Ki Dukun Tambak Reso serta merta berdiri dan melangkah ke ujung langkan, berhenti di anak tangga rumah paling atas.
"Kalian siapa dan ada keperluan apa?!" membentak Ki Dukun. Kemudian disadarinya bahwa dia rasa-rasa kenal dengan pemuda berambut gondrong berpakaian serba putih itu. Paling tidak pernah melihatnya sebelumnya. Lalu tiba-tibasaja dia ingat. Keparat gondrong ini adalah orang yang memata-matainya di puncak bukit Jati Arang tempo hari! Yang mengaku membawa tugas dari istanauntuk mengambil kotak batu hitam dari tangannya. Otak cerdik dan licin Ki Dukun segera bekerja. Dia sunggingkan tawa lebar dan berkata. "Ah, kalian pastilah dua orang gagah yang menolong Raden Ayu Tambaksari di teluk satu hari lalu. Ibunda gadis itu memang tengah menunggu-nunggu kalian berdua. Ada hadiah besar hendak diserahkannya pada kalian. Tunggulah..."
"Kami kemari bukan untuk mencari hadiah. Tapi..." ujar Gombong
Pangestu.
Namun saat itu Ki Dukun Tambak Reso sudah palingkan tubuh dan melangkah masukke dalam rumah. Begitu masukke dalam dia tidak pergi
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
menemui Raden Ayu Tambakdwita seperti yang dikatakannyakarena itu memang hanya akalbulusnya saja. Dengan cepat dianaikke tingkatalas di mana kamar Raden Pati Rono berada. Dengan paksa dia mendobrak pintudan masukke dalamkamar. Pati Rono yang ada didalam kamar itu menggereng marah, langsung melompati Ki Dukun. Orang tua ini cepat mengangkat tangan dan berkata, "Raden, jangan marah dulu. Di luarada dua orang tamu mencarimu. Mereka adalah orang-orang yang bentrokan denganmu diteluk satu hari yang lalu..."
"Bangsat! Ada keperluan apa mereka berani datang kemari?!" sentak
Pati Rono.
"Mereka bilang urusan diteluk belum selesai. Mereka sengaja datang menantangmu untuk menjajal ilmu pukulan halilintar yang kau miliki. Bukankah waktudi teluk kau tak sempat mempergunakannya?!"
"Mereka mencari mati!" teriak Pati Rono. Tubuh Ki Dukun didorongnya hingga terjajar. Dengan dua kali bergerak saja dia sudah berada di tingkat bawah langsung lari kebagian depan rumah.
Ki Dukun Tambak Reso menyeringai. "Manusia-manusia tolol!" katanya. "Berkelahilah kalian sampai mampus semua!" Lalu dengan cepat dia menurunitangga menujubagian belakang rumah besar.
Ketika Ki Dukun masukke dalam tadi, Gombong Pangestu berpaling pada Pendekar 212 dan berkata, "Aku kawatir, jangan-jangan dukun keparat itu melarikandiri lewatpintubelakang."
"Kalau begitubiaraku menyelidik!" ujar Wiro pula.
"Jangan. Biar aku yang melakukan. Manusia satu itu banyak tipu muslihatnya. Kau tetap di sini berjaga-jaga. Jika ada yang kelihatan hendak melarikandiri cepat memberitanda!"
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Wiro mengangguk. Gombong Pangestu memacu kudanya melewati halaman samping, terus menujubagian belakang rumah. Dia sampaidekat sebuah bangunan kecil, tepat pada saat Ki Dukun Tambak Reso melompat naik ke atas punggung seekor kuda dan membedal binatang ini menuju pintubelakang.
"Ki Dukun! Sampean mau lari kemana?!" seru Gombong Pangestu. Kudanya dipacu ke samping kuda Ki Dukun. Sesaat kemudian tampak tubuhnya melesat diudara, langsung menubruk dan merangkul tubuh Ki Dukun. Kedua orang tua itu sama-sama jatuh ke tanah. Ki Dukun bangkit berdiri lebih dulu. Begitu berdiri dia langsung kirimkan tendangan ke kepala Gombong Pangestu. Sambil gulingkan diri di tanah tokoh silat Istana ituberhasil mengelak dan membalas dengan pukulan tangan kosong mengandung tenaga dalam tinggi. Tapi luput karena yang diserang sudah berkelit ke kiri.
Sambil berdiri Gombong Pangestu keluarkan sebuah benda dan mengancungkannyakearah Ki Dukun Tambak Reso. Benda ituberbentuk bulat putih, terbuat dari perak murni, Itulah cap Kerajaan yang dituang dalambentuk perak.
"Aku utusan Kerajaan. Ditugaskan untuk menangkapmu hidup atau mati!" teriak Gombong Pangestu. "Kecuali jika kau mau menyerahkan bendapusaka kotak batu hitam milik Keraton!"
"Kotak batu hitam milik Keraton?" ujar Ki Dukun terheran-heran. "Jangankan memilikinya, mendengaryapun baru sekali ini!" kata orang tua itu pula. Lalu sambungnya, "Aku orang kebanyakan, mana berani mencuri harta pusaka Kerajaan! Kau pasti mendapat keterangan keliru dan menyesatkan!"
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Gombong Pangestu tersenyum. Dia tahu manusia di hadapannya ini banyakakal dan tipu muslihatnya. Maka diapun berkata, "Mari kugeledah dulu tubuh dan pakaianmu!"
Ki Dukun menggeleng. "Aku tidak sukadigeledah. Aku bukan maling bukan pencuri!Jangan coba-coba mendekatiku!"
"Kalau kau menolak, terpaksa aku melakukan kekerasan!" mengancam
Gombong Pangestu.
"Hemm, begitu?! Silahkan kalau kau mempunyai kemampuan. Tapi ingin kutanyakan apa perlunya kau memegang-megang kalajengking di tangankananmu?!"
Gombong Pangestu hampir terkena sirapan mantera sihir yang diucapkan Ki Dukun. Tanpa sadar dia memandang ke arah tangan kanannya. Meski sekilas dia sempat melihat bagaimana cap Kerajaan yang dipegangnya dilihatnya sebagai seekor kelajengking hitam yang siap untuk mematuknya. Untung saja dia segera ingat dan berteriak, "Kalau ini memang milikmu, ambil dan makanlah!" Lalu Gombong Pangestu lemparkan cap Kerajaanditangankanannya. Benda ini melesat kearah Ki Dukun, membuat dia terkejut dan buru-buru melompat selamatkan diri karena ucapan lawan tadi membuat benda itu menjadisepertikalajengking benaran dimatanya sendiri!
"Tua bangka satu ini berbahaya! Ilmu sihirku tampaknya tak bakal dapat diandalkan menghadapinya!" Ki Dukun memutar otak. Tiba-tibadia menjura seraya berkata: "Aku maklum tak bakal menang menghadapi orang pandaisepertimu Memang kotak batu hitamitu ada padaku. Aku tak mau membuat urusan dengan Kerajaan. Biar benda itukukembalikan saat
ini juga...."
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
Seperti diketahui batu hitam itu diselipkan Ki Dukun di pinggang kirinya. Tapi dia meraba saku jubah hijaunya sebelah kanan di mana terdapat sebuah kitab kecil. Dengan manteranya dia sanggup membuat kitab kecil itu berubah bentuk menjadi seperti batu hitam benda pusaka Keratori. Sekali lagidia menjura dan mengulurkankotak batu itukepada Gombong Pangestu. "Terimalah. Aku mohon maafmu. Sesudah benda pusakainikukembalikanharap akutidak diganggulagi..."
Gombong Pangestu merasa lega ketika melihat benda pusaka yang disodorkan Ki Dukun itu. Dia menggerakkan tangan hendak menerimanya. Namun selintas pikiran mendadak muncul dalambenaknya. Mengapa manusia itu tiba-tiba berubah pikiran. Mengapa mendadak semudahitudia mengembalikan batu Kencono Sukmo?
"Benda palsu kembali ke bentuk aslimu!" teriak Gombong Pangestu laludia melompat menyergap Ki Dukun.
Batu hitamdi tangan Ki Dukun serta merta berubah ke bentuk aslinya yaknisebuahkitabkecil. Di saat yang sama serangan Gombong Pangestu sampai. Tak ada jalan lain. Ki Dukun campakkan buku kecil itu lalu menangkis. Dua lengan saling beradu. Ki Dukun seperti disengat api sedang Gombong Pangestu terjajar dua langkah dengan dada berdenyut. Perkelahian antara duajago tua ini memang tak dapat dihindarkan lagi!
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
12
"BANGSAT GONDRONG! Berani kau datang kemari! Benar-benar mencari mati!" teriak
Pati Rono.
Pendekar 212 Wiro Sableng yang enak-enakan duduk di atas kudanya tentu sajaterkejut melihat munculnya pemuda ini.
"Eh, si tua bangka edan itu lenyapentahkemana! Tahu-tahu kini pemudasedeng ini yang muncul!" ujar Wiro dalam hati. Hatinya tercekat juga melihat kegarangan dan kesangaran
orang.
"Kau bilang hendak menjajal pukulan halilintar! Ini kau makan dan mampuslah!" teriak Pati Rono. Lalu tangankanannya dipukulkan kearah Pendekar 212 Wiro Sableng.
Murid Eyang sinto Gendeng ctari Gunusig Gede melihatada kiblatan menyilaukan keluar dari tangan Pati Rono disertai letupan keras tak bedanya seperti halilintar menyambar dan guntur menggelegar. Tubuhnya yang duduk di atas kuda bergoncang keras. Lalu ada hawa panas luar biasa yang menderu menerpanya. Sadar kalau orang memang hendak membunuhnya dengan pukulan sakti yang ganas, Wiro Sableng berteriakkeras danjatuhkan diri dari punggung kuda.
Wuuttt!
Kuda coklat itu meringkik keras dan terpental. Terkapar di tanah tanpa berkutik lagi. Tubuhnya sampai ke kaki hangus gosong mengepulkan asap dan menebar bau sangitnya daging yang terpanggang.
Pendekar 212 letetkan lidah dan rasakan tengkuknya merinding. Sempat tubuhnya yang kenadi hantampukulan sakti tadi pasti nyawanya sudah terbang saat itujuga!
"Bagus kau mampu mengelak! Coba inisekalilagi!" teriak Pati Rono. Sepasang matanya yang kelabu menyorotkan hawa pembunuhan. Mulutnya berkemik sepertihendak menghisap darah Pendekar 212, geraham-gerahamnya bergemeletakan seolah-olah ingin mengunyah kepala murid Sinto Gendeng itu!
Wiro tak mau menunggu sampai lawan menghantamnya untuk kedua kali. Tangan
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
kanannya yang telah berubah menjadi putih berkilau laksana perak karena aji pukulan matahari diangkat. Begitu lawandilihatnya menggerakkan tangan, Pendekar 212 hantamkan tangankanannya!
Terjadilah hal yang luarbiasa. Letupan dahsyat seperti gunung meletus menggoncang ha- laman depan rumah besar. Di dalam rumah terdengar pekikan orang ketika adabagian atap yang ambroldan runtuh. Dua sosok tubuhlari berusaha menyelamatkandiri. Ternyata mereka adalah Raden Ayu Tambakdwita dan puterinya. Kedua perempuan inikembalijadi melengak kaget ketika melihatbagaimana tanah dan pasir halaman muncrat berhamburan. Jambangan dan patung-patung batu, rubuh bergulingan. Ada asap putih membubung ke udara menebar bau terbakar yang menyesakkan pernafasan. Lalu diantara pasir debudan kepulan asap ituibu dan anakini meeihat sosok dua orang pemudaterduduk di tanah, saling terpisah sekitar dua belas langkah satu sama lain. Yang di sebelah kiri bukan lain adalah Pati Rono, terduduk dengan muka pucat laksana mayat. Yang satunya adalah pemuda gondrong yang dikenal Tambaksarisebagai salah satu dari dua orang yang menolongnya di teluk.
"Pati anakku!" seru Tambakdwita. Bagaimanapun bencinya perempuan ini, bahkan mengingkan kematian puteranya itu kembali, tapi hati nurani seorang ibu tidak bisa disembunyikan. Dia berseru sambil hendak berlari mendapatkan Pati Rono.
Namun puterinya cepat memegangitangannya.
"Janganibu. Terlalu berbahaya. Jangan mendekat...!"
Terpaksa sang ibu hanya tegak berdiri sambil pandangi anaknya dengan kedua mata berkaca-kaca.
Wiro merasakandadanya mendenyut sakit. Mulutnya terasa asin. Dia menyekabibirnya de- ngan belakang telapak tangan. Ada noda merah di tangan itu. Darah! Sadarlah pendekarini kalau bentrokan pukulan saktitaditelah membuatnya terluka di dalam! Dan di hadapannya dilihatnya Pati Rono tegak sambil menyeringai. Tangan kanannya diangkat kembali, siap untuk melepaskan pukulan halilintar. Pendekar 212 sadar dia tak bakal dapat menghadapi pukulan yang luarbiasahebatnya itu dengan pukulan sinar matahari yang juga mengandung hawa panas. Dan pasti akan sia-sia jika dia berusaha menghadapi dengan pukulan kunyuk melempar buah atau orang gila mengebut lalat ataupun bertahan dengan pukulan benteng topan melanda samudera. Semua ilmupukulan sakti yang dimilikinyaitubertitik tolak pada
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
hawa panas.
Di depannya Pati Rono sudahsiap menghantam. Dalam saat yang sangat kritis itutiba-tiba Wiro ingat pengalamannya sewaktu berusaha menolong Tapak Lodra. Hawa tenaga dalam panas yang coba dialirinya ke tubuh orang itu menimbulkan kekuatan mendorong yang membuatnya terpental. Karena Tapak Lodra sebelumnya telah cidera oleh pukulan halilintar, berartiadahawa panas pukulan lawan yang masih mendekam dalam tubuhnyabersama racun jahat dantidakbisadihadapi dengan tenaga dalam panas pula. Saat itu atas nasihat Gombong Pangestu dia kemudian mengerahkan tenaga dalam yang bersumber pada hawa dingin dan memang berhasil.
Memikir sampai disitu Pendekar 212 segera siapkan diri dengan ilmu pukulan sakti bernama pukulan angin es. Kedua tangan diangkat tinggitinggi ke atas, lalu dua tangan itu diputar-putar. Udara disekitarsitumendadak menjadisejuk lalu tiba-tibasekali menjadidingin luarbiasa!
Raden Ayu Tambakdwita dan puterinya merasakantubuh merekasepertidibungkus es. Ibu dan anak ini langsung jatuh duduk dan menggigil kedinginan. Tambaksari segera menyeret ibunya menjauhi tempat itu, masukkembalikedalam rumahdimana hawadingintidak sampai mencekam.
Di halaman, Pati Rono gerakkan tangan kanannya melepaskan pukulan halilintar. Ada letupankeras serta kiblatan sinar terang keluar dari tangan kanannya itu, namun gerakannya hanya sampaidisitukarena sesaat kemudian tangan itutakbisa digerakkanlagi, kaku dingin seperti dipendamdalam es!
Wiro lipat gandakan tenaga dalamnya. Kedua matanya terpejam. Dia tidak perdulikan denyutan sakit yang menyesakkan dadanya. Keadaan kaku di tangan kanan Pati Rono menjalarkebagiantubuh yang lain. Gerahamnya bergemeletakan menahandingin yang luar biasa. Dia berteriak namun mulutnyapun sudahkakutakbisadigerakkan. Ketika hawa dingin itu mencucuk-cucuk otaknya, pemuda ini langsung tergelimpang rubuh. Kedua matanya terpejam. Bersamaan dengan itu terdengar pekik Tambakdwita yang menyangka puteranya telah menemuiajaldi tangan Wiro Sableng. Perempuan inidiikuti puterinya lari menghambur kehalaman, langsung memeluk tubuh Pati Rono sambil meratap.
Tapi tiba-tiba sepasang mata yang terpejam dari Pati Rono membuka kembali. Kedua
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
tangannya bergerak dan tahu-tahu telah mencekikleher ibunya! Wiro terkesiapkaget sedang Tambaksari menjerit sambil berusaha menarik kedua tangan kakaknya, agar cekikan pada leher ibunyaterlepas. Tapisia-siasaja. Sepasang tangan Pati Rono laksanasebuahjepitan baja yang dipegangolehiblis! Wiro berusaha membantu, tetap sajadua tangan yang mencekikitu tidak dapat dilepaskan!
***
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
13
PERKELAHfAN ANTARA Gombong Pangestu dan Tambak Reso berlangsung hebatsekali. Selama dua puluh juruslagi perkelahian ini berlangsung berimbang. Sebagai seorang dukun yang banyak mengandalkan ilmu-ilmu sihir maka tingkat ilmu silat yang dimiliki oleh Ki Dukun sedikitnya masih berada di bawah kepandaiantokohsilat Istana. Hanya kelicikandan akal muslihatnya saja yang membuat Ki Dukun Tambak Reso tampak mampu menghadapi lawannya. Namun itutidak bertahan lama. Selewatnyajuruskedua puluh lima, orang tua yang kalah pengalaman silatini mulaiterjepit oleh hujan gempuran lawan. Apalagi segala ilmu sihir dan manterajahatnyatidak mempan lagiterhadap Gombong Pangestu.
Maka Ki Oukun mulai memutar otakbagaimana caranya agar dapat melarikandirisaja dari tempat itu. Hanya sayang sebelum maksudnya kesampaian satu jotosan keras melabrak ulu hatinya. Manusia berjubahhijauinitertegak dengantubuh tergontai-gontai. Sebelum tubuhnya roboh, Gombong Pangestu sudah menjambak rambut dan mencekal dagunya lalu dipuntir
keras-keras.
Kraak!
Terdengar patahnya tulang leher Ki Dukun Tambak Reso. Nyawanya ikut amblas! Gombong Pangestu mendorong tubuh tak bernyawa itu hingga bergelimpang di tanah lalu cepat-cepat menggeledah tubuh dan pakaian Ki Dukun. Di pinggang kiri Ki Dukun tokohsilat Istana ini menemukan kotak batu hitam Kencono Sukmo. Benda pusaka Keraton itu diambilnya diletakkannya di atas keningnya seraya berkata, "Terima kasih Gusti Allah. Dengan perkenanMu, aku berhasil mendapatkan barang pusaka ini kembali. Berarti Sri Baginda segera disembuhkan."
Pada saat itulah Gombong Pangestu mendengar suara jeritan Tambakdwita yang disusul oleh jeritananak perempuannya. Tanpapikir panjang lagisambil masih memegang kotak batu hitam Kencono Sukmo di tangan kanannya, orang tua ini lari menghamburke halaman depan dan menyaksikanbagaimana Wiro serta Tambaksari berusaha melepaskancekikan Pati Rono sementara sang ibu semakin lemas. Lidahnya sudah terjulur. Ludah membusahdan sepasang
Karya
Bastian Tito
Serial Wiro Sableng
045. Manusia Halilintar
matanyahanya tinggal putihnya saja yang kelihatan.
Tanpa pikir panjang Gombong Pangestu angkat tangan kirinya. Lalu dengan mengerahkan tenaga dalam penuh batokkepala Pati Rono dihantamnya. Jangankan kepala manusia, kepala seekor kerbaupun pastirengkah dan pecahdihantam pukulan itu. Tapi hebatnya, kepala Pati Rono tidak pecah, malah tangan kiri Gombong Pangestu terpentalke atas seperti menghantam karetdan persendian bahunya serasa copot. Sakitnya bukan main!
"Ibu...lbu!" jerit Tambaksari. "Mas Pati... Lepaskan cekikanmu! Jangan membunuh ibu sendiri! Lepaskan cekikanmu mas...!" Akhirnya gadis ini jatuh pingsan karena kehabisan tenaga dan putus asa tidak mampu menyelamatkan ibunya. Saat itukarena tidak tahu harus berbuat apa lagi, secara tidaksadar Gombong Pangestu tusukkanujung kotak batu hitam ke leher Pati Rono. Walaupun kotak batu ini tumpul, namun karena ditusukkan dengan tenaga luarbiasa, kotakitu ambias menembus leher Pati Rono sampaisetengahnya!
Terjadilah hal yang aneh. Meskipun saat ituhari terang benderang dan matahari bersinar terik, namun tiba-tibaberkiblathalilintar tiga kaliberturut-turut disusul oleh gelegar guntur yang membuat tanah bergetarkeras!
Mulut Pati Rono terbuka tebar-lebar. Lalu terdengar jeritannya seperti lolongan srigala. Bersamaan dengan itu langannya yang mencekik terlepas dan terkulal kebawah. Dengan tangan gemetaran Gombong Pangestucabut kotak batu hitamdarileher Pati Rono. Pada bekas tusukankotak batu hitamkelihatan luka besar menganga berbentuk lubang mengerikan. Dari lubang ini mengalirkeluardarah berwarna hitam yang menebar bau busuk luarbiasa!
Tambaksari menarik tubuhibunya, mengguncang-guncangnya dengankeras lalu menepuk- nepukwajah perempuan itu sambilberseru memanggil, "Ibu... Ibu..." Namun sang ibutidak menjawab, bahkan tidak mendengar lagi ratap tangis puterinya itu karena rohnya telah meninggalkan jazad kasarnya. Mati di tangan puteranya sendiri. Putera yang sebelumnya diinginkan kehidupannya kembali. Kehidupan yang membawa bencana dan malapetaka bahkan kematiandirinyasendiri!
Karya
Bastian Tito
Created : matjenuh channel
Blog : https://matjenuh-channel.blogspot.com
TAMAT
0 comments:
Posting Komentar